Anda di halaman 1dari 8

I.

Judul Percobaan

: Titrasi Penetralan (asidi - alkalimetri) dan


Aplikasinya
II. Hari, tanggal percobaan
: Rabu, 18 Desember 2013 pukul 13.00 16.30 WIB
III. Tujuan percobaan
:
a. Membuat dan standarisasi larutan asam
b. Membuat dan standarisasi larutan basa
c. Menentukan kadar NH3 dalam pupuk ZA
IV. Dasar Teori
:
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila
melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk
titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang
melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk
menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi
antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa).

H+ + OH- H2O
Dimana asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap
senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya
alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan
menggunakan baku basa.
Sehingga, reaksi penetralan dalam analisis titrimetri lebih dikenal sebagai
reaksi asam basa. Reaksi ini menghasilkan larutan yang pH-nya lebih netral. Secara
umum metode titrimetri didasarkan pada reaksi kimia sebagai berikut

aA + tT produk
dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T. untuk menghasilkan
produk yang sifat pH-nya netral.

Dalam reaksi tersebut salah satu larutan (larutan standar) konsentrasi dan pHnya telah diketahui. Saat equivalen mol titran sama dengan mol analitnya begitu pula mol
equivalennya juga berlaku sama.

N titran = N analit
neq titran = neq analit
dengan demikian secara stoikiometri dapat ditentukan konsentrasi larutan ke dua.
Prinsip Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan
menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit
sampai mencapai keadaan ekivalen. Keadaan ini disebut sebagai titik ekivalen. Pada
saat titik ekivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer
yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume
titran, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titran.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan
umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka
titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan
dengan memilih indiator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indiator
disebut sebagai titik akhir titrasi.Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah
berjalan dengan sempurna yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui
perubahan warna indikator. Indikator asam basa akan memiliki warna yang berbeda
dalam keadaan tak terionisasi dengan keadaan terionisasi. Warna yang akan teramati
pada penentuan titik akhir titrasi adalah warna indikator dalam keadaan transisinya.
Contoh indikator adalah metil merah. Oleh karena metil merah bertransisi dari
merah ke kuning, maka bila indikator metil merah dipakai dalam titrasi maka pada titik
akhir titrasi warna yang teramati adalah campuran merah dengan kuning yaitu
menghasilkan warna orange.

Berikut tabel indikator asam basa dengan rentang pH dan perubahan warna yang
terjadi

Indikator asam basa akan memiliki warna yang berbeda dalam keadaan tak terionisasi
dengan keadaan terionisasi. Sebagai contoh untuk indikator phenolphthalein (pp) seperti
diatas dalam keadaan tidak terionisasi (dalam larutan asam) tidak akan berwarna
(colorless) dan akan berwarna merah keunguan dalam keadaan terionisasi ( dalam larutan
basa).
Cara mengetahui titik ekivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
1.

Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,


kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva

2.

titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalen.
Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titran sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi,
pada saat inilah titrasi kita hentikan. Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan
kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan

warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan
umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat
mungkin dengan titik ekuivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indikator yang
tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.

Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator
disebut sebagai titik akhir titrasi.
Reaksi antara zat yang dipilih sebagai standar utama dan asam atau basa harus
memenuhi syarat-syarat untuk analisis titrimetri. Selain itu, standart utama harus
memenuhi karakteristik sebagai berikut:
tersedia dalam bentuk murni atau dalam keadaan yang diketahui kemurniannya.
Umumnya jumlah total pengotor tidak melebihi 0,01 sampai 0,02 %, dan diuji adanya
pengotor dengan uju kualitatif yang diketahui kepekaannya.
zat tersebut mudah mengering dan tidak terlalu higroskopis, hal itu mengakibatkan air
akan ikut saat penimbangan. Zat itu tidak boleh kehilangan berat saat terpapar di
udara. Pada umumnya hidrat-hidrat tidak digunakan sebagai standar utama.
standar utama sebaiknya memiliki berat ekivalen tinggi, bertujuan untuk
meminimalkan akibat-akibat dari kesalahan saat penimbangan.
asam basa itu cenderung kuat, yakni sangat terdisosiasi. Namun, asam basa lemah
dapat digunakan sebagai standar utama, tanpa kerugian yang berarti khususnya ketika
larutan standar itu akan digunakan untuk menganalisis sampel dari asam atau basa
lemah.
Contoh bahan standar utama adalah :
o Kalium hidrogen falat, umumnya dipakai untuk larutan basa.
o Asam sulfamat (HSO3NH2) untuk menstandarisasi basa kuat
o Kalium hidrogen iodat [KH(IO3)2] untuk larutan basa
o Asam sulfosalisilat untuk larutan basa
o Basa organik tris (hidroksimetil) aminometana (CH2OH)3CNH3 biasa disebut TRIS
atau THAM untuk standarisasi asam
o Natrium karbonat (Na2CO3) untuk standarisasi asam kuat, Garam ini tersedia dalam
bentuk garam murni, bersifat sedikit higroskopis, tetapi mudah ditimbang. Karbonat
tersebut ditritrasi menjadi asam karbonat dengan indikator metil jingga (trayek pH

3,1-4,4 dari merah ke kuning). Dalam kasus ini berat equivalennya adalah setengah
berat molekulnya yaitu 53,00 gram.
Berbagai zat asam dan basa, baik anorganik maupun organik dapat ditentukan
dengan titrasi asam-basa, diantaranya nitrogen, belerang, boron, karbonat, gugus fungsi
organik, dan lain-lain. Penentuan nitrogen dilakukan dengan titrasi amonia dengan asam
kuat. Jika amonia terdapat sebagai garam amonia dengan oksidasi -3 amonia dibebaskan
dengan penambahan basa kuat.
AplikasiTitrasi Penetralan
Bermacam macam zat asam dan basa, baik organik maupun organik dapat
ditentukan dengan titrasi asam basa. Juga banyak contoh yang analitnya dapat diubah
secara kimia menjadi asam atau basa dan kemudian ditentukan kadarnya dengan titrasi
asam basa.
Pupuk ZA merupakan zat yang dapat dianalisis. Pupuk ZA yang mengandung
urea [CO(NH2)2] dapat ditentukan berapa kadar amonia atau NH 3 dalam pupuk ZA
tersebut.
V. ALAT DAN BAHAN
o Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Spatula
Pipet tetes
Pipet seukuran 10mL
Labu Ukur 100 mL
Botol timbang
Neraca analitis

:
7. Buret
8. Corong
9. Labu Erlenmeyer 250 mL
10. Statif dan klem
11. Gelas Kimia 250 mL
12. Gelas Ukur 50 mL

\
o Bahan
1. Boraks

5. Pupuk ZA

2. Larutan HCl 0,1 N

6. Larutan NaOH 0,1 N

3. Aquades

7. Kertas lakmus merah

4. Indikator metil merah

VI. Alur Kerja

o Standarisasi Larutan HCl 0,1 N dengan natrium tetraborat dekahidrat atau

boraks sebagai baku.

1,897 gram
boraks
Ditimbang dengan neraca analitik
Dipindah ke labu ukur 250 ml yang berisi
aquades
Diencerkan sampai tanda batas
Larutan
boraks 0,1
Dikocok
N

Larutan HCl
Dimasukkan ke buret
Diturunkan larutan sampai
titik nol

25 ml larutan
boraks
Dipipet dengan pipet
gondok
Dimasukkan ke erlenmeyer
250 ml
Ditambahkan 25 ml aquades
Ditambahakan 3 tetes

Dititrasikan
Dihentikan titrasi saat terjadi
perubahan indikator
Larutan merah jadi
Konsentrasi larutan
jingga
HCl
Dibaca angka pada buret
Diulangi 3x
Dihitung volume HCl yang
Dihitung monsentrasi rata-rata
digunakan
Konsentrasi rataDihitung
konsentrasi
larutan
rata
larutan
HCl

indikator metil merah

o Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N dengan Larutan Standar HCl 0,1 N.

25 ml larutan standar HCl

Larutan NaOH

0,1 N
Dipipet dengan pipet gondok

Dimasukkan ke buret

Dimasukkan ke erlenmeyer

Diturunkan larutan sampai

250 ml
0,1Ditambahkan
gram pupuk 25
ZA ml aquades
Ditimbang dengan
teliti
Ditambahakan
3 tetes
indikator
PP ke erlenmeyer
Dimasukkan
Dititrasikan
Ditambahkan 50 ml larutan NaOH

titik nol
Larutan HCl standar
Dimasukkan ke buret
Diturunkan larutan sampai
titik nol

titrasi
saat terjadi
0,1Dihentikan
N yang telah
distandarisasi
perubahan indikator
Dididihkan campuran sampai
Larutan tidak berwarna
amoniak hilang
jadi
Konsentrasi larutan
Dicek dengan lakmus merah yang
Dibaca
angka pada buret
NaOH
Merah
keunguan
telah dibasahi aquades
Diulangi
3xvolume NaOH yang
Dihitung
Didinginkan
digunakan
Dihitung
monsentrasi rata-rata larutan NaOH
Ditambahkan
3 tetes indikator
Dititrasikan
Konsentrasi
rataDihitung konsentrasi
larutan
o Penentuan
Kadar
NH
dalam
Pupuk
ZA.
3
metil merah
rata NaOH
larutan
NaOH
Dihentikan
titrasi saat terjadi perubahan
Larutan
menjadi jingga
indikator
Dibaca angka pada buret
Dihitung volume HCl yang
digunakan

Dihitung kadar NH3 da;lam pupuk


ZA

Kadar NH3
Diulangi 3x
Dihitung kadar rata-rata
Kadar rata-rata NH3

Anda mungkin juga menyukai