FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No. 2
Cawang Jakarta 13630
INDONESIA
LAPORAN PRATIKUM
METALURGI FISIK
Disusun Oleh :
URFAN RAMADHAN : 14171015001
TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BUDI UTOMO
2016
LEMBAR PENGESAHAN
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2016
Asisten Pengujian
Asisten Pengujian
Metalurgi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Yang Maha Kuasa, Allah SWT atas
anugerah nikmat kesehatan, nikmat ilmu dan semua nikmat lainnya, sehingga
Penulis dapat menyelesaikan makalah Metalurgi Fisik dalam Pengujian
Destruktif yang berjudul Uji Tarik dan Uji Impact . Dan tak lupa penulis
ucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan dalam penyusunan makalah
ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Kepada keluarga dan orang tua tercinta yang selalu sabar mendoakan
demi kelancaran semua urusan perkuliahan, sehingga makalah ini pun
dapat terselesaikan.
2. Kepada Ibu Mediya Wantipane dan Bapak Benheart Tarigan, selaku
pembimbing Praktek Manufaktur yang memberikan pelajaran dan
materi selama praktek berlangsung. Terima kasih atas bimbingan dan
arahan dalam Penulisan makalah ini.
3. Kepada teman-teman seperjuangan Teknik Mesin ITBU baik kelas
reguler maupun P2T khususnya Kelompok F.
4. Orang tersayang yang selalu menjadi motivasi penulis dan mendoakan
di setiap jejak langkah penulis dalam hal apapun. Terima kasih
5. Dan semua pihak yang selalu memberikan dukungan yang sangat
membantu penulis baik moril maupun materil.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini pembaca dapat memahami
dan mengenal apa itu Pengujian Destruktif pada material dalam sifat-sifat
suatu material specimen tertentu . Hal tersebutlah yang kemudian dijadikan dosen
mata kuliah Metalurgi fisik sebagai Topik permasalahan dalam pembuatan
makalah ini. Dan penulis mengambil suatu batasan permasalahan dalam
penentuan topik tersebut yang lebih mengerucut kepada Pengujian Uji Tarik
dan Impact
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................v
BAB I : PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Batasan Masalah................................................................................3
1.3 Maksud dan Tujuan Percobaan..........................................................3
1.4 Sistematika Penulisan........................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................5
2.1 Pengujian Destruktif..........................................................................5
2.2 Kekuatan Tarik...................................................................................5
2.3 Kekuatan Luluh (Yield Strength).......................................................8
2.4 Modulus Elastisitas............................................................................9
2.5 Uji Tarik...........................................................................................11
2.6 Uji Impact........................................................................................18
2.6.1
2.6.2
2.6.3
2.6.4
Alat Pendukung........................................................................25
3.3.2
3.3.3
Prosedur Percobaan..................................................................25
3.3.4
3.3.5
Kesimpulan...............................................................................30
3.3.6
Alat Pendukung........................................................................38
3.6.2
3.6.3
Prosedur Percobaan..................................................................38
3.6.4
3.6.5
3.6.6
Pembahasan..............................................................................43
3.6.7
Kesimpulan...............................................................................44
3.6.8
Saran.........................................................................................44
3.6.9
BAB IV : PENUTUP..................................................................................51
4.1 Simpulan..........................................................................................51
4.2 Saran.................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................53
LAMPIRAN................................................................................................54
BAB III
III
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Suatu logam mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibedakan atas sifat fisik,
mekanik, thermal, dan korosif. Salah satu yang penting dari sifat tersebut adalah
sifat mekanik. Sifat mekanik terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan, dan
ketangguhan. Sifat mekanik merupakan salah satu acuan untuk melakukan proses
selanjutnya terhadap suatu material, contohnya untuk dibentuk dan dilakukan
proses permesinan. Untuk mengetahui sifat mekanik pada suatu logam harus
dilakukan pengujian terhadap logam tersebut. Salah satu pengujian yang
dilakukan adalah pengujian tarik.
Dalam pembuatan suatu konstruksi diperlukan material dengan spesifikasi
dan sifat-sifat yang khusus pada setiap bagiannya. Sebagai contoh dalam
pembuatan konstruksi sebuah jembatan. Diperlukan material yang kuat untuk
menerima beban diatasnya. Material juga harus elastis agar pada saat terjadi
pembebanan standar atau berlebih tidak patah. Salah satu contoh material yang
sekarang banyak digunakan pada konstruksi bangunan atau umum adalah logam.
Meskipun dalam proses pembuatannya telah diprediksikan sifat mekanik
dari logam tersebut, kita perlu benar-benar mengetahui nilai mutlak dan akurat
dari sifat mekanik logam tersebut. Oleh karena itu, sekarang ini banyak dilakukan
pengujian-pengujian terhadap sampel dari material.
Pengujian ini dimaksudkan agar kita dapat mengetahui besar sifat mekanik
dari material, sehingga dapat dlihat kelebihan dan kekurangannya. Material yang
mempunyai sifat mekanik lebih baik dapat memperbaiki sifat mekanik dari
material dengan sifat yang kurang baik dengan cara alloying. Hal ini dilakukan
sesuai kebutuhan konstruksi dan pesanan.
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan
suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Hasil
yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan
desain produk karena mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik
digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang
diberikan secara lambat.Salah satu cara untuk mengetahui besaran sifat mekanik
dari logam adalah dengan uji tarik. Sifat mekanik yang dapat diketahui adalah
kekuatan dan elastisitas dari logam tersebut. Uji tarik banyak dilakukan untuk
melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data
pendukung bagi spesifikasi bahan. Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji
dapat dilihat dari kurva uji tarik.
Dalam bidang industri diperlukan pengujian tarik ini untuk
mempertimbangkan faktor metalurgi dan faktor mekanis yang tercakup dalam
proses perlakuan terhadap logam jadi, untuk memenuhi proses selanjutnya.
Oleh karena pentingnya pengujian tarik dan impact ini, kita sebagai
mahasiswa metalurgi hendaknya mengetahui mengenai pengujian ini. Dengan
adanya kurva tegangan regangan kita dapat mengetahui kekuatan tarik, kekuatan
luluh, keuletan, modulus elastisitas, ketangguhan, dan lain-lain. Pada pegujian
tarik ini kita juga harus mengetahui dampak pengujian terhadap sifat mekanis dan
fisik suatu logam. Dengan mengetahui parameter-parameter tersebut maka kita
dapat data dasar mengenai kekuatan suatu bahan atau logam.
1.2
Batasan Masalah
Untuk menghidari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah ini,
1.3
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui sifat-sifat mekanis dari benda uji tersebut seperti
kekuatan tarik, kekuatan tekan, kekuatan geser, kekuatan terhadap beban
kejut dan modulus elastisitas dari logam tersebut. Tujuan umum dari
pengujian destruktif adalah untuk mengetahui sifat-sifat mekanis dari
benda uji
2. Dapat melihat secara langsung seperti apa destruktif test pada material
3. Sebagai bahan ajar praktek metalurgi fisik
4. Salah satu pengetahuan di bidang metafologi yang ada di dunia teknik
mesin dan industry
1.4
Sistematika Penulisan
Penulisan laporan ini dibagi menjadi lima bab. Bab I menjelaskan mengenai
BAB IV
PEMBAHASAN
2.1
Pengujian Destruktif
Pengujia destruktif adalah pengujian logam yang dilakukan dengan merusak
specimen atau benda uji sehingga dapat diketahui sifat-sifat mekanis Pengujian
tarik dan impact ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis suatu
material, khususnya logam diantara sifat-sifat mekanis yang dapat diketahui dari
hasil pengujian tarik adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Kekuatan tarik
Kuat luluh dari material
Modulus elastisitas dari material
Regangan
Pengujian tarik dan impact banyak dilakukan untuk melengkapi informasi
rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi
spesifikasi bahan. Karena dengan pengujian tarik dapat diukur ketahanan suatu
material terhadap gaya statis yang diberikan secara perlahan. Pengujian tarik ini
merupakan salah satu pengujian yang penting untuk dilakukan, karena dengan
pengujian ini dapat memberikan berbagai informasi mengenai sifat-sifat logam.
2.2
Kekuatan Tarik
Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah
kuat luluh (Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength). Kekuatan
tarik atau kekuatan tarik maksimum (Ultimate Tensile Strength / UTS), adalah
beban maksimum dibagi luas penampang lintang awal benda uji.
di mana :
Su
= Kuat tarik
Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban
maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu untuk keadaan yang sangat
terbatas.
Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu
uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam
kaitannya dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang liat kekuatan
tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum, di mana logam dapat menahan
beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas. Akan ditunjukkan bahwa
nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam kecil sekali kegunaannya untuk
tegangan yang lebih kompleks, yakni yang biasanya ditemui. Untuk berapa lama,
telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada kekuatan tarik,
dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai.
Kecenderungan yang banyak ditemui adalah menggunakan pendekatan yang
lebih rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam yang liat pada kekuatan
luluhnya. Akan tetapi, karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik
untuk menentukan kekuatan bahan, maka metode ini lebih banyak dikenal, dan
merupakan metode identifikasi bahan yang sangat berguna, mirip dengan
kegunaan komposisi kimia untuk mengenali logam atau bahan. Selanjutnya,
karena kekuatan tarik mudah ditentukan dan merupakan sifat yang mudah
dihasilkan kembali (reproducible). Kekuatan tersebut berguna untuk keperluan
spesifikasi dan kontrol kualitas bahan. Korelasi empiris yang diperluas antara
kekuatan tarik dan sifat-sifat bahan misalnya kekerasan dan kekuatan lelah, sering
dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas, kekuatan tarik merupakan kriteria
yang tepat untuk keperluan perancangan.
Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati
tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan
mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastik yang berlangsung sedikit
demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastik mulai terjadi dan sukar
ditentukan secara teliti. Telah digunakan berbagai kriteria permulaan batas luluh
yang tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan data-data yang akan
digunakan.
1. Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada
skala regangan 2 X 10-6 inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan
dikaitkan dengan gerakan beberapa ratus dislokasi.
2. Batas proporsional adalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan
proporsional antara tegangan-regangan. Harga ini diperoleh dengan cara
mengamati penyimpangan dari bagian garis lurus kurva teganganregangan.
3. Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh
bahan tanpa terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban
telah ditiadakan. Dengan bertambahnya ketelitian pengukuran regangan,
nilai batas elastiknya menurun hingga suatu batas yang sama dengan batas
elastik sejati yang diperoleh dengan cara pengukuran regangan mikro.
Dengan ketelitian regangan yang sering digunakan pada kuliah rekayasa
(10-4 inci/inci), batas elastik lebih besar daripada batas proporsional.
Penentuan batas elastik memerlukan prosedur pengujian yang diberi
beban-tak diberi beban (loading-unloading) yang membosankan.
2.3
adalah kuat luluh (Yield Strength). Kekuatan luluh ( yield strength) merupakan
titik yang menunjukan perubahan dari deformasi elastis ke deformasi plastis
[Dieter, 1993]. Besar tegangan luluh dituliskan seperti pada persamaan 2.4,
sebagai berikut.
Keterangan ;
Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda
uji diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan kemudian pada saat
beban ditiadakan maka benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan
0,2%, lebih panjang daripada saat dalam keadaan diam. Tegangan offset di
Britania Raya sering dinyatakan sebagai tegangan uji (proff stress), di mana harga
ofsetnya 0,1% atau 0,5%. Kekuatan luluh yang diperoleh dengan metode ofset
biasanya dipergunakan untuk perancangan dan keperluan spesifikasi, karena
metode tersebut terhindar dari kesukaran dalam pengukuran batas elastik atau
batas proporsional.
2.4
Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan
Dimana :
s = tegangan
= regangan
2.5
Uji Tarik
Uji Tarik merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui sifat-sifat suatu
bahan. Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana
bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana
material itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki
cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff).
Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus
menarik suatu bahan (dalam hal ini suatu logam) sampai putus, kita akan
mendapatkan profil tarikan yang lengkap yang berupa kurva seperti digambarkan
pada Gambar 1. Kurva ini menunjukkan hubungan antara gaya tarikan dengan
perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan dalam desain yang memakai
bahan tersebut
Seperti pada gambar 2.1 benda yang diuji tarik diberi pembebanan pada dua
arah sumbunya. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban yang
sama besarnya. Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang
dipergunakan pada material . dimana specimen uji yang telah distandarisasi
dilakukan pembebanan uniaxial sehingga specimen uji mengalami peregangan
dan bertambah panjang hingga akhirnya patah. Pengujian tarik relatif sederhana,
murah dan sangat terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal yang perlu
diperhatikan agar pengujian menghasilkan nilai yang valid adalah: bentuk dan
dimensi specimen uji.
Karena dalam pengujian ini menggunakan standar JIS maka bentuk
specimen uji harus sesuai dengan standar yang ditentukan. Untuk pengujian
material sesuai dengan standar JIS mengacu pada JIS Z 2201. Standarisasi dan
bentuk dari specimen uji bertujuan agar retak dan patahan tidak terjadi pada
bagian gauge. Gambar dibawah ini merupakan standarisai uji tarik yang mengacu
pada JIS Z 2201.
Io . P
Ao
P l l
=
Ao Io C
Asumsikan bahwa kita melakukan uji tarik mulai dari titik O sampai D
sesuai dengan arah panah dalam gambar 1.3.
a. Batas elastic
titik A. Bila sebuah bahan diberi beban sampai pada titik A, kemudian
bebannya dihilangkan, maka bahan tersebut akan kembali ke kondisi
semula (tepatnya hampir kembali ke kondisi semula) yaitu regangan
nol pada titik O (lihat inset dalam Gbr.1.3). Tetapi bila beban ditarik
sampai melewati titik A, hukum Hooke tidak lagi berlaku dan terdapat
perubahan permanen dari bahan. Terdapat konvensi batas regangan
permamen (permanent strain) sehingga masih disebut perubahan elastis
yaitu kurang dari 0.03%, tetapi sebagian referensi menyebutkan 0.005% .
Tidak ada standarisasi yang universal mengenai nilai ini.
b. Batas proporsional p (proportional limit) Titik sampai di mana
penerapan hukum Hook masih bisa ditolerir. Tidak ada standarisasi
tentang nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas proporsional sama
dengan batas elastis.
c. Deformasi plastis (plastic deformation) Yaitu perubahan bentuk yang
tidak kembali ke keadaan semula. Pada Gbr.1.3 yaitu bila bahan ditarik
sampai melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing.
d. Tegangan luluh atas uy (upper yield stress) Tegangan maksimum
sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihan deformasi elastis
ke plastis.
e. Tegangan luluh bawah ly (lower yield stress) Tegangan rata-rata
daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase deformasi plastis.
Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress), maka yang dimaksud
adalah tegangan ini.
f. Regangan luluh y (yield strain) Regangan permanen saat bahan akan
memasuki fase deformasi plastis.
g. Regangan
elastis e (elastic
strain)
Regangan
yang
diakibatkan
perubahan elastis bahan. Pada saat beban dilepaskan regangan ini akan
kembali ke posisi semula.
Gambar 7. Penentuan tegangan luluh (yield stress) untuk kurva tanpa daerah
linier
P
(N/mm2)
Ao
Regangan yang digunakan adalah regangan linier rata-rata, yang diukur dengan
cara membagi panjang ( ) dengan panjang awal.
e=
Dimana; e
atau
l
lo
= regangan (%)
lf
lo
2.6
l f l o
lo
Uji Impact
Uji impact adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat
juga turut menyerap energi, sehingga energi yang terukur bukanlah energi yang
mampu di serap material seutuhnya.
Batang uji Charpy banyak digunakan di Amerika Serikat, Benda uji Charpy
memiliki luas penampang lintang bujur sangkar (10 x 10 mm) dan memiliki takik
(notch) berbentuk V dengan sudut 45o, dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan
kedalaman 2 mm.
Benda uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang
bertakik diberi beban impak dari ayunan bandul, Serangkaian uji Charpy pada
satu material umumnya dilakukan pada berbagai temperature sebagai upaya untuk
mengetahui temperatur transisi
prinsip dasar pengujian charpy ini adalah besar gaya kejut yang dibutuhkan
untuk mematahkan benda uji dibagi dengan luas penampang patahan. Mula-mula
bandul Charpy disetel dibagian atas, kemudian dilepas sehingga menabrak benda
uji dan bandul terayun sampai ke kedudukan bawah Jadi dengan demikian, energi
yang diserap untuk mematahkan benda uji ditunjukkan oleh selisih perbedaan
tinggi bandul pada kedudukan atas dengan tinggi bandul pada kedudukkan bawah
(tinggi ayun). Segera setelah benda uji diletakkan, kemudian bandul dilepaskan
sehingga batang uji akan melayang (jatuh akibat gaya gravitasi). Bandul ini akan
memukul benda uji yang diletakkan semula dengan energi yang sama. Energi
bandul akan diserap oleh benda uji yang dapat menyebabkan benda uji patah
tanpa deformasi (getas) atau pun benda uji tidak sampai putus yang berarti benda
uji mempunyai sifat keuletan yang tinggi.
Permukaan patah membantu untuk menentukan kekuatan impact dalam
hubungannya dengan temperatur transisi bahan. Daerah transisi yaitu daerah
dimana terjadi perubahan patahan ulet ke patahan getas. Bentuk perpatahan dapat
dilihat langsung dengan mata telanjang atau dapat pula dengan bantuan
mikroskop.
2.6.2Pengujian Impact Metode izod
Metode uji Izod lazim digunakan di Inggris dan Eropa, Benda uji Izod
mempunyai penampang lintang bujur sangkar atau lingkaran dengan takik V di
dekat ujung yang dijepit, kemudian uji impak dengan metode ini umumnya juga
dilakukan hanya pada temperatur ruang dan ditujukan untuk material-material
yang didisain untuk berfungsi sebagai cantilever,
Perbedaan mendasar charpy dengan izod adalah peletakan spesimen.
Pengujian dengan menggunkan izod tidak seakurat pada pengujian charpy, karena
pada izod pemegang spesimen juga turut menyerap energi, sehingga energi yang
terukur bukanlah energi yang mampu di serap material seutuhnya.
Patahan yang terjadi pada benda yang lunak, misalnya: baja lunak,
tembaga, dapat dianalisis
BAB V
METODE PENGUJIAN
3.3
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Hamplas
Pasta gigi
Air
Caliper / Jangka sorong
Dial gauge
Alat tulis
Penggaris
Kertas gtrafik
3.3.2 Bahan dan mesin Yang Digunakan
a.
b.
c.
d.
e.
k.
l.
b.)
3.3.4 Data Hasil PercobaanGambar 13. Sesudah Uji Tarik
Dari hasil
terhadap specimen uji tarik dengan sepesifikasi
Gambar 14Sebelum
Uji percobaan
Tarik
dibawah ini:
A. Alumunium
Material : Allumunium
Standar percobaan: JIS
Panjang awal
: 252 mm
Beban
: 10000 kgf = 1019.36 N
Diameter awal : 9,1 mm
Didapat data sebagai berikut:
Panjang akhir
Diameter akhir
: 284,5 mm
: 6,1mm
Dari data hasil pengujian terhadap specimen uji tarik di atas di dapat:
Tegangan luluh ( y )
Tegangan maksimum ( u )
Tegangan patah ( f )
Sedangkan untuk regangan ( )
: 450 N/mm2
: 588 N/mm2
: 500 N/mm2
yang dapat diterima oleh specimen
e=
l f l o
lo
Dimana : l f
= 284,5 mm
lo = 252 mm
Jadi untuk regangannya menjadi
e=
l f l o
lo
e=
284,5 mm252 mm
252 mm
= 0.12
Regangan dari specimen uji 12%
Modulus elastisitasnya adalah:
M o=
=
P
Ao
P
d
. lo
2
( )
(
1019.36 N
9,1 mm
.252 mm
2
M o=
0.283 N /mm2
0.12
= 0.283 N/mm2
= 2,358 N/mm2
Untuk batas proposional ( p ) bisa di lihat pada kurva tegangan dan regangan.
Untuk batas proposional ( p ) tidak ada standarisasi untuk nilai dari batas
proposional ( p ) tetapi pada prakteknya batas proposional sama dengan batas
elastisitas.
a. Pada uji coba ini kita menguji ketahanan bahan materialnya sejauh mana
pertambahan panjangnya dan bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap
tarikan.
b. Alumunium
Tegangan luluh (y)
: 450 (N/mm)
Tegangan Maksimal (u)
: 588 (N/mm)
Tegangan Patahan
: 500 (N/mm)
c. Alumunium dapat meregang hingga 12% dari bentuk awalnya
d. Pada pengujian tarik mengalami deformasi, selama deformasi bahan
menyarap energi sepanjang jarak deformasi.
1. Buatlah
grafik
Tegangan-Regangan
pada
sampel Alluminium.
10
15
20
batas proposional ( p )
25
30
35
40
tegangan maksimum
tegangan patah
e=
l f l o
lo
e=
284,5 mm252 mm
252 mm
= 0.12
Regangan dari specimen uji 12%
e=
d f d o
do
e=
6,1mm9,1 mm
9,1 mm
= - 0.33
Pengurangan diameter dari specimen uji -33%
4. Mengapa baja menunjukkan adanya titik luluh semntara besi cor tidak?
Jawab :
Gejala luluh pada umumnya hanya ditunjukkan oleh logam-logam ulet
dengan struktur Kristal BCC dan FCC yang membentuk interstitial
solid solution dari atom-atom karbon, boron, hydrogen dan oksigen.
Interaksi antar dislokasi dan atom-atom tersebut menyebabkan baja
ulet seperti mild steel menunjukkan titik luluh bawah (lower yield
point) dan titik luluh atas (upper yield point).
Untuk baja berkekuatan tinggi dan besi tuang yang getas pada
umumnya tidak memperlihatkan batas luluh yang jelas. Sehingga
digunakan metode offset untuk menentukan kekuatan luluh material.
Besi tuang noduler, kita harus berpangkal pada besi kasar kelabu.Besi
kasar kelabu memiliki kadar silikon yang tinggi (kurang lebih 5,5
sampai 1,5%), dan kadar mangan rendah. Karena itu pada pendinginan
perlahan-lahan pembentukan karbon bebas akanmeningkat. Karena
selama fabrikasi dimasukkan magnesium ke dalam bahan, maka
karbon bebas itu terjadi berupa bola.
Bola
baja
murni.
3.4
3.5
Uji Impact
Diagram Alir Percobaan
3.6
3.6.1
Alat Pendukung
a.
b.
c.
d.
3.6.2
Prosedur Percobaan
diinginkan
dalam pengujian.
e. Meletakkan spesimen pada meja uji, memasang termokopel untuk
mengetahui temperatur saat diberi beban impak
f. Naikkan pendulum sesuai dengan kedudukan dan aturlah jarum penunjuk
pada posisi maksimum.
g. Setelah benda kerja mencapai temperatur yang diinginkan, ambil dan
letakkan pada landasan dengan cepat dan tepat.
h. Tarik tuas sehingga lengan pendulum terlepas dan pendulum bergerak
memukul spesimen uji, dengan catatan pemukulan harus terjadi setelah 5
detik sejak material dikeluarkan dari bejana.
i. Catatlah jarum penunjuk mesin yang menyatakan energi yang diserap oleh
logam
j. Amati dan gambarlah bentuk patahan yang terjadi ( gunakan kaca
pembesar ).
k. Catatlah data yang diperoleh pada lembar data yang tersedia.
3.6.4
3.6.5
3.6.6
Pembahasan
3.6.7
Kesimpulan
3.6.8
Saran
a. Sebaiknya spesimen dalam uji impak ini lebih dari satu, agar mahasiswa
mengetahui perbandingan kekuatan bahan spesimen uji.
b. Alangkah baiknya apabila juga disertakan perbedaan suhu spesimen.
Sebagai contoh : spesimen Baja ST 37 dengan suhu ruangan (29 ),
dengan perbandingan spesimen yang telah dipanaskan Baja ST 37 dengan
suhu (250 ). Agar mahasiswa mengetahui perbandingan suhu dapat
mempengaruhi kekuatan bahan spesimen uji.
3.6.9
U
A
115 joule
2
81mm
kimia
baja.
Kecepatan
pendinginan
tergantung
pada
larutan garam atau soda api yang dimasukkan ke dalam air. Sementara itu,
untuk pendinginan yang sangat lambat digunakan embusan udara secara
cepat melalui batas lapisannya.
Dalam keadaan dingin dan tidak seperti logam lainnya yang
menjadi getas bila didinginkan. Sifat ini sangat baik untuk penggunaan
pada transportasi LNG dimana suhu gas cair LNG mencapai dibawah
-150C.
Baja karbon rendah dipanaskan diatas titik kritis atas (tertinggi).
Seluruh unsur karbon masuk ke dalam larutan padat dan selanjutnya
didinginkan. Baja karbon tinggi biasanya dipanaskan hanya sedikit diatas
titik kritis terendah (bawah). Dalam hal ini, terjadi perubahan perlit
menjadi austenit. Pendinginan yang dilakukan pada suhu itu akan
membentuk martensit. Juga sewaktu kandungan karbon diatas 0,83% tidak
terjadi perubahan sementit bebas menjadi austenit, karena larutannya telah
menjadi keras. Sehingga perlu dilakukan pemanasan pada suhu tinggi
untuk mengubahnya dalam bentuk austenit. Lamanya pemanasan
bergantung atas ketebalan bahan tetapi bahan harus tidak berukuran
panjang karena akan menghasilkan struktur yang kasar. Karena itulah
dalam keadaan panas dia menjadi ulet.
5. Apakah yang menyebabkan terjadinya data scatter hasil pengujian
anda?
Jawab :
Sebuah Scatter Diagram menunjukkan hubungan antara dua item
untuk tiga alasan:
1. Ada sebab dan akibat hubungan antara dua item diukur, di mana salah
satu menyebabkan yang lain (setidaknya sebagian).
2. Dua item yang diukur adalah baik disebabkan oleh item ketiga.
Misalnya, Scatter Diagram yang menunjukkan korelasi antara celahcelah dan transparansi peralatan kaca karena perubahan baik
disebabkan oleh perubahan suhu tungku.
3. Kebetulan Lengkap. Hal ini dimungkinkan untuk menemukan korelasi
tinggi item yang tidak terkait, seperti jumlah semut persimpangan jalan
dan penjualan koran.
Kedekatan dari sebab dan akibat. Ada kesempatan yang lebih baik dari
korelasi tinggi jika penyebabnya adalah terhubung langsung ke efek
daripada jika pada akhir rantai penyebab. Jadi akar mungkin tidak
memiliki hubungan yang jelas dengan efek akhir.
Aspek struktur utama: butir kasar (susunan facet pada permukaan belah
atau pola sungai), terkadang antara ciri-ciri cleavage ada dimple dan
pada polifase (perlite + Fe3C) terdapat garis dan dimple.
Berikut ini adalah specimen uji yg mendukung pernyataan diatas.
BAB VI
PENUTUP
4.1 Simpulan
Demikian yang dapat Penulis paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Dan dapat kita
simpulkan bahwa :
1. Uji Tarik dan Impact adalah salah satu destruktif test / cara untuk
untuk mengetahui sifat-sifat mekanis suatu materual
2. Impact Test adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk menguji
ketangguhan suatu specimen terhadap pemberian beban secara tibatiba melalui tumbukan.
3. Semakin rendah harga impak maka jenis perpatahan yang terjadi akan
semakin getas.
4. Salah satu hal yang mempengaruhi impak adalah temperatur.
Semakin rendah temperatur suatu material maka akan semakin getas
material tersebut, dan semakin tinggi temperatur maka material akan
semakin ulet.
4.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat Penulis sampaikan yaitu :
1. Untuk meahasisa harus tahu seperti apa pengujian logam sebagai
bahan ajar demi tercapainya mutu pendidikan di bidang metalurgi
DAFTAR PUSTAKA
http://www.infometrik.com/2009/09/mengenal-uji-tarik-dan-sifat-sifatmekanik-logam/
https://sersasih.wordpress.com/2011/07/21/laporan-material-teknik-ujitarik/
http://abdi94.blogspot.co.id/2014/06/pengujian-impact.html
http://andiwinartoteknikmesin.blogspot.com/2014/05/mesin-cnc.html
LAMPIRAN