Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)

A. PENGERTIAN
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD)
merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue, yang biasanya ditemukan
di daerah tropis. Infeksi virus dengue menyebabkan kematian dan kesakitan yang tinggi di
seluruh dunia. Penanganan kasus DHF/BDB yang yang terlambat akan menyebabkan
Dengue Syok Sindrom (DSS) yang menyebabkan kematian. Hal tersebut disebabkan
karena

penderita

mengalami

defisit

volume

cairan

akibat

dari meningkatnya

permeabilitas kapiler pembuluh darah sehingga penderita mengalami syok hipovolemik


dan akhirnya meninggal (Ngastiyah, 2010).
Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD)/dengue haemorrhagic fever
(DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue, yang merupakan penyakit
infeksi tropis. Manifestasi klinis pada pasien DHF demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik.
Pada BDB/DHF terjadi perembasan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh (Sudoyo Aru dkk, 2009
dalam buku Nurarif, 2013).
Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue :
DD/DB

Deraja

D
DD

Kondisi

Laboratorium

Demam disertai 2 atau lebih

Leucopenia
Trombositopenia,

tanda : mialgia, sakit kepala,


nyeri retro orbital, artralgia

tidak ditemukan bukti


ada kebocoran plasma
Serologi
dengue

DBD

Gejala diatas ditambah uji

positif
Trombositopenia

bendung positif

100.000/ul) bukti ada


kebocoran plasma

(<

DBD

II

Gejala

diatas

DBD

III

perdarahan spontan
Gejala
diatas
ditambah
kegagalan
dingin

DBD

IV

dan

ditambah

sirkulasi
lembab

(kulit
serta

gelisah)
Syok berat disertai dengan
tekanan darah dan nadi tidak
teratur

Klasifikasi derajat DBD menurut WHO dalam buku Nur Arif 2013
Derajat 1

Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manisfestasi perdarahan

Derajat 2
Derajat 3

adalah uji tourniquet positif


Derajat 1 disertai perdarahan spontan dikulit dan atau perdarahan
Ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan
darah menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab, dan

Derajat 4

pasien gelisah
Syok bera,t nadi tidak teraba, dan tekanan darah tidak dapat diukur

B. ETIOLOGI
Menurut Soedarto (2012), demam haemorrhagic fever (DHF) disebabkan oleh virus
dengue yang termasuk dalam family flaviviridaegenus flavivirus.Virus dengue ditularkan dari
seorang penderita ke orang lain melalui gigitan nyamuk genus Aedes, yaitu nyamuk aedes
aegypti betina. Aedes aegypti tersebar di daerah tropis dansubtropis yang merupakan vektor
utama.
Virus dengue termasuk genus flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4 serotipe virus
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan
DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody terhadap
serotype yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotype lain
sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotype lain tersebut. Seseorang yang tinggal didaerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh
3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Ke 4 serotipe virus dengue dapat ditemukan diberbagai
daerah di Indonesia (Sudoyo Aru, dkk 2009).

C. TANDA DAN GEJALA / MANIFESTASI KLINIS


Menurut Susilaningrum (2013) manifestasi klinis dari DHF adalah :
1. Demam tinggi sampai 40 oC dan mendadak
2. Anoreksia
3. Mual muntah
4. Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut
5. Nyeri kepala
6. Nyeri otot dan sendi
7. Uji tourniquet positif
8. Perdarahan, petechiae; epitaksis; perdarahan massif
9. Trombositopenia (< 100.000/ mm3)
Menurut WHO 2005, manifestasi klinik DHF antara lain :
1. Demam
Awalnya akut, cukup tinggi, dan kontinu, berlangsung lama 2 7 hari
2. Setiap manifestasi perdarahan berikut : petekia, purpura, ekimosis,epistaksis, gusi
berdarah, dan hematemesis dan / atau melena.
3. Uji tourniquet positif
Uji torniquet dilakukan dengan memompa manset tekanan darah sampai suatu titik
tengah antara tekanan sistolik dan diastolik selama 5 menit. Hasil uji di nyatakan positif
jika tampak 10 atau lebih petekia per 2,5 cm2. Pada kasus DHF, uji tersebut biasanya
memberikan hasil yang pasti positif bila tampak 20 petekia atau lebih. Hasil uji mungkin
negatif atau agak positif selama fase syok yang dalam. Hasil tersebut kemudian akan
menjadi positif, bahkan terkadang sangat positif, jika dilakukan setelah pulih dari syok.
4. Pembesaran hati (hepatomegali)
Tampak pada beberapa tahap penyakit yaitu sekitar 90 98 % pada anak anak di thailand,
tetapi di negara lain frekuensinya mungkin bervariasi.
5. Syok
Di tandai dengan denyut yang cepat dan lemah di sertai tekanan denyut yang menurun
( 20 mmHg atau kurang ), atau hipotensi, juga dengan kulit yang lembab, dingin, dan
gelisah.
6. Temuan laboratorium
a. Trombositipenia ( 100.000 / mm3 atau kurang )
b. Hemokonsentrasi, peningkatan jumlah hematokrit sebanyak 20% atau lebih.
Dua kriteria klinis pertama, di tambah dengan trombositopenia dan hemokonsentrasi atau
peningkatan jumlah hematokrit, sudah cukup untuk menetapkan diagnosis klinis DHF.
Efusi pleura ( tampak melalui rontgen dada ) dan / atau hipoalbuminemia menjadi bukti
penunjang adanya kebocoran plasma. Bukti ini sangat berguna terutama pada pasien yang

anemia dan / atau mengalami perdarahan berat. Pada kasus syok, jumlah hematokrit yang
tinggi dan trombositipenia memperkuat diagnosis terjadinya DHF / DSS.
D. PATOFISIOLOGI
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes Aegypti dan
kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan akan terjadi proses peradangan yang akan
menimbulkan demam pada penderita. Bereaksinya virus dengan antibodi akan membentuk
kompleks virus antibodi, sehingga dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen.
Akibat dari aktivasi tersebut akan dilepaskan anafilaktoksin C3a dan C5a, dua peptida yang
berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah sehingga terjadi penurunan volume
plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dari pembentukan kompleks virus antibodi
juga mengakibatkan depresi tulang belakang sehingga terjadi trombositopenia, yang
menyebabkan timbulnya gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi koagulasi yang
merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan.
Perdarahan kulit umumnya disebabkan oleh faktor kapiler dan trombositopenia,
sedangkan perdarahan massive akibat kelainan yang lebih kompleks, yaitu trombositopenia,
gangguan faktor pembekuan, dan kemungkinan oleh factor DIC.

E. PATHOFLOW

Arbovirus (melalui
nyamuk aedes aegypti)

PGE2 Hipotalamus

Hipertermi

Beredar dalam
aliran darah
Membentuk dan
melepaskan zat C3a, C5a

Meningkatkan reabsorbsi Na
+ dan H2O

Agregasi trombosit

Kerusakan endotel pembuluh


darah

Trombositopeni

Merangsang dan mengaktifasi


factor pembekuan
DIC

Infeksi virus
dengue (viremia)
Mengaktifan system
komplemen

Premebilitas
membrane meningkat
Resiko syok hipovolemik
Renjatan hipovolemik, hipotensi
Kebocoran plasma

Resiko perdarahan

Perdarahan
Resiko perfusi jaringan tidak
efektif

Asidosis metabolik
Resiko Syock hipovolemi

Hipoksia jaringan
Kekurangan volume cairan

Paru-paru

Hepar

Efusi Pleura

Hepatomegali

Ketidakefektifan
pola nafas

Penekanan intraabdomen
Nyeri

Ke extravaskuler
abdomen
Acites
Mual ,muntah
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada Pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1. Trombositopenia (<100.000/mm3)
2. Hb dan PVC meningkat 20%
3. Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis)
4. IgG Dengue Positif
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia
6. Ureum dan PH darah mungkin meningkat
7. Asidosis metabolik : pCO < 35-40 mmHg, HCO rendah
8. SGOT/SGPT mungkin meningkat
Pada DHF umumnya dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji
tourniquetyang positif merupakan pemeriksaan penting.
Masa pembekuan masih dalam batas normal, tetapi masa perdarahan biasanya
memanjang. Pada analisis kuantitatif ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX, dan X.
Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, serta
hipokloremia. SGPT, SGOT, ureum dan pH darah mungkin meningkat, sedangkan
reserve alkali merendah.
1. Air Seni
Mungkin ditemukan albuminuria ringan.
2. Sumsum Tulang

Pada awal sakit biasanya hiposelular, kemudian menjadi hiperselular

pada hari ke

5 dengan gangguan maturasi sedangkan pada hari ke 10 biasanya sudah kembali


normal untuk semua sistem.
3. Serologi
Uji serulogi untuk infeksi dengue dapat dikategorikan atas dua kelompok

besar,

yaitu :
a. Uji serulogi memakai serum ganda, yaitu serum yang diambil pada masa akut dan
masa konvalesen. Pada uji ini yang dicari adalah kenaikan antibodi antidengue
sebanyak minimal empat kali. Termasuk dalam uji ini pengikatan komplemen ( PK ),
uji neutralisasi ( NT ) dan uji dengue blot.
b. Uji serulogi memakai serum tunggal. Pada uji ini yang dicari ada tidaknya atau titer
tertentu antibodi antidengue. Termasuk dalam golongan ini adalah uji dengue blot
yang mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas antibodinya ; uji IgM
antidengue yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas IgM.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Tirah baring
2. Makanan lunak
Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5 2 liter dalam 24 jam
( susu, air gula atau sirop ) atau air tawar ditambah dengan garam saja.
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres
es di kepala,ketiak, dan inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asiminofen,
eukinin atau dipiron. Hindari pemakaian asetosal karena bahaya perdarahan.
4. Antibiotik diberikan apabila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
Pasien DHF perlu diobservasi teliti terhadap penemuan dini tanda renjatan, yaitu :
1.

Keadaan umum memburuk

2.

Hati semakin membesar

3.

Masa perdarahan memanjang karena trombositopenia

4.

Hematokrit meninggi pada pemeriksan berkala


Dalam hal ini ditemukan tanda tanda dini tersebut, infus harus disiapkan dan

terpasang pada pasien. Observasi meliputi pemeriksaan tiap jam terhadap keadaan umum,

nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan ; serta Hb dan Ht setiap 4 6 jam pada hari
hari pertama pengamatan, selanjutnya setiap 24 jam.
Terapi untuk DSS bertujuan utama untuk mengembalikan volume cairan
intravaskuler dengan pemberian segera cairan intravena. Jenis cairan dapat berupa NaCl
faali, laktat Ringer atau bila terdapat renjatan yang berat dapat dipakai plasma atau
ekspander plasma. Jumlah cairan dan kecepatan pemberian cairan disesuaikan dengan
perkembangan klinis.
Kecepatan tetesan permulaan ialah 20 ml / kg BB, dan bila renjatan telah diatasi,
kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10 ml / kg BB / jam.
Pada kasus dengan renjatan berat, cairan diberikan dengan diguyur, dan bila tak
tampak perbaikan, di usahakan pemberian plasma atau ekspander plasma atau dekstran
atau preparat hemasel dengan jumlah 15 29 ml / kg BB. Dalam hal ini perlu diperhatikan
keadaan asidosis yang harus dikoreksi dengan Na bikarbonas. Pada umumnya untuk
menjaga keseimbangan volume intravaskuler, pemberian cairan intravena baik dalam
bentuk elektrolit maupun plasma dipertahankan 12 48 jam setelah renjatan teratasi.
1.

Pasien dengan perdarahan yang membahayakan ( hematemesis dan melena )

2.

Pasien DSS yang pada pemeriksaan berkala, menunjukkan penurunan kadar Hb, Ht
Pemberian kortikolsteroid dilakukan setelah terbukti tidak terdapat perbedaan yang

bermakna antara terapi tanpa atau dengan kortikosteroid. Pada pasien dengan renjatan yang
lama ( prolonget shock ), DIC diperkirakan merupakan penyebab utama perdarahan. Bila
dengan pemeriksaan hematemesis terbukti adanya DIC, heparin perlu diberikan.

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
DHF dapat terjadi pada siapa saja dari anak-anak sampai orang dewasa dan pada
semua jenis kelamin, kebanyakan penyakit ini ditemukan pada anak perempuan
daripada anak laki-laki (Rampengan, 1997). Tempat atau daerah yang bisa
terjangkit adalah disemua tempat baik dikota ataupun didesa, biasanya nyamuk
pembawa vector banyak ditemukan pada daerah yang banyak genangan air atau
didaerah yang lembab.

b. Keluhan Utama :
Biasanya pasien datang dengan keluhan demam tinggi mendadak dan terus
menerus selama 2-7 hari, terdapat petechie pada seluruh kulit, perdarahan gusi,
nyeri epigastrium, epistaksis, nyeri pada sendi-sendi.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Sering menunjukan sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, panas, sakit
saat menelan, lemah, nyeri uluhati(epigastrium), mual, muntah, nafsu makan
menurun.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terinfeksi penyakit DHf bisa terulang
terjangkit DHF lagi, tetapi penyakit ini tak ada hubungan dengan penyakit yang
pernah diderita dahulu.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit DHF dibawah oleh nyamuk jadi bila terdapat anggota keluarga yang
menderita penyakit ini dalam satu rumah besar kemungkinan tertular karena
penyakit ini ditularkan lewat gigitan nyamuk.
4) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat tinggal nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air,
vas bunga yang jarang diganti airnya, kaleng bekas tempat penampungan air,
botol dan ban bekas. Tempat tempat seperti ini biasanya banyak dibuat sarang
nyamuk Janis ini. Perlu ditanyakan pula apakah didaerah itu ada riwayat wabah
DHF karena inipun juga dapat terulang kapan-kapan.
5) Riwayat Tumbuh Kembang
Teori Kepribadian anak Menurut Teori Psikoseksual Sigmund Freud
Kepribadian ialah hasil perpaduan antara pengaruh lingkungan dan bawaan,
kualitas total prilaku individu yang tampak dalam menyesuaikan diri secara
unit dengan lingkungannya.
Teori kepribadian yang dikemukakan oleh ahli psikoanlisa Sigmund freud
(1856 - 1939). Meliputi tahap-tahap :
a)

Fase oral, usia antara 0 - 11/2 Tahun

b) Fase anal, usia antara 11/2 - 3 Tahun


c)

Fase Falik, usia antara 3 - 5 Tahun

d) Fase Laten, usia antara 5 - 12 Tahun


e)

Fase Genital, usia antara 12 - 18 Tahun

Tahap perkembangan anak menurut Teori Psikososial Erik Erikson.


Erikson mengemukakan bahwa dalam tahap-tahap perkembangan manusia
mengalami 8 fase yang saling terkait dan berkesinambungan.
a)

Bayi (oral) usia 0 - 1 Tahun

b) Usia bermain (Anal ) yakni 1 - 3 Tahun


c)

Usia prasekolah (Phallic) yakni 3 - 6 Tahun

d) Usia sekolah (latent) yakni 6 - 12 tahun


e)

Remaja (Genital) yakni 12 tahun lebih

f)

Remaja akhir dan dewasa muda

g) Dewasa
h) Dewasa akhir
TUGAS PERKEMBANAGAN

Bayi (0 - 1 tahun)

BILA TUGAS
PERMKEMBANGAN
TIDAK TERCAPAI
Tidak percaya

Rasa percaya mencapai harapan,


Dapat menghadapi frustrasi dalam jumlah
kecil
Mengenal ibu sebagai orang lain dan
berbeda dari diri sendiri.
Usia bermain (1 - 3 Tahun)

Malu dan ragu-ragu

Perasaan otonomi.
Mencapai keinginan
Memulai kekuatan baru
Menerima kenyataan dan prinsip kesetiaan
Usia pra sekolah ( 3 - 6 Tahun)
Perasaan inisiatif mencapai tujuan
Menyatakan diri sendiri dan lingkungan

Rasa bersalah.

Membedakan jenis kelamin.


Usia sekolah ( 6 - 12 Tahun)

Rasa rendah diri

Perasaan berprestasi
Dapat menerima dan melaksanakan tugas
dari orang tua dan guru
Remaja ( 12 tahun lebih)

Difusi identitas

Rasa identitas
Mencapai kesetiaan yang menuju pada
pemahaman heteroseksual.
Memilih pekerjaan
Mencapai keutuhan kepribadian
Remaja akhir dan dewasa muda

Isolasi

Rasa keintiman dan solidaritas


Memperoleh cinta.
Mampu berbuat hubungan dengan lawan
jenis.
Belajar menjadi kreatif dan produktif.
Dewasa

Absorpsi
stagnasi

Perasaan keturunan
Memperoleh perhatian.
Belajar

keterampilan

efektif

dalam

berkomunikasi dan merawat anak


Menggantungkan minat aktifitas pada
keturunan
Dewasa akhir
Perasaan integritas
Mencapai kebijaksanaan

d. Pemeriksaan Fisik (persistem)

keputusasaan

diri

dan

1) Sistem pernafasan
Bila gejala telah lanjut klien mengeluh sesak nafas, pernafasan dangkal, cepat,
perdarahan melaui hidung.
2) Sistem persyarafan
Kondisi lanjut bisa terjadi penurunan kesadaran, gelisah, kejang.
3) Sistem kardiovaskuler
Perdarahan pada kulit, hidung, gusi, hematemesis dan atau melena,
Tachicardia,trombositopeni, leukopenia, hipotensi, syok, mengeluh akral dingin
Hemokonsentrasi ( peningkatan nilai hematokret > 20 % ), pusing.
4) Sistem pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan dalam menelan, kembung, nyeri tekan pada
epigastrik, nafsu makan menurun, mual muntah, pembesaran limpa, pembesaran

hati, abdomen tegang.


6) Sistem muskuloskeletal
Nyeri otot / sendi, kelemahan, penurunan aktifitas.
7) Sistem urinary
Anuri / disuri, peningkatan Bj plasma
8) Sistem integumen
Kulit kering, turgor menurun, panas / kedinginan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi penyakit (viremia)
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
muntah, nyeri telan
c. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopeni
3. Intervensi Keperawatan
a.

Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi


NOC :
Thermoregulation

penyakit (viremia).

Kriteria Hasil :
Suhu tubuh dalam rentang normal (36-370 c)
Nadi dan RR dalam rentang normal
Tidak ada pusing
NIC :
1) Kaji saat timbulnya demam
R/ Dapat didentifikasi pola/ tingkat demam
2) Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3 jam
R/ tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum kien
3) Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh
R/ Penjelasan tentang kondisi yang dialamai k;ein dapat membantu mengurangi
kecemasan klien
4) Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang hal-hal yang dilakukan
R/ Untuk mengatasi demam dan menganjurkan klien dan keluarga untuk lebioh
kooperatif
5) Jelaskan pentingnya tirah baring bagi klien dan akibatnya jika hal tersebut tidak
dilakukan
R/ Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan klien di
rumah sakit
6) Anjurkan klien untuk banyak minum kurang lebih 2,5-3 liter/hari dan jelaskan
manfaatnya
R/ Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh meningkat
sehingga perlu diimabngi dengan asupan cairan yang banyak
7) Berikan kompres hangat (pada axila dan lipat paha) dan anjurkan memakai
pakaian yang tipis
R/ Kompres hangat akan dapat membantu menurunkan suhu tubuh, pakaian
tipis akan dapat membantu meningkatkan penguapan panas tubuh
8) Berikan terapi (antipiretik) sesuai dengan program dokter
R/ Antipiretika yang mempunyai reseptor di hypothalamus dapat meregulasi
suhu tubuh sehingga suhu tubuh diupayakan mendekati suhu normal.

b.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,


muntah, anoreksia dan sakit saat menelan
NOC :
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan makanan yang
telah disediakan
NIC :
1) kaji faktor faktor penyebab
R/ penentuan faktor penyebab, akan menentukan intervensi/tindakan
selanjutnya
2) jelaskan pentingnya nutrisi yang cukup
R/ meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga sehingga klien termotivasi
untuk mengkonsumsi makanan
3) anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil dan sering, jika tidak muntah
teruskan (15-30 cc setiap -1jam )
R/ menghindari mual muntah dan distensi perut yang berlebihan
4) lakukan perawatan mulut yang baik setelah muntah
R/ bau yang tidak enak pada mulut meningkatkan kemungkinan muntah
5) ukur berat badan setiap hari
R/ berat badan merupakan indicator terpenuhi tidaknya kebutuhan nutrisi
6) catat jumlah porsi yang dihabiskan klien
R/ mengetahui jumlah asupan / pemenuhan nutisi klien.

c.

Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopeni.


NOC :
Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut, jumlah trombosit meningkat
( dalam batas normal)
NIC :
1) pantau tanda tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda klinis
R/ penurunan jumlah trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh
darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis berupa
perdarahan nyata seperti epistaksis, petechie, perdarahan gusi
2) memberikan penjelasan tentang pengaruh trombositopenia pada klien
R/ pengetahuan yang baik dari lkien dan keluarga tentang tanda dan gejala
dapat membantu menngantisipasi terjadinya perdarahan karena trombositopeni
3) menganjurkan klien untuk banyak istirahat
R/ aktifitas yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan

4) memberikan penjelasan klien dan kleuarga untu melaporkan bila terjadi


perdarahan
R/ keterlibatan keluarga akan membantu penanganan sedini mungkin
5) kolaborasi pemberian obat obatan, berikan penjelasan tentang manfaat obat
R/ dengan mengetahui obat yang diminum dan manfatanya , diharapkan klien
dan keluarga termotivasi untk meminum obat yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo & Andoko, Sayudi J. 2013. Hubungan Pengetahuan


Keluarga Tentang Penyakit DHF dengan Sikap Keluargadalam Pencegahan
Penyakit DHF. Jurnal FlorenceVol. VI No. 2 Juli 2013.
Andriani, Ni Wayan E. 2014. Kajian Penatalaksanaan Terapi Pengobatan
Depkes RI. 2015. Demam Berdarah Biasanya Mulai Meningkat di Januari. Diakses:
12 Mei 2015.www.depkes.go.id.

Doenges, Marilyn, E. 2009. RencanaAsuhanKeperawatan. Jakarta : EGC


Garna, Herry. 2013. Buku Ajar Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis. Jakarta: Sagung
Seto. IDAI. 2011.
Jurnal Ilmiah Farmasi DemamBerdarah Dengue (DBD) pada Penderita Anak yang
Menjalani Perawatan dI RSUP PROF. DR. R.D Kandou. UNSRAT Vol. 3 No.
2, Mei 2014 ISSN 2302 2493.
Keliat, Budi Anna . 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017,
Edisi 10 Jakarta: EGC.
Ngastiyah. 2010. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda, Jogjakarta : Mediaction
Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta:
Sagung Seto.
Sunaryo. 2014. Surveilans Aedes aegypti di Daerah Endemis DemamBerdarah
Susilaningrum, R. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan anak untuk Perawat dan
Bidan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MUHAMMADIYAH KUDUS
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA An. R DENGAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER
DI RUANG FLAMBOYAN RSUD DR. R SOETIJONO BLORA

Dalam Rangka Memenuhi Tugas Stase KDP

Disusun Oleh:
DEWI SUSANTI, S. KEP
NIM : N320164099

JURUSAN NERS
STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2016

Anda mungkin juga menyukai