Anda di halaman 1dari 18

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1

Fakultas Keperawatan Unand

LAPORAN PENDAHULUAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah salah satu penyakit renal tahap akhir.
CKD merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible. Dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
elektrolit yang menyebabkan uremia atau retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah (Smeltzer dan Bare, 2001).
CKD adalah kerusakan faal ginjal yang hampir selalu tidak dapat pulih, dan
dapat disebabkan berbagai hal. Istilah uremia sendiri telah dipakai sebagai nama keadaan
ini selama lebih dari satu abad. Walaupun sekarang kita sadari bahwa gejala CKD tidak
selalu disebabkan oleh retensi urea dalam darah (Sibuea, Panggabean, dan Gultom,
2005).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa CKD adalah penyakit
ginjal yang tidak dapat lagi pulih atau kembali sembuh secara total seperti sediakala.
CKD adalah penyakit ginjal tahap ahir yang dapat disebabakan oleh berbagai hal. Dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
elektrolit, yang menyebabkan uremia.
Tahapan Penyakit :
Menurut Suwitra (2006) dan Kydney Organizazion (2007) tahapan CKD dapat
ditunjukan dari laju filtrasi glomerulus (LFG), adalah sebagai berikut :
a . Tahap I adalah kerusakan ginjal dengan LFG normal atatu meningkat > 90
ml/menit/1,73 m2.
b . Tahap II adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan yaitu 60-89
ml/menit/1,73 m2.
c . Tahap III adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG sedang yaitu 30-59
ml/menit/1,73 m2.
d . Tahap IV adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG berat yaitu 15-29
ml/menit/1,73 m2.
2
e . Tahap V adalah gagal ginjal dengan LFG < 15 ml/menit/1,73 m .
2. Anatomi Fisiologi Organ
Anatomi

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan Unand

Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang (masingmasing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan
terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan
adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan.Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga
11 (vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12.
Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm
dari krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari
batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan
ginjal kiri.
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:
a. Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus
renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal dan
tubulus kontortus distalis.
b. Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus,
lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).
c. Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
d. Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks
e. Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf atau duktus
memasuki/meninggalkan ginjal.
f. Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan calix
minor.
g. Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.
h. Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan Unand

i. Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara calix
major dan ureter.
j. Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.
Unit fungsional ginjal disenut dengan nefron. Nefron terdiri dari :
a. Glomerulus. Merupakan gulungan atau anyaman kapiler yang terletak di dalam kapsul
Bowman
b. Tubulus kontortus distal. Tubulus ginjal yang langsung berhubungan dengan kapsula
Bowman dengan panjang 15 mm dan diameter 55m.
c. Lengkung henle (ansa henle).Bentuknya lurus dan tebal diteruskan ke segmen tipis,
selanjutnya ke segmen tebal panjangnya 12 mm, total panjang ansa henle 2-14 mm.
d. Tubulus Kontortus Distal. Bagian ini adalah bagian tubulus ginjal yang berkelok-kelok
dan letaknya jauh dari kapsula Bowman, panjangnya 5 mm.
e. Duktus koligen medula. Ini saluran yang secara metabolik tidak aktif. Pengaturan secara
halus dari ekskresi natrium urine terjadi di sini. Duktus ini memiliki kemampuan
mereabsorbsi dan mensekresi kalsium.

Fisiologi
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak (sangat
vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalahmenyaring/membersihkan darah.
Aliran darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring
menjadi cairan filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat
ini diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin
sebanyak 1-2 liter/hari.
Fungsi Ginjal :
a. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun
b. Mempertahankan keseimbangan cairan tubuh
c. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan

mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak
d. Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang
e. Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah
f. Produksi Hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan sel darah merah
3. Etiologi
Penyebab CKD menurut Price, dan Wilson (2006) diantaranya adalah tubula
intestinal, penyakit peradangan, penyakit vaskuler

hipertensif,

gangguan

jaringan

ikat, gangguan kongenital dan herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik, nefropati
obsruktif. Beberapa contoh dari golongan penyakit tersebut adalah :
1. Penyakit infeksi tubulointerstinal seperti pielo nefritis kronik dan refluks nefropati

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan Unand

2. Penyakit peradangan seperti glomerulonefritis


3. Penyakit vaskular seperti hipertensi, nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,
dan stenosis arteria renalis
4. Gangguan jaringan ikat seperti Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,
dan seklerosis sistemik progresif
5. Gangguan kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal polikistik, dan asidosis
tubulus ginjal
6. Penyakit metabolik seperti diabetes militus, gout, dan hiperparatiroidisme, serta
amiloidosis
7. Nefropati toksik seperti penyalah gunaan analgetik, dan nefropati timah
Nefropati obstruktif seperti traktus urinarius bagian atas yang terdiri dari batu,
neoplasma, fibrosis retroperitoneal. Traktus urinarius bagian bawah yang terdiri dari
hipertropi prostat, setriktur uretra, anomali kongenital leher vesika urinaria dan
uretra.
4. Manifestasi Klinis
Karena pada CKD setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka
pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala
tergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, dan kondisi lain yang mendasari.
Manifestasi yang terjadi pada CKD antara lain terjadi pada sistem kardio vaskuler,
dermatologi, gastro intestinal, neurologis, pulmoner, muskuloskletal dan psiko-sosial
menurut Smeltzer, dan Bare (2001) diantaranya adalah :
a. Kardiovaskuler :
Hipertensi, yang diakibatkan oleh retensi cairan dan natrium dari aktivasi
sistem renin angiotensin aldosteron
Gagal jantung kongestif
Edema pulmoner, akibat dari cairan yang berlebih
b. Dermatologi seperti Pruritis, yaitu penumpukan urea pada lapisan kulit
c. Gastrointestinal seperti anoreksia atau kehilangan nafsu makan, mual sampai dengan
terjadinya muntah
d. Neuromuskuler seperti terjadinya perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi, kedutan otot sampai kejang
e. Pulmoner seperti adanya seputum kental dan liat, pernapasan dangkal, kusmol, sampai
terjadinya edema pulmonal
f. Muskuloskletal seperti terjadinya

fraktur

karena

kekurangan

kalsium

dan

pengeroposan tulang akibat terganggunya hormon dihidroksi kolekalsi feron


g. Psikososial seperti terjadinya penurunan tingkat kepercayaan diri sampai pada harga
diri rendah (HDR), ansietas pada penyakit dan kematian
5. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
1) Urin

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan Unand

Warna : Secara ubnormal warna urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus,
bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen, warna urin kotor, kecoklatan menunjukkan

adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin


Volume urin : biasanya kurang dari 400 ml/ 24 jam bahkan tidak ada urin (anuria)
Berat jenis : kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat
Osmolatas : kurang dari 350 m0sm/ kg menunjukkan kerusakan ginjal tubular dan

resiko urin / serum sering 1:1


Protein : derajat tinggi proteinuria (3-41) secara kuat menunjukkan kerusakan

glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada


Klirens kreatinin : mungkin agak menurun
Natrium : lebih besar dari 40 mEg / l karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
natrium

2) Darah

HT : menurun karena adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/ dl

BUN/ kreatinin : meningkat, kadar kreatinin 10 mg/ dl diduga tahap akhir

SDM : menurun difersiensi, eritopoitin

GDA : asidosis metabolic, ph kurang dari 7,2

Protrein (albumin) : menurun

Natrium serum : rendah

Kalium : meningkat

Magnesium : meningkat

Kalsium: menurun

Osmolalitas Serum : lebih dari 285 mOsm/ kg

Pelogram Letrograd : Abnormalitas pelvis ginjal dan ureter

Ultrasonografi ginjal : untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya masa kista
obtruksi pada saluran perkemihan bagian atas

Endoskopi ginjal, nefroskopi: Untuk menentukan pulvis ginjal, keluar batu,


hematuria dan pengangkutan tumor selektif.

3) Laboratorium
Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang
rendah
Ureum dan kreatini : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin
kurang lebih 20 : 1. Perbandingat meninggi akibat pendarahan saluran cerna, demam,
5

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan Unand

luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini
berkurang ketika ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes
Klirens Kreatinin yang menurun
Hiponatremi : Umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia : biasanya terjadi
pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunya dieresis
Hipokalemia dan hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D3
pada GGK
Phosphate alkaline : meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
isoenzim fosfatase lindi tulang
Hipoalbuminemia

dan

hipokolesterolemia

umunya

disebabkan

gangguan

metabolisme dan diet rendah protein


Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada gagal ginjal
(resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer)
Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan peninggian
hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase
Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph yang menurun, BE
yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan
retensi asam-asam organic pada gagal ginjal

6. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Menurut Suwitra (2006) penatalaksanaan untuk CKD secara umum antara lain
adalah sebagai berikut :
1) Waktu yang tepat dalam penatalaksanaan penyakit dasar CKD adalah sebelum
terjadinya penurunan LFG, sehingga peningkatan fungsi ginjal tidak terjadi. Pada
ukuran ginjal yang masih normal secara ultrasono grafi, biopsi serta pemeriksaan
histopatologi ginjal dapat menentukan indikasi yang tepat terhadap terapi spesifik.
Sebaliknya bila LFG sudah menurun sampai 2030 % dari normal terapi dari penyakit
dasar sudah tidak bermanfaat.
2) Penting sekali untuk mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan LFG pada
pasien penyakit CKD, hal tersebut untuk mengetahui kondisi komorbid yang
dapat

memperburuk

keadaan

pasien.

Faktor-faktor komorbid ini antara lain,

gangguan keseimbangan cairan, hipertensi yang tak terkontrol, infeksi traktus


urinarius, obstruksi traktus urinarius, obat- obat nefrotoksik, bahan radio kontras, atau
6

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan Unand

peningkatan aktifitas penyakit dasarnya. Pembatasan cairan dan elektrolit pada


penyakit CKD sangat diperlukan. Hal tersebut diperlukan untuk mencegah terjadinya
edema dan komplikasi kardiovaskuler. Asupan cairan diatur seimbang antara masukan
dan pengeluaran urin serta Insesible Water Loss (IWL). Dengan asumsi antara 500800 ml/hari yang sesuai dengan luas tubuh. Elektrolit yang harus diawasi dalam
asupannya adalah natrium dan kalium. Pembatasan kalium dilakukan karena
hiperkalemi dapat mengakibatkan aritmia jantung yang
pembatasan

obat

dan

makanan

fatal.

Oleh

karena

itu

yang mengandung kalium (sayuran dan buah)

harus dibatasi dalam jumlah 3,5-5,5 mEg/lt. sedangkan pada natrium dibatasi untuk
menghindari terjadinya hipertensi dan edema. Jumlah garam disetarakan dengan
tekanan darah dan adanya edema.
3) Menghambat perburukan fungsi ginjal. Penyebab turunnya fungsi ginjal adalah
hiperventilasi glomerulus yaitu :
a. Batasan asupan protein, mulai dilakukan pada LFG < 60 ml/mnt, sedangkan
diatas batasan tersebut tidak dianjurkan pembatasan protein. Protein

yang

dibatasi antara 0,6-0,8/kg BB/hr, yang 0,35-0,50 gr diantaranya protein


nilai biologis tinggi. Kalori yang diberikan sebesar 30-35 kkal/ kg BB/hr
dalam pemberian

diit. Protein perlu dilakukan pembatasan dengan ketat,

karena protein akan dipecah dan diencerkan melalui ginjal, tidak seperti
karbohidrat. Namun saat terjadi malnutrisi masukan protein dapat ditingkatkan
sedikit, selain itu makanan tinggi protein yang mengandung ion hydrogen,
fosfor, sulfur, dan ion anorganik lain yang diekresikan melalui ginjal. Selain
itu pembatasan protein bertujuan untuk membatasi asupan fosfat karena fosfat
dan protein

berasal

dari

sumber

yang

sama,

agar

tidak

terjadi

hiperfosfatemia.
b. Terapi farmakologi untuk mengurangi hipertensi intraglomerulus
Pemakaian obat anti hipertensi disamping bermanfaat untuk memperkecil
resiko komplikasi pada kardiovaskuler juga penting untuk memperlambat
perburukan

kerusakan

intraglomerulus

nefron

dan

dengan

hipertrofi

cara mengurangi

glomerulus. Selain itu pemakaian obat

hipertensi seperti penghambat enzim konverting


Converting
fungsi

Enzim

ginjal.

Hal

hipertensi

angiotensin

(Angiotensin

ACE inhibitor) dapat memperlambat

perburukan

ini terjadi akibat mekanisme kerjanya sebagai anti

hipertensi dan anti proteinuri.


4) Pencegahan dan terapi penyakit kardio faskuler merupakan hal yang penting,
karena

40-45%

kematian

pada

penderita

CKD

disebabkan

oleh

penyakit
7

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan Unand

komplikasinya

pada kardiovaskuler.

Hal-hal

yang termasuk pencegahan dan

terapi penyakit vaskuler adalah pengendalian hipertensi, DM, dislipidemia, anemia,


hiperfosvatemia,

dan terapi pada kelebian cairan dan elektrolit. Semua ini terkait

dengan pencegahan dan terapi terhadap komplikasi CKD secara keseluruhan.


5) CKD mengakibatkan berbagai komplikasi yang manifestasinya sesuai dengan
derajat penurunan LFG. Seperti anemia dilakukan penambahan / tranfusi eritropoitin.
Pemberian

kalsitrol

untuk

mengatasi

osteodistrasi renal. Namun dalam

pemakaiannya harus dipertimbangkan karena dapat meningkatkan absorsi fosfat.


6) Terapi dialisis dan transplantasi dapat dilakukan pada tahap CKD derajat 4-5. Terapi
ini biasanya disebut dengan terapi pengganti ginjal.
7. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta
Suwitra (2006) antara lain adalah :
Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan

masukan diit berlebih


Prikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah

uremik dan dialisis yang tidak adekuat


Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin

angiotensin aldosteron
Anemia akibat penurunan eritropoitin
Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan

kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik


Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh
Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan
Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah
Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia

8. WOC (terlampir)
9. Hemodialisa
Hemodialisa adalah suatu proses pembersihan darah dengan menggunakan ginjal
buatan (dialyzer), dari zat-zat yang konsentrasinya berlebihan di dalam tubuh. Zat-zat
tersebut dapat berupa zat yang terlarut dalam darah, seperti toksin ureum dan kalium,
atau zat pelarutnya, yaitu air atau serum darah (Suwitra, 2006).
Proses Hemodialisis :
Ginjal buatan (dialyzer), mempunyai 2 kompartemen, yaitu kompartemen darah dan
kompartemen dialisat. Kedua kompartemen tersebut, selain dibatasi oleh membran semi8

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan Unand

permeabel,

juga mempunyai perbedaan tekanan yang disebut sebagai trans-membran

pressure (TMP) (Swartzendruber et al., 2008). Selanjutnya, darah dari dalam tubuh
dialirkan ke dalam kompartemen darah, sedangkan cairan pembersih (dialisat), dialirkan
ke dalam kompartemen dialisat.
Pada proses hemodialisis, terjadi 2 mekanisme yaitu, mekanisme difusi dan
mekanisme ultrafiltrasi. Mekanisme difusi bertujuan untuk membuang zat-zat terlarut dalam
darah (blood purification), sedangkan mekanisme ultrafiltrasi bertujuan untuk mengurangi
kelebihan cairan dalam tubuh (volume control) (Roesli, 2006). Kedua mekanisme dapat
digabungkan atau dipisah, sesuai dengan tujuan awal hemodialisanya.
Mekanisme difusi terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi antara kompartemen
darah dan kompartemen dialisat. Zat-zat terlarut dengan konsentrasi tinggi dalam darah,
berpindah dari kompartemen darah ke kompartemen dialisat, sebaliknya zat-zat terlarut
dalam cairan dialisat dengan konsentrasi rendah, berpindah dari kompartemen dialisat ke
kompartemen dialisat. Proses difusi ini akan terus berlangsung hingga konsentrasi pada
kedua kompartemen telah sama. Kemudian, untuk menghasilkan mekanisme difusi yang
baik, maka aliran darah dan aliran dialisat dibuat saling berlawanan (Rahardjo et al., 2006).
Kemudian pada mekanisme ultrafiltrasi, terjadi pembuangan cairan karena adanya
perbedaan tekanan antara kompartemen darah dan kompartemen

dialisat.

Tekanan

hidrostatik akan mendorong cairan untuk keluar, sementara tekanan onkotik akan
menahannya. Bila tekanan di antara kedua kompartemen sudah seimbang, maka
mekanisme ultrafiltrasi akan berhenti (Suwitra, 2006).
Asupan makanan, cairan dan elektrolit selama proses hemodialisa :
Asupan makanan pasien hemodialisa mengacu pada tingkat perburukan fungsi
ginjalnya. Sehingga, ada beberapa unsur yang harus dibatasi konsumsinya yaitu, asupan
protein dibatasi 1-1,2 g/kgBB/hari, asupan kalium dibatasi 40-70 meq/hari, mengingat
adanya penurunan fungsi sekresi kalium dan ekskresi urea nitrogen oleh ginjal. Kemudian,
jumlah kalori yang diberikan 30-35 kkal/kgBB/hari (Suwitra, 2006).
Jumlah asupan cairan dibatasi sesuai dengan jumlah urin yang ada ditambah
dengan insensible water loss, sekitar 200-250 cc/hari. Asupan natrium dibatasi 40-120
meq/hari guna mengendalikan tekanan darah dan edema. Selain itu, apabila asupan natrium
terlalu tinggi akan menimbulkan rasa haus yang memicu pasien untuk terus minum,
sehingga dapat menyebabkan volume cairan menjadi overload yang mengarah pada retensi
cairan. Asupan fosfat juga harus dibatasi 600-800 mg/hari (Pastans dan Bailey, 1998).
Komplikasi Hemodialisa :
Komplikasi hemodialisa dapat disebabkan oleh karena penyakit yang mendasari
terjadinya penyakit ginjal kronik tersebut atau oleh karena proses selama menjalani
9

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan Unand

hemodialisa itu sendiri. Sedangkan komplikasi akut hemodialisa adalah komplikasi yang
terjadi selama proses hemodialisis berlangsung (Rahardjo et al., 2006). Himmelfarb (2004)
menjelaskan komplikasi hemodialisa sebagai berikut :
1) Komplikasi yang sering terjadi
a. Hipotensi
Komplikasi akut hemodialisa yang paling sering terjadi, insidensinya mencapai 1530%. Dapat disebabkan oleh karena penurunan volume plasma, disfungsi otonom,
vasodilatasi karena energi panas, obat anti hipertensi.
b. Kram otot
Terjadi pada 20% pasien hemodialisa, penyebabnya idiopatik namun

diduga

karena kontraksi akut yang dipicu oleh peningkatan volume ekstraseluler.


2) Komplikasi yang jarang terjadi

a. Dialysis disequilibrium syndrome (DDS)


Ditandai dengan mual dan muntah disertai dengan sakit kepala, sakit dada, sakit
punggung. Disebabkan karena perubahan yang mendadak konsentrasi elektrolit dan
pH di sistem saraf pusat.
b. Aritmia dan angina
Disebabkan oleh karena adanya perubahan dalam konsentrasi potasium, hipotensi,
penyakit jantung.
c. Perdarahan
Dipengaruhi oleh trombositopenia yang disebabkan oleh karena sindrom uremia,
efek samping penggunaan antikoagulan heparin yang lama dan pemberian antihypertensive agents.
d. Hipertensi
Disebabkan oleh karena kelebihan cairan, obat-obat hipotensi, kecemasan
meningkat, dan DDS.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Data Umum
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose
medis.
b. Keluhan Utama
Biasanya didapatkan sesak nafas, dan nyeri pada bagian abdomen.

10

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan Unand

c. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya terjadi nyeri pada abdomen, sesak nafas, edema, perut buncit, mual,
muntah, turgor kulit jelek.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo
nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan
traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
2. Pengkajian
a. Pengkajian Fisik
Penampilan / keadaan umum
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari

compos mentis sampai coma


Tanda-tanda vital
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
Antropometri
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena

kekurangan nutrisi, atau

terjadi peningkatan berat badan karena kelebian cairan


Kepala
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan

pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor


Leher dan tenggorokan
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher
Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi

basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung


Abdomen
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit
Genital
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus
Ekstremitas
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refil lebih dari 1 detik
Kulit
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat /
uremia, dan terjadi perikarditis.

11

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan Unand

b. Pengkajian 11 Fungsional Gordon


1. Pola persepsi dan Penanganan Kesehatan
Pada umumnya pasien mengungkapkan kalau dirinya saat ini sedang sakit parah.
Pasien juga mengungkapkan telah menghindari larangan dari dokter. Tandanya
adalah pasien terlihat lesu dan khawatir, pasien terlihat

bingung

kenapa

kondisinya seprti ini meski segala hal yang telah dilarang telah dihindari.
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada umumnya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun
waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan
air naik atau turun.
3. Pola Eliminasi
Pada umunya terjadi ketidakseimbangan antara output dan input. Tandanya adalah
penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan
darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pada umunya pasien mengatakan lemas dan tampak lemah, serta pasien tidak
dapat menolong diri sendiri. Tandanya adalah aktifitas dibantu.
5. Pola Tidur dan Istirahat
Pada umunya pasien terliat mengantuk, letih dan terdapat kantung mata. Tandanya
adalah pasien terliat sering menguap.
6. Pola Kognitif dan Persepsi
Pada umunya pasien mengalami penurunan sensori dan rangsangan. Tandanya
adalah penurunan kesadaran seperti ngomong ngelantur dan tidak dapat
berkomunikasi dengan jelas.
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Konsep diri pasien tidak terpenuhi. Tandanya kaki menjadi edema, citra diri jauh
dari keinginan, terjadinya perubahan fisik, perubahan peran, dan percaya diri.
Konsep diri pasien tidak terpenuhi. Tandanya kaki menjadi edema, citra diri jauh
dari keinginan, terjadinya perubahan fisik, perubahan peran, dan percaya diri.
8. Pola Hubungan dan Peran
Pada umunya pasien sering menghindari pergaulan, penurunan harga diri sampai
terjadinya HDR (Harga Diri Rendah). Tandanya lebih menyendiri, tertutup,
komunikasi tidak jelas.
9. Pola Reproduksi Seksual
Pada umumnya terganggu. Terjadi penurunan keharmonisan pasien, dan adanya
penurunan kepuasan dalam hubungan. Tandanya terjadi penurunan libido,
keletihan saat berhubungan, penurunan kualitas hubungan.
10. Pola Koping dan Toleransi Stres
Pada umunya emosi pasien labil. Tandanya tidak dapat mengambil keputusan
dengan tepat, mudah terpancing emosi.
11. Pola nilai dan keyakinan
12

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan Unand

Pada umunya pasien tampak gelisah, pasien mengatakan merasa bersalah


meninggalkan

perintah

agama.

Tandanya

pasien

tidak

dapat melakukan

kegiatan agama seperti biasanya.

12. Asuhan Keperawatan


Diagnosa
No
1

Keperawatan
(NANDA)
Kelebihan
volume cairan
b.d penurunan

Perencanaan
NOC
1. Fluid Balance
Indikator :

NIC
1. Fluid Management :
Aktivitas :

haluaran urin

Terbebas dari edema,

dan retensi

efusi, anasarka
Bunyi nafas bersih,tidak

badan,keseimbangan masukan dan

adanya dipsnea
Memilihara tekanan vena

edema

cairan dan
natrium

sentral, tekanan kapiler


paru, output jantung dan
vital sign normal

Kaji status cairan : timbang berat


haluaran, turgor kulit dan adanya

Batasi masukan cairan


Identifikasi sumber potensial cairan
Jelaskan pada pasien dan keluarga
rasional pembatasan cairan
Kolaborasi pemberian cairan sesuai
terapi
2. Hemodialysis therapy
Aktivitas :

13

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan Unand

Ambil sampel darah dan meninjau


kimia darah (misalnya BUN,
kreatinin,natrium,pottasium, tingkat
phospor) sebelum perawatan untuk
mengevaluasi respon terhadap
terapi
Rekam tanda vital: berat badan,
denyut nadi, pernapasan, dan
tekanan darah untuk mengevaluasi
respon terhadap terapi
Sesuaikan tekanan filtrasi untuk
menghilangkan jumlah yang tepat
dari cairan berlebih di tubuh klien
Bekerja secara kolaboratif dengan
pasien untuk menyesuaikan panjang
dialisis, peraturan diet, keterbatasan
cairan dan obat-obatan untuk
mengatur cairan dan elektrolit
2

Ketidakseimban
gan nutrisi :
kurang dari
kebutuhan
tubuh b.d
anoreksia, mual
dan muntah

1. Status nutrisi
Indikator :
Intake nutrisi yang

pergeseran antara pengobatan


1. Manajemen Nutrisi
Aktivitas:

Kaji pola makan klien


adekuat
Intake makanan dan cairan Kaji adanya alergi makanan.
Kaji makanan yang disukai oleh
adekuat
klien.
Energi adekuat
Kolaborasi dg ahli gizi untuk
Massa tubuh adekuat
Berat badan adekuat

2. Status Nutrisi : Intake


makanan dan cairan
Indikator :
Intake makanan di mulut
Intake disaluran makanan
Intake cairan dimulut
Intake TPN

penyediaan nutrisi terpilih sesuai


dengan kebutuhan klien.
Anjurkan klien untuk meningkatkan
asupan nutrisinya.
Yakinkan diet yang dikonsumsi
mengandung cukup serat untuk
mencegah konstipasi.
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi dan pentingnya
14

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan Unand

bagi tubuh klien


3. Status Nutrisi : Intake
Nutrisi
Indikator:
Intake kalori
Intake protein
Intake lemak
Intake karbohidrat
Intake vitamin
Intake mineral
Intake zat besi
Intake kalsium
4. Kontrol berat badan
Indikator:
Monitor BB
Gunakan suplemensuplemen gizi sesuai
kebutuhan
Monitor keseimbangan
cairan
Makan sebagai respon
makan
Mempertahankan pola
makan yang dianjurkan
Identifikasi gangguan

2. Monitor Nutrisi
Aktivitas :
Monitor BB setiap hari jika
memungkinkan.
Monitor respon klien terhadap
situasi yang mengharuskan klien
makan.
Monitor lingkungan selama makan.
Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak bersamaan dengan waktu
klien makan.
Monitor adanya mual muntah.
Monitor adanya gangguan dalam
proses mastikasi/input makanan
misalnya perdarahan, bengkak dsb.
3. Bantuan penambahan BB
Aktivitas:
Pantau adanya mual dan muntah

emosi yang

Pantau konsumsi kalori perhari

mempengaruhi untake

Pantau kadar albumin serum,

makanan

limfosit, dan kadar elektrolit


Sediakan variasi makanan bernutrisi
berkalori tinggi
4. Manajemen Cairan
Aktivitas:
Timbang BB tiap hari
Hitung haluaran
Monitor status hidrasi

15

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan Unand

Pantau status hemodinamik


Pantau TTV
Pantau hasil lab. Terkait retensi
cairan (Ht,BUN)
Monitor adanya indikasi

retensi/overload cairan (edem,sites,


3

Intoleransi
aktivitas b.d
kelemahan,
anemi

1. Toleransi Aktivitas

distensi vena leher)


1. Terapi Aktivitas

Indikator:

Aktivitas:

Kejenuhan oksigen

dengan aktivitas
Kemampuan aktivitas
meningkat secara bertahap
Tidak ada keluhan sesak

merncanakan dan memonitor

program aktivitas
Meningkatkan komitmen pasien

dalam beraktivitas
Membantu mengekplorasi

nafas dan lelah selama dan

aktivitas yang bemanfaat bagi

setelah aktivitas minimal


Tekanan darah sistolik

dengan aktivitas
2. Konservasi Energi
Indikator:
Keseimbangan aktivitas

energi
Menyelenggarakan
kegiatan untuk

beraktivitas
Membantu mengidentifikasi

aktivitas yang disukai


Membantu pasien/keluarga dalam

beradaptasi dengan lingkungan


Membantu menyusun aktivitas

fisik
Pastikan lingkungan aman untuk

pergerakan otot
Jelaskan aktivitas motorik untuk

meningkatkan tonus otot


Berikan reinforcemen positif

selama beraktivitas
Monitor respon emosional, fisik,

menghemat energi
Menyesuaikan gaya hidup
untuk tingkat energi

pasien
Membantu mengidentifikasi
sumberdaya yang dimiliki dalam

dan istirahat
Mengakui keterbatasan

Kolaborasi dengan terapis dalam

sosial dan spiritual

16

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan Unand

2. Manajemen Energi
Aktivitas:

Tentukan pembatasan aktivitas

fisik pasien
Jelaskan tanda yang menyebabkan

kelemahan
Jelaskan penyebab kelemahan
Jelaskan apa dan bagaimana
aktivitas yang dibutuhkan untuk

membangun energi
Monitor intake nutrisi yang

adekuat
Monitor respon kardiorespirasi

selama aktivitas
Monitor pola tidur
Monitor lokasi

ketidaknyamanan/nyeri
Batasi stimulus lingkungan
Anjurkan bedrest
Lakukan ROM aktif/pasif
Bantu pasien membuat jadwal

istirahat
Monitor efek obat stimulan dan
depresan

Monitor respon oksigenasi pasien

Daftar Pustaka
17

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan Unand

Barshoum, Rashad.S . 2006. Chronic Kidney Disease in The Developing World. N Eng J M.
354(10) : 997-999 http : // www.content.nejm.org/cgi/content/full/354/10/997.htm
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dotcherman, Joanne M. Nursing Intervention
Classification (NIC). USA: Mosby Elsevier. 2008.
Evans. J, Balogun. S.A and Balogun. R.A. 2006. Age-related Differences in Renal Function at
Onset of Renal Replacement Therapy in Chronic Kidney Disease Stage 5 Patients. Q
J Med 99 : 595-599 http : // www.qmed.com/10.1093/qjmed/hcl075
Fagugli, Ricardo M; Taglioni, Chiara; Rossi, Davide; Ricciardi, Daniela. 2008. The Impact of
Hypertension in Hemodialysis Patients. Current Hypertension Review 4(2) : 100106(7) http : // www.iagentaconnect.com/content/full/004/003/003.htm
Herdinan, Heather T. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:
EGC. 2012.
Hostetter, H.T. 2004. Chronic Kidney Disease Predicts Cardiovascular Disease Clin.J.Pathol.
351:1344-1346 http : // www.clinjpathol.com.htm.
Himmelfarb, Jonathan. 2005. Core Curriculum In Nephrology Hemodialysis
Complications.National Kidney Foundation. N Eng J M. Doi : 10.1053 http : //
www.nejm.org/content/full article.htm
Ifudu, Onyekachi; M.B.1998. Care of Patients Undergoing Hemodialysis. Am J Kidney
Disease.339 (15) :1054-1062 http : // www.amj.org/cgi/full /339/15/1054.htm
Jansenn, MJ. 1996. The Bleeding Risk in Chronic Hemodialysis : Preventive Strategies in
High-Risk Patients. Neth J Med. 48(5) : 198-207 http : //
www.medline.com/nlm/nih/content/full/134.htm
Johnson, M. Etal. Nursing Outcome Classification (NOC). USA: Mosby Elsevier. 2008.
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to Understanding and
Management. USA : Oxford University Press. 2010
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 2. Jakarta : EGC. 2002
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta :
EGC. 2001
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2006

18

Anda mungkin juga menyukai