DOSEN PENGAMPU
Drs. Husni Wardi Tanjung, M.Pd.
OLEH :
Wildan Hamdi Perdana
(5143122029)
M. Fariz Ramadhan
(5143122017)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas ini dengan judul Pengelolaan Interaksi
Belajar Mengajar.
Penyusunan Makalah ini dilakukan guna memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen pengampu mata kuliah Interaksi Belajar Mengajar (IBM).
Dalam melakukan penyusunan makalah penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan, arahan, dan saran dari dosen pengampu dan pihak-pihak lain.
Semoga dengan di buatnya Makalah ini, penulis selaku mahasiswa dapat lebih
baik untuk memahami pelajaran yang di berikan oleh Bapak Drs. Husni Wardi Tanjung,
M.Pd. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih.
Kelompok 4
KELOMPOK 4
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya
dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia
bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Secara kodrati
manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antara manusia akan
berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan
semacam inilah terjadi interaksi.
Jika kita menelaah tentang interaksi maka dalam dunia pendidikan dikenal
dengan interaksi edukatif. Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung
dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Lebih spesifik lagi
interaksi edukatif adalan interaksi belajar mengajar.
Belajar mengajar adalah dua kegiatan tunggal tetapi memang memiliki makna
yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku karena hasil
dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan penyediaan
kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa
perubahan tingkah laku maupun perubahan serta kesadaran diri.
Dalam interaksi belajar mengajar yang terpenting adalah guru sebagai pengajar
tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif
serta memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi
dan kreativitasnya, melalui kegiatan belajar. Diharapkan potensi siswa dapat sedikit
demi sedikit berkembang menjadi komponen penalaran yang bermoral, manusiamanusia aktif dan kreatif yang beriman.
KELOMPOK 4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
KELOMPOK 4
BAB II
Pembahasan
Sebelum guru tampil di depan kelas, terlebih dahulu harus sudah menguasai
bahan yang akan diberikan dan sekaligus bahan-bahan yang akan mendukung
jalannya proses belajar mengajar. Dengan modal penguasaan bahan, guru akan
dapat menyampaikan materi pelajaran secara dinamis. Dalam hal ini yang
dimaksud menguasai bahan bagi seorang guru:
a. Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah
b. Menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi.
Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah yang di maksud dalam
hal guru harus menguasai bahan sesuai dengan materi atau cabang ilmu
pengetahuan yang dipegangnya. Sesuai dengan yang tertera dalam kurikulum
sekolah.
2. Mengelolaan Program Belajar-Mengajar
KELOMPOK 4
KELOMPOK 4
Program remedial yaitu suatu kegiatan perbaikan bagi siswa yang belum
berhasil dalam belajarnya (belum mastery). Dalam suatu proses belajar-mengajar
yang idela akan mengandung du macam kegiatan. Kegiatan perbaikan biasanya
dilaksanakan pada saat setelah diadakan evaluasi. Faktor-faktor yang diperlukan
dalam kegiatan ini adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
3. Mengelola Kelas
sebagai
landasan
idiil
dan
UUD
1945
merupakan
landasan
konsititusional. Kemudian di dalam GBHN ternyata telah diberikan arah dan tujuan
sistem pendidikan nasional, yakni sistem pendidikan yang berdasarkan Pancasila.
Tindakan edukatif itu didasari oleh satu konsep bahwa manusia pada hakikatnya
berhak menerima pendidikan. Pancasila, UUD 1945, GBHN merupakan landasan
atau falsafah bagi kegiatan guru dalam menjalankan berbagai ketetapan Pemerintah
dalam bidang pendidikan.
6. Menilai Prestasi Siswa untuk Kepentingan Pengajaran
Setiap siswa itu pada hakikatnya memiliki perbedaan antara satu dengan yang
lainnya. Perbedaan-perbedaan semacam ini dapat membawa akibat perbedaanperbedaan pada kegiatan yang lain. Dapat membawa akibat perbedaan-perbedaan
semacam inidalam hal prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Dengan
mengetahui prestasi siswa, apalagi secara individual, seperti telah disinggung di atas,
guru akan dapat mengambil langkah-langkah instruktusional yang konstruktif.
a. Mengumpulkan data hasil belajar siswa
b. Menganalisis data hasil belajar siswa.
c. Menggunakan data hasil belajar siswa.
7. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
KELOMPOK 4
program
bimbingan
dan
penyuluhan
di
lembaga
pendidikan/sekolah, yakni:
a. Konseling/penyuluhan merupakan bantuan yang diberikan secara sengaja;
b. Prosesnya dilaksanakan melalui hubungan antarpersonal;
c. Sasaran konseling adalah konseli atau klien yakni, mahasiswa (siswa) agar
dapat mengatasi hambatan yang dialami pada proses perkembangannya;
d. Tujuannya memberikan tuntutan agar konseli atau klien tadi mampu memilih
dan menentukan cara-caranya sendiri untuk mengatasi hambatannya.
Di bawah pimpinan atau kepala sekolah, organisasi ini akan lebih tepat
dikoordinasika oleh seorang guru BP. Kemudian organisasi itu dapat merencanakan
program dan menciptakan mekanisme yang melibatkan setiap guru.
pelaksanaannya.
Oleh
karena
itu,
kesiapan
guru
yang
memiliki
kesiapan
bagi
setiap
mahasiswa
praktik
itu
akan
mengakibatkan rusaknya suasana kelas dan disiplin siswa. Oleh karena itu, sangat
diperlukan adanya latihan mengajar sebelumnya terutama untuk melatih sikap
mental dan performance mahasiswa/siswa calon guru itu untuk tampil di depan
kelas. Bagi LPTK, latihan mengajar ini dilaksanakan dengan kegiatan latihan
KELOMPOK 4
kemampuan
seseorang
guru
dalam
mengemban
profesi
sebagaimana
dikemukakan
itulah
yang
sebenarnya
telah
mikro
dan
dimaksudkan
untuk
melatih,
membekali
serta
memperbaiki keterampilan mahasiswa. Hal ini dilatihkan sebelum calon guru ini
terjun ke dalam praktik mengajar dalam arti real class room teching.
Microteching memiliki cirri-ciri pokok yakni: jumlah subjek belajar sedikit,
KELOMPOK 4
1
0
berkisar 5-10 orang, waktu mengajar terbatas sekitar 10 menit, bahan yang
dikontakkan terbatas, juga komponen mengajar yang dikembangkan terbatas. Satu
kelebihan microteching ini dilengkapi dengan alat-alat laboratori (hardware) yang
dapat mendeteksi kegiatan praktik yang kemudian akan memebrikan feed back
atau umpan balik secara objektif. Maka peranan menjadi semakin penting
pengamat atau supervisor menjadi semakin penting artinya. Untuk dapat
mendiagnosis secara objektif, pengamatan akan lebih cermat bila dilakukan oleh
lebih dari satu orang supervisor.
3. Maksud dan Tujuan Microteaching
Dengan program microteaching diharapkan agar kemungkinan kekurangan
dan kegagalan dalam praktik mengajar dapat diminimalisasikan, bahkan kalau
dapat dihilangkan sama sekali. Diharapkan akan tumbuh suatu habit tingkah laku
yang baik dalam diri mahasiswa calon guru bila sedang berdiri di depan kelas.
Kegiatan microteching ini memiliki spesifikasi yang sangat membantu mahasiswa
calon guru dalam melakukan praktik mengajar. Perangkat dan situasi laboratories
serta sifat mikro yang dimiliki oleh microteching sungguh merupakan kondisi
yang sangat tepat untuk melatih kesiapan dan keterampilan calon guru secara
aktif. Sifat mini dalam mictoteaching ini mengingat:
a. Dengan menguasai komponen-komponen keterampilan mengajar,
diharapkan latihan praktik mengajar di dalam real class room yang
kompleks itu dpaat dilaksanakan dengan mudah;
b. Tiap-tiap komponen keterampilan mengajar dapat memperhatikan
satu persatu;
c. Memungkinkan observasi dan pencatatan yang lebih tepat.
KELOMPOK 4
1
1
1
2
d. Kontak
Kontak dalam hal ini menyangkut hubungan batiniah antara guru dan
siswa dalam kaitannya dengan bahan yang sedang dibahas bersama. Kontak
yang tidak baik misalnya siswa kelihatannya diam, tetapi tatapan matanya
hampa hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak jelas atau tidak mengerti dengan
uraian guru. Guru yang kurang menguasai bahan dan tidak berwibawa dapat
pula menjadi penyebab tidak terciptanya kontak yang baik. Faktor lain yang
mungkin dapat menjadi penyebab adalah sikap guru. Guru yang otoriter akan
memberikan pengaruh pada suasana kelas sehingga terasa mencekam. Siswa
belajar dalam suasana yang penuh ketegangan dan ketakutan sehingga
kreativitasnya menjadi mati.
Sebaliknya guru yang bersikap permisif juga tidak baik. Suasana kelas
menjadi sangat riuh dan tidak terkontrol. Masing-masing bebas dalam berbicara
dan berbuat. Sikap guru yang demikian dapat mengaburkan arti belajar yang
sesungguhnya dan tidak efisien. Guru hendaknya dapat bersikap di antar kedua
sikap ekstrim tersebut. Bahwa kebebasan harus ada tetapi menurut prosedur
yang benar sehingga tidak menganggu ketertiban.
e. Penutup
Penutup dalam hal ini dimaksudkan sebagai cara guru dalam mengakhiri
penjelasan atau pembahasan suatu pokok bahasan. Penutup yang lengkap berupa
ringkasan, simpulan dan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menguji tentang
pencapaian tujuan instruktusional.
2. Modal Kesiapan
a. Gerak
Gerak anggota badan dalam memberikan bahan pelajaran sangat besar
peranannya untuk memperjelas atau menegaskan hal-hal yang penting.
Seorang guru yang mengajar dengan mematung dan hanya mulutnya saja yang
bergerak-gerak akan memberi kesan yang buruk, suasana hampa serta tidak
hidup. Gerakan yang baik ialah gerakan yang efisien dan efektif, artinya
gerakan yang cukup tetapi benar-benar mendukung penjelasan atau uraian
guru. Posisi berdiri hendaknya ditengah dan tidak terlalu dekat dengan deretan
kursi terdepan. Ketika guru menulis di papan tulis sedapat mungkin
diusahakan agar gerakan tangan dapat terlihat oleh siswa. Pada waktu
KELOMPOK 4
1
3
menunjuk gambar , bagan, peta atau media yang lain hendaknya diusahakan
agar semua siswa dapat melihat dengan jelas, tidak tetutup oleh tubuh guru.
Gerakan-gerakan yang biasa dilakukan tetapi perlu dihindari antara lain,
memegang-megang papan tulis, menghapus hidung, memegang atau
menggaruk anggota badan, memegang celana/gaun tanpa alasan yang benar.
Menghapus dengan telapak tangan atau jari. Itulah sebabnya perlu supervisor
untuk memperingatkan gerak-gerak yang tidak baik.
b. Suara
1) Kekuatan atau Kekerasan
Suara yang terlampau keras dan memekakkan telinga justru sulit untuk
ditangkap isi atau arah pembicaraannya. Di samping itu kesan yang diterima
siswa ialah bahwa gurunya seorang yang kejam. Suasana yang demikian
akan menganggu kegiatan belajar mengajar. Sebaliknya, suara yang
terlampau lemah (biasanya kaum wanita) akan tidak jelas terdengar oleh
siswa terutama yang lemah dalam penguasaan bahan, sehingga diremehkan.
Untuk itu perlu dipertimbangkan tentang seberapa kekuatan suara yang
harus dikeluarkan berdasarkan jumlah siswa, luas ruang, kondisi ruang yang
tertutup atau terbuka dan kemungkinan penggunaan alat pengeras suara.
2) Lagu dan tekanan bicara
Lagu bicara yang datar (monoton) akan membuat siswa bosan, sehingga
siswa cepat lelah dalam mendengarkan. Demikian pula lagu bicara yang
naik turun tetapi tersendat-sendat memberikan akibat yang sama. Lagu
bicara yang demikian sering menjadi bahan tertawaan siswa dan cenderung
untuk ditirukannya dengan maksud mengejek. Akibatnya konsentrasi belajar
mereka rusak. Tekanan bicara hendaknya diberikan pada hal-hal yang
penting misalnya dalam penyebutan definisi, nama, istilah, rumus dan lainlain dengan ucapan pelan-pelan dan jelas dengan volume suara yang cukup.
Sebaiknya sebelum kalimat dikeluarkan lebih dahulu dipikirkan susunan
kalimat yang benar ditinjau dari segi tata bahasa. Ucapan kata dan ejaan
hendaknya yang jelas dan benar. Ucapan bahasa daerah sebaiknya tidak
digunakan. Guru hendaknya memerhatikan setiap murid yang dihadapi
sebagai lawan bicara sehingga akan terlibat kontak batiniah antarmasingmasing individu.
c. Titik perhatian
KELOMPOK 4
1
4
Titik perhatian di sini maksudnya ialah pengamatan guru terhadap masingmasing siswa selama interaksi belajar mengajar berlangsung. Guru harus
bijaksana dalam mengatur situasi sehingga proses belajar-mengajar dapat
berlangsung dengan baik. Perilaku negative yang mungkin terjadi pada siswa
selama interaksi berlangsung antara lain ialah:
1)
2)
3)
4)
dibahas;
5) Siswa berusaha menarik perhatian kelas melalui kata-kata atau perbuatan.
Satu hal yang penting diketahui oleh guru ialah: apakah siswadapat
menangkap apa yang sudah disampaikan guru. Pandangan hendaknya
menyeluruh untuk semua siswa tidak hanya untuk sebagian saja. Bertemunya
pandang antara mereka berinteraksi sesungguhnya merupakan suatu etika atau
sopan santun pergaulan, karena menunjukkan saling perhatian di antara
mereka.
d. Variasi Penggunaan Media
Pertama, adalah alat-alat yang merupakan benda sebenarnya yang
memberikabn pengalaman langsung dan nyata. Kedua, alat-lata yang
merupakan benda pengganti yang seringkali dalam bentuk tiruan dari benda
sebenarnya. Ketiga, ialah bahasa baik lisan maupun tulisan memberikan
pengalaman melalui bahasa. Peranan media dalam proses belajar-mengajar
sudah tidak lagi diragukan karena dapat:
1)
2)
3)
4)
5)
Suatu media dapat dikatakan baik apabila bersifat efisien dan efektif serta
komunikatif. Efisien artinya memiliki daya guna ditinjau dari segi cara
penggunaannya, waktu dan tempat. Efektif artinya memebrikan hasil guna
yang tinggi ditinjau dari segi pesannya dan kepentingan siswa yang sedang
belajar.
e. Variasi Interaksi
KELOMPOK 4
1
5
Variasi interaksi ialah frekuensi atau banyak sedikitnya pergantian aksi antara
guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa secara tepat. Siswa bereaksi
terhadap lingkungan tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik,
emosional, dan sosial. Sudah sewajarnya bahwa dalam pergaulan antaraindividu
di dalam kelas akan tercipta bentuk saling aksi dan mereaksi yang disebut
interaksi edukatif.
Sesungguhnya besar kecilnya variasi interaksi tergantung pada metode
mengajar yang dipergunakan. Beberapa keuntungan dapat diperoleh dengan
adanya variasi interaksi tersebut misalnya suasana kelas menjadi hidup dan
beberapa hal dapat dengan cepat diketahui misalnya kebutuhan dan minat siswa.
Suatu cara untuk menumbuhkan interaksi ini adalah dengan mengajukan
pertanyaan atau permasalahan kepada siswa.
f.
Isyarat (Verbal)
Isyarat verbal di sini adalah ucapan yang singkat tetapi mempunyai pengaruh
besar. Ucapan yang dapat dilontarkan oleh guru misalnya: bagus, benar, tepat
dan lain sebagainya. Apabila ada salah seorang siswa yang memberikan jawaban
kurang tepat, guru dapat merangsang untuk berpikir atau berbuat lebih lanjut.
Ucapan yang dapat dilontarkan misalnya: kurang sedikit, ya terus, coba
diperbaiki dan lain-lain. Aktivitas siswa yang bersifat negatif dalam arti
menganggu prose belajar mengajar perlu segera dihetikan. Ucapan yang bisa
digunakan misalnya: tenang!, perhatikan kemari! dan lain sebagainya. Ucapan
yang keji dan kotor tidak dapat dibenarkan dalam interaksi edukatif.
g. Waktu Selang
Waktu selang adalah tenggang waktu antara suatu ucapan/pembicaraan
dengan ucapan/pembicaraan berikutnya, atau dari suatu kegiatan dengan
kegiatan selanjutnya. Ucapan yang dapat beruntun tanpa ada tenggang waktu
menjadi sulit untuk diketahui ujung pangkalnya, apalagi untuk menangkap
isinya. Waktu selang dapat diartikan waktu diam sebagai jarak antara
kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lain. Tetapi harus diingat diam
dalam hal ini adalah diam yang produktif. Pada waktu mengajar, kadangkadang guru kehilangan tempat berpijak atau bahan pembicaraan sehingga
kemudian diam beberapa saat untuk mengingatnya. Hilangnya waktu secara
percuma ini merupakan salah satu contoh waktu selang yang tidak baik.
KELOMPOK 4
1
6
3. Keterampilan Operasional
a. Membuka pelajaran
Membuka pelajaran di sini maksudnya adalah seberapa jauh kemampuan
guru dalam memulai interaksi belajar untuk suatu jam pelajaran tertentu.
Berdoa dan juga ucapan yang lembut pada waktu pelajaran dimulai misalnya
selamat pagi saudara/anak-anak atau menanyakan siapa yang hari ini tidak
masuk, apa sebabnya tidak masuk dan lain sebagainya akan mempunyai arti
yang penting bagi siswa. Ucapan tersebut seakan-akan menandai bahwa
interaksi belajar mengajar secara resmi dibuka. Perlu diingat bahwa
keramahan guru tidak berarti bahwa guru lebur sama sekali dalam kelompok
siswa yang sedang belajar dengan mengorbankan eksistensi pribadinya
sebagai pembimbing dan pendidik karena telalu ramahnya sering hal ini
dilupakan orang akibatnya guru justru kehilangan kewibawaannya. Membuka
pelajaran pada bagian ini dapat diikuti dengan usaha menumbuhkan interes
pada aspek materi.
b. Mendorong dan Melibatkan Siswa
Guru hanya menyediakan kondisi agar siswa belajar dengan baik. Untuk itu
guru dipandang perlu agar dapat mendorong dan melibatkan siswa dalam
proses belajar mengajar. Kondisi-kondisi yang menyebabkan anak ingin
melakukan sesuatu disebut motivasi. Guru dapat memberikan motivasi
ekstrinsik yaitu motivasi yang tujuannya (siswa) terletak di luar perbuatannya
(siswa). Bentuk persaingan yang sehat pun dapat digunakan. Metode diskusi
dan tanya jawab sangat baik untuk memberikan kesempatan agar siswa aktif
terlibat dalam suatu pembahasan. Teguran-teguran dapat pula dipergunakan
oleh guru untuk memberikan motivasi kepada siswa yang kurang
memperhatikan pelajaran, lemah, pasif, atau mungkin pemalu.
c. Mengajukan Pertanyaan
Pertanyaan dalam interaksi belajar-mengajar adalah penting karena dapat
menjadi perangsang yang mendorong siswa untuk giat berpikir dan belajar,
membangkitkan pengertian baru. Tetapi harus diingat bahwa guru harus tepat
dalam merumuskan pertanyaan. Pertanyaan yang dikemukakan guru sering
tidak terjawab oleh siswa bukan karena siswa tidak mampu menjawab tetapi
hanya karena gurunya kurang menguasai dalam menyusun pertanyaan. Bahasa
KELOMPOK 4
1
7
dan kalimat yang digunakan hendaknya dapat dimengerti oleh siswa, sehingga
maksud
pertanyaan
dapat
ditangkap/dipahami.
Pertanyaan
hendaknya
2)
3)
4)
5)
menjawab.
Susana dalam bertanya-jawab hendaknya jangan tegang.
Apabila ada siswa yang tidak dapat menjawab, alihkan pertanyaan
6)
kepada siswa lain agar siswa tersebut tidak malu dan membuang waktu.
Pertanyaan yang diajukan hendaknya mengenai pokok-pokok yang
7)
penting.
Satu dua pertanyaan dapat diajukan kepada siswa yang tidak
memperhatikan.
1
8
mendorong siswa yang belum jelas tetapi malu atau takut untuk bertanya.
Pertanyaan dari seorang siswa tidak harus segera dijawab oleh guru tetapi
dapat dilemparka kepada siswa yang lainagar semua aktif berpikir. Jawaban
yang agak kabur pengertiannya dapat diperbaiki oleh guru sehingga
rumusannya benar. Di dalam menanggapi siswa, guru hendaknya dapat
menghargai siswa, baik melalui kata-kata yang diucapkan maupun mimik
wajah yang diekspresikan. Sinisme harus dibuang jauh-jauh selama interaksi
edukatif.
f. Menggunakan Waktu
Menggunakan waktu dalam hal ini adalah ketepatan guru dalam
mengalokasikan (mengatur) waktu yang tersedia dalam suatu interaksi belajar
mengajar. Tiga tahap yang perlu diperhatikan yaitu:
1) Membuka pelajaran;
2) Menggarap (membahas) bahan;
3) Menutup pelajaran;
Kalau dihubungkan antar masing-masing tahapan dengan butir-butir yang
ada maka yang paling banyak memakan waktu adalah tahap kedua. Dari
kenyataan itu dapat diperkirakan seberapa porsi waktu yang pantas diberikan
untuk masing-masing tahap. Adapun hal-hal yang membutuhkan waktu pada
tahap kedua adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Untuk tahap pertama 5, tahap kedua 30 menit dan tahap ketiga 10 menit
(untuk waktu 45 menit, kalau 2x45 menit tinggal menyesuaikan)
g. Mengakhiri pelajaran
Isi dari mengakhiri pelajaran ini dapat berupa saran-saran misalnya
meminta siswa untuk mempelajari kembali di rumah tentang bahan yang baru
KELOMPOK 4
1
9
D. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran atau lebih terkenal dengan sebutan
Contextual Teaching anda learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang
membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata si
siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan si siswa sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Untuk penerapannya, ada tujuh aspek dalam pembelajatan
kontekstual yang perlu mendapatkan perhatian.
1. Teori Konstruktivisme
Teori atau aliran ini merupakan landasan berpikir bagi pendekatan kontekstual
(CTL). Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang diingat
siswa, tetapinharus mereokstruksi pengetahuan itu kemudian memberi makna
melalui pengalaman nyata. Dalam hal ini siswa harusdilatih untuk memecahkan
masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergulat dengan ideide dan kemampuan mampu merekonstruksinya. Dalam hal ini siswa akan
membangun sendiri pengetahuannya melalui keterlibatan secara aktif dalam
proses pembelajaran.
Penerapan di kelas, misalnya saat siswa sedang bekerja atau praktik
mengerjakan sesuatu, memecahkan masalah, berlatih keterampilan secara fisik.
2. Menemukan (Inkuiri)
Langkah-langkah inkuiri ini meliputi:
a. Merumuskan masalah;
b. Mengamati atau melakukan observasi;
c. Menganalisis dan menyajikan hasil karya dalam tulisan, laporan, gambar,
tabel, dan sebagainya.
d. Menyajikan, mengomunikasikan hasil karyanya.
3. Bertanya
Dalam proses pembelajaran kegiatan bertanya beguna untuk:
KELOMPOK 4
2
0
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Menggali informasi;
Mengecek pemahaman siswa;
Membangkitkan respons para siswa;
Mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa;
Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa;
Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru;
Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa;
Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
melakukan pembelajaran;
Catatan atau jurnal di buku siswa;
Kesalah dan saran siswa mengenai pembelajaran hari ini;
Diskusi;
Hasil karya.
2
1
KELOMPOK 4
2
2
Daftar Pustaka
_________. pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar . 16 September 2016
http://interaksibelajarm6a
blogspot.co.id/2014/04/pengelolaan-interaksi-belajar-
mengajar.html
Wikipedia. Interaksi. 16 September 2016. https://id.wikipedia.org/wiki/Interaksi
KELOMPOK 4
2
3