Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO, industri obat-obatan merupakan industri yang berbasis
riset,

secara

promosi

yang

berkesinambungan
membutuhkan

memerlukan

biaya

mahal,

inovasi,
organisasi

memerlukan
dan

sistem

pemasaran yang baik, serta produknya diatur secara ketat, baik pada
tingkat

nasional

maupun

internasional.

Industri

obat

tradisional

merupakan salah satu usaha yang mempunyai peranan penting dalam


usaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan menyediakan
dan memproduksi obat-obatan tradisional yang berkualitas.
Beberapa produk obat-obatan yang beredar di Indonesia terbagi
menjadi tiga yaitu obat tradisional, obat fitofarmaka dan obat farmasi atau
yang disebut dengan obat sintetis. Obat fitofarmaka merupakan jenis
peralihan antara obat tradisional dan obat farmasi (sintetis), sehingga
dapat disimpulkan bahwa obat fitofarmaka adalah obat tradisional yang
diproses secara modern, dengan menggunakan standar dan melalui uji
klinis tertentu. Obat fitofarmaka sering disebut sebagai obat tradisional atau
orang sering menyebutnya dengan jamu kemasan karena menggunakan
bahan-bahan alami dari alam namun melalui sebuah produksi yang
modern dan higienis dan melalui sejumlah uji klinis tertentu, sehingga
tidak berbeda kualitasnya dengan obat modern atau obat farmasi.
Sejak dahulu masyarakat Indonesia telah mengenal dan menggunakan
tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya penanggulangan
masalah

kesehatan,

sebelum

pelayanan

kesehatan

formal

dengan

pengobatan modern dikenal masyarakat. Pengetahuan tentang tanaman


obat

tradisional

merupakan

warisan

budaya

bangsa

berdasarkan

pengalaman, pengetahuan dan keterampilan secara turun temurun yang


diwariskan

kepada

generasi

penerus

bangsa.

Pengobatan

dan

pendayagunaan obat termasuk obat tradisional merupakan salah satu


komponen

alternatif

pelayanan

kesehatan

dasar

untuk

memenuhi

kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan beberapa contoh
kasus yang terjadi di masyarakat, obat-obatan sintetis modern atau yang
disebut dengan obat farmasi yang dibuat secara kimiawi ternyata sering
menimbulkan efek samping yang merugikan dan banyak meninggalkan
residu pada tubuh manusia, tingkat keamanan dan keberhasilannya masih
diragukan walaupun sudah melalui pengujian terhadap efektifitas dan
stabilitas produknya. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia berdampak
langsung pada kenaikan harga-harga produk dan biaya hidup semakin
meningkat, sehingga masyarakat mulai harus berpikir untuk dapat lebih
menghemat dalam pengeluaran uang tiap bulannya. Hampir semua
barang mengalami kenaikkan harga, tidak terkecuali harga obat farmasi.
Padahal masyarakat sangat membutuhkan obat untuk menyembuhkan
penyakit yang dideritanya atau hanya menjaga kesehatan dari perubahan
iklim dan cuaca yang tidak menentu. Tingkat kesehatan masyarakat
cenderung menurun sebagai akibat daya beli masyarakat yang rendah
khususnya terhadap obat-obatan. Oleh karena itu banyak masyarakat
yang beralih pada pengobatan tradisional karena pengobatantradisional
lebih murah dan dapat menekan harga, masyarakat lebih percaya karena
faktor pengalaman dan alasan hasil warisan turun-temurun. Pengunaan
bahan alam dalam rangka pemeliharaan kesehatan lebih dekat pada
proses biologis pada tubuh manusia, aman bagi kesehatan, bebas dari
bahan

kimia,

bebas

efek

samping

walaupun

keberhasilan

penyembuhannya tidak secepat obat farmasi. Kekayaan flora Indonesia


yang begitu besar merupakan peluang untuk berkembangnya produksi
industri jamu atau obat tradisional. Perkembangan produksi jamu dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan. Peningkatan produksi tidak
hanya untuk konsumsi dalam negeri tetapi juga untuk ekspor. Selain itu,
juga terjadi peningkatan unit kerja dan pabrik disejumlah perusahaan

jamu terbesar. Oleh karena itu industri jamu mempunyai kesempatan bisa
sejajar dengan industri farmasi.
Jumlah

industri

jamu

semakin

berkembang

seiring

dengan

meningkatnya kebiasaan mengkonsumsi obat tradisional. Sesuai data dari


Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) jumlah IOT (Industri Obat
Tradisional) dan IKOT (Industri Kecil Obat Tradisional) tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Perkembangan jumlah perusahaan obat tradisional mengindikasikan
bahwa terjadi peningkatan perkembangan dalam industri jamu nasional.
Menurut gabungan perusahaan jamu (2004), industri jamu akan terus
berkembang

dan

persaingan

dengan

perusahaan

farmasi

yang

memproduksi obat-obatan sintetis akan semakin tinggi. Pangsa pasar


produk obat-obatan sampai saat ini masih dikuasai oleh industri farmasi
tetapi dari tahun ke tahun pangsa pasar industri obat tradisional atau
jamu terus meningkat.
BAB II
PERMASALAHAN
Peningkatan jumlah penduduk dan harga obat sintetis yang jauh diatas
harga obat tradisional pada saat ini, mengakibatkan masyarakat berpikir
untuk kembali ke alam atau back to nature. Obat sintetis mulai ditinggalkan
karena

dirasa

terlalu

mahal

dengan

efek

samping

yang

cukup

membahayakan. Masyarakat berpikir bahwa dengan obat tradisional akan


lebih murah dan tidak membahayakan kesehatan karena bahannya yang
berasal dari alam. Selain itu juga faktor pengalaman dan alasan hasil warisan
turun-temurunyang dipercaya kemanjurannya telah menjadi salah satu
motivasi bagi mereka untuk mengembangkan industri jamu di Indonesia.
Adanya pasar AFTA yang akan dibuka tahun 2010, menyebabkan pangsa
pasar akan bertambah besar sehingga jika dapat dikuasai akan menciptakan
keuntungan

yang

sangat

besar.

Selain

memperbesar

pangsa

pasar,

dibukanya pasar AFTA akan menyebabkan semakin tingginya persaingan.

Industri jamu tidak hanya bersaing dengan industri farmasi nasional saja,
tetapi juga dengan perusahaan asing.
Oleh

karena

ditingkatkan,

itu

berbagai

peningkatan
strategi

daya

harus

saing

industri

dirancang

setiap

jamu

harus

perusahaan-

perusahaan jamu nasional sehingga prospek industri jamu di masa depan


akan semakin baik, tetapi jika tidak, industri jamu nasional akan semakin
terancam atau jika tidak industri jamu tidak bisa bertahan. Berdasarkan
uraian yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana daya saing industri jamu di Indonesia?
b. Strategi apakah yang dapat mendukung peningkatan daya saing industri
jamu di Indonesia?
c. Bagaimana prospek industri jamu di Indonesia?

Tujuan Penelitian
Adapun

tujuan

yang

ingin

dicapai

dalam

penelitian

terhadap

permasalahan yang telah dikemukakan diatas adalah untuk:


a.

Menganalisis daya saing industri jamu dengan menggunakan

b.

porters diamond.
Merumuskan strategi yang digunakan untuk meningkatkan daya

c.

saing jamu nasional dengan matrik SWOT


Melihat prospek industri jamu nasional
(forecasting).

melalui

peramalan

Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan studi komparatif bagi penelitian lain yang berkaitan
dengan masalah ini.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam
menentukan kinerja perusahaan jamu nasional di Indonesia.
c. Sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia akademis dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahuan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya membahas tentang industri jamu, tidak membahas
tentang produk jamu dan kegunaan atau manfaatnya. Peramalan nilai
output yang digunakan adalah data nilai output industri jamu. secara
keseluruhan dari industri besar dan sedang yang telah diolah oleh
Badan Pusat Statistik, tidak dibedakan menurut jenis atau bentuk jamu
maupun kegunaan jamu.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Dari tiap komponen daya saing, industri jamu memiliki keunggulan
dan

kelemahan.

Keunggulan

industry

jamu

yang

dapat

menyebabkan daya saing industri jamu tinggi tersebut seperti,


faktor sumberdaya, faktor industri terkait dan pendukung dan faktor
kesempatan. Tetapi komponen yang lain seperti factor permintaan,
faktor

persaingan,struktur,

dan

strategi

indsutri,

dan

faktor

pemerintah menunjukan bahwa industri jamu banyak memiliki


kelemahan sehingga menyebabkan daya saing industri jamu sangat
rendah. Keterkaitan antar faktor tidak terjalin secara sempurna

sehingga menyebabkan factor keunggulan industri jamu tersebut


tidak dapat dimanfaatkan untuk mendukung faktor daya saing yang
lain yang lemah. Sehingga menyebabkan perkembangan industri
jamu di Indonesia sangat lambat.
b. Hasil perumusan strategi untuk peningkatan daya saing industri
jamu dapat dilihat di matrik SWOT. Strategi tersebut dilakukan oleh
industri

jamu

pendukung

dengan

seperti

kerjasama

pemerintah,

dengan

lembaga-lembaga

lembaga

penelitian

dan

pengembangan dan asosiasi jamu sendiri yaitu GP jamu.


c. Prospek industri jamu dilihat dari hasil peramalan nilai output
industri jamu sampai tahun 2015, dirasa cukup baik. Setiap tahun
output industri jamu mengalami peningkatan.
B. Saran
a. Perlu adanya kerjasama antar berbagai pihak untuk meningkatkan
daya saing industri jamu nasional agar lebih baik lagi. Dukungan
dari pemerintah akan sangat membantu perkembangan industri
jamu di tanah air.
b. Untuk penelitian mengenai indsutri jamu selanjutnya, akan lebih
baik prospek industri jamu dilihat dari nilai total produksi industri
jamu secara keseluruhan dari mulai industri besar, sedang dan
kecil, Karena dalam penelitian ini hanya dihitung dari nilai output
industri jamu skala besar.

DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. 2004. Analisis Industri Jamu Di Wilayah Ngunter, Jakarta.
David, Fred. Rr. R. 2002. Manajemen Strategis. Terjemahan. PT Prenhallindo, Jakarta.
Dumairy. 2000. Perekonomian Indonesia. Erlangga, Jakarta.
Hanke, John. E. 2003. Peramalan Bisnis. Edisi Kesepuluh. Prehallindo, Jakarta.
Herba, Edisi Oktober-november.2002. "Karyasari 7 Tahun Mengukir Dunia Herba". Penerbit
yayasan tanaman obat karyasari, Jakarta.

Jaya, W.K. 2001. Ekonomi Industri. Edisi Kedua. BPFE, Yogyakarta.


Kristanto, A.G. 2006. Analisis Pemasaran Jamu Tradisional Pada PT Fito Medisina,
Kotamadya Bogor
[Skripsi]. Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Lipsey, Richard G. 2000. Pengantar Mikroekonomi. Edisi Kesepuluh. Binarupa Aksara, Jakarta.
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.246/Menkes/Per/V/1990
Porter, M.E. 1990. The Competitive Adventage Of Nation. Free Press, New York
Rangkuti, Freddy. 1999. Analisis SWOT: Tehnik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka
Utama,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai