Tujuan
Memahami konsep dan representasinya pada matlab
Mempelajari deret-deret dasar untuk meembentuk deret yang lebih kompleks
Mengerti konsep linearitas, shift-invariance, stabilitas, dan kuasalitas
Menjadi lebih familiar dengan sifat-sifat konvolusi
Peralatan
1. Progam matlab 2012 keatas
1.3
1.3.1
Dasar Teori
Definisi sinyal
Sinyal adalah suatu besaran fisis yang berubah terhadap waktu, ruang,
ataupun dapat berubah terhadap variabel bebas lainnya, sinyal merupakan sesuatu
yang secara kuantitatif bisa terdeteksi dan digunakan untuk memberikan informasi
yang berkaitan dengan fenomena fisik. Contoh sinyal yang kita temui dalam
kehidupan sehari hari, suara manusia, cahaya, temperatur, kelembaban, gelombang
radio, sinyal listrik, dsb. Sinyal listrik secara khusus akan menjadi pembicaraan di
dalam praktikum ini, secara normal diskpresikan di dalam bentuk gelombang
tegangan atau arus. Dalam aplikasi bidang rekayasa, banyak sekali dijumpai bentuk
sinyal-sinyal lingkungan yang dikonversi ke sinyal listrik untuk tujuan memudahkan
dalam pengolahannya.
Secara matematik sinyal biasanya dimodelkan sebagai suatu fungsi yang
tersusun lebih dari satu variabel bebas. Contoh variabel bebas yang bisa digunakan
untuk merepresentasikan sinyal adalah waktu, frekuensi atau koordinat spasial.
Sebelum memperkenalkan notasi yang digunakan untuk merepresentasikan sinyal,
berikut ini kita mencoba untuk memberikan gambaran sederhana berkaitan dengan
pembangkitan sinyal dengan menggunakan sebuah sistem.
Sinyal dibagi menjadi 2 jenis yaitu sinyal analog dan sinyal digital. Sinyal
analog merupakan pengolahan sinyal yang mana sinyal data dalam bentuk gelombang
kontinyu (terus-menerus) dan membawa informasi dengan mengubah karakteristik
gelombang. Karakteristik terpenting yang dimiliki oleh isyarat analog adalah
amplitudo dan frekuensi. Isyarat analog biasanya dinyatakan dengan gelombang
sinus. Karena gelombang sinus merupakan dasar untuk semua isyarat analog. Tiga
variabel dasar pada sinyal analog yaitu amplitudo adalah tinggi rendahnya tegangan
dari sinyal analog, frekuensi adalah jumlah gelombang sinyal analog dalam 1 detik,
phase/fase adalah besar sudut dari sinyal pada saat tertentu. Sinyal analog disebarkan
melalui gelombang elektromagnetik secara terus menerus, yang banyak dipengaruhi
oleh derau (noise).
Perhatikan Gambar 1.1, yang mengilustrasikan bagaimana sebuah sistem di
bidang rekayasa (engineering) dan bentuk sinyal yang dibangkitkannya. Gambar 1.1a
merupakan contoh sederhana sistem rangkaian elektronika yang tersusun dari sebuah
kapasitor C, induktor L dan resistor R. Sebuah tegangan v(t) diberikan sebagai input
dan mengalis melalui rangkaian RLC, dan memberikan bentuk output berupa sinyal
sinusoida sebagai fungsi waktu seperti pada Gambar 1.1b. Notasi v(t) dan y(t)
merupakan variabel tak bebas, sedangkan notasi t merupakan contoh variabel bebas.
Pada Gambar 1.1c merupakan sebuah ilustrasi proses perekaman menggunakan
digital audio recorder. Sedangkan Gambar 1.1d adalah contoh sinyal ouput hasil
perekaman yang disajikan di dalam bentuk grafik tegangan sebagai fungsi waktu.
Gambar 1.1 Contoh Gambaran Sinyal dan Sinyal Output yang Dihasilkan
Salah satu cara mengklasifikasi sinyal adalah dengan mendefinisikan nilainilainya pada variabel bebas t (waktu). Jika sinyal memiliki nilai pada keselutuhan
waktu t maka didefinisikan sebagai sinyal waktu kontinyu atau consinous-time (CT)
signal. Disisi lain jika sinyal hanya memiliki nilai pada waktu-waktu tertentu
(diskrit), maka bisa didefinisikan sebagai sinyal waktu diskrit atau discrete-time (DT)
signal.
1.3.2
nilai amplitudo kontinyu (pada suatu kondisi bisa juga amplitudonya diskrit), dan
muncul pada setiap durasi waktu tertentu sesuai periode sampling yang ditetapkan.
Pada teori sistem diskrit, lebih ditekankan pada pemrosesan sinyal yang berderetan.
Pada sejumlah nilai x, dimana nilai yang ke-n pada deret x(n) akan dituliskan secara
formal sebagai:
x={ x ( n ) } dimana< n< . (1.1)
Dalam hal ini x(n) menyatakan nilai yang ke-n dari suatu deret persamaan (11) biasanya tidak disarankan untuk dipakai dan selanjutnya sinyal diskrit diberikan
seperti Gambar 1.2. Meskipun absis digambar sebagai garis yang kontinyu, sangat
penting untuk menyatakan bahwa x(n) hanya merupakan nilai dari n. Fungsi x(n)
tidak bernilai nol untuk n yang bukan integer; x(n) secara sederhana bukan
merupakan bilangan selain integer dari n.
1.3.3
dasar, sinyal waktu diskrit juga tersusun dari fungsi dasar sinyal seperti sinyal
impulse discrete, sekuen step, sekuen ramp, sekuen rectangular, sinusoidal discrete
dan exponensial discrete.
1. Sekuen Impuls
Sinyal impuls waktu diskrit atau sinyal diskrit impulse juga dikenal sebagai
suatu kronecker delta function atau disebut juga sebagai DT unit sample function,
didefinisikan dengan persamaan matematik seperti berikut.
[ k ] =u [ k ] u [ k1 ]= 1 k =0 (1.2)
0 k 0
u [ k ] = 1 k 0 .. (1.3)
0k<0
Dimana nilai u[k] akan konstan (bias bernilai 1 atau yang lainnya) setelah
waktu k > 0. Perbedaan dengan fungsi step waktu kontinyu adalah bahwa dalam
Sekuen step waktu diskrit, sinyal akan memiliki nilai pada setiap periode waktu
tertentu, sesuai dengan periode samping yang digunakan. Bentuk Sekuen step waktu
diskrit bias dilihat seperti pada Gambar 1.4.
r [ k ] =ku [ k ] = k k 0 . (1.4)
0k<0
Contoh sebuah Sekuen fungsi ramp waktu diskrit dengan kemiringan (slope)
bernilai k > 0 bisa dilihat seperti pada Gambar 1.5.
1.3.4
sinyal waktu diskrit (input), menurut beberapa aturan yang dibuat, untuk
menghasilkan sinyal waktu diskrit dengan bentuk lain (output) sistem tersebut.
Secara umum dinyatakan:
y ( k )=T [ x ( k )] ... (1.7)
Salah satu sistem waktu diskrit yang sering digunakan adalah sistem linier
tidak berubah terhadap waktu (linier time invariant (LTI) system). Sistem ini
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Memenuhi sifat superposisi
Konvolusi
Proses konvolusi adalah proses menentukan sinyal output y[n] dari sebuah
input tertentu x[n] dengan fungsi transfer tertentu h[n]. Konvolusi dapat memiliki
input berupa sinyal kontinyu, maupun sinyal diskrit. Deretan input x[n] ini berupa
impuls satuan yang dilambangkan dengan [n]. Sedangkan deretan output berupa
respon sistem deretan yang disimbolkan dengan h[n]
Proses konvolusi dapat definisikan (dilambangkan) dengan :
y [ n ] =x [ n ] h[n] (1.8)
Dengan perubahan variabel, berlaku pula:
y [ n ] = x [ k ] h [nk ] (1.9)
k=
Kita sebut rumus diatas dengan rumus konvolusi. Fungsi transfer h[k] dari
sebuah sinyal dikalikan dengan pencerminan sinyal dari sinyal input yang digeser
sejauh n (x[n-k]).
1.3.6
Bentuk penjumlahan yang ada di bagian kanan pada persamaan (1.10) disebut
sebagai convolution sum. Jika x[n] dan v[n] memiliki nilai 0 untuk semua integer
pada n < 0, selanjutnya x[i] = 0 untuk semua integer pada i < 0 dan v[i-n] = 0 untuk
semua integer n i < 0 (atau n < i). Sehingga jumlahan pada persamaan (1.10) akan
menempati dari nilai i = 0 sampai dengan i = n, dan operasi konvolusi selanjutnya
dapat dituliskan sebagai:
x [ n ]v [n]=
, n=1, 2,
x [ k ] v [nk ] , n=0,1,2, .. (1.11)
k=
1.3.7
merubah discrete-time index n sampai dengan i dalam sinyal x[n] dan v[n]. Sinyal
yang dihasilkan x[i] dan v[i] selanjutnya menjadi sebuah fungsi discrete-time index i.
Step berikutnya adalah menentukan v[n-i] dan kemudian membentuk pencerminan
terhadap sinyal v[i]. Lebih tepatnya v[-i] merupakan pencerminan dari v[i] yang
diorientasikan pada sumbu vertikal (axis), dan v[n-i] merupakan v[-i] yang digeser ke
kanan dengan step n. Saat pertama kali product (hasil kali) x[i]v[n-i] terbentuk, nilai
pada konvolusi x[n]*v[n] pada titik n dihitung dengan menjumlahkan nilai x[i]v[n-i]
sesuai rentang i pada sederetan nilai integer tertentu.
Untuk lebih jelasnya permasalahan ini akan disajikan dengan
suatu contoh penghitung konvolusi pada dua deret nilai integer
berikut ini.
Sinyal pertama
Sinyal kedua
: x[i] = 1 2 3
: v[i] = 2 1 3
1. Step pertama adalah pembalikan sinyal kedua, v[n] sehingga didapatkan kondisi
seperti berikut:
Sinyal pertama
x[i]
Sinyal kedua v[i]
Product and
Sum
Product and
Sum
Product
Sum
and
11
Product
Sum
and
Product
Sum
and
Product
Sum
and
Dari hasil product and sum tersebut hasilnya dapat kita lihat dalam bentuk
deret sebagai berikut:2 5 11 9 9 Disini hasil penghitungan product and sum sebelum
step pertama dan step ke tujuh dan selanjutnya menunjukkan nilai 0, sehingga tidak
ditampilkan. Secara grafis dapat dilihat seperti berikut ini:
Pada gambar 1.8 diatas, menunjukkan sinyal x[n], bagian kedua menunjukkan
sinyal v[n], sedangkan bagian ketiga atau yang paling bawah merupakan hasil
konvolusi.
1.4
1.4.1
Langkah Percobaan
Menggambar Sinyal Waktu Diskrit
Selanjutnya, buatlah program script matlab dan simpan dengan nama P1_1.
clc
clear
n1=[0:100];
%x1=((0.9).^n1.*cos(0.2*pi*n1+pi/3));
x2=10*cos(0.008*pi*(n1).^2);
axis([min(n11),max(n11),1,1]);
stem(n1,x2)
xlabel('n');ylabel('x2(n)');title('Deret
x2(n)');
set(gca,'XTickMode','manual','Fontsize',10)
2.
closeall
clearall
x=input('Enterx:')
h=input('Enterh:')
m=length(x);
n=length(h);
X=[x,zeros(1,n)];
H=[h,zeros(1,m)];
fori=1:n+m1
Y(i)=0;
forj=1:m
if(ij+1>0)
Y(i)=Y(i)+X(j)*H(ij+1);
else
end
end
end
Y
stem(Y);
ylabel('Y[n]');
xlabel('>n');
title('ConvolutionofTwoSignalswithoutconvfunction');
Jalankan
program P1_2 dengan ketentuan sebagai berikut:
x4(n)*(x5(n)*x6(n)),
1.5
Data Hasil Percobaan
1.5.1 Menggambar Sinyal Waktu Diskrit
A. Gambar Sinyal x1 (n) = (0.9)n cos (0.2 n + /3 ) ; 0 < n < 20
n + / 3 ) ; 0 < n < 20
1.5.2
Konvolusi
A. Konvolusi Sinyal x4(n)*x5(n) dan x5(n)*x4(n)
1.6
1.6.1
pada sinyal waktu diskrit (input), menurut beberapa aturan yang dibuat untuk
menghasilkan ssinyal waktu diskrit dengan bentuk lain (output dan response). Dalam
praktikum ini ada 3 sinyal waktu diskrit yang dibangkitkan dengan nilai x[n] sebagai
berikut:
A. Gambar Sinyal x1 (n) = (0.9)n cos (0.2 n + /3 ) ; 0 < n < 20
/3 ) ; 0 < n < 20
Dengan perhitungan manual, sinyal X1(n) = (0.9)n cos (0.2n + /3) ; 0 < n <
20 didapatkan nilai sebagai berikut:
a. X1(0) = (0.9)0 cos(0,2 . . 0 + / 3) = 1 cos (60) = 0,5
b. X1(1) = (0.9)1 cos(0,2 . . 1 + / 3) = 0,9 cos (36 + 60)
= 0,9 cos (96)
= -0,09
c. X1(2) = (0.9)2 cos(0,2 . . 2 + / 3) = 0,9 cos (72 + 60)
= 0,9 cos (132)
= -0,60
d. X1(3) = (0.9)3 cos(0,2 . . 3 + / 3) = 0,9 cos (108 + 60)
= 0,9 cos (168)
= -0,88
n
X(n)
0
0,5
1
-0,09
2
-006
3
4
5
-0,88 -0,82 -0,45
Berdasarkan gambar 1.18 dapat dianalisis bahwa nilai dari X 1(n) = (0.9)n cos
(0.2n + /3) ; 0 < n < 20 merupakan sinyal waktu diskrit dalam bentuk impulse dan
tidak termasuk sinyal periodik karena tidak memiliki interval waktu T (periode) yang
sama antara satu sama lain. Panjangnya interval pada sinyal X1(n) adalah 20 n.
B. Gambar Sinyal x2(n) = 10 cos(0.008 n2) ; 0 < n < 100
Dengan perhitungan manual, sinyal x2(n) = 10 cos(0.008 n 2); 0 < n < 100
didapatkan nilai sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
n
X(n)
0
10
1
9,99
2
9,99
3
9.74
4
9,20
5
8,09
Dengan perhitungan manual, sinyal x3(n) = 2n ; 0 < n < 100 didapatkan nilai
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
X3(0) = 2 . 0 = 0
X3(1) = 2 . 1 = 2
X3(2) = 2 . 2 = 4
X3(3) = 2 . 3 = 6
X3(4) = 2 . 4 = 8
X3(5) = 2 . 5 = 10
n
X(n)
0
0
1
2
2
4
3
6
4
8
5
10
Berdasarkan pada gambar 1.20 dapat dianalisis bahawa nilai dari x3(n) = 2n ;
0 < n < 100 merupakan suatu sinyal diskrit dalam bentuk impulse dan termasuk sinyal
periodik karena memiliki interval waktu T (periode) yang sama antara satu sama lain.
Panjang interval sinyal pada gambar diatas adalah 100 n.
1.6.2
Konvolusi
Pada dasarnya konvolusi merupakan sebuah metode perhitungan untuk
menentukan respon dari system. Dalam system diskrit, metode perhitungan dengan
cara penjumlahan (akumulator) sedangkan pada system kontinyu dengan cara
integrase sinyal. Prinsip konvolusi adalah dengan cara memberikan sinyal respon h[n]
sebagai fungsi transfer yang akan membuat nilai keluaran (output) Y[n] dari sinyal
masukan (input) X[n].
Dengan adanya sinyal inputan X[n] dan sinyal respon impulse h[n], maka nilai
dari sinyal keluaran (output) dapat ditulis dengan persamaan:
Y [ n ] =x [ n ]h[n] (1.12)
Dalam pengoperasiaannya konvolusi mempunyai sifat-sifat, antara lain:
1. Komutatif
2. Asosiatif
3. Distributif
Dari gambar 1.21 merupakan data hasil konvolusi X4(n) * X5(n) dengan hasil
sebagai berikut:
Demikin juga pada gambar 1.22 merupakan data hasil konvolusi dari X5(n) * X4(n)
dengan hasil:
Sehingga dapat dianalisa bahwa hasil konvolusi dari X4(n)*X5(n) dan hasil
konvolusi dari X5(n)*X4(n) memiliki bentuk keluaran (output) yang sama. Hal ini
dapat membuktikan secara teori bahwa konvolusi memiliki sifat komutatif.
B. Konvolusi Sinyal (x4(n)*x5(n))*x6(n) dan x4(n)*(x5(n)*x6(n))
Berdasarkan data hasil percobaan (x4(n)*x5(n))*x6(n) dan x4(n)*(x5(n)*x6(n)),
didapatkan analisis perbandingan sinyal sebagai berikut:
Demikian juga pada gambar 1.26 merupakan data hasil konvolusi dari
X4(n)*[X5(n) * X6(n)] dengan hasil :
ini
dapat
membuktikan
konvolusi
bahwa
[X4(n)*X5(n)]*X6(n)
dan
Demikian juga pada gambar 1.30 merupakan data hasil konvolusi dari
X4(n)*[X5(n)+X6(n)] dengan hasil :
1.7
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pecobaan yang telah dilakikan, dapat ditarik