Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Berbicara tentang pengaruh pendidikan agama Kristen pada pertumbuhan iman anak dari
sejak usia dini berarti kita tidak bisa lepas dari konsepsi Alkitab yang mencatat tentang
penugasan kepada orang tua untuk mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anaknya. Hal ini
sangat jelas dalam Kitab Ulangan 6:6-7 Berbunyi :
Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,
haruslah engkau mengajarkan berulang-ulang kepada anak-anakmu dan
membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang
dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun
Dengan membaca ayat ini kita dapat mengerti bahwa betapa Allah sangat menekankan
perhatian dan bimbingan kepada generasi muda, sebab generasi muda inilah yang kelak akan
melanjutkan posisi generasi yang lebih tua. Perintah ini memberikan gambaran bahwa orang tua
bertanggung jawab terhadap pembinaan iman anak-anaknya. Allah menegaskan bahwa perintah
Allah wajib disampaikan kepada setiap generasi.
Selain Perjanjian Lama, Perjanjian Baru juga mengajarkan bagaimana umat Allah harus
memperhatikan kehidupan anak-anak. Dalam Kitab Markus 10 : 14 dikatakan bahwa :
ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka : Biarkan
anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab
orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.

Inilah adalah teguran Tuhan Yesus kepada Murid-murid-Nya yang menghalang-halangi


anak-anak datang kepada Yesus. Tuhan Yesus hendak menegaskan bagaimana posisi anak-anak
dalam Kerajaan Allah, bahkan dikatakan anak-anak adalah pemilik dari Kerajaan Allah. Oleh
sebab itu sepatutnyalah orang-orang yang memahami secara benar Firman Allah di atas
memberikan pelayanan, pembinaan dan perhatian kepada anak-anak.
Sebab di mata Tuhan Yesus anak-anak ini sangat berharga, dibuktikan dengan adanya
waktu yang diberikan Yesus kepada anak-anak tersebut untuk berinteraksi semasa Yesus
melayani di muka bumi ini.1 Sehingga kita sebagai orang dewasa harus dapat melakukan sesuatu
bagi mereka untuk mengarahkan anak-anak ini menempatkan iman mereka dipusat kehidupan
mereka dimulai dari mereka masih kecil.
Kita dapat melihat dari ketiga Injil, bagaimana Yesus berbicara tentang menyambut
seorang anak2 Yesus sedang mengatakan bahwa menyambut seorang anak adalah suatu
perbuatan luhur, suatu kebajikan. Yang berarti menjadikan anak-anak tersebut begitu penting dan
memiliki tempat di dalam jemaat.
Dalam konteks kehidupan sekarang, Sekolah Taman Kanak-kanak Filadelfia sebagai
lembaga pendidikan Kristen adalah wadah untuk mewujudkan harapan tersebut. Taman Kanakkanak Filadelfia bertanggung jawab terhadap pembinaan iman kepada anak-anak melalui
pendidikan Kristen yang berdampak kepada pertumbuhan iman anak sejak usia dini di Taman
Kanak-kanak Filadelfia Makassar.

Robert J. Keeley, Menjadikan anak-anak kita bertumbuh Dalam Iman ( Founding Member
CBA Indonesia, 2009 ), 37
2

Ibid. 45

Untuk mencapai maksud tersebut maka pendidikan dalam keluarga Kristen dan Sekolah
Kristen harus dilandaskan pada amanat Tuhan Yesus: Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan pertama. Dan
hukum yang kedua yang sama dengan itu ialah : Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri.
Sebab pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum taurat dan kitab para Nabi ( Matius
22:37-40 ).3 Dan kemudian tidak kalah penting tanggung jawab guru sebagai pendidik dan
Pembina anak di luar rumah, sebab setiap anak pasti mengalami pendidikan formal di Sekolah.
Sebab pada masa anak-anak merupakan masa yang paling peka dalam kehidupan
seseorang. Di mana anak pada masa ini masih berada pada periode ketergantungan dan
pertumbuhan sebagai persiapan untuk menerima rangsangan dari lingkungannya. Kamus Besar
Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa : Masa anak-anak adalah masa kehidupan antara dua
tahun sampai pubertas.4

Pada masa ini anak mulai mengembangkan kepribadiannya dan

membentuk dirinya dan sifat-sifat yang akan ia miliki seumur hidupnya.


Singgih Gunarsa mengutip apa yang dikatakan oleh Sigmund Freud dan Erik H. Erikson
bagaimana pentingnya pendidikan anak usia dini sebagai berikut :
Pentingnya sejak dini anak memperoleh dasar-dasar yang baik pada masa-masa
permulaan dari kehidupan anak, supaya kelak setelah mereka dewasa tidak mengalami
gangguan-gangguan emosi atau gangguan kepribadian yang berarti. Dan menurut Erikson tahuntahun pertama dari kehidupan anak penting sekali untuk menanamkan dasar kepercayaan orang
lain. Sebab seorang anak yang tidak mengalami dan mendapatkan kasih sayang dan kepuasan
dari kebutuhan-kebutuhannya, akan mengalami kegagalan dalam memperkembangkan
3

.M. Paranoan, Psikologi Pendidikan Keluarga ( Rantepao : Sulo, 1995 ), 11


Kamus Besar Bahasa Indonesia, S.V. Masa.

kepercayaan kepada orang lain dan oleh karena akan mengganggu hubungan-hubungan sosialnya
di kemudian hari.5 Yang penting sebagai seorang guru kita harus mengetahui bahwa sebahagian
besar kehidupan anak berada di Sekolah seperti yang dikatakan oleh Singgih D Gunarsa sebagai
berikut :
Empat sampai lima tahun pertama permulaan hidupnya lebih banyak ia habiskan di
rumah bersama-sama dengan keluarganya. Tetapi sejak ia mulai menginjak bangku Sekolah
Taman kanak-kanak, maka dunianya bertambah luas. Ia bertemu dengan teman-teman dan
gurunya. Di Sekolah guru menjadi tokoh utama dalam mengembangkan keseluruhan eksistensi
seorang murid. Myer Pearlman mengatakan bahwa : Dalam masa ini seorang mudah berubah,
sanggup memahami hal-hal yang serius dari kehidupan, dan mudah menerima Injil. Sebab itu,
masa ini adalah masa yang tepat untuk mempersiapkan anak itu untuk menerima Kristus. 6 Jadi
pembinaan kerohanian yang diberikan kepada anak sejak usia dini, dapat mempengarui
pertumbuhan iman mereka, dan ini juga merupakan suatu tindakan yang preventif untuk
mencegah terjadinya kenakalan remaja. Karena anak-anak sudah dibekali dengan pendidikan
Kristen mempunyai dasar kerohanian yang kuat, sehingga tidak mudah lagi diombangambingkan oleh pengaruh yang negatif yang akan ia hadapi pada masa remajanya nanti.
Dengan melihat latar belakang di atas, maka penulis sangat mengharapkan supaya
pendidikan Agama Kristen dapat mempengarui pertumbuhan iman anak sejak anak tersebut
masih dalam usia dini dan sedang berada dalam lembaga pendidikan Taman kanak-kanak
Filadelfia Makasaar. Oleh sebab itu melalui penulisan karya ilmiah ini penulis mengangkat

Singgih D. Gunarsa Psikologi perkembangan Anak Dan Remaja, ( Jakarta : BPK Gunung
Mulia, 1991), 26
6

Myer Pearlman, Penyelidikan Anak, ( Malang : Gandum Mas 1986 ), 53.

Judul: PENGARUH PENDIDIKAN KRISTEN TERHADAP PERTUMBUHAN IMAN


ANAK USIA DINI DI TAMAN KANAK-KANAK FILADELFIA MAKASSAR.
Pokok Masalah
Dalam pembinaan kerohanian murid Taman Kanak-kanak Filadelfia ada banyak hal yang
dapat menjadi faktor penunjang pada pertumbuhan iman anak dari sejak usia dini. Dalam hal ini,
maka penulis akan menyelidiki dari segi pengaruh pendidikan Kristen pada pertumbuhan iman
anak usia dini di Taman Kanak-kanak Filadelfia. Apakah pendidikan Kristen dapat menunjang
pertumbuhan iman murid Taman kanak-kanak Filadelfia? untuk menjawab pertanyaan tersebut
di atas, maka penulis akan bahas pada bab selanjutnya.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan skripsi ini sebagai berikut :
Pertama : untuk mengetahui sejauh mana Pengaruh pendidikan Kristen pada pertumbuhan iman
anak Sekolah Taman Kanak-kanak Filadelfia. kedua : untuk memberikan motivasi bagi para
pendidik di Sekolah Taman Kanak-kanak Filadelfia agar lebih meningkatkan kualitas dari
pendidikan Kristen supaya terjadi pertumbuhan iman anak dari usia dini di murid Taman Kanakkanak Filadelfia Makassar.
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini sebagaimana yang diharapkan oleh penulis
Yaitu :
Pertama, agar dapat dipergunakan dalam mengembangkan Pendidikan pengajaran PAK di
Sekolah, khususnya bagi pertumbuhan iman Kristen pada anak Sekolah Taman Kanak-kanak.

Kedua, sebagai bahan masukan bagi guru-guru PAK bahwa betapa pentingnya pengaruh
pendidikan Kristen terhadap pertumbuhan iman anak dari sejak usia dini di Taman kanak-Kanak.
Ketiga, sebagai salah satu persyaratan dalam penyelesaian studi di STT Jaffray Makassar.
Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan beberapa metode antara lain :
Wawancara, diadakan terhadap orang tertentu yang dapat memberikan suatu data atau
keterangan yang ada kaitannya dengan pembahasan dalam skripsi ini.
Angket
Memberikan angket kepada murid Sekolah Taman Kanak-kanak di TK Filadefia yang
dapat memberikan data penulisan Skripsi ini.
Library Reseach
Pengambilan data dari buku-buku yang ada di perpustakaan dan bahan-bahan catatan
kuliah yang bersangkutan dengan pembahasan skripsi ini.
Batasan Penulisan
Penelitian penulis hanya dibatasi pada pengaruh Pendidikan Kristen pada pertumbuhan
iman anak usia dini di Taman Kanak-kanak Filadelfia Makassar.
Sistimatika Penulisan
Adapun sistimatika dalam penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :

Bab kesatu, adalah pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, pokok masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistimatika penulisan.
Bab kedua,berisikan tinjauan pustaka yang terdiri dari pengertian pendidikan Kristen,
pendidikan Kristen dalam Alkitab PL dan PB, pengertian pertumbuhan iman anak, faktor-faktor
penghambat dalam pertumbuhan iman anak.faktor dst, faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan iman anak, factor lingkungan kelas, factor guru dan factor darimurid itu sendiri.
Pengaruh pendidikan Kristen terhadap pertumbuhan iman anak, pengaruh sikap dan perilaku
seorang guru, pengaruh peranan guru Kristen, hubungan guru dengan murid, hubungan guru
dengan sesama, hubungan guru dengan atasannya, hubungan guru dengan orang tua murid, dan
hubungan guru dengan masyarakat.
Bab ketiga, Gambaran Umum Lokasi Survei, Prosedur dan metodologi Penelitian.
Bab keempat, Pembahasan mengenai Hasil penelitian.
Bab kelima, Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran-saran dari penulis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Pendidikan Kristen


Dalam memasuki pembahasan ini, akan diuraikan beberapa defenisi tentang pendidikan :
Menurut Jhon dewey bahwa pendidikan ialah : Salah satu usaha social yang berkesinambunagn
selama ini.7 Menurut Kingsley Price bahwa pendidikan ialah : Transmisi dari kemampuan
sendiri, pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang diteruskan kepada orang lain. 8 Kemudian
M. Ngalin Purwanto berpendapat bahwa pendidikan adalah : Segala usaha orang dewasa dalam
pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah
kedewasaan.9 Dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa pendidikan ialah :
Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan : proses perbuatan cara
mendidik.10 Sedangkan Sardiman A.M. mengatakan Pendidikan ialah : suatu proses yang sadar
akan tujuannya, maksudnya adalah pendidikan itu merupakan suatu kegiatan belajar mengajar
yang terikat, dan terarah pada tujuan yang dilaksanakan atau untuk mencapai tujuan.11

Nelly Tuhumury, Catatan Kuliah Filfasat Pendidikan Kristen, STT Jaffray, Makassar, 1990

Ibid

M Ngalin Purwanto, Ilmu Pendidikan teoritis Dan Praktis, ( Bandung : Bandung Remaja
Karya, 1986 ), 11.
10

Kamus Besar Bahasa Indonesia, S.V. Pendidikan

11

Sardiman A.M., Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar ( Jakarta : Rajawali, 1990 ), 57.

Bertolak dari pendapat-pendapat tentang pengertian pendidikan di atas maka dapatlah


diambil suatu kesimpulan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang disengaja oleh orang
dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin anak pada perkembangan
jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan melalui upaya pengajaran dan latihan yang terarah
pada satu tujuan pengajaran yang telah direncanakan yang sesuai dengan kebutuhan murid.
Dari defenisi pendidikan di atas maka pendidikian Kristen dapat diartikan sebagai
berikut: bahwa pendidikan Kristen itu adalah suatu usaha pengajaran yang disengaja oleh orang
dewasa untuk memimpin anak pada perkembangan pengetahuan Firman Tuhan secara mendalam
dan terarah pada pengajaran yang terencana sesuai dengan tingkat kebutuhan murid, dan
pendidikan Kristen juga dapat diartikan secara luas yang dijelaskan oleh Dr. E.G. Hamrighausen
dan Dr. I. R. Enklaar yaitu : Pendidikan atau pengajaran Kristen, baik di Sekolah-sekolah rakyat
maupun di Sekolah-sekolah lanjutan, yang masih dijalankan oleh gereja atau organisasi Kristen. 12
Jadi pendidikan Kristen yang dimaksud adalah pengajaran yang diberikan di Sekolah-sekolah
oleh yayasan Kristen atau organisasi Kristen yang pengajarnya diberi dalam suasana Kristen.
Kedua pengertian pendidikan Kristen ini tidak dapat dipisahkan karena keduanya berhubungan
erat satu sama lain.
Kemudian ada beberapa defenisi pendidikan Kristen dari pandangan para tokoh dan
lembaga gereja yang berkaitan dengan Pendidikan agama Kristen untuk memberikan gambaran
tentang PAK.
Menurut Agustinus, Pendidika agama Kristen adalah Pendidikan yang bertujuan
mengajar orang supaya melihat Allah dan hidup bahagia. Dalam pendidikan ini para pelajar
12

Dr. E. G. Hamrighausen dan Dr. I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen. ( Jakarta : BPK
Gunung Mulia, 1985), 31

sudah diajar secara lengkap dari ayat Pertama Kitab Kejadian, Pada mulanya Allah
menciptakan langit dan bumi, sampai arti penciptaan itu pada masa sekarang ini, di mana
pelajaran Alkitab difokuskan pada perbuatan Allah. 13 Sedangkan Martin Luther mengatakan,
PAK adalah pendidikan yang melibatkan warga jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar
semakin menyadari dosa mereka serta bersukacita dalam Firman Yesus Kristus yang
memerdekakan.14 Kemudian John Calvin mengemukakan bahwa PAK adalah Pendidikan yang
bertujuan mendidik semua putra-putri gereja agar mereka terlibat dalam penelaah Alkitab secara
cerdas sebagaimana dengan bimbingan Roh Kudus, mengambil bagian dalam kebaktian dan
memahami keesaan gereja serta diperlengkapi untuk memilih cara-cara untuk menyatakan
pengabdian diri kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus dalam pekerjaan sehari-hari serta hidup
bertanggung jawab di bawah kedaulatan Allah demi kumuliaan-Nya sebagai lambing ucapan
syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus.15
Menurut Dewan Nasional Gereja-Gereja Kristus di USA : PAK adalah proses
pengajaran agar pelajar yang semakin bertumbuh ditolong menafsirkan dan mempertimbangkan
kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini PAK memanfaatkan sumber pengalaman beragama yang
diperoleh umat manusia sepanjang abad, agar menghasilkan gaya hidup Kristiani. Di mana
tujuan dari PAK adalah untuk memampukan orang untuk menyadari kasih Allah, sebagaimana
dinyatakan dalam Yesus Kristus, dan menanggapi kasih tersebut melalui iman dan sarana yang

13

Paulus Lilik Kkristianto, Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen ( Yogyakarta :
Yayasan Andi, 2006), 2
14

Ibid

15

Ibid

akan menolong mereka bertumbuh sebagai anak Allah, hidup sesuai dengan kehendak Allah, dan
bersekutu dengan sesama.16
Kemudian Werner C. Graendorf mengatakan, PAK adalah proses pengajaran dan
pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, yang berpusat pada Kristus, dan bergantung pada kuasa
Roh Kudus yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan, melalui
pengajaran masa kini kearah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui
Kristus dalam setiap aspek kehidupan, dan memperlengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif
yang berpusat pada Kristus sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan para murid.17
Jadi kesimpulannya bahwa, PAK yang Alkitabiah harus mendasarkan diri pada Alkitab
sebagai Firman Allah dan Menjadikan Kristus sebagai pusat beritanya dan harus bermuara pada
hasilnya, yaitu mendewasakam murid.
B. Pendidikan Kristen Dalam Alkitab
Dalam Perjanjian Lama
Dalam Alkitab Perjanjian Lama pendidikan agama dimulai dalam kejadian dua sampai
empat dalam kehidupan Adam sebelum dan sesudah berbuat dosa, kemudian kepada Kain dan
Habel. Namun, jika membaca beberapa buku maka akan didapati penjelasan sedikit tentang
kapan pendidikan agama dimulai. E. G. Homrighausen dan I. H. Enklaar berkata, Pendidikan
agama mulai ketika agama sendiri mulai muncul dalam hidup manusia. 18 Dan A. A. Sitompul

16

Ibid

17

Ibid

18

E.G. Homrighausen dan I. H. Enklaar, Pendidikan Kristen ( Jakarta : BPK Gunung Mulia,
1962 ), 165

berkata, Pendidikan agama bangsa Israel telah dimulai dari Hakim-hakim dan berkembang terus
sampai kepada raja Daud dan Salomo.19
Juga Th. Vretze berkata, Pendidikan agama bangsa Israel telah dimulai pada masa
Hakim-hakim.20 Pendapat penulis sendiri ialah bahwa Pendidikan agama itu dimulai dari sejak
Abraham maupun Hakim-hakim; semuanya adalah saling mendukung satu sama lainnya.
Dalam kehidupan bangsa Israel, di mana dasar-dasar dan prinsip-prinsip pendidikan
agama telah dilakukan dalam Ulangan 1:5 yang menguraikan tentang Firman Tuhan yang
menurut Kitab Ulangan 6:1 harus diajarkan dan dilakukan.
Pendidikan Agama di Israel Pertama kali dilakukan oleh :
Orang Tua
Nenek moyang kaum Israel, yakni Abraham, Ishak dan Yakub menjadi guru bagi seluruh
keluarganya. Sebagai bapa dari bangsanya, mereka bukan saja menjadi imam yang merupakan
pengantara anatara Tuhan dan umat-Nya, tetapi juga menjadi guru yang mengajarkan tentang
perbuatan-perbuatan Tuhan yang mulia itu dan segala janji Tuhan turun temurun. Pada zaman
Abraham pendidikan agama berlangsung dengan cara :
a. Cerita dari mulut ke mulut ( Kejadian 12: 1 )
b. Anak-anak akan melihat tingkah laku orang tua ( Kejadian 22: 79 )
c. Orang tua harus mengajar anak-anaknya setiap hari ( Kejadian 18: 19 )

19

A. A. Sitompul, Di Pintu Gerbang Pembinaan Warga Gereja ( Jakarta : BPK Gunung Mulia,
1997 ). 34
20

Th. C. Vretze, Agama Israel kuno ( Jakarta : Penerbit Kristen Gandum Mas, 1981 ), 9

Dan Ishak meneruskan pengajaran yang penting itu, yang telah dirintis oleh ayahnya
dengan mendirikan mezbah dan memanggil nama Tuhan ( Kejadian 26 : 25 ), dan kemudian
diteruskan lagi oleh anaknya. Yakub pula selalu menanamkan segala perkara ini ke dalam batin
anak-anaknya, dan tetap mempertahankan korban curahan ( Kejadian 35 : 14 ).
Jadi, orang tualah yang menjadi tempat bagi anak menerima pendidikan untuk pertama
kalinya dan dari orang tualah kita menerima dasar pendidikan secular atau pendidikan agama.
Tugas orang dalam mendidik anaknya merupakan tugas mulia. Dikatakan mulia, karena tugas ini
menyangkut soal pembentukan dan pembinaan akhlak, watak dan kepribadian anak sehingga
nantinya diharapkan ia akan menjadi seorang anak yang berbudi pekerti yang luhur dalam
masyarakat. Karena jika pendidikan yang diterima seorang anak dalam keluarganya itu baik,
maka anak itu akan keluar dengan cetakan yang baik. Sebaliknya, jika pendidikan yang
diterimanya itu tidak baik, maka sudah pasti anak itu akan keluar dengan reputasi yang tidak
terpuji.
Imam-Imam
Selain dari mereka itu, jangan hendaknya dilupakan akan pendidikan yang
diselenggarakan olehn iman-iman dalam bait suci. Merekalah yang menerangkan serta
memeliharakan undang-undang mengenai kebaktian, mereka juga mengajarkan hukum-hukum
tentang kebersihan dan kesehatan, makanan pantangan dan perhubungan kelamin, dan banyak
hukum lagi yang harus diketahui dan dituruti oleh umat Israel.
Pendidikan ini menuju kepada pendidikan formil yang berlangsung di luar rumah, yaitu
terdiri dari :

Pertama, Pendidikan Rohani : mengajarkan konsep dasar untuk berjalan dalam iman
kepada Allah ( Ulangan 27 : 9-10). Mengajarkan konsep penyembahan untuk tetap setia kepada
Tuhan ( Ulangan 27 :10 ). Mengajarkan konsep penyembahan kepada Tuhan ( Keluaran 24 : 1231 ). Memberikan pengajaran untuk tetap setia pada Tuhan ( Ulangan 27:10 ). Mengajarkan
tentanng kesadaran dosa dan kebutuhan pengampunan dosa ( Keluaran 20: 1-17, Imamat 16:16;
23:27 ).21
Kedua, Pendidikan Sipil Umum : memberikan nasihat dan bimbingan bagaimana
mengambil keputusan sendiri, mengajar umat menghargai nilai etika dan taat kepada tugas
kenegaraan ( Keluaran 21 ), menolong umat Allah untuk sanggup menyelesaikan persoalan
pribadinya sendiri.22
Para Nabi
Dalam Perjanjian Lama, nabi diberikan kepercayaan yang dari Tuhan untuk
memberitakan Firman Tuhan sebagaimana tugas mereka sebagai perantara dari Allah kepada
manusia. Para nabi diangkat oleh Allah sesuai dengan zamannya ( nabi ).
Nabi musa dipilih oleh Tuhan sebagai alat untuk melepaskan umat-Nya dari perbudakan.
Musalah yang diangkat oleh Allah menjadi panglima dan pemimpin Israel, juga menjadi guru
dan pemberi hukum-hukum bagi mereka. Musa mendidik mereka dipadang belantara dan
mengatur pendidikan itu dengan jitu dan tepat, agar supaya pengajaran agama member dasar
kehidupan seluruh umat Tuhan itu, dan akan dilanjutkan pula oleh penerus-penerusnya
kemudian.

21

Nelly Tuhumury, Catatan Kuliah Filsafat PAK ( Ujung Pandang : STT Jaffray, Thn 1990 )

22

Ibid

Ada perbedaan tugas dari imam dan nabi, yaitu : Imam mempunyai tugas sebagai
perantara dari pihak manusia kepada Allah, sedangkan Nabi mempunyai tugas sebagai perantara
yang dari pihak Allah kepada manusia.
Jadi, prinsip-prinsip atau dasar-dasar pendidikan agama dalam Perjanjian Lama memang
sudah ada yang diajarkan oleh para leluhur bangsa Israel, yaitu : Abraham, Ishak, Yakub, para
nabi, dan imam-imam. Unsur-unsur pendidikan mereka adalah pendidikan dalam rumah tangga,
pendidikan rohani, pendidikan umum, unsur persembahan dan soal kehidupan sehari-hari.
Dalam Perjanjian Baru
Segala Kitab-Nya ditulis dengan tujuan tertentu, ialah untuk mengajar umat Kristen bagi
hidup manusia itu. Kitab-kitab Injil hendak memelihara tradisi lisan mengenai pekerjaan dan
pemberitaan Tuhan Yesus, agar rohani jemaat Kristen dibangunkan, imannya diperkokohkan dan
pengetahuannya akan juruselamat itu diperdalam. Pendididkan agama di dalam Perjanjian Baru
dilakukan oleh :
Tuhan Yesus
Menyelidiki soal pendidikan agama dalam Perjanjian Baru (PB), tentu saja pertama-tama
dan khususnya pandangan diarahkan kepada Tuhan Yesus sendiri. Disamping itu jabatan-Nya
sebagai Penebus dan Pembebas, Tuhan Yesus juga menjadi seorang Guru yang Agung. KeahlianNya sebagai seorang Guru umumnya diperhatikan dan dipuji oleh rakyat Yahudi. Ia disegani dan
dikagumi oleh orang sebangsa-Nya sebagai seorang yang mahir dalam segala soal ilmu dan
hukum Taurat. Sebab Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli taurat
yang biasa mengajar mereka ( Matius 7:29 ).

J. M. Price berkata,Yesus tepat sekali bagi pekerjaan mengajar. Dan tidak ada orang
yang lebih tepat untuk tugas ini daripada Yesus. Yesus benar-benar seorang guru yang sempurna,
baik dari segi Ilahi maupun Insani. Memang Ia datang sebagi seorang guru yang diutus Allah. 23
Dengan pernyataan itu, maka tepatlah bahwa Guru Agung dan sempurna yang patut dicontohi
dan diteladani untuk menjalankan tugas sebagai Guru Agung Kristen oleh guru pada sekolahsekolah umum, khususnya guru Pendidikan Agama Kristen, TK Filadelfia Makassar. Salah satu
dari sekian banyak perilaku Yesus yang dapat diteladani adalah kesungguhan-Nya dalam
mengajar kebenaran Firman Allah. Oleh karena itu, hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam
pelayanan pengajaran Yesus Kristus adalah :
Pertama, tempat mengajar : di atas bukit, dari dalam perahu ( Lukas 5:3 ), disisi orang
sakit, di tepi sumur, di rumah ( Lukas 5: 19 ), di tepi danau ( Matius 8: 32-33 ), di dalam rumah
ibadah ( Matius 4:44 ), di depan pembesar-pembesar agama dan pemerintah di kayu salib
( Markus 15:34;37-40 ).
Kedua, waktu atau saat siang dan malam ( Matius 14: 15;25-32; Markus 11: 18; setiap
saat, Matius 9: 35 ).
Ketiga, tujuan pengajaran Tuhan Yesus : untuk melayani tiap-tiap manusia yang dating
kepada-Nya ( Markus 1: 41; 6: 34 ), membentuk cita-cita yang luhur ( Matius 5: 48 ),
memulihkan hubungan manusia dengan Allah ( Matius 6:33 ), membina watak yang kuat,
melatih untuk pelayanan ( Matius 4:19; Markus 3:14 ), menananmkan keyakinan tugas,
memperbaiki hubungan dengan orang lain ( Markus 12: 31), dan menghadapi masalah hidup.24

23

J.M. Price, Yesus Guru Agung ( Bandung : Lembaga Literatur Baptis, 1975 ). 5

24

Ibid. 36-47

Keempat, metode pengajarannya bercerita, perumpamaan-perumpamaan, mengemukakan


pertanyaan-pertanyaan, alat peraga, diskusi, cerama dan khotbah.
Kelima, rahasia keberhasilan Yesus : Ia dipenuhi Roh Kudus dan bersandar kepada-Nya
( Markus 1:12,13; Lukas 4:1 ). Ia mempergunakan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan
pendengarnya saat itu ( Matius 18: 1-4 ), Yesus mewujudkan kebenaran dalam hidupnya
( Markus 1:22 ), motivasi Yesus menolong ( Markus 2:27 ), Yesus yakin akan manfaat
pengajaran ( Yohanes 3:2;17:18 ).
Rasul Paulus
Salah satu tokoh penting di lapangan agama dalam PB, yang berkaitan dengan PAK yang
dapat diteladani untuk menjadi landasan dalam usaha peningkatan PAK masa kini khususnya di
Sekolah Taman-Kanak-kanak Filadelfia Makassar ialah Rasul Paulus.
Rasul Paulus juga seorang guru yang ulung. Paulus dididik untuk menjadi seorang rabbi
bagi bangsanya. Ia mahir dalam pengetahuan akan Taurat, dan ia dilatih untuk mengajar orang
lain tentang agama Yahudi.
Paulus mengajar di rumah-rumah tempat ia menumpang, di gedung-gedung yang
disewanya, dilorong-lorong kota atau di padang-padang yang disewanya, di atas kapal, dipasar
dan dalam kumpulan kaum filsuf.
Rasul Paulus juga banyak mengajar melalui surat-suratnya yang dikirim kepada jemaat,
dan bahkan sampai sekarang surat-surat Paulus merupakan pengajaran yang tak ternilai harganya
bagi jemaat Kristen di dunia ini.
Rahasia keberhasilan Rasul Paulus dalam pengajarannya, adalah :

a. Paulus bersandar kepada pimpinan Roh Kudus ( Roma 15: 19 ).


b. Paulus berkeyakinan kuat dan beriman teguh dalam pelayanan
c. Paulus menjadi seorang hamba Tuhan yang terdorong oleh hasrat yang berapi-api
untuk memasyhurkan nama Tuhan Yesus.25
Pada zaman sekarang tugas mengajar itu tentunya diserahkan kepada orang-orang
percaya, khususnya kepada kaum guru yang telah mempunyai karunia dan latihan istimewa
untuk pekerjaan yang mulia itu, dan seluruh jemaat tetap mendukung dan mendoakan usaha itu.
Pada hakikatnya PAK yang bercorak Alkitabih itu pertama-tam berfungsi sebagai
penyampaian kebenaran yang nyatakan Tuhan dalam Alkitab. Yang terpenting bagi anak-anak
didik sekarang ini ialah supaya dapat mengetahui pokok-pokok kepercayaan agama Kristen.
Guru PAK harus dapat memelihara anak-anak jemaat anggota gereja yang tahu apa yang mereka
ikrarkan dan yang ingin menyatakan iman di dalam praktik hidupnya sehari-hari.
C. Pengertian Pertumbuhan Iman Anak
Dalam memasuki pembahasan tentang pertumbuhan Iman, maka penulis akan
menguraikan terlebih dahulu tentang pengertian dari pertumbuhan itu sendiri, sebab adanya
pengaruh pendidikan Kristen dapat terlihat setelah adanya proses dari pertumbuhan kerohanian
murid.
Pertumbuhan berasal dari kata dasar tumbuh yang berarti1. Timbul (hidup) dan
bertambah-tambah besar atau sempurna, 2. Sedang berkembang, 3. Timbul terbit; terjadi sesuatu

25

Dr. Homrighausen & Dr. I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen ( Jakarta : BPK Gunung
Mulia, 1995 ), 18

hal.26 Sedangkan arti dari pertumbuhan ialah : Hal keadaan tumbuh perkembangan atau
kemajuan.27 Jadi pertumbuhan menunjukkan adanya kemajuan atau perkembangan dari keadaan
semula. Maka dapat disimpulkan kalau pertumbuhan Iman adalah kemajuan atau perkembangan
dari sifat-sifat rohani yang berkesinambungan menuju kearah kesempurnaan iman kepada Yesus
Kristus.
Sehubungan dengan hal pertumbuhan iman
beberapa

pendapat

mengenai

pentingnya

maka

pembinaan

berikut ini akan dikemukakan


pertumbuhan

kerohanian

bagi

kesempurnaan iman anak dari sejak usia dini yang berada di Taman kanak-kanak Filadelfia
Makassar bahwa betapa pentingnya pertumbuhan iman ini bagi seorang anak tersebut.
Ralph M. Riggss mengatakan bahwa :
Suatu bagian yang sangat penting dari pelayanan Kristen ialah penerapan ajaran dan
kebenaran Kristen dalam kehidupan sehari-hari. Murid-murid harus diberitahu bagaimana
menerapkan ajaran-ajaran Alkitab itu kepada masalah-masalah praktis dalam hidup mereka dan
bagimana memperkenankan kehidupan Kristus mengubahkan hidup mereka hari demi hari.28
Dan Mary Go Setiawani mengatakan pembinaan kepribadian dan kerohanian seorang
anak akan lebih mudah di bentuk pada usia yang dini, sebab pada masa kanak-kanak ini anakanak ini masih bersifat lentur, dan mudah untuk dibentuk. Lingkungan, msyarakat, kebudayaan,
pendidikan , dan sebagainya, dapat memberikan pengaruh secara langsung atau mengubah
kepribadian dan tingkah laku seseorang. Sebab itu, adalah penting bagi seorang guru untuk
sedini mungkin membentuk muridnya dengan kebenaran firman Tuhan, supaya sejak kecil hidup
26

27

28

Kamus Besar Bahasa Indonesia, S.V. Pertumbuhan


Ibid.
Ralph M. Riggs, Sekolah Minggu Yang Berhasil, ( Malang : Gandum Mas, 1983 ), 2

Kristus sudah bertunas dan bertumbuh dalam hatinya karena hati seorang anak kecil di hadapan
Tuhan adalah murni dan terbuka. Seorang anak tidak memerlukan perdebatan untuk
membuktikan keberadaan Allah; mereka mudah percaya, walau pemikiran apa pun yang
disalurkan orang dewasa semuanya dapat mempengaruhi mereka.

29

Judith Allen shelly juga

menegaskan pentingnya pembinaan kerohanian yang murni bagi seorang anak sebagi berikut :
Pada awal masa kanak-kanak, merupakan masa yang amat penting dan menentukan bagi
perkembangan rohani seseorang. Amsal 22: 6 berbunyi : Didiklah orang muda menurut jalan
yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan
itu.Hikmat yang sudah sejak dulu kala berlaku dalam kitab suci disahkan secara mutlak oleh
penyelidikan psikologis, yaitu bahwa pengertian rohani yang dikembangkan pada seorang anak
sampai ia mencapai usia belasan tahun bisa diragukan olehnya pada masa remaja, tetapi untuk
sementara saja. Biasanya pengertian itu justru menjadi dasar bagi iman kepercayaan pada masa
dewasa.30
Sesungguhhnya masih banyak lagi para pakar pendidik Kristen yang masing-masing
mempunyai pendapat tersendiri tentang pentingnya pengaruh dan pertumbuhan kerohanian yang
murni bagi seorang anak, namun pada akhirnya ditemukan suatu titik keseragaman untuk menuju
kepada suatu kebersamaan, yaitu terletak pada pertumbuhan iman yang murni terhadap seorang
anak, sehingga pendapat di atas diambil sebagai sampel.
Dari pendapat-pendapat di atas dapatlah ditaraik satu kesimpulan bahwa pembinaan anak
sedini mungkin sangatlah penting karena sebelum usia 12 tahun masih ada kemungkinan seorang
anak digarap menjadi suatu wadah yang memiliki iman, pengharapan dan kasih secara
29

30

Mary Go setiawani, Pembaruan Mengajar, ( Bandung : Kalam Hidup, 1990 ), 14


Judith Allen Shelly, Kebutuhan Roahani Anak, ( Bandung : Kalam Hidup, 1991 ), 14.

berlimpah, sehingga bisa menjadi berkat bagi banyak orang. 31 Oleh sebab itu yang berperan
penting bagi pertumbuhan iman seorang anak yaitu factor-faktor yang berhubungan secara
langsung dengan anak didik setiap hari di Taman kanak-kanak.
Dengan demikian pertumbuhan iman seorang anak merupakan tangung jawab bersama
antara guru, orang tua, dan masyarakat Kristen, oleh sebab itu pendidikan Kristen yang
dijalankan di Taman Kanak-kanak menjadi subjek yang positif bagi pembinaan kerohanian anak
di luar rumah mereka, untuk itu perlu adanya kerjasa yang baik bagi semua pihah untuk menarik
minat dalam perkembangan kerohanian mereka.
D. Faktor-faktor Penghambat Dalam Pertumbuhan Iman
Berikut ini kita akan memperhatikan faktor apa sajakah yang dapat menjadi penghambat
bagi pertumbuhan iman anak. Dengan mengetahui penyebabnya maka seorang pendidik akan
dapat mengambil langkah-langkah atau tindakan yang tepat bagi anak didik mereka sehingga
anak ini akan menjadi pribadi yang bertumbuh dengan kepribadian dan iman yang kuat.
Faktor Disiplin
Disiplin merupakan hal yang sangat penting dalam proses pendidikan agama Kristen.
Dan ternyata ada banyak pandangan yang muncul tentang disiplin, seperti ada pandangan yang
keliru yang mengatakan kalau disiplin itu hanya sebagai bentuk dari hukuman bagi anak-anak
yang bermasalah dan menghalangi kemajuan diri anak-anak. Lebih jauh Mary Setiawan dan
Stepen Tong menjelaskan bahwa: Disiplin adalah pengarahan kepada hal-hal yang benar.32

31

32

Stephen tong, Arsitek Jiwa, ( Jakarta : Timur Agung, 1991 ), 3.

Mary setiawani dan sthepen Tong, Seni Membentuk Karakter Kristen ( Lembaga reformed,
1995),16

Disiplin sebenarnya sangat penting dalam hal mendidik anak-anak. Yakub Tomatala
menegaskan bahwa : disiplin adalah cara mendidik anak demi tujuan perbaikan dan menjadi
lebih baik.33 Jadi disiplin tidak bias diartikan sebagai hukuman untuk orang yang bersalah,
tetapi merupakan didikan atau tuntunan untuk memotivasi anak-anak dan mengarahkan mereka
kepada hal-hal yang baik dan benar. Disiplin ini tidak boleh hanya diterapkan pada saat proses
belajar mengajar berlangsung tetapi seharusnya di luar sekolah pun harus diterapkan untyuk
mencapai tujuan pendidikan agama Kristen.
Namun kenyataanya yang terjadi di tempat penulis mengajar, masih ada peraturan
disiplin yang kurang ketat di sekolah utamnya di kelas sebab masih terdapat beberapa anak-anak
yang selalu datang terlambat. Tentunya hal sangat menghambat jalannya proses belajar mengajar
agama Kristen yang sedang berlasung dan ini merupakan salah satu potensi yang jika dibiarkan
akan menjadi kebiasaan yang buruk yang kemudian berdampak kepada terhambatnnya
pertumbuhan iman dari anak didik di sekolah tersebut.
Faktor Waktu
Waktu merupakan salah satu kendala yang dapat menghambat proses pertumbuhan iman
seorang anak didik di suatu Sekolah dimana ia sedang menempuh pendidikan. Pada umumnya
kegiatan yang berkaitan dengan mata pelajaran agama Kristen sangat sedikit porsi waktunya.
Sebab biasanya waktu yang disediakan oleh Sekolah untuk mata pelajaran ini hanya berkisar
anatara 2 atau 3 jam saja setiap minggunya. Sebab waktu yang singkat ini biasanya harus dipakai
oleh beberapa kelas yang lain. Dengan demikian guru PAK tetap mengalami kesulitan dalam
pelajaran sebab keterbatasan waktu tersebut.

33

Yakub Tomatala, Kepemimpinan yang Dinamis ( Malang : Gandum Mas, 1997 ), 245

Faktor Yang Mempengaruhi Petumbuhan Iman


Sebagaimana telah disinggung pada uraian di atas tentang pertumbuhan kerohanian,
bahwa Pendidikan Kristen itu mempunyai peran yang penting dalam pertumbuhan iman
seorang anak didik ( murid ). Dan secara garis besar, ada 3 faktor yang dapat
mempengaruhi peetumbuhan iman pada diri seorang murid yaitu : faktor lingkungan
kelas, guru dan murid itu sendiri.
Faktor lingkungan kelas
Kelas adalah kelompok sosial yang didinamis yang harus dipergunakan oleh setiap
wali/guru kelas untuk kepentingan murid dalam proses pendidikan dimana murid didorong untuk
aktif secara terarah yang dikembangkan melalui kreatifitas dan inisiatif murid sebagai suatu
kelompok. Untuk itulah setiap wali/guru kelas harus berusaha menyalurkan berbagai saran,
pendapat, gagasan, keterampilan, potensi dan energi yang dimiliki murid menjadi kegiatankegiatan yang berguna bagi pertumbuhan imannya. Dengan demikian kelas dimana murid-murid
belajar tidak membosankan. DR. H.Hadari Nawawi mengatakan bahwa setiap kelas harus dilihat
dari dua segi sebagai berikut :
Pertama, kelas sebagai satu unit atau satu kesatuan yang utuh yang dapat mewujudkan
kegiatan berdasarkan program masing-masing.
Kedua, kelas merupakan unit yang menjadi bagian dari Sekolah sebagai suatu organisasi
kerja atau sebagai sub sistim dari total sistim. 34 Kedua sudut pandang dari Hadari Nawawi ini
harus sejalan dalam arti semua kegiatan kelas yang dapat ditingkatkan menjadi kegiatan Sekolah
dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi semua murid. Untuk mengelolah kelas sebaik-baiknya, itu
34

DR. Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah Dan Pengelolaan Kelas ( Jakarta : Gunung Agung,
1985), 130.

sangat dipengaruhi oleh cara wali/guru kelas menerapkan Administrasi Pendidikan dan
kepemimpinan pendidikan, dalam penggelolaan kelas masing-masing.
Administrasi Pendidikan
Sebuah kelas pada dasarnya merupakan suatu unit kerja yang di dalamnya bekerjasama
sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu, oleh sebab itu pengelolaan kelas
memerlukan tindakan-tindakan perencanaan kelas, pengorganisasian kelas, pengarahan kelas,
koordinasi kelas, komunikasi kelas dan control kelas sebagai langkah-langkah kegiatan
manajemen administrative pendidikan di kelas. Administrative pendidikan dilaksanakan dengan
kerjasama antara guru kelas, guru bidang studi dan kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah
yang juga terlibat dan bertanggung jawab secara tidak langsung terhadap kelancaran kegiatan
kelas.
Kepimpinan Wali/Guru Kelas
Kelas dipengaruhi secara langsung oleh kepemimpinan guru kelas. Kepemimpinan
diartikan sebagai proses mengarahkan, membimbing, mempengaruhi atau mengawasi pikiran,
perasaan atau tindakan dan tingkah laku orang lain. Dari pengertian itu berarti wali/guru kelas
harus melakukan usaha menggerakkan dan memberikan motivasi serta menyatukan pikiran dan
tingkah laku murid-murid dan guru-guru terarah pada tujuan yang terdapat di dalam program
kelas. Usaha ini dilakukan untuk menumbuhkan sikap iklas dan kesadaran dalam melaksanakan
tugas-tugas kelas dengan kesediaan untuk bekerja dengan cara kerja yang efesien dan efektif
bagi pencapaian tujuan.

Jadi peranan guru dalam menggelola kelas membutuhkan disiplin yang tinggi tetapi tidak
kaku namun luwes dan terarah pada usaha untuk membina secara terus menerus pada proses
pertumbuhan iman kepada murid dalam lingkungan kelas.
Faktor Guru
Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar, karena
peranannya sebagai pemimpin pendidikan diantara murid-murid. Dr. H. hadari Nawawi
menguraikan 2 pengertian guru sebagai berikut :
Secara etimologi atau dalam arti sempit guru yang berkewajiban mewujudkan program
kelas adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di kelas.
Secara lebih luas guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang
ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing.35
Kedua pengertian guru ini dapat disederhanakan bahwa dalam setiap diri guru terletak
tanggung jawab untuk membawa murid-muridnya mencapai kedewasaan masing-masing.
Sardiman A. M. menjelaskan bahwa, guru tidak sekedar sebagai pengajar yang transfer of
knowledge namun juga sebagai pendidik yang transfer of valves dan sekaligus sebagai
pembimbing yang memberikan pengajaran dan penuntun siswa dalam belajar.36 Berkaitan dengan
kedua pendapat di atas maka guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks dalam
proses belajar-mengajar dalam mendidik anak didik ke taraf yang telah direncanakan bersama
oleh para pendidik.

35

DR. H. Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah Dan Pengelolaan Kelas, ( Jakarta : Gunung
Agung, 1985 0, 123.
36

Sardiman A. M., Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta : Rajawali Pers, 1990 ),
123

Sebagai seorang guru yang mengajar di sekolah Kristen bukan saja bertanggung jawab
sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing murid, tetapi tugas guru tersebut juga menyangkut
aspek kerohanian murid. Dr. E. G. Hamrighausen dan Dr. I. H. Enklaar menyimpulkan bahwa :
Guru Kristen itu dipanggil untuk membagikan harta abadi dalam tanganya ia memegang
kebenaran ilahi. Dan dalam pekerjaannya ia menghadapai jiwa manusia yang besar nilainya
dihadapan Allah.37 Sebab orientasi guru Kristen berada disekitar pengajaran dan pembinaan
murid, kembali Dr. E. G. Hamrighausen dan Dr. I. H. Enklaar menegaskan, kalau profesi guru
Kristen janganlah diabaikan atau diremehkan sebab pada hakekatnya pekerjaan ini tidaklah kalah
pentingnya daripada tugas seorang pendeta. Sebab guru Kristen itu juga menjadi seorang pelayan
dalam gereja Kristus yang harus dijunjung tinggi. 38 Jadi seorang guru Kristen itu sangatlah
bertanggung jawa untuk membina muridnya menjadi seorang Kristen yang memiliki iman sejati
dan hidup berkenan dihadapan Tuhan.
Faktor Murid
Murid merupakan objek utama dalam proses belajar mengajar. Sebab murid dididik oleh
pengalaman belajar mereka dan kualitas pendidikannya bergantung pada pengalamannya dan
dipengaruhi oleh guru yang dikaguminya.
Dalam proses yang memiliki tujuan atau bagaimana keadaan yang cocok dengan
perkembangan diirinya. Maka sebagai murid senatiasa merupakan fase yang perlu diproses untuk
menemukan eksistensi kediriannya secara utuh. Oleh sebab itu diperlukan guru sebagai orang
dewasa untuk membina.

37

Dr. E. G. Hamrighausen dan Dr. I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, ( Jakarta ; BPK
Gunung Mulia, 1985 ), 181.
38

Ibid.

E. Pengaruh Pendidikan Kristen Terhadap Pertumbuhan Iman anak


Sesungguhnya Pendidikan Kristen mempunyai pengaruh yang besar dalam pertumbuhan
kerohanian murid, bahkan merupakan sarana untuk membina iman seorang murid menjadi
seorang Kristen yang sejati. Timbulnya pengaruh pendidikan Kristen tergantung bagaimana
peranan para pendidik dan lingkungan di dalam sekolah yang mempengaruhi kehidupan para
murid di sekolah, sebab guru dan suasana lingkungan di dalam sekolah menjadi wadah di mana
murid merasakan suasana kehidupan kekristenan yang nyata. Seperti yang dikatakan oleh Clyde
M. Narramore bahwa : Anak-anak memerlukan pengaruh Kristen yang baik di luar rumah
mereka.39 Sehingga apa yang orang tuanya telah bina tentang iman Kristen didukung dalam
pengajaran di sekolah sehingga keduanya terpaut menjadi satu dan saling menunjang dalam
pengalaman dan pengetahuan murid.
Pengaruh pendidikan Kristen yang baik akan memproses iman kepercayaan murid
sehingga Nampak dalam kehidupan murid sehari-hari. Pertumbuhan kerohanian ini yang baik
dan murni dengan berlandasakan prinsip-prinsip kepada iman Kristen. Pendidikan Kristen sangat
berperan penting dalam mencapai hasil dalam pertumbuhan iman pada murid taman kanak-kanak
Filadelfia Makassar sebagai berikut :
Pertama : pendidikan Kristen di Taman kanak-kanak Filadelfia dapat memupuk iman
kepercayaan murid dan memperkokoh penyerahan diri murid kepada Yesus Kristus.
Kedua : pendidikan Kristen di sekolah merangasang para murid untuk lebih bergairah
mempelajari kebenaran firman Tuhan.

39

Clyde M. Narramore, Ed. D., Menolong Anak Anda Bertumbuh dalam IMAN, ( Bandung :
Kalam Hidup, 1985 ), 41

Ketiga : pendidikan Kristen di sekolah sebagai batu loncatan bagi anak-anak untuk
mencintai gereja tempat dimana mereka beribadah dan bersekutu.
Keempat : pendidikan Kristen direalisasikan pada kegiatan-kegiatan rohani yang
menunjang pertumbuhan iman murid.
Dengan demikian pendidikan Kristen yang disampaikan di Taman Kanak-kanak
mempunyai pengaruh yang positif terhadap proses pertumbuhan iman kepercayaan murid.
Oleh sebab itu seorang guru Kristen haruslah lebih mengutamakan kehidupan kerohanian
sebelum mengajar para muridnya, sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai. Berikut ini
beberapa hal yang penulis angkat sehubungan dengan pengaruh pendidikan Kristen bagi
pertumbuhan iman anak murid Taman Kanak-kanak Filadelfia Makassar yaitu :
Pertama, pengaruh sikap dan Perilaku seorang Guru
Seorang guru akan selalu menjadi bahan perhatian bagi muridnya baik itu sikap dan
perilakunya sebagai gurunya. Seperti dengan semboyan yang berkata bahwa : seorang itu untuk
digugu dan ditiru, yang artinya digugu perkataannya dan ditiru perbuatannya, 40 para team
didaktik metodik member perhatian yang penting pada criteria sikap susila dan budi pekerti,
maksudnya setiap guru dan pendidik adalah mereka yang sanggup berbuat kebajikan serta
bertingkah laku yang bisa dijadikan suri teladan bagi orang-orang dan masyarakat
disekelilingnya. Dan Dr. E. G. Hamrighausen dan Dr. I. H. Enklaar mengatakan : seorang guru
Kristen harus mempunyai pribadi yang jujur dan tinggi mutunya. 41 Ada beberapa hal yang perlu
40

Team Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik/ Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik
Metodik Kurikulum PMB ( Jakarta : CV. Rajawali, 1989 ), 10
41

Dr. E. G. Hamrighausen dan Dr. I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Krtisten ( Jakarta : BPK
Gunung Mulia, 1985 ), 182

diperhatikan oleh guru Kristen dalam hal sikap dan perilaku yang diuraikan oleh Paulus D. H.
D.H. Daun yaitu : pertama guru yang mempunyai sifat dan perilaku yang baik; kesucian, kasih
yang dinyatakan dari sifat dan perilaku yang baik dari guru akan mempengaruhi hati yang
terdalam dari anak didiknya. Keberhasilan seorang guru dalam mendidik bukan hanya dari
metode ia mengajar melainkan juga dari penampilan dan diekspresikan dari sifat kekristenannya,
yaitu kehidupan yang ditampilkan harus sesuai dengan keyakinan yang ada di dalam diri guru
Kristen itu. Inilah yang dimaksudkan oleh Yakubus dalam suratnya bahwa iman tanpa perbuatan
itu mati ( Yakubus 2 :26 ). Jadi sifat dan perilaku yang baik harus nampak dalam kehidupan
seorang guru Kristen, baik dimana guru itu tinggal maupun di lingkungan guru mengajar dan
membina murid-muridnya. Kedua : memiliki tanggung jawab; status guru Kristen adalah pelayan
yang melayani di ladang Tuhan. Seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus semasa hidupnya
bahwa Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani ( Markus 10: 45 ).
Status pekerja yang dimaksud Tuhan Yesus adalah pelayan yang melayani di ladang Tuhan harus
mempunyai tanggung jawab tiga arah yaitu : bertanggung jawab pada dirinya sendiri, sesamanya
dan kepada Tuhan sesuai dengan hukum yang terutama dalam kitab ( Matius 22: 37-39 ). Jika
guru Kristen menyadari hakekat dari segi tanggung jawab maka, ia akan melayani Tuhan dengan
setia. Pelayanan yang akan dilaksanakan bukan untuk diperlihatkan kepada manusia, melainkan
kepada Tuhan sebagai pemberi tugas. Ketiga : memiliki keramahan; buah roh yang disebut dalam
Alkitab adalah : kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemah lembutan dan penguasaan diri ( Galatia 5: 22 ). Keramahtamahan yang berasal dari Roh
harus dimiliki oleh seorang guru, karena keramahtamahan ini sangat diperlukan untuk
pendekatan dengan murid dan kerjasama antara guru-guru yang lainnya. Dengan demikian, akan
akan menimbulkan kesan yang baik bagi murid maupun rekan kerja guru lain bahwa sebagai

guru mudah untuk didekati dan mudah diajak kerjasama dalam membina murid-murid.
Keempat : guru Kristen harus memiliki kestabilan emosi. Karena tugas para guru adalah
mendidik. Dalam mendidik, tindakan rasional lebih diutamakan daripada emosional. Harus
diakui dalam praktik sering guru menemukan hal-hal yang mudah membangkitkan emosi yang
bisa dicetuskan dalam wujud kemarahan. Untuk itu para guru perlu mempunyai kestabilan
emosi, atau dapat mengontrol kemarahan. Jika memang kemarahan itu diperlukan maka,
hendaklah kemarahan itu lebih bersifat rasional daripada emosional. Dengan memiliki kestabilan
emosi, seorang guru akan dengan mudah dan fleksibel dalam mengatasi masalah yang ada.42
Sikap dan perilaku seorang guru Kristen sangat penting karena sikap dan perilaku gurulah
yang selalu nampak dalam kehidupan murid dan menjadi contoh yang hidup dalam diri anak
didiknya. Seperti yang dikatakan oleh Mavis L. Anderson bahwa : Seorang guru lebih diingat
dari perbuatannya daripada perkataannya.43 Suatu perkataan yang benar, kesetiaan untuk
membina kepribadian guru Kristen agar menjadi teladan bagi murid-muridnya memerlukan
usaha yang berkesinambungan dan pimpinan Roh Kudus, karena untuk membina kepribadian
guru Kristen agar berkenan di hadapan Tuhan dan manusia membuktikan nilai manusia yang
sejati dari seorang guru Kristen yang setia kepada Tuhan.
Kedua, pengaruh Peranan Guru Kristen
Sehubungan dengan fungsi guru sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing, maka
diperlukan berbagai peranan pada diri guru, dan peranan guru ini akan senantiasa
menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai intraksinya, baik dengan

42

Paulus D. H. Daaun, Penuntun Ke Dalam Sekolah Minggu Kanak-kanak ( Ujung Pandang :


n.p., 1989 ), 33
43

Mawis L. Anderson, Pola Mengajar Sekolah Minggu ( Bandung : Kalam Hidup, 1984 ), 83

siswa, sesama guru, guru dengan atasannya, dengan orang tua murid dan dengan masyarakat
yang akan penulis uraikan satu persatu.
Ketiga, Hubungan guru dengan Murid
Seorang guru selaku pendidik hendaknya selalu menjadikan dirinya teladan bagi anak
didiknya dan dalam melaksanakan tugas haruslah menjiwainya dengan kasih saying, adil serta
menumbuhkannya dengan kasih sayang serta penuh dengan tanggung jawab.
Guru juga wajib menjunjung tinggi harga diri setiap murid dan menyadari akan kehadiran
muridnya. Lindgren H. C. mengatakan bahwa hubungan yang paling efektif dimana murid dapat
mengadakan hubungan yang tidak terbatas dengan gurunya. Guru dapat mengetahui apakah
pelajaran-pelajarannya dan bimbingannya dapat dimengerti dan diterima oleh murid kalau ada
yang tidak dimengerti murid dapat mendiskusikan, sehingga memperkecil ketidakpuasan muridmurid, kalau ada yang tidak dimengerti oleh murid. Maka disini kita akan melihat peranan guru
yang juga dapat bertindak sebagai pengganti orang tua murid, terutama bila anak yang kurang
dapat perhatian dan kepuasan dengan orang tuanya.44

Keempat, Hubungan Guru dengan Sesama Guru


Di dalam hubungan guru dengan sesame guru hendaklah bersifat terus terang, jujur dan
sederajat dan selalu ada kesediaan untuk memberi saran, nasihat dalam usaha membimbing
muridnya. Di dalam menunaikan tugasnya dan memecahkan persoalan bersama hendaklah antara
guru selalu saling tolong menolong dan penuh toleransi.
44

Lindgran H. C. dalam Singgih D. Gunarsa dan Y Singgih D. Gunarsa, Psikologi


Perkembangan Anak Dan Remaja ( Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1991 ), 119.

Kelima, Hubungan Guru dengan Atasannya


Guru wajib melaksanakan perintah dan kebijaksanaan atasannya serta menghormati
hirarki jabatan serta menyimpan rahasia jabatan. Setiap saran atau kritik kepada atasan sebaiknya
diberikan melalui prosedur dan forum semestinya. Jalinan hubungan antara guru dan atasannya
hendaknya selalu diarahkan untuk meningkatkan mutu dan pelayanan pendidikan yang menjadi
tanggung jawab bersama.
Keenam, Hubungan dengan Orang Tua
Seorang guru hendaknya selalu mengadakan hubungan yang timbal-balik dengan orang
tua atau wali murid, dalam rangka kerja sama untuk memecahkan persoalan-persoalan di sekolah
dan pribadi murid. Dan segala kesalahpahaman yang terjadi antara guru dan orang tua murid atau
wali murid hendaknya diselesaikan secara musyawarah dan mufakat.
Ketujuh, Hubungan Guru dengan Masyarakat
Sebagai seorang guru yang bertugas untuk mendidik maka diperlukan kepekaannya akan
hubungan sosialnya di masyarakat. Oleh sebab itu guru hendaknya dapat untuk selalu
berpartisipasi terhadap lembaga serta organisasi-organisasi di dalam masyarakt yang
berhubungan dengan usaha pendidikan. Sebab pada hakekatnya pendidikan itu merupakan tugas
pembangunan masyarakat dan kemanusiaan. Lagi pula seorang guru hendaknya melayani dan
membantu memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam masyarakt sesuai dengan
fungsinya dan kemampuannya, sebab guru adalah mediator kebudayaan, karena guru sebagai
perantara antara sekolah dan masyarakat.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Gambaran Umum Lokasi Survei
Dalam penulisan skripsi ini penulis berkewajiban untuk melakukan penelitian, dengan
maksud dan tujuan utama agar hasil yang hendak dicapai dapat seoptimal mungkin.

Sejarah Singkat Berdirinya Taman Kanak-Kanak Filadelfia


Sekolah Taman Kanak-kanak Filadelfia terletak di Kecamatan panakukkang, Kelurahan
Paropo, di Kompleks Golden Park, Panakukkang Mas, Makassar. Dan berada dibawah naungan
dari Gereja Bethel Indonesia sentra Filadelfia yang di gembalakan oleh Pdt. Jusak Handojo,
M A. Sekolah Taman Kanak-kanak Filadelfia berdiri pada tanggal 17 Juli tahun 1995 di
Makassar. Didirikan oleh Yayasan pendidikan Gereja Bethel Indonesia Makassar ( GBI Filadelfia
) untuk mewujudkan pembagunan nasional dalam bidang pendidikan. Dan sebagai pimpinan di
Sekolah Taman Kanak-kanak Filadelfia adalah ibu Agnes yang merangkap menjadi wakil Kepala
Sekolah, dan dibantu oleh beberapa orang Guru, dan beberapa orang karyawan yang mengurus
administrasi Sekolah.45
Sarana dan Fasilatas yang di miliki
Adapun sarana yang dimiliki oleh sekolah ini adalah terdiri dari 4 ruangan masing-masing
sebagai berikut :
a. Ruangan yang terdiri atas empat ruangan yaitu untuk ruangan kelas KB, TK A, TK B1
dan TK B2.
b. Satu kantor untuk Kepala Sekolah
c. Satu ruangan perpustakaan
d. Satu ruangan untuk koperasi Sekolah
e. Satu ruangan untuk bujang Sekolah
f. Satu ruangan untuk kantin Sekolah
45

.Agnes, Wawancara oleh penulis, Makassar 15 Pebruari 2012.

g. Satu ruangan untuk lab komputer


h. Satu ruangan untuk aula Sekolah
i. Satu lapangan yang berfungsi untuk lapangan olah raga bagi murid sekaligus tempat
bermain bagi murid-murid
j. 4 ruangan WC untuk murid pria dan 4 WC untuk murid wanita
k. 1 ruangan WC untuk para staf Sekolah dan 1 WC untuk para orang tua siswa yang
sementara menunggu anak-anak mereka bersekolah.
Prestasi dan Kegiatan
a. Sekolah Taman kanak-kanak Filadelfia memiliki 9

orang tenaga pengajar yang

terdiri dari 4 guru kelas dan dan 8 guru bidang studi dan 11 orang karyawan
Sekolah.
1. Nama guru kelas yang memegang kelas kelompok bermain sampai kelompok B
sebagai berikut :

Kelas kelompok bermain 1 dan 2 = Margaretha Delima dan Wenny


kadang.

Kelas kelompok A

= Poppy Mariani Simbolon, SE

( Wali Kelas ), Mardiana Ali, S.pd, dan Anna Dina Elath, S.S

Kelas kelompok B1
Wali kelas ), Sherly Yustin Katrin N.

= Agnes Anneke Elsye Tamundo

Kelas kelompok B2

Rina Parinya ( Wali Kelas ),

Yosvina Arnold, S. pd.


2. Nama guru bidang studi yang mengajar dari kelas kelompok bermain sampai
kelompok B sebagai berikut :
Mandarin : Ibu Fanny Ho
b. Jumlah murid TK Filadelfia Makassar
Secara keseluruhan berjumlah 77 dengan perincian sebagai berikut : kelas
kelompok bermain laki-laki 10 orang dan wanita 8 orang, kelas klompok A lakilaki 13 dan wanita 11 dan kelas kelompok B 1 laki-laki 7 orang dan wanita 10
orang. Kelas kelompok B2 laki-laki 10 dan wanita 8 orang siswa.
c. TK Filadelfia mempunyai beberapa kegiatan, diluar jam pelajaran di kelas, kegiatankegiatan tersebut mempunyai tujuan utama untuk membantu pertumbuhan iman dan
intelekltual siswa. Yakni :
1. Olah raga yaitu : renang
2. Kesenian yaitu : seni suara, gitar, dan seni lukis.
3. Kejuruan yaitu : bahasa Inggris, bahasa Mandarin
4. Kerohanian yaitu : setiap hari jumat diadakan ibadah gabungan
bermain sampai kelompok B.

dari kelompok

5. Kegiatan sosial, diadakan pada hari-hari istimewa umat Kriatiani seperti pada hari
paskah, natal dan lain-lain, adapun kegiatan tersebut antara lain mengunjungi panti
asuhan Yayasan cacat anak jalanan dalam bentuk pemberian semabako.
d. Taman Kanak-kanak Filadelfia termasuk salah satu Sekolah swasta yang cukup
memiliki prestasi, terbukti dari prestasi yang telah dicapai dari tahun 2010-2011
sebagai berikut :
1. Juara I dalam lomba mewarnai gambar yang didaapatkan oleh Michelle Lorens
pada tahun 2010
2. Juara III mewarnai gambar yang didapatkan oleh Javin E. Clementinu pada
tahun 2010
3. Juara harapan I mewarnai gambar yang didapatkan oleh Alicia pada tahun
2010.
4. Juara I dalam lomba Mozaiq yang didapatkan oleh Yeftanael pada tahun 2011
5. Juara harapan I lomba Mozaiq yang didapatkan oleh Samuel pada tahun 201
Prosedur Penelitian
Untuk mendapatkan hasil penelitian seoptimal mungkin maka peneliti akan menguraikan
secara sederhana tahapan-tahapan dari prosedur penelitian yang telah dilalui.
Tahap Persiapan
Sebagai langkah awal dalam penyususnan skripsi ini, ada beberapa persiapan yang
penulis harus lalui antara lain :

Penentuan Judul
Judul yang dipilih adalah Pengaruh Pendidikan Kristen Terhadap Pertumbuhan Iman
Anak Usia Dini di Taman Kanak-kanak Filadelfia
Alasan Pemilihan Judul
Lokasi penelitian penulis terletak di Taman Kanak-kanak Filadelfia dan alasan pemilihan
lokasi didasari oleh beberapa hal sebagai berikut :
Pertama : Sekolah Kristen Taman Kanak-kanak Filadelfia merupakan sarana pendidikan Kristen
yang berpotensi besar dalam pembinaan generasi muda Kristen di kota Makassar untuk generasi
yang akan datang
Kedua : kegiatan-kegiatan dan pendidikan yang diberikan bertujuan untuk membina murid yang
sesuai dengan nilai-nilai Kekristenan yang berkualitas tinggi.
Ketiga : murid TK Filadelfia adalah mayoritas beragama Kristen, namun tidak menutup
kemungkinan bagi murid yang beragama non Kristen untuk mengikuti pendidikan di TK
Filadelfia.
Keempat : Sekolah ini

secara khusus dikelola oleh Yayasan Pendidikan Kristen Filadelfia

Makassar.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum : untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh pendidikan Kristen
dalam pertumbuhan iman murid taman Kanak-kanak Filadelfia.

Tujuan khusus : untuk mengetahui apakah ada pengaruh pendidikan Kristen yang telah
dicapai dalam pertumbuhan iman murid TK Filadelfia, sehingga para siswa dapat merasakan
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Tahap Pelaksanaan
Setelah melewati tahap persiapan, selanjutnya penulis mengadakan observasi langsung di
TK Filadelfia , dimana penulis sebagai salah seorang pengajar dan penulis dapat menemui
langsung Kepala Sekolah, Para Guru dan murid-murid yang bersedia membantu penulis untuk
mendapatkan data.
Populasi dan Sampel
Untuk mengetahui tentang pengaruh pendidikan Kristen dalam pertumbuhan Iman siswa
Taman Kanak-kanak Filadelfia, maka sangatlah diperlukan data yang berhubungan dengan
materi penulisan skripsi ini.

Dan untuk memperoleh data yang dimaksudkan maka dapat

dilakukan dengan meneliti seluruh anggota yang dapat memberikan informasi yang diperlukan
dan yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini. Sutrisno Hadi mengatakan Populasi ialah
seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diteliti. 46 Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi
yang menjadi populasi adalah siswa Taman Kanak-kanak Filadelfia kelompok A dan B tahun
ajaran 2011-2012, maka untuk lebih jelas kita dapat melihat dalam table berikut :
Populasi
Table
Penyebaran Siswa Tk. Filadelfia Makasar
46

Sutrisno Hadi, Statistik II ( Yogyakarta, FIP IKIP, 1975 ), 13

Kelompok A Kelompok B Dan, Kelompok B2


Tahun Ajaran 2011-2012
No

Kelas

Wanita

Pria

Jumlah

11

13

24

B1

10

17

B2

10

18

jumlah

29

30

59

Sumber Data : TK Filadelfia Tahun Ajaran 2011-2012

Sampel
Dalam penelitian Skripsi ini yang menjadi popolasi adalah keseluruhan murid TK
filadelfia dapat dilihat pada table diatas. untuk mewakili seluruh populasi Sutrisno Hadi
mengatakan bahwa : sampel adalah sebahagian dari populasi, sampel adalah sejumlah
penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi.47 Dan menurut Noggroho bahwa : suatu
sampel yang ideal adalah yang disebut prevef resresentatif atau sampel yang mewakili universal
sepenuhnya.48

47

Ibid., 221

48

Noggroho, Sendi-sendi Statistik ( Jakarta : Pembangunan, 1963 ), 218.

Dengan demikian bahwa sampel adalah bahagiaan dari populasi atau mewakili secara
keseluruhan dari populasi maka penelitian yang dilakukan terhadap sampel itu pada umumnya
bertujuan untuk menarik kesimpulan tentang populasi.

Cara pengumpulan data


Dalam pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini peneliti memakai wawancara angket.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, wawancara mempunyai pengertian sebagai berikut:
Pratama, Tanyan jawab dengan seseorang (pejabat dsb) yang diperlukan untuk dimintai
keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal untk dimuat disurat kabar.
Kedua, Tanya jawab direksi (kepala personalia, kepala humas) perusahaan dengan pelamar
pekerjaan
Ketiga, Tanya jawab 49penelitian dengan manusia.

49

Kamus besar bahasa Indonesia, s.v. wawancara

Adapun yang diwawancarai adalah kepala sekolah dasar filadelfia makassar, staf uru dan
murid.
W.J.S. poerwadarminta mengatakan bahwa angket adalah pemeriksaan tentang sesuatu hal
yang menjadi kepentingan umum, biasanya dilakukan dengan surat dan tersirat pertanyaan di
dalam surat tersebut50. Sararan penulisan dalam pengisian angket pada murid TK Filadelfia
kelompok bermain , kelompok A dan kelompok B. langkah-langkah langkah-langkah penulis
dalam pembuatan angket sebagai berikut :
Pertama : pertanyaan (kuesioner) yaitu angket langsung disusun dengan melihat
permaslahan yang ada, berdasrakan factor-faktor yang akan diselidi dan dengan beberapa buku
penunjang. Pertanyaan yang peneliti pakai adalah menanyatakan dampak pendidikan Kristen
yang diterapkan dalam sekolah taman kanak-kanak Filadelfia.
Kedua : mengadakan konsultasi dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan
pengarahan dan perbaikan.
Ketiga : pertanyaan disusun kembali setelah dikoreksi oleh dosen pembimbing, kemudian
diketik kembali.
Keempat ; kemudian penulis membagikan angket tersebut kepada orang tua/wali murid Tk
Filadelfia yang

bersangkutan. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diberikan mempunyai

jawaban yang berupa pertanyaan tertutup, yang mana responden tinggal mencek saja jawabanjawaban yang sesuai dengan instruksi.
Metode penelitian
Sehubungan dengan karya ilmiah ini, maka penulis mengadakan penelitian dengna
menggunakan metode sebagai berikut:
Dasar penelitian
Dasar penelitian adalah metode wawancara dan penyebaran angket untuk mengumpulkan
data dari sejumlah responden.
Cara analisa data
50

Kamus umum bahasa Indonesia S.V. angket

Data diolah secara sederhana dengan manual dan kalkulator. Penyajian data dalam bentuk
table dan naskah serta analisa secara korelasi. Faried Ali dan Mastam Ladeng mengatakan
analisa korelasi adalah analisa terhadap suatu varibel yang mempengaruhi variable-variabel
lainnya atau antara satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi51.

BAB IV
ANALISA HASIL PENELITIAN DAN INTERPRESTASI DATA

Setelah semua data dikumpulkan melalui jalur kuesiner, kemudian dilakukan analisa dan
interprestasi terhadap data yang telah dikumpulkan. Kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk
naskah dan table sebagaimana yang termuat dalam bab IV ini, yakni :
1. Tabulasi jawaban untuk memperoleh frekuensi ( jumlah ) jawaban dari hasil responden
terhadap masing-masing pilihan.
2. Perhitungan persentase berdasarkan frekuensi tersebut.

Table I. Tingkat dan Jenis Kelamin


Faried Ali dan Mastam Ladeng, metode penelitian administrasi (Makassar : fisif universitas),
45
51

Jenis Kelamin Responden

Laki-laki. Kelompok A

Kelompok B1

Kelompok B2

Wanita. Kelompok A

11

Kelompok B1

Kelompok B2

Jumlah

50

48
24

52
26
100

Dari table I., didapati bahwa responden perempuan lebih banyak 26 orang ( 52 %).
Daripada responden laki-laki sebanyak 24 ( 48 % ). Ini terjadi karena murid taman kanak-kanak
Filadelfia lebih banyak perempuan daripada laki-laki, sebagaimana yang terdapat pada struktur
pendataan murid Taman Kanak-kanak Filadelfia.
Tabel 2. Senang ke Sekolah
Anak anda senang ke Sekolah

Iya

50

Jarang

Tidak

Jumlah

50

100

Data dari 50 responden yang menjawab bahwa anak mereka senang ke sekolah setiap hari
ada 50 orang tua/wali murid ( 1% ), yang menjawab jarang tidak ada ( 0 ), dan yang menjawab
tidak ( 0% ). Jadi dari jawaban responden ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kehidupan
Kekristenan yang baik sangat berpengaruh bagi kesetiaan murid untuk dating ke Sekolah.
Lingkungan kelas dan suasana Sekolah sangat berperan penting sebab memberi ketentaraman
bagi siswa untuk belajar dengan tenang dan baik. Dalam hal ini yang sangat berperan penting

untuk menciptakan suasana Sekolah dan kelas terasa damai dan tentram, tentunya keterlibatan
guru sebagai pendidik Kristen yang memberi pengarauh yang besar dan nyata bagi siswa, dan
sebaiknya juga guru berbuat agar mampu membuat Sekolah menjadi tempat kemana siswa dapat
lari dan tidak dari mana siswa akan melarikan atau tempat yang dihindari siswa.52

Tabel 3. Berdoa Pagi


Anak anda berdoa pagi
Saat mau berangkat ke Sekolah

Iya

40

80

Jarang

Tidak

12

Jumlah

50

100

Dari 50 responden yang menjawab bahwa anak berdoa pagi saat mau ke Sekolah ada 40
orang ( 80% ), yang menjawab jarang berdoa sebanyak 4 orang ( 8% ), dan yang menjawab tidak
sebanyak 6 orang ( 12% ). Jadi ditemukan dalam table 3 bahwa kurang lebih sepertiga responden
secara tetap untuk berdoa sebelum berangkat ke Sekolah.
Table 4. anak anda suka berbohong
Apakah anak anda suka berbohong

Iya

52

Singgih D. Gunarsa dan Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja
( Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1991 ), 118

Jarang

15

30

Tidak

34

68

Jumlah

50

100

Dari 50 responden yang menjawab bahwa anak mereka suka berbohong sebanyak 1 orang
( 2% ), yang menjawab bahwa anak mereka jarang berkata bohong sebanyak 15 orang (30% ),
dan yang menjawab anak mereka tidak pernah berkata bohong sebanyak 34 (68% ). Dari table di
atas menunjukkan betapa pentingnya mengajarkan anak-anak berkata jujur sejak usia dini.
Table 5. Suka menolong teman.
Apakah anak anda suka menolong teman

Iya

37

74

Jarang

10

20

Tidak

Jumlah

50

100

Data dari 50 responden yang menjawab iya, anak-anak mereka suka menolong teman
sebanyak 37 orang (74% ), yang menjawab jarang sebanyak 10 orang (20% ), dan yang
menjawab tidak sebanyak 3 orang ( 6% ). Dan data di atas dapat disimpulkan bahwa anak-anak
memiliki rasa peduli yang tinggi terhadap sesame teman.
Table 6. Berdoa untuk teman
Apakah anak anda pernah berdoa
Untuk temannya?

Iya

28

%
56

Jarang

13

26

Tidak

18

Jumlah

50

100

Dari 50 responden yang menjawab iya, bahwa anak mereka pernah berdoa untuk
temannya sebanyak 28 orang (56% ), dan yang menjawab jarang sebanyak 13 orang (26% ), dan
yang menjawab tidak pernah mendoakan temannya sebanyak 9 orang (18% ). Jadi ditemukan
pada table 6 ini seperdua dari anak-anak mengingat teman mereka pada saat berdoa.
Table 7. Meminta Maaf
Apakah anak anda kalau berbuat
Kesalahan meminta maaf?

Iya

43

86

Jarang

14

Tidak
Jumlah

0
50

0
100

Data dari 50 responden yang menjawab iya, kalau anak-anak mereka berbuat kesalahan
dan meminta maaf sebanyak 43 orang (86% ), dan yang menjawab jarang sebanyak 7 orang
( 14% ), dan yang menjawab tidak sebanyak 0. Jadi dapat disimpulkan bahwa anak-anak
menyadari dan tau untuk meminta maaf bila melakukan kesalahan.

Table 8. Sering ke Gereja atau Sekolah Minggu


Apakah anda sering mengajak anak anda
ke Gereja atau Sekolah minggu?

Iya

43

86

Jarang

Tidak
Jumlah

6
50

12
100

Dari 50 responden ditemukan sebanyak 43 orang (86% ) yang menjawab iya, membawa
atau mengajak anak mereka ke gereja atau ke Sekolah Minggu, sebanyak 1 orang (2% ) yang
jarang mengajak anak mereka ke gereja atau Sekolah Minggu, dan yang menjawab tidak
sebanyak 6 orang (12% ), jadi dapat disimpulkan bahwa memperkenalkan nilai-nilai Kristiani
pada anak sejak dini itu sangat penting. Table ini membuktikan bahwa sepertiga dari orang tua
menggangap penting untuk membawa anak-anak mereka ke Gereja atau ke Sekolah Minggu.

Table 9. Mengajarkan doa pada anak


Apakah anda sering menuntun atau
Mengajarkan cara berdoa?

Iya

43

86

Jarang

Tidak

10

Jumlah

50

100

Dari 50 responden orang tua wali murid yang menjawab iya, dalam mengajarkan anakanak mereka berdoa sebanyak 43 orang (86% ), yang menjawab jarang sebanyak 2 orang (4% ),
dan yang menjawab tidak sebanyak 5 orang (10% ), ini membuktikan bahwa meskipun orang tua
memiliki kesibukkan yang berbeda-beda, tapi masih memiliki kesadaran dan waktu untuk
mengajarkan atau menuntun anak-anak mereka untuk berdoa.
Table 10. Menyanyikan/mendengarkan lagu pujian
Apakah anda anda selalu menyanyikan atau
Mendengarkan lagu pujian?

Iya

35

70

Jarang

14

Tidak

16

Jumlah

50

100

Data dari 50 responden yang menjawab iya, kalau anak-anak sering menyanyikan pujian
sebanyak 35 orang (70% ), dan yang menjawab jarang sebanyak 7 orang (14% ), dan yang
menjawab tidak sebanyak 8 orang (16% ). Dapat disimpulkan bahwa anak-anak senang untuk
menyanyikan lagu pujian untuk Tuhan.
Tabel 11. Suka memukul, mengganggu ( jail )
Apakah anda anda suka memukul, mengganggu,
Jail terhadap teman?

Iya

18

Jarang

11

22

Tidak

30

60

Jumlah

50

100

Dari data 50 responden yang menjawab iya, kalau anak masih suka memukul,
mengganggu,jail terhadap temannya sebanyak 9 orang ( 18% ), dan yang menjawab jarang
sebanyak 11 orang (22% ), dan yang menjawab tidak suka memukul, mengganngu, jail terhadap
teman sebanyak 30 orang (60% ). Dari data di atas dapat dilihat bahwa anak-anak mampu
menjaga atau mengontrol emosi untuk dapat bersosialisasi atau bergaul baik tehadap teman.

Table 12. Al kitab adalah Firman Allah


Apakah anda anda tau bahwa Alkitab adalah,
Firman Allah?

Iya

42

84

Jarang

Tidak

12

50

100

Jumlah

Dari data 50 responden yang menjawab iya, kalau anak tau atau mengerti bahwa Alkitab
adalah Firman Allah sebanyak 42 (84% ), dan yang menjawab jarang sebanyak 2 orang (4% ),
dan menjawab tidak tau bahwa Alkitab adalah Firman Allah sebanyak 6 orang ( 12% ). Jadi
dapat disimpulkan dari jawaban data yang didapat bahwa anak mengetahui bahwa Alkitab adalah
firman Allah.

Table 13. Tuhan Yesus adalah Juruselamat.


Apakah anda anda tau bahwa Tuhan Yesus
Adalah Juruselamat?

Iya

45

90

Jarang

Tidak

Jumlah

50

100

Dari data 50 responden yang menjawab iya, bahwa anak-anak mereka tau bahwa Yesus
adalah Juruselamat sebanyak 45 orang ( 90% ), dan yang menjawab jarang sebanyak 1 orang
(2% ), dan yang menjawab tidak tidak tau sebanyak 4 orang (8 % ). Jadi dapat disimpulkan,
bahwa seperempat dari anak memiliki pengetahuan tentang Yesus merupakan Juruselamat bagi
setiap orang.
Table 14. Tau tentang cerita-cerita didalam Alkitab
Apakah anak anda tau tentang cerita-cerita
Yang ada di Alkitab?

Iya

40

80

Jarang

10

Tidak

10

Jumlah

50

100

Dari 50 orang responden yang ditanyai bahwa yang menjawab iya, anak mereka tau
cerita-cerita di dalam Alkitab sebanyak 40 orang (80% ), dan yang menjawab jarang mengetahui

cerita-cerita di dalam Akitab sebanyak 5 orang ( 10% ). Jadi dapat dikatakan bahwa anak-anak
mengetahui cerita-cerita di dalam Alkitab karena pengetahuan ini didukung dengan kegiatan
ibadah bersama yang dilakukan di Sekolah, juga dari buku-buku rohani yang ada di Sekolah
maupun yang dimiliki oleh anak.
15. Percaya Surga dan Neraka
Apakah anak anda percaya adanya
Surga dan Neraka ?

Iya

47

94

Jarang

Tidak

Jumlah

50

100

Dari data 50 responden yang menjawab bahwa iya, anak percaya adanya surga dan
nereka sebanyak 47 orang (94% ), yang menjawab jarang sebanyak 2 orang (4% ), dan yang
tidak percaya adanya surge dan neraka sebanyak 1 orang (2% ). Jadi dapat disimpulkan bahwa
rata-rata responden yang ditanyai mengetahui anak mereka percaya adanya surge dan nereka.

Table 16. Berdoa kepada Tuhan Yesus.


Apakah anak anda tau ia berdoa

Kepada Tuhan Yesus ?

Iya

49

98

Jarang

Tidak

Jumlah

50

100

Dari 50 responden yang menjawab iya, bahwa anak mereka tau bahwa ia berdoa kepada
Tuhan Yesus sebanyak 49 orang (98% ), dan yang menjawab jarang adalah 0%, dan yang
menjawab tidak tau kepada siapa ia berdoa sebanyak 1 orang (2% ). Jadi dapat disimpulkan
bahwa anak-anak tau kepada siapa mereka berdoa, ini membuktikan bahwa peranan pendidikan
Kristen terhadap pertumbuhan Iman anak sangat mempengaruhi sikap hidup dan pengetahuan
anak-anak.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


Sebagai bagian akhir dari penulisan skripsi ini penulis akan mengemukakan secara
sederhana beberapa hasil kesimpulan dari penelitian penulis dan saran yang berkaitan dengan
pengaruh pendidikan Kristen terhadap pertunbuhan Iman anak Taman Kanak-kanak Filadelfia,
berdasarkan hasil dari penelitian penulis.

Anda mungkin juga menyukai