Sangat efektif
Efektif
Cukup Efektif
Kurang Efektif
Tidak Efektif
: .100 %
: 100 %
: 90 % - 99 %
: 75 % - 89 %
: < 75 %
dengan realisasi penerimaan PAD . Untuk dapat menghitung rasio efisiensi PAD ini
diperlukan data tambahan yang tidak tersedia di Laporan Realisasi Angggaran , yaitu
data tentang biaya pemungutan PAD
Rasio Efisiensi PAD = Biaya pemerolehan Pendaptan Asli Daerah x 100%
Realisasi Penerimaan Pendaptan Asl Daerah
Semakin kecil nilai rasio ini maka semakin efisien kinerja pemerintah deerah dalam
melakukan pemungutan Pendapatan Pandapatan Asli Daerah . Secara umum , nilai
efisiensi PAD dapat dikatagorikan sebagai berikut :
Sangat efektif
Efektif
Cukup Efekti
Kurang Efektif
Tidak Efektif
: < 10 %
: 10 % - 20 %
: 21 % - 30 %
: 31 % - 40 %
: > 40 %
x 100 %
Perhitungan rasio efektivitas dan efisiensi Pendaptan Asli Daerah dan Pajak daerah
yang dicapai oleh Pemerintahan Daerah Kabupaten Nagarakartagama .
Biaya Pemungutan , Target , dan Ralisasi Penerimaan Pajak dan Retribusi
Daerah Tahun Anggaran 2008 dan 2009
Berdsarkan perhitungan tersebut , maka kinerja pemerintah daerah dalam
mengumpulkan pendapatan daerah cukup bagus . Hal itu ditunjukkan dengan adanya
peningkatan penerimaan pendapatan , rasio efektivitas pendapatan yang lebih besar
dari 100% dan nilai efisiensi di bawah 10 % . Selain itu , nilai rasio efisiensi tersebut
juga lebih kecil dari rasio efisiensi yang di anggarkan.
6. Derajat kontribusi BUMD
Rasio ini bermnfaat untuk mengetahui tingkat kontribusi
perusahaan daerah
DAU
DBH
: Dana Bagi Hasil yang merupakan bagian dari PBB , BPHTB , dan bagi hasil SDA
DBHDR
Belanja Wajib
Biaya Lain
: Biaya terkait pengadaan pinjaman antara lain Biaya Administrasi , Biaya Provisi
Berdasarkan rasio ini, pemerintah daerah dinilai untuk melakukan pinjaman daerah
apabila dinilai DSCR-nya minimal sebesar 2,5.
Jika nilai DSCR kurang dari 1, maka hal itu mengindikasikan terjadinya arus kas
negative yang berarti pendapatan tidak cukup untuk menutup seluruh beban utang
berupa angsuran pokok dan bunga. Misalnya nilai DSCR sebesar 0,95 berarti
pemerintah daerah hanya memiliki pendapatan setelah dikurangi belanja wajib yang
hanya cukup untuk menutup 95% beban utang pada tahun tersebut.
Contoh Penghitungan DSCR
Untuk memberikan ilustrasi cara penghitungan DSCR, berikut ini disajikan data
pendapatan,
belanja,
surplus/deficit
anggaran
pemerintah
Kabupaten
TAHUN 2009
PENDAPATAN
406,600,500,000
35,000,000,000
371,600,500,000
20,475,500,000
DAU
325,925,000,000
DAK
10,000,000,000
15,200,000,000
BELANJA
416,150,000,000
Belanja operasi
303,750,000,000
Belanja Modal
Transfer ke Desa
75,000,000,000
35,000,000,000
Belanja Tidak Terduga
2,400,000,000
SURPLUS/DEFISIT
(9,459,500,000)
Informasi tambahan:
Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi untuk tahun 2009 sebesar Rp 3.000.000.000
Belanja wajib sebesar 60% dari total APBD tahun yang bersangkutan
Angsuran pokok pinjaman untuk tahun 2009 sebesar Rp 5.500.000.000; bunga Rp
1.200.000.000; dan
Biaya lain terkait pinjaman sebesar Rp 100.000.000
Berdasarkan data tersebut, maka DSCR untuk tahun anggaran 2009 dapat di ketahui
sebagai berikut:
DSCR = {PAD + [DBH DBHDR] + DAU} Belanja Wajib
Angsuran Pokok Pinjaman + Bunga + Biaya Lain
={35.000.000.000
[35.675.500.000
3.000.000.000]
325.925.000.000}
249.690.000.000
5.500.000.000 + 1.200.000.000 + 100.000.000
= 21,16
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai DSCR sebesar 21,16 yanga berarti
pemerintah daerah dilihat dari kemampuan keuangananya layah untuk mengadakan
pinjamna karena pemerintah daerah tersesbut masih memeiiki lemampuan yang cukup
untuk mengemmbalikan pokok pinjamna beserta bunganya . Analisis DSCR ini
bermanfaat bagi pemerintah daerah yang akan menggunakan instrument pembiayaan
anggaran melalui pengadaan pinjaman daerah .
yang dimilkinya. Rasio DSR ini dapat digunakan untuk mendukung analisis DSCR.
JIka dibandingkan dengan DSCR , maka DSR kurang detail sebab hanya melihat
besaran makro total pendapatan daerah , sedangkan DSCR mengukurnya berdasarkan
pendaptana daerah setelah dikurangi belanja wajib dan disesuaikan dengan dana bagi
hasil dana reboisasi . Rasio DSR dirumuskan sebgai berikut :
Debt Service Ratio = Total Pendaptan Daerah
Pokok pinjaman + Bunga
Sebagai berikut adalah proyeksi bunga dan pokok utang pemerintah daerah serta perhitungan
debt service ratio :
Keteranga
n
Total
2005
2006
2007
2008
Pokok
13,200,000,000
33,900,000,000
35,500,000,000
40,000,000,000
Bunga
Total
1,827,279,420
4,199,291,322
43,411,293,321
5,041,319,356
dan Bunga
Total
15,027,279,420
38,099,291,322
39,841,129,321
45,041,319,356
Pendapatn
DEBT
393,935,739,496
428,715,390,600
457,855,429,750
489,937,142,500
26,21
11,25
11,49
10,87
Pokok
SERVICE
RATIO
Sama halnya dengan DSCR , nilai DSR yang harus dimiliki pemerintah daerah
minimal sebesar 1. Jika kurang dari 1 maka mengindikasikan adanya kesulitan
keuangan di pemerintah derah . Dengan menggunakan Ilustrasi diatas terkesan
pemerintah daerah sngat ekspansif yang ditandai dengan semakin besarnya hutang dan
adanya kecenderungan menurunnya tingkat DSR. Namun jika melihat besran angka
DSR-nyamaka secara teoritis kondisi keunagan pemerintah daerah msih dalam taraf
yang cukup aman . Pemerintah daerah cukup mampu untu k membayar beban utangya
dengan pendapatan yang dimiliknya
9. Rasio utang Terhadap Pendapatan Daerah
Selain dilihat dari rasio DSCR , kinerja pinjaman daerah juga dapat dilihat dari rasio
utang terhadap pendapatan (debt to income ratio ) . Rasio ini sudah dibahas pada rasio
DSCR yang lebih cenderung dugunakan oleh pihak internal manajemen pemerintah
daerah , sedangkan rasio utang terhadap pendapatan daerah snagat bermanfaat bagi
pihak eksternal terutama calon kreditur untuk menilai lemampuan pemerintah derah
dalam mengembalikan pinjeman .Rumus rasio adalah sebagai berikkut :
Rasio Utang Terhadap pendapatan = Total Uang Pemerintah Daerah
Total Pendapatan daerah
10. Analisi Potensi pendaptan Asli Daerah
Analisi potensi ini bermanfat bagi manjemen pemerintah daerah maupun calon
investor untuk memberikan pertimbangan tentang potensi penrimaan ynag msih dapat
digali dan potensi keuntungan berinvestasi . Analisi potensi PAD dilakukan unttuk
mengetahui jenis pajak daerah dan retribusi daerah tertentu apakah masuk katagori
potensi ,prima , berkembang , taukah terbelakang . Selanjutnya setelah diketahui
potensinya tehap berikutnya dapat diamabil kebijakan untuk jenis pajak dan reribusi
dearah yang dikatagorikan potensi dan berkembang dapat dilakukan intensifikasi dan
ekstensifikasi, untuk katagori prima perlu dilakukan intensifikasi dan untuk katagori
terbelakang dapat
Yi > 1
PRIMA
POTENSIAL
Yi> 1
PERKEMBANGA
N
TERBELAKANG
Ket. :
Yi
Yi
Sementara itu , untuk mengetahui Yi dan Y dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Yi
Yi
: Proposi suatu jenis pajak atau retribusi I dari rerata pajk atau retrebusi Y
Yi
: Proporsi tambahan suatu jenis atau retribusi dari total tambahan penerimaan
Rasio Pemungutan
Rasio pemungutan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur realisasi
pemungutan pajak daerah dibandingkan dengan tunggakan dan tagihan baru . Rasio
pemungutan ini juga merupakan bentuk dari rasio efektivitas pajak daerah . Rasio
pemungutan dirumuskan sebagai berikut :
Rasio pemungutan = Realisasi Penerimaan Pajak Daerah x100%
Tunggakan + Tagihan Baru
Atau dengan rumus lain :
STANDAR
PENERIMAAN
PENDAPTAN
Rasio Cakupan (Coverage ratio )
Rasio Biaya pemungutan
Rasio Biaya pelayanan
Rasio Pemungutan
NILAI
95%
10%
90%
95%
RINGKASAN
Pendapatan merupakan semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara /Daerah yang
menambah ekuitas dana lancer dalam periode tahun anggran bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah . Pendaptan derah tidak sma
dengan pemerintah daerah, bedanya terletak pada pengaruh terhadap ekuitas dana
Analisi pendaptan daerah dapat digunakan untuk mengavaluasi kinerja pemerintah daerah
dalam melaksankan anggaran . Secara umum realisasi pendaptan dearah dinilai baik apabila
melampaui target anggran , sebab anggaran pendpatan merupakan bats minimal yang harus
dicpai daerah
Berdasarkab data pendapatan daerah yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggran ,
pembaca laporan keuangan dapat membuat berbagai analisi rasio keunagan berupa :
-Rasio kemandirian daerah
-Rasio Ketergatungan Daerah
-Derajat Dsentralisasi
-Rasio Efektivitas PAD
-Rasio Efisiensi PAD
-Rasio Efektivitas Pajak daerah
-Rasio Efisiensi Pajak Daerah
-Derajat Kontribusi BUMD
-Derajat Kontribusi BUMD
- Rasio Kemampuan Mengembalikan Pinjaman (Debt Service Coverage Ratio )
-Rasio pendapatan terhadap Utang
4)
DSCR merupakan perbandingan antara penjumlahan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Bagian
Daerah (BD) dan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB), penerimaan Sumber daya Alam dan bagian daerah lainnya serta Dana Alokasi
Umum setelah dikurangi Belanja Wajib, dengan penjumlahan angsuran pokok, bunga dan
biaya pinjaman lainnya yang jatuh tempo.
Sumber Bacaan :
http://teguhariy.blogspot.co.id/2015/04/analisis-rasio-keuangan-apbd.html