INISIASI 4 Tannas Di Era Globalisasi
INISIASI 4 Tannas Di Era Globalisasi
yang telah mengubah bentuk-bentuk hubungan antarmanusia dengan lebih cepat, lebih intensif, dan lebih
beragam. Transformasi bukan berjalan tanpa tantangan. John Naisbitt mengatakan globalisasi
mengandung berbagai paradoks, di antaranya berikut ini.
1. Budaya global vs Budaya lokal
2. Universal vs Individual
3. Tradisional vs Modern
4. Jangka Panjang vs Jangka Pendek
5. Kompetisi vs Kesamaan kesempatan
6. Keterbatasan akal manusia vs Ledakan IPTEK
7. Spiritual vs Material
Akibat hubungan bisnis (perdagangan) yang telah menyatukan kehidupan manusia maka timbul
kesadaran yang lebih intern terhadap hak-hak dan kewajiban asasi manusia. Sejalan dengan itu,
kehidupan demokrasi semakin marak dan manusia ingin menjauhkan diri dari berbagai bentuk
penindasan, kesengsaraan, diktator dan perang. Oleh karena itu, liberalisasi dalam bidang ekonomi ini
menuntut liberalisasi dalam bidang politik, di mana keduanya harus berjalan seiring dan saling
menunjang. Buah pikiran Kenechi Ohmae dalam Dunia tanpa batas dimaksudkan dalam bidang bisnis
komunikasi dan informasi memang akan menebus batas-batas nation, tetapi tidak dengan sendirinya
menghilangkan identitas suatu bangsa. Kontak budaya tidak terelakkan akibat komunikasi yang semakin
lancar. Terjadilah relativisasi nilai budaya dan memungkinkan munculnya sinkretisme budaya yang
sifatnya transnasional.
Sebagai bangsa Indonesia, dengan berpijak pada budaya Pancasila, untuk menghadapi kekuatan global
tersebut, perlu mengetahui kekuatan dan kelemahan yang kita miliki dalam segenap aspek kehidupan
(Astagatra). Kekuatan yang kita miliki dalam Astagatra (geografi, sumber kekayaan alam, demografi,
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan Hankam) yang harus dipertahankan, ditingkatkan dan
dikembangkan, sedangkan kelemahan-kelemahan yang ada hendaknya dapat diatasi dan diubah
menjadi kekuatan untuk meningkatkan tannas di dalam menghadapi era globalisasi. Kunci dalam
meningkatkan tannas Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang
menuju kepenguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang dilandasi oleh iman dan takwa
(imtaq). Dalam pembangunan nasional yang kita lakukan untuk meningkatkan tannas dilandasi oleh
Wasantara. Penerapan pendekatan tannas dalam pembangunan nasional, berarti kita melihat kekuatan
dan kelemahan bangsa Indonesia dalam seluruh aspek kehidupan (Astagatra) secara komprehensif
integral, membangun secara bersinergi aspek kehidupan bangsa tersebut. Oleh karena itu, dalam
pembangunan nasional untuk mencapai tingkat tannas yang kita harapkan di dalam era globalisasi ini
diperlukan pengaturan-pengaturan dalam aspek Trigatra dan pancagatra.
Dalam aspek Trigatra diperlukan pengaturan ruang wilayah nasional yang serasi antara kepentingan
kesejahteraan dan kepentingan keamanan, pembinaan kependudukan, pengelolaan sumber kekayaan
alam dengan memperhatikan asas manfaat, daya saing dan kelestarian. Dalam aspek pancagatra
diperlukan pemahaman penghayatan dan pengamalan Pancasila di dalam kehidupan kita berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat. Penghayatan budaya politik Pancasila, mewujudkan perekonomian yang
efisien, pemerataan dan pertumbuhan yang tinggi untuk mencapai kesejahteraan yang meningkat bagi
seluruh rakyat, memantapkan identitas nasional Bhinneka Tunggal Ika, dan memantapkan kesadaran
bela negara bagi seluruh rakyat Indonesia.