Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH UNTUK PENGEMBANGAN WILAYAH (GKP 0213)

Aplikasi Penginderaan Jauh dan SIG untuk Identifikasi Arahan Perubahan Penutup Lahan di
Kota Pekalongan
Rukiyya Sri Rayati Harahap1, Desi Ariska Putri1
1

Jurusan Sains Informasi Geografis & Pembangunan Wilayah, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah
Mada, Sleman, Yogyakarta
E-mail : rukiyyasrirayati71@gmail.com

ABSTRAK
Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada 1
dekade belakang ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan 2 transformasi yang terjadi
saat ini, yaitu perubahan penutup lahan dari lahan non terbangun menjadi lahan terbangun dan
pergerakan penduduk dari perdesaan ke perkotaan.Secara umum perkembangan fisik Kota Pekalongan
serta penutup lahan dipengaruhi oleh keberadaannya yang berada di daerah pesisir serta dalam jalur
lintas utara (pantura). Tujuan dari penelitian ini untuk melihat arah perubahan penutup lahan yang
terjadi, dan kearah mana perkembangan wilayah dari Kota Pekalongan. Arahan dan temporan
perubahan penutup lahan terhadap perkembangan Kota Pekalongan menggunakan klasifikasi citra
satelit Landsat 7 ETM+ tahun 1999 dan 2008 dengan analisis SIG dalam periode waktu yang telah
ditentukan. Hasil analisis menunjukkan arah perubahan penutup lahan yang paling tinggi pada arah
barat laut dengan luas sebesar 3173427 m2 dan paling rendah pada arah selatan dengan luas sebesar
220658 m2. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan wilayah dipengaruhi oleh suatu tren, dimana
pada daerah itu merupakan daerah pesisir yang dilalui oleh jalur pantura.
Kata kunci : Landsat 7 ETM+, Penutup Lahan, Kota Pekalongan, Arah Perubahan Lahan.

1. PENDAHULUAN
Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada 1
dekade belakang ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan 2 transformasi yang
terjadi saat ini, yaitu perubahan penutup lahan dari lahan non terbangun menjadi lahan terbangun
dan pergerakan penduduk dari perdesaan ke perkotaan. Adanya 2 transformasi ini mengakibatkan
desakan terhadap lahan non terbangun untuk berubah arahan. Sehingga peningkatan akan
kebutuhan lahan semakin tinggi, dimana semakin besar desakan terhapan lahan non terbangun
seperti ruang terbuka hijau (RTH), hutan mangrove dan lain sebagainya menjadi lahan terbangun.
Menurut Herberst (1973) dalam Yunus (2012) mengemukakan bahwa eksistensi perkembangan
perkotaan dapat ditinjau dari berbagai mantra, salah satunya adalah mantra morfologi perkotaan
yang menekankan pada aspek fisik perkotaan seperti dicerminkan dalam sistem jaringan jalan dan
blok-blok bangunan.Oleh karena itu, adanya hubungan erat antara pergerakan masayarakat kota,
infrastruktur, dan tren ekonomi kota terhadap perubahan struktur ruang kota terkait dengan aspek
tata guna lahan maupun fisik perkotaan (Chapin, 1985). Sehingga pada dasarnya ruang yang
memiliki letak yang stategis dan produktif seperti Jalan Pantura yang didukkung dengan adanya
aspek kedekatan, ketersediaan, dan kemudahan merupakan tempat yang menjadi pilihan untuk
menjalani aktivitas komersial.
Salah satunya yang terjadi di Kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah, gejala perubahan
penutup lahan ditunjukkan di sekitar daerah pesisir. Kota Pekalongan sendiri termasuk salah satu
kota yang memiliki berbagai macam kegiatan perkotaan yang tidak sedikit mengakibatkan
peningkatan akan kebutuhan lahan. Kegiatan perkotaan yang dimaksud dalam hal ini meliputi
pelabuhan, tempat wisata, dan wisata sosial seperti wisata pasar batik Pekalongan. Pembangunan
kota ini akan meningkatkan daya tarik masyarakat untuk bertransmmigrasi ataupun membuka
lapangan kerja ditempat pembangunan yang ada. Oleh karena itu, pertambahan penduduk yang
ada di kota Pekalongan akan semakin meningkat sebanding dengan kebutuhan akan lahan.
2. METODE
2.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan meliputi :
a) Seperangkat Komputer
b) Sofware ArcGIS versi 10.1
c) Microsoft Office Excel
Bahan yang digunakan meliputi :
a) Citra Landsat 7 ETM+ Kota Pekalongan Tahun 1999 dan 2008
b) Shapefile administrasi
2.2. Cara Kerja
Perubahan penutup lahan yang akan dianalisis kali ini yaitu perubahan penutup lahan tahun
1999 dan 2008. Data spasial diperoleh dari USGS yang open sourcesdan sudah terkoreksi.
Metode yang digunakan untuk melihat perubahan penggunaan lahan yaitu dengan menggunakan
klasifikasi objek lahan terbangun dan objek non lahan terbangun serta tubuh ait. Kemudian di ROI
untuk memberikan sampling objek selanjutnya akan diklasifikasikan menggunakan metode
Maksimum Likelihood. Hasil klasifikasi ini masih berupa data raster. Oleh karena perlu dikonversi

SEMINAR NASIONAL PENGINDERAAN JAUH 2015

dalam format vektor. Hal ini bertujuan untuk mengoverlay perubahan penutup lahan dari tahun
1999-tahun 2008.
Hasil perubahan penutup lahan ini akan dijadikan sebagai acuan dengan menggunakan peta
windrose. Peta windrose ini pada dasarnya memiliki prinsip untuk dapat melihat dan menganalisis
arah perubahan dari penutup lahan sesuai dengan arah mata angin. Windrose ini juga bertujuan
untuk membatasi area dalam menganalisis arah perubahan. Arah perubahan tersebut berorientasi
pada arah mata angin.

2.3. Diagram Alir


Diagram alir digambarkan sebagai berikut :
Citra Landsat 7 ETM+
Tahun 1999

Citra Landsat 7 ETM+


Tahun 2008

Koreksi Geometrik

Clip area kajian

Citra Landsat 7 ETM +


Tahun 1999 Terclip

Citra Landsat 7 ETM +


Tahun 2000 Terclip

Region of Interest

Klasifikasi Multispektral
(Maximum Likelihood)
Hasil Klasifikasi tahun 1999 dan tahun 2008

Convert data raster ke vektor

Perhitungan Luasan Penutup Lahan

Luas Penutup Lahan


Tahun 1999

Luas Penutup Lahan


Tahun 2008

(ganjil penomoran kanan) 3

Generalisasi
Peta Arahan Perubahan Penutup
Lahan di Kota Pekalongan

Overlay (intersect)

Perubahan Penutup Lahan

WindRose

Dissolve

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

3. HASIL PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis dari perubahan penutup lahan tahun 1999 dan 2008 di Kota
Pekalongan menunjukkan perubahan yang sangat drastis, dari lahan non terbangun menjadi lahan
terbangun dalam waktu 1 dekade. Pada tahun 1999 masih dapat dilihat perubahan lahan non
terbangun masih seimbang dengan lahan terbangun. Akan tetapi, seiring bertambahnya waktu
perubahan penutup lahan ini berubah secara signifikan. Hal ini diakibatkan karena pertambahan
penduduk yang semakin meningkat berdampak pada kebutuhan akan lahan yang semakin
meningkat juga. Secara spasial perubahan lahan non terbangun dengan lahan terbangun ini
digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2. Peta Penutup Lahan di Kota Pekalongan

SEMINAR NASIONAL PENGINDERAAN JAUH 2015

Dari peta diatas dapat dijelaskan bahwa perubahan lahan terbangun sangat signifikan.
Hal ini ditandai dengan arah perkembangan lahan terbangun mengikuti jalan yaitu jalan
Pantura. Kota ini memiliki daya tarik baik masyarakat maupun wisatawan. Karena letaknya
yang sangat strategis.

Gambar 2 : Peta Arahan Perubahan Penutup Lahan di Kota Pekalongan

Arah
Barat
Barat Daya
Barat Laut
Selatan
Tenggara
Timur
Timur Laut
Utara

Luas (m2)
1081569
995937
3173427
220658
2461585
1867512
2934309
1537522

(ganjil penomoran kanan) 5

Luas Perubahan Arahan Penutup Lahan di Kota Pekalongan Tahun 1999 - Tahun 2008
3500000
3000000
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0

Luas (m2)

Tabel 1 : Arahan Perubahan Penutup Lahan di Kota


Pekalongan

Tabel 1 : Arahan Perubahan Penutup


Lahan di Kota Pekalongan

Dari data di atas menunjukkan bahawa luas lahan terbangun berdasarkan arahnya pada arah
barat daya menunjukkan luas lahan terbangun sebesar 3173427 m2, disusul dengan oleh arah timur laut
dengan luas lahan terbangun sebesar 2934309 m2. Proses peruhabahan penutup lahan kota-kota di
Indonesia dipengaruhi faktor penentu dari segi ekonomi (economic determinants). Dalam perspektif
ekonomi, penggunaan sebidang lahan perkotaan ditentukan pasar lahan perkotaan (the urban land
market).Ini berarti bahwa lahan merupakani komoditi yang diperdagangkan sehingga penggunaannya
ditentukan oleh tingkat demand dan supply. Lahan dengan nilai lahan rendah, seperti lahan-lahan
pertanian, berubah menjadi aktivitas kota dengan nilai lahan yang lebih tinggi dan selanjutnya aktivitas
kota ini berubah menjadi aktivitas kota lainnya dengan diikuti peningkatan nilai lahan. Jadi, perubahan
penggunaan lahan kota terjadi karena pergantian kegiatan kurang produktif menjadi kegiatan lain yang
lebih produktif (Jayadinata,1991).
Pengaruh adanya hubungan antara tata guna lahan dan bentuk kota tidak lepas dari sejarah
perkembangan kota. Namun tidak sedikit yang dapat diarahkan melalui penyedian sarana maupun
prasarana dan penempatan berbagai ketentuan terkait dengan ketentuan tata guna lahan. Kota
Pekalongan tergolong dalam wilayah dengan perkembangan yang cukup pesat, baik itu perkembangan
aktifitas ekonomi maupun perkembangan fisik lahan. Salah satu penyebab perkembangan wilayah ini
yaitu berada dalam jalur lintas utara (pantura), dimana seiring dengan perkembangan Kota Pekalongan
itu sendiri.
4. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini meliputi sebagai berikut;
1) Perubahan penutup lahan pada dasarnya ditentukan oleh pertambahan penduduk dan
kebutuhan akan lahan.
2) Kota Pekalongan merupakan salah satu kota tujuan masyarakat untuk mencari pekerjaan,
disamping itu karena budaya batik yang masih kental menarik wisatawan untuk berkunjung
ke Kota tersebut. Selain itu, kota ini merupakan kota yang dilalui oleh jalur Pantura, sehingga
Aksesibilitas menuju kota ini masih terjangkau.

SEMINAR NASIONAL PENGINDERAAN JAUH 2015

3) Arah perubahan penggunaan lahan dominan berarah ke arah Barat Laut dan Timur laut. Arah
Barat Laut dan Timur Laut di Kota Pekalongan ini berarah ke daerah pesisir. Hal ini
mengindikasikan bahwa perkembangan di daerah pesisir sangat intensif.

5. DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2010. Klasifikasi Penutup Lahan SNI No. 7645. Diakses tangggal
17 November 2015.
Chapin, F. Stuart and Edward J.Kaiser (1985). Urban Land Use Planning. Cichago: University
of Illinios Press.
Jayadinata, Johara T1991. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan
Wilayah. Penerbit ITB, Bandung.
Yunus, Hadi Sabari. 2012. Struktur Ruang Kota. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

(ganjil penomoran kanan) 7

Anda mungkin juga menyukai