Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
AHMAD FATIH BARKAH
AHMAD FIRDAUS HILMI
MOCH HAFIZH RAMADHAN
M. RIFQI PINANDHITO
MOH. FIQIH TARMIDZI HAKIM
CHRISTOPHER ROBERTO
Asisten :
FEBRIANTO BIMO AMARTO
201
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNIK OPTIK P-2
Asisten :
FEBRIANTO BIMO AMARTO
ABSTRAK
iii
ABSTRACT
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Resmi
Praktikum Teknik Optika ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Dalam kesempatan kali ini penyusun mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Aulia Muhammad Taufiq Nasution.Selaku dosen
pengajar mata kuliah Teknik Optika.
2. Saudara asisten laboratorium yang telah membimbing
dalam pelaksanaan praktikum Akustik.
3. Rekan-rekan kelompok 3 yang telah membantu dalam
pelaksanaan kegiatan praktikum.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam
pembuatan dan penyusunan laporan ini baik dari segi materi
maupun penyajian. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun.
Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini
bermanfaat bagi penyusun sendiri khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Surabaya, 06 November 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
iii
ABSTRACT
iiv
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
viiviii
DAFTAR TABEL
iix
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan
2
Error! Bookmark not defined.
2.1
Fiber Optic
2.2
Bending
2.3
11
2.4
15
20
3.1
20
3.2
Prosedur Percobaan
20
vi
23
4.1
Analisa Data
23
4.2
Pembahasan
25
BAB V PENUTUP
33
5.1
Simpulan
33
5.2
Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
34
LAMPIRAN
35
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Serat Optik
12
18
17
18
20
21
22
23
25
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tabel Pengaruh Bending
23
24
24
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tentu mengenal laser,
mikroskop, teropong, kacamata, fiber optik, dan lain
sebagainya. Berbagai peralatan tersebut merupakan jenis
peralatan optik yang tentu saja memberikan polesan pada
kehidupan di era modern ini. Berawal dari hanya sepotong
lensa kecil, dapat diterapkembangkan menjadi sebuah
instrumen optik nan canggih, instrument itu dinamakan
sebagai divais optik.
Dalam aplikasinya, divais optik digunakan dalam
banyak bidang, seperti dalam bidang kedokteran sebagai alat
terapi, dalam bidang penelitian, bahkan dalam bidang
peralatan elektronik seperti komputer, mikrochip dan lain
sebagainya. Divais optik seperti laser juga banyak
dimanfaatkan, seperti sebagai sensor, penginderaan jarak
jauh, juga di bidang kedokteran seperti alat bantu
pembedahan. Dalam perkembangan zaman, kecepatan
transmisi data yang cepat, efektif dan efisien semakin
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia, karena
transmisi data dapat membantu mengirim sebuah data yang
mengandung informasi dapat sampai secara akurat ke
penerima transmisi data tersebut. Teknologi yang
mendukung semakin cepat, efektif dan efisien salah satunya
adalah serat optik dimana merupakan aplikasi dari ilmu
optik yang telah ada, yaitu mengenai hukum snellius.
Oleh karena itu, dalam praktikum kali ini P2 tentang
Bending dan Pengaruh suhu pada serat optik aka dibahas
1
Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang terjadi pada praktikum
P-2 bending dan pengaruh suhu pada serat optik ini adalah
sebagai berikut :
a. Bagaimana prinsip-prinsip transmisi sinyal laser pada
serat optik ?
b. Bagaimana pengaaruh lekukan (bending) pada daya
sinyal keluaran serat optik?
c. Bagaimana pengaruh suhu pada daya keluaran pada
serat optik ?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum P-2 bending dan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Fiber Optik
Fiber optik merupakan saluran transmisi (pemindah
sangat
transmisi
bagus
fiber
optik
digunakan
sangat
sebagai
tinggi
saluran
dan
ringan
sehingga
sangat
memudahkan
mengalami
korosi/berkarat.
Komunikasi
2.1
Bending
Suatu serat optik yang memiliki panjang tertenu
Nilai
rugi
daya
yang
disebabkan
dengan
tajam
tersebut
harus
dihindarkan
guna
penting
dalam
desain
sebuah
sistem
10
..2.2
L
Pin
Pout
2.3
pemanduan
cahaya
ditunjukkan
pada
pada
serat
Gambar
optik
2.4[8].
seperti
Cahaya
yang
dapat
12
2.3
c = sudut kritis
n1 = indeks bias medium yang lebih rapat (besar)
n2 = indeks bias medium cahaya yang lebih
renggang (kecil)
13
1/2
.2.4
(Numerical
Aperture),
yaitu
angka
yang
.2.5
..2.6
2.4
1. Single mode
serat optik dengan inti (core) yang sangat kecil
(biasanya sekitar 8,3 mikron), diameter intinya sangat
sempit mendekati panjang gelombang sehingga cahaya yang
masuk ke dalamnya tidak terpantul-pantul ke dinding
selongsong (cladding). Bahagian inti serat optik singlemode terbuat dari bahan kaca silika (SiO2) dengan sejumlah
kecil kaca Germania (GeO2) untuk meningkatkan indeks
15
2. Multi mode
serat optik dengan diameter core yang agak besar yang
membuat laser di dalamnya akan terpantul-pantul di dinding
cladding yang dapat menyebabkan berkurangnya bandwidth
dari serat optik jenis ini.
16
yang
digunakan.
Berdasarkan
hasil
19
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Alat Dan Bahan
Bending
21
3.3.2
22
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1
Analisa Data
Loss bending
5
Loss (dBm)
4
3
2
Loss
1
0
-1 0
0.5
1
1.5
Diameter bending
2.5
Loss (DBm)
4,416
0,707
0,029
-0,01
23
Loss (DBm)
0,268
0,058
0,077
Loss (dBm)
5,789
5,792
5,784
24
Loss
50
100
150
200
Pembahasan
a. Moh. Fiqih Tarmidzi Hakim (2414100113)
sebagai
kebalikannya
akan
diperoleh
penurunan
transmission loss. Hal ini dikarenakan semakin kecil
diameter bending dari kabel serat optic akan membuat besar
sudut kritis
yang memantul terhadap core semakin
mengecil sehingga intensitas cahaya yang mengalami TIR
(Total Internal Reflection) akan berkurang, sehingga daya
keluarannya semakin besar pengurangannya dan hasilnya
diperoleh koefisien loss yang semakin besar.
Selanjutnya pada percobaan dengan variasi
temperatur sebesar 55 , 100 , 150
berturut turut
menghasilkan daya sebesar 5,789 dBm, 5,793 dBm, 5,784
dBm. Menurut hukumnya cahaya yang merambat pada suatu
material
yang
dipanaskan,
apabila
temperature
pemanasannya amatlah tinggi, dapat mengubah kerapatan
material tersebut sehingga memperbesar indeks biasnya,
sehingga memperlambat kecepatan cahaya yang merambat
pada material itu. Adapun karena fiber optic memiliki
bagian coating yang tahan terhadap suhu tinggi, dapat
mempertahankan indeks bias core dan cladding di
dalamnya, sehingga loss yang terjadi amatlah kecil yakni
kurang dari 0,1 dBm.
d. Akhmad Firdaus Hilmi (2414100011)
Praktikum P-2 ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui transmisi optik ketika diberikan pengaruh
bending dan perubahan temperatur pada serat optik serta
mengetahui bagaimana prinsip transmisi pada serat optic.
Percobaan Pertama, yaitu pengujian pengaruh
bending terhadap transmission loss ketika diameter bending
diubah menjadi 0,5 cm , 1 cm , 1,5 cm , dan 2 cm, nilai
transmission loss yang dihasilkan (sesuai urutan) adalah
4,416 dBm , 0,707 dBm , 0,029 dBm , dan 0,01 dBm.
Percobaan selanjutnya adalah ketika serat optik
dililitkan pada beberapa benda. Pertama, dililitkan pada
28
32
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari praktikum teknik optik tentang pengaruh bending
dan suhu pada serat optik yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan beberapa hal antara lain:
1. Fiber Optik mentransmisikan data melewati inti serat
optik (core) berupa gelombang cahaya
2. Semakin kecil diameter bending yang dibentuk pada
serat optik, semakin menurun nilai daya keluaran yang
diemisikan
3. Daya keluaran dari serat optik tidak terpengaruh oleh
tingkat temperatur disekitar serat optik
5.2
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum
desain optik kali ini.
Sebaiknya praktikum ini dilakukan dengan menggunakan
fiber optik yang baru sehingga loss yang dihasilkan tidak
terlalu besar akibat sering digunakannya fiber optik untuk
keperluan praktikum lainnya.
33
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anonim. Modul Percobaan P-3Desain OptikSurabaya.
Laboratorium Fotonika JTF-FTI-ITS
[2] Chapter II, Serat optik. Universitas Sumatera Utara.
(repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf,
diakses 24 Oktober 2014)
[3] Roychoudhuri, Chandrasekhar.Fundamental of Photonics.
USA : SPIE Press. 2008.
[4] Ahmad,Imam. Sistem Transmisi Serat Optik
(http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?view=article&catid=11
%3Asistem-komunikasi &id=681%3Asistem-transmisi-seratoptik&option=com_content& Itemid=14, diakses 10 Oktober
2013)
[5] Smith,Graham.Optiks and Photonics:An Introduction.
USA:John Wiley & Sons, Ltd. 2007
[6] Wiley, John. 1990, Principles Of Optical Engineering.
Departement of Electrical Enginering The Pennslyvania
University, New York.
[7] Saleh, Bahaa E., Teich, Malvin Carl, Fundamental Of
Photonics. New York : John Wiley & Sons, Inc. 1991
[8] Hukum Snellius.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Snellius, diakses 30
Oktober 2013)
[9] Keiser, Gerd. 2000. Optical Fiber Communications Third
Edition. New York : McGraw-Hill.
34
LAMPIRAN
Metode Penelitian
Pada penelitian ini probe sensor dibuat dari serat
optik
plastik
jenis
multimode
step index dengan spesifikasi diameter core 0,98 mm,
diameter cladding 1 mm, indeks bias core 1,49, dan NA 0,5.
Probe sensor dibuat sepanjang 10 cm. Jaket dan cladding
probe sensor dikupas sepanjang 3 cm tepat di bagian
tengahnya. Pada penelitian ini dilakukan percobaan pada
tiga jenis pernapasan, yaitu pernapasan biasa, pernapasan
terengah-engah, dan pernapasan dengan batuk. Pernapasan
biasa merupakan pernapasan seseorang dalam kondisi
santai atau istirahat. Pernapasan terengah-engah yaitu
pernapasan seseorang setelah melakukan aktivitas fisik
berlari ditempat selama 5 menit. Probe sensor diletakkan
pada masker lalu dihubungkan dengan blok rangkaian
instrumentasi. Namun, sebelum alat digunakan pada
percobaan terlebih dahulu dilakukan pengukuranpengukuran awal meliputi temperature, kelembaban, dan
tekanan udara untuk diketahui pengaruhnya terhadap respon
sensor. Pada pengujian ini akuisisi data dilakukan oleh
mikrokontroler dan hasilnya ditampilkan melalui PC.
36
Hasil Pengujian
Pada pengujian awal dilakukan beberapa percobaan
untuk mengetahui respon sensor. Pertama adalah ketika
tekanan dan kelembaban relative tetap sementara
temperature dinaikkan. Keluaran sensor mengalami
kenaikan saat temperatur udara dinaikkan. Ketika
temperatur udara berubah maka terjadi perubahan indeks
bias core sensor (n1) dan indeks bias udara yang
melingkupinya (n2). Semakin tinggi temperatur, n1 menjadi
semakin besar sedangkan n2 menjadi semakin kecil. Hal ini
menyebabkan dp menjadi kecil. Semakin kecil dp,
penyerapan medan evanescent menjadi semakin menurun.
Menurunnya penyerapan medan evanescent mengakibatkan
cahaya yang terpandu pada serat optik mengalami
peningkatan
dan
pada
akhirnya menaikkan tegangan keluaran sensor. Sehingga
dengan mengamati hasil dalam bentuk grafik didapatkan
bahwa pada daerah temperatur napas (29,8 - 30,6)C,
keluaran sensor naik 0,023 volt. Kedua adalah ketika
temperature dan tekanan tetap sementara kelembaban naik.
Hasil yang didapat adalah nilai keluaran sensor turun
drastic. Penurunan tersebut mengindikasikan adanya
kenaikan indeks bias n2. Uap air mengalami pengembunan
dan menempel pada permukaan robe sensor. Indeks bias air
lebih besar dari indeks bias udara maka indeks bias cladding
berubah dari indeks bias udara ke indeks bias air, akibatnya
keluaran sensor turun secara drastis. Semakin tinggi
kelembaban relatif, semakin banyak permukaan probe
sensor yang tertutup titik-titik air. Penurunan keluaran
sensor pada daerah kelembaban relatif napas (83,7 -85,4)%
adalah 0,653 volt. Hal ini membuktikan bahwa pengaruh
37
38