Anda di halaman 1dari 9

SATUNAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Hipertensi
Sasaran : Tn.Y
Hari, Tanggal : Kamis, 09 Juni 2016
Tempat : Rumah Tn.Y
Waktu : 30 Menit
Penyuluh : Ristimawarni, Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Stikes Eka
Harap Palangka Raya

1. Tujuan instruksional umum


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Tn.Y dan keluarga mengetahui
Dan memahami tentang konsep dasar hipertensi dan cara penanganannya.
2. Tujuan instruksional khusus
1) Mengetahui dan memahami definisi dari hipertensi
2) Mengetahui dan memahami etiologi dari hipertensi
3) Mengetahui dan memahami klasifikasi dari hipertensi
4) Mengetahui dan memahami menifestasi klinis dari hipertensi
5) Mengetahui dan memahami komplikasi dari hipertensi
6) Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari hipertensi
3. Materi :
1) Definisi hipertensi
2) Etiologi hipertensi
3) Klasifikasi hipertensi
4) Menifestasi klinis hipertensi
5) Komplikasi hipertensi
6) Penatalaksanaan hipertensi
4. Metode
1) Ceramah
2) Tanya jawab

5. Media
1) Leaflet
6. Evaluasi
1) Bentuk : test lisan
2) Materi test :
(1) Definisi hipertensi
(2) Etiologi hipertensi
(3) Klasifikasi hipertensi
(4) Menifestasi klinis hipertensi
(5) Komplikasi hipertensi
(6) Penatalaksanaan hipertensi
3) Kriteria Evaluasi
Diharapkan dan Tn.Y dan keluarga dapat menjelaskan kembali :
(1) Definisi hipertensi
(2) Etiologi hipertensi
(3) Klasifikasi hipertensi
(4) Menifestasi klinis hipertensi
(5) Komplikasi hipertensi
(6) Penatalaksanaan hipertensi

7. Kegiatan Penyuluhan
No

Waktu
3 menit

Kegiatan penyuluhan
Pembukaan :
1. Membuka

dengan

mengucap salam dan


memperkenalkan diri .
2. Menjelaskan
tujuan
dari penyuluhan
3. Menyebutkan materi
yang akan disampaikan

Kegiatan peserta
1. Menjawab salam
2. Mendengar dan
memperhatikan

15 menit

Pelaksanaan :
1. Definisi hipertensi
2. Etiologi hipertensi
3. Klasifikasi hipertensi
4. Menifestasi klinis

1. Mendengarkan dan
memperhatikan

hipertensi
5. Komplikasi hipertensi
6. Penatalaksanaan
hipertensi
10 menit

Evaluasi :
Menanyakan

1. Menjawab pertanyaan
kepada

peserta tentang materi yang


sudah

disampaikan,

meminta

klien

untuk

menggulanggi.
2 menit

Terminasi :
1. Mengucapkan

1. Mendengar
2. Menjawab salam

terima kasih
2. Mengucapkan
salam penutup

8. Referensi :
Aziz alimul, 2009, konsep dasar manusia, penerbit salemba medika,
Jakarta
C.pearce, 2009, anatomi dan fisiologi, penerbit gramedia, Jakarta
Dorgoes, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, BBC, Jakarta
Nursalam, 2000, proses dan dokumentasi keperawatan, penerbit salemba
medika, Jakarta.
Suyono, 2001, ilmu penyakit dalam, penerbit FKUI

Palangka Raya, 09 Juni 2016


Penyuluh

Ristimawarni

MATERI PUNYULUHAN
HIPERTENSI
1.1 Definisi
Hipertensi menurut Caraspot merupakan peningkatan tekanan sistolik
lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau
lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95
104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114
mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.

Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap


lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).
1.2 Etiologi
Menurut Muhammadun (2010) penyebab hipertensi antara lain :
1. Daya tahan tubuh terhadap penyakit
Daya tahan tubuh seseorang sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi,
aktivitas, dan istirahat. Dalam hidup modern yang penuh kesibukan juga
membuat orang kurang berolahraga dan berusaha mengatasi stresnya
dengan merokok, minum alkohol atau kopi yang mengandung kafein
sehingga daya tahan tahan tubuh menurun dan memiliki resiko terjadinya
penyakit hipertensi.
2. Genetis
Para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga
penderita hipertensi (genetik) dengan resiko bagi orang yang menderita
penyakit ini.
3. Umur
Penyebaran hipertensi menurut golongan umur agaknya terdapat
kesepakatan dari para peneliti di Indonesia. Disimpulkan bahwa prevalensi
4.

hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya umur.


Jenis kelamin
Hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 1995 menunjukkan
prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia
cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya
lebih banyak pria menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan.

Wanita > pria pada usia > 50 tahun pria > wanita pada usia < 50 tahun.
5. Adat istiadat
Kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman kesehatan bagi orang
tersebut seperti:
1) Gaya hidup modern yang mengagungkan sukses, kerja keras yang
berkepanjangan adalah hal yang paling umum serta kurang
berolahraga, dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok,
minum alkohol atau kopi, padahal semuanya termasuk dalam daftar
penyebab yang meningkatkan resiko hipertensi.

2) Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki


ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk
dapat menerima makanan yang agak tawar.
3) Pola makan yang salah, faktor makanan modern sebagai penyumbang
utama terjadinya hipertensi. Makanan yang diawetkan dan garam
dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, dapat meningkatkan
tekanan darah karena mengandung natrium dalam jumlah yang
berlebih.
6. Pekerjaan
Stress pada pekerjaan cenderung menyebabkan terjadinya hipertensi
berat. Pria yang mengalami pekerjaan penuh tekanan, misalnya
penyandang jabatan yang menuntut tanggung jawab besar tanpa disertai
wewenang pengambilan keputusan, akan mengalami tekanan darah yang
lebih tinggi selama jam kerjanya, dibandingkan dengan rekan mereka yang
jabatannya lebih longgar tanggung jawabnya.
7. Ras atau suku
Ras atau suku di Amerika Serikat adalah orang kulit hitam dan kulit
putih. Di Indonesia penyakit hipertensi terjadi secara bervariasi.
1.3 Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO :
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg
3.

dan diastolik 91-94 mmHg


Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and

Treatment of Hipertension :
1. Diastolik
1) < 85 mmHg : Tekanan darah normal
2) 85 99
: Tekanan darah normal tinggi
3) 90 -104
: Hipertensi ringan
4) 105 114 : Hipertensi sedang
5) >115
: Hipertensi berat
2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
1) < 140 mmHg : Tekanan darah normal

2) 140 159
: Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
3) > 160
: Hipertensi sistolik teriisolasi
Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah
yang mendadak (sistole 180 mmHg dan/atau diastole 120 mmHg), pada
penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai
oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau
telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan
pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat
naiknya tekanan darah. Dibagi menjadi dua:
1. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera
dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ
target akut atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD
mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di
perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
2. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna
tanpa

adanya

gejala

yang

berat

atau

kerusakan

organ

target

progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ
target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam.
Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam
(penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam
hitungan jam sampai hari).
1.4 Menifestasi klinis
Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul
gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata,
otak dan jantung. Gejalanya adalah sakit kepala, epistaksis, pusing atau
migren, marah, telinga berdengung,mimisan, sukar tidur dan sesak nafas, rasa
berat dit tengkuk, mata berkunag-kunang. Gangguan serebral akibat hipertensi
dapat berupa kejang, atau gejala- gejala akibat perdarahan pembuluh darah
otak yang berupa kelumpuhan, gangguan kesadaran bahkan sampai koma.
Apabila gejala tersebut timbul, merupakanpertanda tekanan darah perlu segera
diturunkan (Arief Mansjoer,2001:518).

Biasanya tanpa atau tanda-tanda peringatan untuk hipertensi dan sering


disebut ?silent killer?. Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami klien
antara lain: sakit kepala (rasa berat di tengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea,
vomiting, ansietas, kringat berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis,
pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga berdenging), serta kesulitan
tidur (Uddjianti, 2010).
1.5 Komplikasi
Penderita hipertensi beresiko terserang penyakit lain yang timbul
kemudian. Beberapa penyakit yang timbul sebagai akibat hipertensi
diantaranya sebagai berikut (Dalimartha 2008, hh. 13-15).
1. Penyakit jantung koroner
Penyakit ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat
terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Hal ini
menyebabkan rasa nyeri di dada dan dapat berakibat gangguan pada otot
jantung. Bahkan, dapat menyebabkan timbulnya serangan jantung
(Dalimartha 2008, h.13-15).
2. Gagal jantung
Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat
untuk memompa darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan menebal
dan meregang sehingga daya pompa otot menurun. Pada akhirnya, dapat
terjadi kegagalan kerja jantung secara umum. Tanda-tanda adanya
komplikasi yaitu sesak nafas, nafas putus-putus (pendek), dan terjadi
pembengkakan pada tungkai bawah serta kaki (Dalimartha 2008, h.13-15).
3. Kerusakan pembuluh darah otak
Beberapa penelitian di luar negeri mengungkapkan bahwa hipertensi
menjadi penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Ada dua
jenis kerusakan yang ditimbulkan yaitu pecahnya pembuluh darah dan
rusaknya dinding pembuluh darah. Dampak akhirnya, seseorang bisa
mengalami stroke dan kematian (Dalimartha 2008, h.13-15).
4. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan peristiwa dimana ginjal tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi,
yaitu nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis
benigna terjadi pada hipertensi yang berlangsung lama sehingga terjadi

pengendapan fraksi-fraksi plasma pada pembuluh darah akibat proses


menua. Hal itu akan menyebabkan daya permeabilitas dinding pembuluh
darah berkurang. Adapun nefrosklerosis maligna merupakan kelainan
ginjal yang ditandai dengan naiknya tekanan diastole di atas 130 mmHg
yang disebabkan terganggunya fungsi ginjal (Dalimartha 2008, h.13-15).
1.6 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Diit rendah lemak
2) Diit rendah garam dapur, soda, baring powder, natrium benzoat,
3)
4)
5)
6)

monosodium glutamat.
Hindari makanan daging kambing, buah durian, minuman beralkohol
Lakukan olahraga secara teratur
Hentikan kebiasan merokok (minum kopi)
Menjaga kestabilan BB tapi penderita hipertensi yang disertai

kegemukan
7) Menghindari stress dan gaya hidup yang lebih santai. (Wijaya Kusuma,
2.

2004: 11).
Penatalaksanaan Medis
1) Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan
causal
2) Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan
darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi
timbulnya komplikasi.
3) Upaya menurnkan tekanan darah ilakukan dengan mengunakan obat
anti hipertensi selain dengan perubaha gaya hidup.
4) Pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang
dengan memunkginakn besat untuk seumur hidup.

Anda mungkin juga menyukai