Pembicara : Dr. Eko Yulianto dan Dra. Woro Sri Sukapti, M. Sc.
1. Pengantar Paleobotani dan Palinologi
A. Paleobotani
Paleobotani berasal dari bahasa yunani yaitu Paleo yang berarti lampau/tua
dan Botany yang berarti ilmu tentang tumbuh-tumbuhan sehingga
paleobotani dapat diartikan sebagai Ilmu yang mempelajari tumbuhtumbuhan masa lampau. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Paleobotani (n) merupakan cabang ilmu botani yang mempelajari fosil
tumbuhan. Dapat disimpulkan bahwa Paleobotani adalah salah satu cabang
ilmu yang mempelajari fosil-fosil tumbuhan, baik secara aspek taksonomi
hingga sejarah evolusi yang dialami tumbuhan tersebut.
B. Palinologi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Palinologi (n) adalah ilmu yang
mempelajari tentang serbuk sari. Serbuk sari merupakan merupakan
mikrospora atau sel gametofit jantan pada tumbuhan berbiji. Sehingga dapat
disimpulkan Palinologi merupakan salah satu cabang ilmu geologi dan
biologi yang mempelajari tentang serbuk sari dan spora yang terdapat pada
tumbuhan angiospermae dan gymnospermae. Dalam ilmu geologi ini
Palinologi lebih mempelajari kearah analisa serbuk sari dalam bentuk fosil.
C. Sampel Polen
Jenis sampel polen yang biasa dianalisa biasanya lempung pasir halus.
Sampel tersebut dapat diambil di sekitar danau ataupun rawa-rawa. Kriteria
batuan yang banyak mengandung polen yaitu mempunyai butir yang halus
dan batuan tersebut mempunyai warna yang hitam karena banyak
mengandung carbon dan anorganik. Untuk pengembangan metode analisis
palinologi
2. Palinomorf
3.
Monad (1)
Diad (2)
Tetrad (4)
Polyad (Banyak/multiple)
Terdapat juga serbuk sari yang dilepaskan dari tumbuhan dalam bentuk
massulau atau polinia. Serbuk sari tertrad dibedakan ke dalam lima tire, yaitu:
tetrahedral, tetragonal, rhomboid, decussata, dan tetrad silang. Ukuran serbuk sari
dibedakan dalam enam kelas, berdasarkan aksis terpanjang (kecuali pada serbuk
sari yang ekinat, maka durinya tidak dimasukkan dalam ukuran).
10 - 25 m = kecil
25 - 50 m = sedang
50 - 100 m = besar
200 m = raksasa
Pada setiap polen memiliki aperture dengan dindin polen yang tipis pada
Pada
tumbuhan Petridophyta, spora tidak memiliki apertura, dan tidak terdapat suatu
homologi dengan apertura tumbuhan berbiji. Suatu area tipis yang menyerupai
apertura pada spora Pteridophyta adalah bekas luka tetrad, yang memiliki dua
bentuk yaitu trilet atau monolet.
Polen Apperture :
Tricolporate
Spiralperturate
Disulculate
Pantoporate
Spore Apperture :
Trilate Spore
Monolate Spore
Polen Sculpturing :
Regulose
Reticulate
Striate
Setiap polen mempunyai lubang yang disebut dengan pore. Istilah yang dipakai
pada setiap penamaannya memiliki karakter lubang yang berbeda-beda seperti
colpus yaitu lubang yang memanjang, kemudian monolate yang hanya
memiliki satu lubang, dan polate.
demikian
dapat
diketahui
urut-urutan
evolusi
atau
sejarah
B. Kegunaan
Ilmu
Paleopalinologi
Mencakup
pada
Paleoekologi,
Dari mikrofosil yang kita jumpai dapat menafsirkan kondisi tempat hidupnya,
serta kapan dan bagaimana cara hidupnya. Dalam penafsiran tersebut harus
dipelajari kondisi kehidupan mikroorganisme yang sekarang. Interpretasi yang
dilakukan dalam paleoekologi yaitu menentukan, litologi, struktur sedimen,
jejak fosil, mega (macro) fosil, micro fosil yang meliputi analisa foraminifera
benthos dengan foraminifera planktonic.
Selain itu, analisa serbuk sari pada ilmu Paleopalinologi berperan penting
dalam analisa geokronologi. Analisa paleopalinologi dapat digunakan untuk
mendeterminasi sejarah spesies tumbuh-tumbuhan beserta habitatnya. Ilmu
Palinologi berperan penting dalam bidang geologi untuk menentukan umur
relatif batuan sedimen dengan melakukan analisa polen.
Paleopalinologi
paleopalinologi
erat
difokuskan
kaitannya
dengan
untuk
melakukan
biostratigrafi.
korelasi
Penggunaan
korelasi,
yaitu