Makalah Interaksi Belajar Mengajar
Makalah Interaksi Belajar Mengajar
ii
Bab I Pendahuluan...............................................................................................
1.
2.
3.
4.
5.
3
4
4
4
4
6
14
Bab IV Penutupan......................................................................................................
19
a. Kesimpulan....................................................................................................
b. Saran........................................................................................................
19
20
21
BAB I
2
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya mengajar merupakan kegiatan untuk mengimplementasikan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP selalu memuat beberapa tujuan pembelajaran. Untuk
mewujudkan target tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam RPP butuh strategi
pembelajaran. Strategi pembelajaran memuat metode-metode pembelajaran, dan ada kalanya
metode-metode pembelajaran yang tersusun dalam strategi pembelajaran tersebut merupakan
suatu model pembelajaran. Oleh karena itu menulis pengertian, fungsi, dan azas tentang
model pembelajaran, metode-metode pembelajaran, dan cara melaksanakan pembelajaran
dalam bentuk buku ajar dirasa perlu. Tujuan penulisan buku ajar ini adalah agar dapat
dimanfaatkan bagi pembaca untuk menambah khasanah dan bekal dalam menyusun Recana
Pelaksanan Pembelajaran (RPP) maupun dalam mempermudah pelaksanan pembelajaran.
Salah satu atau setengah dari tugas utama guru dalam menjalankan profesinya adalah
menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi penyusunan: silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), bahan ajar, media, dan instrumen evaluasi. Berikutnya melaksanakan
pembelajaran atau tepatnya mengimplementasikan perangkat pembelajaran tersebut dalam
kegiatan pembelajaran (Instruksional). Kegiatan pembelajaran secara keseluruhan adalah
kegiatan ketika pembelajaran dalam kelas secara utuh berlangsung, yaitu diawali dengan
membuka pelajaran, meliputi persiapan kelas hingga masuk ke kegiatan awal, berikutnya
kegiatan inti, dan selanjutnya diakhiri dengan kegiatan penutup.Kegiatan awal adalah
kegiatan untuk mengawali dan dilakukan pada awal pelaksanaan pembelajaran atau kegiatan
belajar mengajar (KBM) yang kegiatannya meliputi pelaksanaan apersepsi, motivasi,
penyampaian tujuan pembelajaran, penjelasan global strategi pembelajaran yang akan
diterapkan, serta melakukan persipan untuk pelaksanaan pembelajaran. Apersepsi pada
dasarnya kegiatan untuk mengingatkan kembali materi-materi bahasan yang telah dibahas
sebelumnya yang ada hubungan, keterkaitan, atau dapat digunakan untuk mendasari materi
bahasan yang menjadi bahan pembelajaran saat itu. Motivasi pada dasarnya merupakan
kegiatan penyemangatan untuk siswa agar mereka tertarik, semangat, dan tekun untuk
menelaah materi bahasan bahan pembelajaran saat itu. Motivasi dapat berupa penjelasan
tentang manfaat mempelajari materi bahasan bahan pembelajaran tersebut, dapat juga
memberikan contoh kejadian-kejadian yang berhubungan dengan materib bahasan bahan
pembelajaran tersebut, dan sejenisnya yang semuanya bertujuan agar siswa termotivasi untuk
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Komponen perangkat pembelajaran
atau
langkah-langkah
pembelajaran
dapat
berbentuk
metode-metode
urutan
munculnya
metode-metode
atau
kondisi
kondisi-kondisi
yang
memungkinkan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien ini dapat disebut
sebagai model pembelajaran (yang dapat diberi nama, misalkan Model Pembelajaran A).
Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang meliputi pemantapan materi yang dibahas,
termasuk penyimpulan materi pembelajaran, pemberian formatif test (sebagai kontrol atau
umpan balik tingkat ketercapaian pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan saat itu),
hingga memberikan latihan untuk penguatan penguasan konsep materi yang telah diajarkan
(dapat dalam bentuk pekerjaan rumah dan sejenisnya), serta pemberian pengarahan tentang
sesuatu yang perlu disiapkan untuk pembelajaran selanjutnya. Formatif tes dalam hal ini
adalah tes dalam bentuk lisan maupun tertulis yang dapat dikenakan pada siswa secara sampel
(acak, bertingkat kemampuan dari kurang hingga tinggi di dalam kelas) atau menyeluruh
untuk mengukur tingkat ketercapaian pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar (KBM)
yang telah dilaksanakan saat itu.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Hakikat model pembelajaran
Istilah model sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti model baju, model
sepatu, model rumah, dan yang lain. Dalam sains juga dikenal tentang model atom Thomson,
model atom Rutherford, dan model atom Bohr yang semuanya adalah bertujuan untuk
memvisualisasikan benda peristiwa bisa yang bersifat mikroskopis maupun bersifat
makroskopis. Model juga biasa dikenal dengan istilah pola. Model atau pola biasanya
digunakan sebagai acuan atau pedoman untuk membuat, merancang, atau melaksanakan
sesuatu kegiatan agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Dalam kegiatan belajar
mengajar juga diperlukan suatu model agar pelaksanaan dan hasilnya efektif dan efisien.
Model ini kita sebut sebagai model pembelajaran. Sebelum Anda memahami apa itu model
pembelajaran, Anda perlu memahami beberapa komponen proses dalam kegiatan belajar
mengajar. Dalam setiap kegiatan belajar mengajar ada hubungan hirarkis antara komponen
proses pembelajaran, yaitu komponen pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik.
Hubungan proses tersebut dapat dibagankan seperti Gambar 2.1.
Pada Gambar 2.1 menunjukkan bahwa arah panah ke bawah menggambarkan kegiatan
semakin operasional atau semakin konkret, sebaliknya semakin ke atas semakin abstrak atau
cenderung bersifat teoretik. Pendekatan pembelajaran dapat dimaknai sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses pembelajaran yang sifatnya masih sangat umum. Pendekatan
tersebut akan dipengaruhi oleh kemampuan, pengalaman, dan tipe kepribadiannya. Dengan
demikian akan tampak bahwa gaya pembelajaran akan menunjukkan keunikan atau kekhasan
dari setiap individu, bahkan taktik pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu dan sekaligus
sebagai seni atau kiat seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pembahasan ini akan
mendeskripsikan tentang hakikat model pembelajaran. Pada hakikatnya, model pembelajaran
adalah model yang digunakan oleh guru atau instruktur untuk melaksanakan kegiatan belajar
mengajar, yang memuat kegiatan guru dan siswa dengan memperhatikan lingkungan dan
sarana prasarana yang tersedia di kelas atau tempat belajar. Untuk lebih lengkapnya dalam
memahami hakikat model pembelajaran, maka setelah mempelajari deskripsi ini mudahmudahan pembaca menjadi dapat menjelaskan pengertian model pembelajaran, menyebutkan
unsur-unsur dalam model pembelajaran, dan menjelaskan fungsi model pembelajaran dalam
kegiatan pembelajaran (belajar mengajar).
Pengertian Model Pembelajaran
Model secara kaffah dimaknai sebagai suatu obyek atau konsep yang digunakan untuk
merepresentasikan sesuatu hal yang nyata dan dikonversi menjadi sebuah bentuk yang lebih
komprehensif (Meyer,1985). Misalnya model baju kebaya, model baju muslim, model baju
tidurn menggunakan Model Pencapaian Konsep mereka akan tahu tentang konsep yang
akan dipelajari, yang setiap konsep itu terdiri atas empat elemen.
Fungsi Model Pembelajaran
Banyak model pembelajaran yang telah ditemukan atau dikembangkan oleh para pakar
pendidikan dan pembelajaran. Untuk menjadi seorang guru sains yang profesional,
pengetahuan tentang model-model pembelajaran harus dimiliki oleh guru dengan baik. Sebab,
model pembelajaran memiliki beberapa fungsi. Fungsi model pembelajaran tersebut adalah:
A. Membantu dan membimbing guru untuk memilih teknik, strategi, dan metode
pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Seperti telah dipelajari sebelumnya bahwa
model pembelajaran pada dasarnya memuat metode, strategi, teknik, dan taktik pembelajaran.
Untuk itu, ketika guru menggunakan model pembelajaran tertentu secara otomatis dia akan
mengetahui taktik, teknik, strategi, dan metode pembelajaran yang akan dilakukan. Tentang
metode pembelajaran dapat diikuti pembahasan selanjutnya.
B. Membantu guru untuk menciptakan perubahan perilaku peserta didik yang diinginkan.
Guru telah mengetahui bahwa model pembelajaran digunakan untuk merealisasikan target
pembelajaran atau tujuan pembelajaran dalam RPP dan implementasinya dalam
pembelajaran. Bentuk perubahan perilaku yang ditargetkan pada siswa sebenarnya termuat
dalam rumusan tujuan pembelajaran (ingat rumus tujuan pembelajaran ABCD). Oleh karena
itu, model pembelajaran dapat membentuk atau menciptakan tercapainya tujuan pembelajaran
atau menciptakan perubahan perilaku pada siswa. Perubahan-perubahan perilku tersebut
misalnya, menulis rumus gaya, menghitung kuat arus listrik, mengukur kecepatan udara,
menentukan massa jenis zat, dan lain-lain.
C. Membantu guru dalam menentukan cara dan sarana untuk menciptakan lingkungan yang
sesuai untuk melaksanakan pembelajaran. Ketika guru menetapkan untuk menggunakan
model pembelajaran tertentu, secara otomatis guru harus menentukan cara dan sarana agar
tercipta lingkungan seperti yang dikehendaki dalam model pembelajaran yang guru pilih.
Misalnya cara mendemonstrasikan konsep tekanan dan media atau alat peraga yang
diperlukan. Misalnya cara memegang alat, cara menunjukkan konsep-konsep besaran yang
ada pada konsep tekanan (gaya dan luas) pada siswa. Sarana misalnya, menggunakan benda
nyata, visualisasi, atau menggunakan analogi untuk demonstrasi tersebut. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa penggunaan model pembelajaran dapat secara langsung membantu
guru untuk menentukan cara dan sarana agar tujuan pembelajaran tercapai.
D. Membantu menciptakan interaksi antara guru dan siswa yang diinginkan selama proses
pembelajaran berlangsung. Dengan model pembelajaran, guru dapat mempunyai pedoman
untuk berinteraksi dengan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Misalnya cara
mengkomunikasikan informasi, cara memunculkan masalah, cara menanggapi pertanyaan dan
jawaban siswa, cara membangkitkan semangat siswa, dan lain-lain.
E. Membantu guru dalam mengkonstruk kurikulum, silabus, atau konten dalam suatu
pelajaran atau matakuliah. Dengan memahami model-model pembelajaran, dapat membantu
guru untuk mengembangkan dan mengkonstruksi kurikulum atau program pembelajaran pada
suatu mata pelajaran atau mata kuliah.
F. Membantu guru atau instruktur dalam memilih materi pembelajaran yang tepat untuk
pembelajaran, penyusunan RPP, dan silabus. Dengan memahami model pembelajaran yang
baik, guru akan terbantu dalam menganalisis dan menetapkan materi yang dipikirkan sesuai
untuk siswa.
G. Membantu guru dalam merancang kegiatan pendidikan atau pembelajaran yang sesuai.
Oleh karena dalam model pembelajaran ada sintakmatik atau fase-fase kegiatan
pembelajaran, maka dengan model pembelajaran yang telah dipilih, guru akan terpandu
dalam merancang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran.
H. Memberikan bahan prosedur untuk mengembangkan materi dan sumber belajar yang
menarik dan efektif. Dalam setiap model pembelajaran ada sistem pendukung. Dengan sistem
pendukung pada model pembelajaran tertentu, guru akan terbimbing untuk mengembangkan
materi dan sumber belajar, misalnya membuat handout, modul, diktat,dan lain-lain.
I. Merangsang pengembangan inovasi pendidikan atau pembelajaran baru. Dengan
memahami dan menerapkan model-model pembelajaran, guru mungkin menemukan beberapa
kendala. Jika kendala-kendala yang ditemukan kemudian dicarikan solusinya, maka akan
memunculkan ide model atau strategi pembelajaran baru.
J. Membantu mengkomunikasikan informasi tentang teori mengajar. Setiap model
pembelajaran tentu memerlukan teori-teori mengajar berupa pendekatan, strategi, metode,
teknik, dan taktik. Oleh karena itu, ketika guru menggunakan model pembelajaran tertentu
secara otomatis guru akan mengkomunikasikan teori-teori tentang mengajar seperti yang
telah disebutkan.
K. Membantu membangun hubungan antara belajar dan mengajar secara empiris. Ketika guru
menerapkan model pembelajaran tertentu, guru akan mengamati aktivitas belajar dan
mengajar dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dengan model
pembelajaran tertentu guru dapat terpandu untuk membangun hubungan antara kegiatan yang
dilakukan oleh siswa dan kegiatan yang dilakukan oleh guru.
Ahmadi (1997: 53) mengemukakan syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam
penggunaan metode mengajar adalah:
1. Metode mengajar harus dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa.
2. Metode mengajar harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
3. Metode mengajar harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan
hasil karya.
4. Metode mengajar harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut,
melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaharuan).
5. Metode mengajar harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara
memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
6. Metode mengajar harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan
menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan.
7. Metode mengajar harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai dan sikap- sikap
utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan
sehari-hari.
10
11
4. Mengajar atau mendidik itu adalah memberikan bimbingan belajar kepada siswa.
5. Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang
baik sesuai dengan tuntutan masyarakat.
6. Mengajar adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat
sehari-hari."
Berdasarkan beberapa peiigertian di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan mengajar adalah suatu aktifitas menyampaikan dan menanamkan
pengetahuan, kebudayaan, hukum-hukum, peristiwa-peristiwa serta nilai-nilai kepada anak
didik melalui proses pengorganisasian lingkungan dan menghubungkannya dengan anak
didik untuk menciptakan kondisi belajar, sehingga anak didik mengalami perubahan tingkah
laku. Dalam pengertian operasional, metode belajar dan mengajar adalah suatu cara yang
dipergunakan dalam proses belajar mengajar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
C. Prinsip Dasar Dalam Metode Mengajar
Mengajar adalah suatu seni. Guru yang cakap mengajar dapat merasakan bahwa mengajar
adalah suatu hal yang menggembirakan, yang membuatnya merupakan kelclahan. Selain itu
gumjuga dapat mempenganihi muridnya melalui kepribadiannya. Guru yang ingin muridmuridnya mcngalami kemajuan, perlu mengadakan pengamatan dan penelitian terhadap teori
dan praktek mengajar sehingga ia dapat tcrus-menenis meningkatkan cara mengajar. Sepuluh
jenis prinsip dasar dalam cara mengajar yang disajikan di bawah ini, dapat dipakai sebagai
petunjuk oleh para guru guna meningkatkan cara mengajar mereka.
1. Menguasai Isi Pengajaran
Hukum yang "Tujuh Hukum Mengajar" dari John Milton Gregory berbunyi: "Guru harus
mengetahui apa yang diajarkan." Jika gum sendiri mengetahui dengan jelas inti pelajaran
yang akan disampaikan .ia dapat meyakinkan murid dengan wibawanya, sehingga murid
percaya apa yang dikatakan guru, bahkan merasa tertarik terhadap pelajaran.
2. Mengetahui dengan Jelas Sasaran Pengajaran
Pengajaran yang jelas sasarannya membuat murid melihat dengan jelas inti dari pokok
pelajaran itu. Mereka dapat menangkap seluruh liputan pelajaran. bahkan mengalami
kemajuan dalam proses belajar.
3. Utamakan susunan yang Sistematis
Pengajaran yang tidak bersistem bagaikan sebuah lukisan yang semrawut, tidak memberikan
kesan yang jelas bagi orang lain. Tidak adanya inti, tidak tersusun, tidak sistematis, akan sulit
12
dipahami dan sulit diingat Oleh sebab ini inti pengajaran harus disusun dengan teraturdan
sistematis.
4. Banyak Gunakan Contoh Kehidupan
5. Cakap Menggunakan Bentuk Cerita
Bentuk cerita tidak hanya diutarakan dengan kata-kata, namunjuga boleh dicoba dengan
menambahkan gerakan-gerakan, yang memperdalam kesan murid. Bentuk yang paling lazim
adalah menggunakan perampamaan untuk menjelaskan kebenaran.
6. Menggunakan Panca Indera Murid
Penggunaan bahan pengajaran yang berbentuk audio visual berarti menggunakan panca
indera murid. Bahan pengajaran audio visual dapat diterapkan dalam berbagai jenjang
pendidikan. Para ahli pernah mengadakan catatan statistik selama 15 bulan, sebagai hasilnya
mereka mendapatkan persentase dari isi pelajaran yang masih dapat diingat oleh murid: bagi
murid yang hanya tergantung pada indera pendengaran saja masih dapat mengingat 28%,
sedangkan bagi murid yang menggunakan indera pendengaran ditambah dengan penglihatan
dapat mengingat 78%.
7. MelibatkanMuriddalamPeIajaran
Melibatkan murid dalam pelaj aran dapat menambah ingatan mereka, juga motivasi
dan kegemaran mereka. Cara itu dapat menghilangkan kesa!ahpahaman yang mungkin
terjadi ditengah pertukaran pikiran antara guru dan murid, selain mengurangi tingkah
laku yang mengacau. Misalnya: biarkan murid menggunakan kata-katanya sendiri
untuk menjelaskan argumentasi atau pendapatnya; biarlah murid menggali dan
menemukan hubungan antar konsep yang berbeda.
8. Menguasai Kejiwaan Murid
Guru yang ingin memberikan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid, tentu harus
memahami perkembanganjiwa murid pada seu'ap usia. Iajuga harus mengetahui dengan jelas
kebutuhan dan masalah pribadi mereka. Pengertian antara guru dan murid adalah syarat
utama untuk komunikasi timbal balik. Komunikasi yang baik dapat membuat penyaluran
pengetahuan menjadi lebih efektif.
9. Gunakanlah Cara Mengajar yang Hidup
Sekalipun memiliki cara mengajar yang paling baik, namunjika terus digunakan dengan
tidak pernah diubah, maka cara itu akan hilang kegunaannya dan membuat murid merasa
jemu. Cara yang terbaik adalah menggunakan cara mengajar yang bervariasi dan fleksibel.
13
14
kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan atau proses
yang dialaminya itu.
Ketiga, metode tugas dan resitasi adalah metode penyajian bahan di mana tenaga didik
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang
dilaksanakan oleh anak didik dapat dikerjakan di berbagai tempat asal tugas tersebut dapat
dikerjakan. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementara
waktu sedikit. Dengan kata lain, banyaknya bahan yang tersediadengan waktu kurang
seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka metode
inilah yang biasanya tenaga didik untuk mengatasinya
Keempat, metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana anak didik dihadapkan
kepada sutau masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis
untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Teknik diskusi adalah salah satu metode belajar
mengajar yang dilakukan oleh seorang tenaga didik di lembaga pendidikan.Dalam bahasa B.
Suryosubroto, metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru
memberi kesempatan kepada para anak didik (kelompok-kelompok) untuk mengadakan
perbincangan guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternatif pemecahan atas sesuatu masalah.
Kelima, metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya, dan dalam
pemakaiannya sering disalah gantikan. Sosio drama pada dasarnya mendramatisasikan
tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.Metode ini bertujuan untuk;
a) Agar anak didik dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain; b) Dapat belajar
bagaimana membagi tanggung jawab; c) Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan
dalam situasi kelompok secara spontan; dan d) Merangsang anak didik untuk berpikir dan
memecahkan masalah.
Keenam, metode demonstrasi adalah penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau
mempertunjukkan kepada anak didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang
dipelajari, baik sebenarnya atau tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan
metode demonstrasi, proses penerimaan anak didik terhadap pelajaran akan lebih berkesan
secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga anak
didik dapat mengganti dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran
berlangsung.
Ketujuh, metode problem solving (pemecahan masalah) bukan hanya sekadar metode
mengajar, tetapi j uga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat
15
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada
menarik kesimpulan.
Kedelapan, metode karyawisata ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar
anak didik ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau
menyelediki sesuatu. Banyak istilah yang digunakan untuk menggambarkan metode ini,
seperti widyawisata, study-tourdan sebagainya.
Kesembilan, metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan
yang harus dijawab, terutama dari guru kepada anak didik, tetapi dapat pula dari anak didik
kepada guru. Metode ini adalah metode yang tertua dan banyak digunakan masyarakat dalam
proses pendidikan, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun disekolah.
Kesepuluh, metode latihan merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan
kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan
yang baik dan untuk tnemperoleh suatu ketangkasan, ketepatan,
kesempatan dan keterampilan.
Kesebelas, metode ceramah adalah suatu cara mengajar yang digunakan untuk
menyampaikan keterangan dan informasi setta uraian tentang suatu pokok persoalan serta
masalah secara lisan. Metode ini boleh dikatakan metode tradisionai, karena sejak dulu
metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik
daIam proses bclujar mengajar. Metode ini menuntut keaktifan tenaga didik dibandingkan
dengan anak didik."
Metode-metode di atas adalah metode-metode yang telah lama dipakai dalam dunia
pendidikan. Namun di era kekinian, ada beberapa metode yang baru dikembangkan,
misalnya Frequently Ask Question (FAQ) yang meliputi:
a. Accelerated Leaming atau lebih tepat disebutkan sebagai Efficient Leaming adalah metode
belajar/mcngajar yg disesuaikan dengan hasil riset mutakhir mengenai cara kerja otak,
niemori, gaya belajar, intelligence, psikologi, Ungkungan, nutrisi dan masih banyak bidang
lainnya. Dengan menggabungkan semua pengetahuan ini maka didapat suatu cara yang
sangat efektif untuk mcningkatken eflsiensi proses belajar dan mengajar.
b. Fire Up Your Leaming adalah program accelerated learning yg dijelaskan secara
sederhana, mudah dimengerti dan sangat mudah diterapkan dalam kehidupan seharihari.
Bahkan orang yang sama sekali tidak mengerti Accelerated Leaming, apabila telah
membacabuku Fire Up Your Learning dan mengikuti workshop akan langsung berkata
"AHA...!! Sckarang saya tahu rahasia belajar yang cepat dan efektif.Temyata sangat mudah
16
Metode ini tidak susah, karena teknik accelerated leaming yang diajarkan di Fire Up Your
Leaming adalah teknik-teknik yang pada umumnya orang sudah kenal. Hanya dengan
membaca buku Fire Up Your Leaming, pembaca sudah akan tahu banyak mengenai dunia
accelerated leaming dan dijamin akan mampu untuk menerapkannya dalam kehidupan seharihari. Selanjutnya metode mengajar yang terbaru ditemukan adalah metode Quanlum Teaching
yakni badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian
dan fasilitas Supercamp. Metode ini diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti
Eccelerale Leaming (Lozaniv), Multiple Intelligence (Gardner), Neuro- Linguis1ic
Programming (Ginder dan Bandler), Experential Learning
Cooperative Leaming (Johnson dan Johson) dan Elemens of Effective Intruction plunter).
Metode ini merangkaikan yang paling baik dari yang terbaik menjadi sebuah paket
multisensori, multikecerdasan dan kompatibel dengan otak, yang pada akhirnya akan
melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami dan kemampuan murid untuk berprestasi.
Sebagai sebuah pendekatan belajar yang segar, mengalir, praktis dan mudah diterapkan.
Quantum Teaching menawarkan suatu sintesis dari hal-hal yang dicari, atau cara-cara baru
untuk memaksimalkan dampak usaha pengajaran yang dilakukan guru melalui pengembangan
hubungan, penggubahan belajar dan penyampaian kurikulum. Metodologi ini dibangun
berdasarkan pengalaman delapan belas tahun dan penelitian terhadap 25.000 siswa dan
sinergi pendapat dari ratusan guru.Quantum Teaching memiliki lima prinsip atau kebenaran
tetap yang mempengaruhi seluruh aspek Quantum Teaching. Prinsip-prinsiptersebutadalah; l)
segalanya berbicara; 2) segalanya bertujuan; 3) pengalaman sebelum pemberian nama; 4)
akui setiap usaha; dan 5)jika layak dipelajari, rnaka layak pula dirayakan." Dalam
pelaksanannya Quantum Teaching melakukan langkah-langkah pengajaran dengan enam
langkah yang tercermin dalam istilah Tandur. Pertama, tumbuhkan minat dengan
memuaskan, yakni apakah manfaat pelajaran tersbeut bagi guru dan murid. Kedua, alami,
yakni ciptakan dan datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semuapelajar;
Ketiga, namai, yakni dengan menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi yang
kemudian menjadi sebuah masukan bagi si anak. Keempat, demonstrasikan, yakni sediakan
kesempatan bagi pelajar untuk menunjuk kan bahwa mereka tahu; Kelima, ulangi, yakni
tunjukkan kepada para pelajar tentang cara-cara mengulangi materi; dan Keenam, rayakan,
yakni pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi dan perolehan keterampilan dan ilmu
pengetahuan. Dengan demikian, metode pengajaran mengalami perkembangan sesuai dengan
situasi dan kondisi yang berbeda. Ketika sebuah metode hendak atau kurang menghasilkan
17
lulusan yang mempunyai kemampuan yang dapatbersaing dalam dunia global, maka
selayaknya seorang pendidik yang baik hanis mencari dan menemukan metode baru dalam
memberikan pengajaran.
BAB IV
PENUTUP
a) Kesimpulan
Ada empat keterampilan mengajar pokok (inti) dalam setiap kegiatan belajar
mengajar, yaitu: keterampilan membuka pelajaran, keterampilan menjelaskan,
keterampilan variasi, dan keterampilan menutup pelajaran. Keterampilan membuka
pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar
mengajar utamanya pada kegiatan pendahuluan untuk menciptakan kondisi awal
(precondition) bagi siswa agar mental maupun perhatian mereka terpusat pada hal-hal
yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek positif terhadap
kegiatan belajarnya.
Menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara
sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya.
Keterampilan mengadakan variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai
proses perubahan dalam pembelajaran yang bisa dilakukan dengan memvariasikan gaya
mengajar, media dan bahan, dan pola interaksi dan kegiatan siswa. Keterampilan menutup
pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan
belajar mengajar yang terdiri atas kegiatan meninjau kembali penguasaan inti pelajaran,
mengevaluasi penguasaan materi siswa, dan memberikan tindak lanjut.Dalam setiap
kegiatan belajar mengajar tentu ada kegiatan komunikasi. Tanpa ada komunikasi
pembelajaran tidak dapat berlangsung.Komunikasi adalah proses memberikan informasi,
pesan, atau gagasan pada orang lain dengan maksud agar orang lain tersebut memiliki
kesamaan informasi, pesan atau gagasan dengan pengirim pesan. Komponen-komponen
dalam komunikasi adalah komunikator, komunikan,pesan, media, dan dampak
komunikasi. Keterampilan dasar mengajar yang berkaitan dengan komunikasi adalah
keterampilan bertanya dan keterampilan memberi penguatan. Bertanya adalah stimulus
18
efektif yang mendorong kemampuan berpikir. Keterampilan bertanya dibagi menjadi dua,
yaitu keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjut. Penguatan
(reinforcement) adalah segala bentuk respon (verbal atau non verbal) yang merupakan
bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa yang bertujuan
untuk meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut (untuk
tingkah laku positif) dan tidak berulangnya kembali tingkah laku yang negatif. Ada dua
jenis penguatan, yaitu penguatan verbal dan non-verbal. Penguatan verbal adalah
penguatan yang dilakukan dengan menggunakan kata-kata, sedangkan penguatan nonverbal adalah penguatan yang tidak menggunakan kata-kata atau lisan. Ada keterampilan
guru atau calon guru dalam pendampingan belajar siswa, yaitu: keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, dan keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
adalah strategi guru yang memungkinkan siswa dapat menguasai suatu konsep atau
memecahkan suatu masalah melalui suatu proses yang memberi kesempatan siswa untuk
berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Keterampilan pengelolaan kelas
adalah seperangkat kegiatan yang diciptakan oleh seorang guru untuk mengembangkan
tingkah laku siswa yang positif, mengembangkan hubungan interpersonal, iklim sosioemosional, serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif
sehingga kondisi belajar terpelihara dengan baik. Mengajar kelompok kecil dan
perorangan adalah bentuk mengajar klasikal biasa yang memungkinkan guru dalam waktu
yang sama menghadapi beberapa kelompok kecil yang belajar secara kelompok dan
beberapa orang siswa yang bekerja atau belajar secara perorangan.
b) Saran
Adapun saran penulis yang ingin disampaikan antara lain:
Dalam mengetahui metode belajar mengajar, terlebih dahulu kita harus mengetahui faktor
yang mempengaruhi metode belajar mengajar agar akan memudahkan kita dalam
mempelajari interaksi belajar mengajar.
19
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, C. D. (1995). Physics: Principles with Applications; New Jersey:
Prentice-Hall International, Inc.
Harlen. W. (1992). The Teaching of Science: Studies in Primary
Education. London: David Fulton Publishers Ltd.
Indrawati. (2005). Implementasi Model Observasi dan Simulasi (OBSIM)
untuk Meningkatkan Kemampuan Mengajar Awal Mahasiswa
Pendidikan Guru Fisika Sekolah Menengah. Program
Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak
dipublikasikan.
----------. (2007). Pengembangan Silabus dan Perencanaan untuk
Pembelajaran Fisika.
Diktat kuliah. Perpustakaan Universitas Jember. Tidak diterbitkan.
----------. (2008). Belajar dan pembelajaran Fisika . Diktat kuliah.
Perpustakaan Universitas Jember. Tidak diterbitkan.
---------- & Sutarto (2008). Studi tentang Kemampuan Mahasiswa
Pendidikan Fisika Mengimplementasikan Model Pembelajaran ke
dalam RPP. FKIP Universitas Jember: Tidak diterbitkan. Modul 5
5.17
Joyce, B. & Weil, M. (2000). Models of Teaching. Sixth edition. Boston:
20
21
22