Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I
PENDAHULUAN
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis
deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pertimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Gejala pada skizofrenia
disebabkan oleh ketidakseimbangan biokimiawi di dalam otak. Skizofrenia
memiliki ditandai oleh adanya halusinasi, waham, gangguan berpikir dan
komunikasi, dan penarikan diri dari aktivitas sosial.1,2
Skizofrenia hampir ditemukan di seluruh negara di dunia, pada semua ras,
budaya, dan kelas sosial. Di dunia, insidensi skizofrenia yaitu 1 dari 100
penduduk dunia. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau
dewasa muda. Awitan laki-laki biasanya 15-25 tahun, sedangkan pada perempuan
25-35 tahun. Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan
dengan perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi.3,4,5
Gangguan skizofrenia berdasarkan PPDGJ III yaitu skizofrenia paranoid,
skizofrenia hebefrenik, skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci, depresi pasca
skizofrenia, skizofrenia residual, skizofrenia simpleks, skizofrenia lainnya,
skizofrenia ytt. Beberapa kriteria diagnostic untuk subtype skizofrenia menurut
DSM-IV yaitu tipe paranoid, tipe terdisorganisasi, tipe katatonik, tipe tak
tergolongkan, dan tipe residual.1,6
Penatalaksanaan skizofrenia meliputi farmakoterapi dan nonfarmakoterapi.
Antipsikosis atipikal atau antipsikosis generasi kedua merupakan obat pilihan
pengobatan skizofrenia. Penatalaksanaan nonfarmakoterapi skizofrenia meliputi
terapi psikososial, rehabilitasi, edukasi keluarga, CBT, dan terapi kelompok.1,7,8

BAB II
STATUS PSIKIATRI
I.

Identitas Pasien :
Nama
Tempat, Tanggal Lahir
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Status Perkawinan
Suku
Bangsa
Agama
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir

: Ny. R
: Medan, 01 Juni 1976
: 40 tahun
: Perempuan
: Tanjung Sari, Bahar Selatan, Muara Jambi, Jambi
: Menikah
: Batak
: Indonesia
: Kristen
: Ibu Rumah Tangga
: SD

MRS

: 11 Agustus 2016

II. Identitas dari Alloanamnesis :


Nama
: Tn. SH
Umur
: 42 tahun
Alamat
: Tanjung Sari, Bahar Selatan, Muara Jambi, Jambi
Pekerjaan
: Buruh tani
Pendidikan Terakhir
: SD
Hubungan dengan pasien : Suami
Keakraban dengan pasien : Akrab dengan pasien
Kesan pemeriksa terhadap keterangan yang diberikan : Dapat dipercaya
III.

ANAMNESIS
Keterangan/anamnesis dibawah ini diperoleh dari :
1. Pasien sendiri (Autoanamnesis)
2. Informan (Alloanamnesis)
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan :
Keluarga
2. Sebab utama pasien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Kota Jambi :
Os mengamuk, merusak barang-barang, dan memukul suami
3. Keluhan Utama
Os mengamuk dan marah-marah sejak 3 bulan yang lalu

4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang


Os dibawa ke RSJ Kota Jambi pada tanggal 11 Agustus 2016 dengan
keluhan Os mengamuk dan marah-marah sejak 3 bulan yang lalu.
Menurut suami Os, keluhan Os mulai timbul saat Os memikirkan
bahwa dirinya yang tidak jadi mendapat pekerjaan mengurus sawah di
Sarolangun, Jambi. Sejak saat itu, Os suka keluyuran, marah-marah, dan
memukul suaminya.
Berdasarkan pengakuan Os, Os marah-marah di rumah karena rumah
berantakan dan anak-anaknya yang tidak membantu pekerjaan rumahnya.
Os memukul suaminya karena suami Os tidak bekerja, sehingga tidak
punya uang yang cukup. Os keluyuran untuk menghilangkan stress. Os juga
mengaku bahwa dirinya merokok dan minum alkohol untuk menghilangkan
stress.
Menurut Os, Os sering mendengar bisikan-bisikan seperti : ku bunuh
ibumu, kubunuh saudara laki-lakimu, dan bisikan lain yang bersifat
mengancam. Selain itu, Os juga merasa ada ular putih yang menjalar di
tubuhnya dan menggigitnya. Os juga pernah merasa hidup ini tidak ada
gunanya, lebih memilih mati daripada hidup seperti ini. Sebelum sakit, Os
adalah orang yang ramah dan mudah bergaul.

5. Riwayat Penyakit Dahulu


1. Gangguan mental emosional : Os pernah mengalami keluhan serupa pada
awal tahun 2014. Tetapi Os hanya berobat ke dukun kampung, kemudian
gejala yang dialami Os berkurang
2. Riwayat penggunaan NAPZA (+)
3. Gangguan neurologis : sakit kepala (+).
6. Riwayat Keluarga
a. Budaya dan norma agama yang dianut : Batak dan Agama Kristen
b. Identitas Orang Tua
Identitas
Nama
Umur

Bapak
Tn. J
70 tahun

Ibu
Ny. S
68 tahun

Pendidikan
Pekerjaan
Alamat

SD
Petani
Simpang

SD
IRT
Simpang Silibawang,

Silibawang, Dolok

Dolok Masihol,

Masihol, Tebing

Tebing Tinggi,

Tinggi, Sumatera

Sumatera Utara

Utara
Suku
Hubungan

Batak
Akrab

Batak
Akrab

Baik

Baik

keakraban dengan
pasien
Kepribadian
menurut pasien

c. Os anak ke 5 dari 7 bersaudara :

Riwayat gangguan jiwa dikeluarga Os : disangkal

7. Riwayat Perkawinan
Perkawinan dijodohkan oleh keluarga
Keterangan pribadi suami :
Nama : Tn. SH
Umur : 42 tahun
Suku
: Batak

Agama : Kristen
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh Tani
Kehidupan rumah tangga : Sering berselisih karena masalah keuangan
Anak-anak pasien meliputi :
Urutan nama anak-anak : G, I, N, B, dan W
Urutan jenis kelamin : Laki-laki, perempuan, perempuan, laki-

Urutan umur
Urutan pendidikan

laki, perempuan
: 10 tahun, 8 tahun, 6 tahun, 4 tahun, 9 bulan
: SD, SD, belum sekolah, belum sekolah,

Urutan kepribadian

belum sekolah
: Baik, baik, baik, sayang dengan pasien,

baik
Bagaimana sikap pasien terhadap anak-anak : Sayang terhdap anakanak, memarahi anak-anak jika terus bermain dan tidak membantu
orang tua
8. Riwayat Pribadi
1. Masa Kanak Awal (hingga usia 3 tahun)
Riwayat prenatal : Ibu Os hamil cukup bulan dan persalinan dibantu
oleh dukun beranak, dan Ibu Os tidak ada masalah kesehatan fisik dan
psikis ketika mengandung Os, Os lahir normal, tidak ada masalah

tumbuh kembang Os, Os anak yang diinginkan oleh orang tuanya.


Kebiasaan makan : Os mendapatkan ASI dari ibunya
Perkembangan awal : perkembangan bahasa, perkembangan motorik,

kecemasan terhadap orang asing, cemas berpisah : sulit dinilai


Toilet training : usia mulai dilakukan, sikap orang tua, perasaan

tentang hal ini, pengendalian urinasi dan defekasi : sulit dinilai


Gejala gangguan perilaku : ketakutan (+), mengompol atau defekasi di

tempat tidur (+), menggigiti kuku (+)


Temperamen : gelisah (+), aktif (+), rajin (+), senang bermain di luar
(+)

2. Masa Kanak Pertengahan (usia 3 sampai 11 tahun)


Os merasa senang pertama kali masuk sekolah, Os mudah bergaul
dengan temannya.

3. Masa Kanak Akhir (prapubertas sampai remaja)


Hubungan dengan teman sebaya : Os memiliki banyak teman
Riwayat Sekolah : tidak bisa dinilai
Perkembangan kognisi dan motorik : Os baru bisa membaca saat

kelas 2 SD, Os suka SKJ dan bermain bulu tangkis


Masalah emosional atau fisik pada remaja : masalah berat badan (+)
Riwayat psikoseksual : Os mendapat pengetahuan seksual dari buku,

Os tidak tertarik sesama jenis, Os tidak pernah pacaran


Latar belakang agama : tidak ada masalah

4. Masa Dewasa
Riwayat pekerjaan : Os sebelumnya bekerja sebagai buruh kebun,

tetapi sekarang Os tidak bekerja lagi


Aktivitas sosial: Os suka bergaul dengan orang lain
Seksualitas dewasa : Os sudah menikah
Riwayat kemiliteran : tidak ada riwayat militer
Sistem nilai : Os senang dengan pekerjaannya dan dia rajin bekerja,
Os percaya adanya surga dan neraka, tetapi Os tidak bisa
menjelaskan orang seperti apa yang bisa masuk surge atau neraka.

II. PEMERIKSAAN PSIKIATRI KHUSUS


A. Penampilan
1. Identifikasi pribadi :
Sikap tubuh : biasa (+)
Sikap terhadap pemeriksa : koperatif (+)
Kesehatan fisik : Sehat (+)
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor :
Cara melangkah normal (+),gerak tubuh normal (+)
3. Gambaran umum :
Cara berpakaian : Pasien datang dengan pakaian cukup rapi,
menggunakan baju lengan pendek dan
B. Bicara
emosional (+), lambat (+)
C. Mood dan Afek
Afek : tumpul (+)
Mood : disforik (+)
Emosi lainnya : putus asa (+), merasa sia-sia (+), merasa rendah diri (+),

D. Pikiran dan persepsi


1. Gangguan umum dalam bentuk atau proses berpikir :
Psikosis (+)
2. Gangguan spesifik bentuk pikiran :
inkoheren (+)
3. Gangguan spesifik isi pikiran
Waham curiga (+), Os merasa ada yang sering mengganggu nya dan
menyakiti Os dan keluarga Os.
4. Gangguan persepsi
Halusinasi auditorik (+), Os mendengar bisikan yang mengatakan
Ku bunuh Ibumu, ku bunuh saudara laki-lakimu
Ilusi (-)
5. Fantasi dan mimpi : tidak ada
E. Sensorium
a. Kesadaran : compos mentis (+)
b. Orientasi :
Waktu : baik, Os mengetahaui saat pemeriksaan siang hari
Tempat : baik, Os mengatahui ia berada di RSJ Jambi
Orang : baik, Os mengetahui orang-orang yang mengantar Os ke RSJ
c. Konsentrasi dan kalkulasi : terganggu
d. Memori : gangguan memori jauh (+)
e. Pengetahuan umum : baik
f. Pikiran abstrak : dalam batas normal
g. Tilikan
Derajat 1 dirinya menyangkal sepenuhnya bahwa dia sakit
h. Pengendalian impuls : terganggu
i. Daya nilai : terganggu
IV.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


1. Pemeriksaaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran
: Kompos mentis
TD
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Suhu
: 36,5 oC
RR
: 18 x/menit
2. Pemeriksaan Neurologis : tidak ada kelainan
3. Pemeriksaan Psikometrik : Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Pemeriksaan laboratorium : Tidak ada kelainan
5. Pemeriksaan Penunjang Lainnya : Tidak dilakukan pemeriksaan

V. RINGKASAN PENEMUAN

Ny. R (40 tahun) datang ke Rumah Sakit Jiwa Kota Jiwa diantar oleh
keluarganya dengan keluhan utama Os mengamuk, merusak barang-barang,
dan memukul suaminya. Keluhan muncul sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan
Os mulai muncul saat Os memikirkan tentang dirinya yang tidak jadi
mendapatkan pekerjaan mengurus sawah di Sarolangun, Jambi.
Menurut Os, Os marah-marah karena rumah berantakan dan anakanaknya tidak membantu pekerjaan rumahnya. Menurut Os, Os sering
mendengar bisikan-bisikan ancaman akan ada yang membunuh keluarganya,
dan Os mengaku ada ular putih yang menjalar dan menggigit tubuhnya.
Riwayat penggunaan NAPZA ada. Os merupakan anak ke 5 dari 7
bersaudara. Tidak terdapat riwayat keluarga Os yang menderita gangguan
jiwa.
Dari hasil observasi didapatkan kesadaran Os kompos mentis, Os
datang dengan pakaian cukup rapi, menggunakan baju lengan pendek dan
celana, sikap terhadap pemeriksa

koperatif dan

perilaku dan aktivitas

psikomotor normal. Os berbicara lambat dan sedikit emosional. Afek Os


tumpul, mood disforik. Terdapat gangguan umum proses pikir Os yaitu
psikosis, gangguan spesifik bentuk pikiran yaitu inkoheren dan gangguan
spesifik isi pikiran yaitu waham curiga. Os mengalami gangguan persepsi
berupa halusinasi auditorik. Orientasi waktu, tempat dan orang baik,
konsentrasi dan kalkulasi terganggu, memori jangka jauh terganggu, dan Os
menyangkal sepenuhnya bahwa ia sakit, pengendalian impuls terganggu dan
daya nilai sosial Os terganggu.

VI.

VII.

DIAGNOSIS BANDING
F20.0 Skizofrenia Paranoid
Psikosis postpartum
Gangguan psikotik akibat alkohol
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
: F.20.0 Skizofrenia paranoid
Aksis II
: Ciri kepribadian paranoid
Aksis III
: Tidak ada diagnosis
Aksis IV
: Masalah psikososial dan lingkungan lain

Aksis V

: GAF Scale tertinggi satu tahun terakhir : 50-41


GAF Scale saat pemeriksaan : 70-61

VIII. PROGNOSIS
Qua ad vitam : ad bonam
Qua ad functional : ad bonam
IX.

RENCANA TERAPI MENYELURUH


Rawat inap
Indikasi utama perawatan Os di rumah sakit adalah:
- Tujuan diagnostik
- Menstabilkan medikasi
- Keamanan pasien dan orang-orang disekitar pasien
- Perilaku yang kacau dan tidak sesuai

Farmakoterapi :
Inj Haloperidol 1 amp im
Inj Diazepam 1 amp im
Risperidon 2 mg, 2 x 1 tab/hari/Oral
Trihexyphenidyl 2 mg, 2 x 1 tab/hari/Oral

Terapi perilaku
Teknik perilaku
keterampilan

menggunakan

sosial

untuk

hadiah

ekonomi

meningkatkan

dan

latihan

kemampuan

sosial,

kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi


interpersonal. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau
menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di
masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.

Terapi berorientasi-keluarga
Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam
terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan
kecepatannya.

Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana,

masalah,

dan hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi

10

kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa


persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia.

Psikoterapi individual
Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia
adalah perkembangan suatu hubungan terapeutik yang dialami pasien
adalah aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya
ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan
ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi

11

Skizofrenia merupakan sindroma klinis dari berbagai keadaan


patologis yang sangat mengganggu yang melibatkan gangguan proses
berpikir, emosi dan tingkah laku. Menurut PPDGJ-III, Skizofrenia adalah
suatu sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas,
serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik,
fisik dan sosial budaya.1
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikirin dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(Inappropriate) atau tumpul (Blunted). Kesadaran yang jernih dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara walaupun kemunduran
kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1
Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofrenia ada 5 yakni
subtipe paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan
dan residual. Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah
gangguan

deteriorative

sederhana.

Sedangkan

menurut

Pedoman

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang keIII skizofrenia dibagi ke dalam 6 subtipe yaitu katatonik, paranoid,
hebefrenik, tak terinci (undifferentiated), simpleks, residual dan depresi pasca
skizofrenia. 1,4
3.2 Epidemiologi
Prevalensinya antara laki-laki dan perempuan sama, namun
menunjukkan perbedaan dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki
mempunyai onset yang lebih awal daripada perempuan. Usia puncak onset
untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun, sedangkan perempuan 25 sampai
35 tahun. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa laki-laki adalah lebih
mungkin daripada wanita untuk terganggua oleh gejala negative dan wanita
lebih mungkin memiliki fungsi sosial yang lebih baik daripada laki-laki. Pada
umumnya, hasil akhir untuk pasien skizofrenia wanita adalah lebih baik
daripada hasil akhir untuk skizofrenia laki-laki.4,5

12

Skizofrenia tidak terdistribusi rata secara geografis di seluruh


dunia. Secara historis, prvalensi skizofrenia di Timur Laut dan Barat Amerika
Serikat adalah tinggi dari daerah lainnya.4,5
Penelitian insiden pada gangguan yang relative jarang terjadi,
seperti skizofrenia, sulit dilakukan. Survei telah dilakukan diberbagai Negara,
namun dan hampir semua hasil menunjukkan tingkat insiden per tahun
skizofrenia pada orang dewasa dalam rentang yang sempit berkisar antara 0,1
dan 0,4 per 1000 penduduk. Ini merupakan temuan utama dari penelitian di
10 negara yang dilakukan oleh WHO. Untuk prevalensi atau insiden
skizofrenia di Indonesia belum ditentukan sampai sekarang, begitu juga
untuk setiap subtipe skizofrenia.4,5
3.3 Etiologi
1. Faktor biologis
Integrasi teori biologis
Daerah otak utama yang terlibat dalam skizofrenia adalah struktur
limbic, lobus frontalis, dan ganglia basalis. Thalamus dan batang otak
juga

terlibat

karena

peranan

thalamus

sebagai

mekanisme

pengintegrasi dan batang otak serta otak tengah merupakan lokasi

utama bagi neuron aminergik ascenden


Hipotesis dopamine
Skizofrenia disebabkan Karena terlalu banyak aktivitas dopaminergik
dan tidak memperinci apakah hiperaktifitas dopaminergik adalah
karena terlalu banyaknya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya
reseptor dopamine atau kombinasi mekanisme tersebut. Neuron
dopaminergik didalam jalur tersebut berjalan dari badan selnya diotak
tengah keneuron dopaminoseptif disistem limbic dan korteks serebral
Peranan penting bagi dopamine dalam patofisiologi skizofrenia adalah
penelitian yang mengukur konsentrasi plasma metabolit dopamine

utama, yaitu homovanillic acid pada plasma yang meningkat


2. Neurotransmitter lainnya
Serotonin
Aktivitas serotonin telah berperan dalam perilaku bunuh diri dan

impulsive yang juga dapat ditemukan pada pasien skizofrenik


Norepinefrin

13

Sistem noradrenergic memodulasi system dopaminergic dengan cara


tertentu sehingga kelainan system noradrenergic predisposisi pasien

untuk relaps
Asam amino
Neurotransmitter asam amino inhibitor gamma-aminobutiric acid
(GABA) mengalami penurunan dihipokampus yang menyebabkan

hiperaktivitas neuron dopaminergik dan noradrenergik


3. Neuropatologi
System limbic
System limbic karena peranannya dalam mengendalikan emosi. Pada
penelitian ditemukan penurunan ukuran daerah termasuk amigdala,

hipokampus, dan girus parahipokampus


Ganglia basalis
Karena ganglia basalis terlibat dalam mengendalikan pergerakan,
dengan demikian patologi pada ganglia basalis dilibatkan dalam

patologi skizofrenia
4. Psikoneuroendokrinologi
Beberapa data menunjukan data penurunan konsentrasi luteinzing
hormone-foliccle stimulating hormone (LH/FSH) , kemungkinan
dihubungkan dengan onset usia dan lamanya penyakit
5. Faktor genetika
Penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang

menderita

skizofrenia jika anggota keluarga lainnya juga menderita skizofrenia dan


kemungkinan penderita skizofrenia berhubungan dekat dengan saudara
tsb (contoh : sanak saudara derajat pertama atau derajat kedua)
Petanda kromosom terletak pada lengan panjang kromosom 5, 11,
dan 18; lengan pendek kromosom 15 dan kromosom X adalah yang
paling sering dilaporkan
6. Faktor psikososial
Klinisi harus mempertimbangkan

factor

psikologis

yang

mempengaruhi skizofrenia
Teori tentang pasien individual
1. Teori psikoanalitis
Sigmund freud mendalilkan bahwa skizofrenia disebabkan oleh
fiksasi dalam perkembangan yang terjadi lebih awal dari yang

14

menyebabkan perkembangan neurosis.freud juga mendalikan


bahwa adanya defek ego juga berperan pada skizofrenia
2. Teori psikodinamika
Pandangan psikodinamika cenderung menganggap hipersensitivitas
terhadap stimulus persepsi yang didasarkan secara konstitusional
sebagai suatu defisit
3. Teori belajar
Anak-anak yang menderita skizofrenia mempelajari reaksi dan cara
berfikir yang irasional dengan meniru orang tuanya yang mungkin

memiliki masalah emosionalnya sendiri yang bermakna


Teori tentang keluarga
Perilaku keluarga yang patologis bermakna meningkatkan stress

emosional yang harus dihadapi pasien skizofrenik yang rentan.4


3.4 Patogenesis
Pada skizofrenia terdapat penururnan aliran darah dan ambilan
glukosa, terutama di korteks prefrontalis (pada pasien dengan gejala
positif) dan juga terdapat penurunan jumlah neuron (penurunana jumlah
substansi grisea).

Selain itu, migrasi neuron yang abnormal selama

perkembangan otak secara patofisiologis sangat bermakna. (A2) .


Atrofi penonjolan dendrit dari sel pyramidal telah ditemukan di korteks
prefrontalis dan girus singulata. Penonjolan dendrit mengandung sinaps
glutamatergik.; sehingga transmisi glutamatergiknya terganggu (A1).
Selain itu, pada area yang terkena, pembentukan GABA dan/jumlah neuron
GABAergik tampaknya berkurang sehingga penghambatan sel pyramidal
menjadi berkurang. 10
Makna patofisiologis yang khusus dikaitkan dengan dopamin;
avaibilitas

dpamin

atau

agonis

dopamine

yang

berlebihan

dapat

menimbulkan gejala skizofrenia, dan penghambat reseptor dopamine-D2


telah sukses digunakan dalam penatalaksanaan skizofrenia. Disisi lain,
penurunan reseptor D2 yang ditemukan di korteks prefrontalis (A1), dan
penurunan reseptor D1 dan D2 berkaitan dengan gejala negative skizofrenia,
seperti kurangnya emosi. Penurunan reseptor dopamine mungkin terjadi
akibat pelepasan dopamine meningkat dan hal ini tidak memiliki efek
patogenetik.10

15

Dopamin berperan sebagai transmitter melalui bebrapa jalur (B) :

: dari substantia nigra ke basal ganglia fungsi

1 Jalur nigrostriatal
gerakan, EPS
2 Jalur mesolimbik

: dari tegmental area menuju ke sistem limbik

memori, sikap, kesadaran, proses stimulus


3 Jalur mesocortical
: dari tegmental area menuju ke frontal cortex
kognisi, fungsi
sosial, komunikasi, respons terhadap stress
4 Jalur tuberoinfendibular : dari hipotalamus ke kelenjar pituitary
pelepasan prolaktin

Serotonin

mungkin

juga

berperan

dalam

menimbulkan

gejala

skizofrenia. Kerja serotonin yang berlebihan dapat menyebabkan halusinasi,


dan banyak obat antipsikosik akan menghambat reseptor 5 HT2A (A1) .10
Hipotesis/teori tentang patofisiologi skizoprenia :
-

Hiperdopaminergia pada sistem mesolimbik berkaitan dengan gejala

positif
Hipodopaminergia

bertanggungjawab thd gejala negatif dan gejala ekstrapiramidal


Reseptor dopamine yang terlibat adalah reseptor dopamine-2 (D2)

pada

sistem

mesocortis

dan

nigrostriatal

dijumpai peningkatan densitas reseptor D2 pada jaringan otak pasien


-

skizoprenia
Peningkatan aktivitas sistem dopaminergik pada sistem mesolimbik

16

bertanggungjawab terhadap gejala positif


Peningkatan aktivitas serotonergik menurunkan aktivitas dopaminergik
pada sistem mesocortis bertanggung-jawab terhadap gejala negatif.10

3.5 Gejala dan diagnosis


Penampilan dan perilaku umum
Pasien
dengan
skizofrenia

kronis

cenderung

menelantarkan

penampilannya.kerapian dan higienis pribadi juga terabaikan. Mereka juga

cenderung menarik diri secara sosial.6


Gangguan pembicaraan
Intinya terdapat gangguan pada proses pikir :
o Yang terganggu terutama adalah asosiasi. Asosiasi longgar berarti tidak
adanya hubungan antar ide. Kalimat-kalimatnya tidak saling
berhubungan. Kadang-kadang satu ide belum selesai diutarakan, sudah
ditemukan ide lainnya
o Inkoherensiasi
o Clang association : asosiasi bunyi: misalnya piring, miring
o Neologisme : membentuk kata baru untuk menyatakan arti yang hanya

dipahami oleh dirinya sendiri


o Mutisme : sering tampak pada pasein skizofrenia katatonik
o Blocking : kadang-kadang fikiran terhenti, tidak timbul ide lagi .6
Gangguan perilaku
o Gejala katatonik yang dapat berupa stupor atau gaduh dan gelisah
o Stereotipi : berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau mengambil
sikap badan tertentu misalnya menarik-narik rambut dapat berlangsung
beberapa hari atau beberapa tahun
o Manerisme : stereotipi tertentu pada skizofrenia yang dapat dilihat
dalam bentuk grimas pada mukanya atau keanehan berjalan dan gaya
berjalan
o Negativism : melakukan hal yang berlawanan dengan apa yang disuruh
o Otomatisme komando : menentang atau justru melakukan; semua

perintah justru dituruti secara otomatis.6


Gangguan afek
o Kedangkalan respon emosi : pasien acuh tak acuh
o Anhedonia : perasaan halus juga hilang

17

o Parathimi : apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan


gembira, pada penderita timbul rasa sedih atau marah
o Paramimi : penderita merasa senang dan gembira akan tetapi ia
menangis
o Ambivalensi : karena terpecah-pecahnya kepribadian, maka dua hal
yang berlawanan mungkin timbul bersama-sama
o Sensitivitas emosi : menunjukan hipersensitivitas pada penolakan

sering menimbulkan isolasi social untuk menghindari penolakan.6


Gangguan persepsi
o Halusinasi
Halusinasi paling sering adalah auditorik dalam bentuk suara manusia,
halusinasi penciuman, halusinasi pengecapan, dan halusinasi rabaan

jarang dijumpai.6
Gangguan pikiran
o Waham : waham sering tidak logis sama sekali.mayer gross membagi
waham dalam 2 kelompok : waham primer dan waham sekunder
Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa

penyebab apa-apa dari luar


Waham sekunder biasanya logis kedengarannya dapat diikuti dan
merupakan cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala
skizofrenia lain.6,11,12

Kriteria Diagnosis Skizofrenia menurut PPDGJ-III yaitu sebagai berikut :


I.

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :
(a) Thought echo : Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kulitasnya berbeda; atau
Thought insertion or withdrawal : Isi pikiran yang asing dari luar
masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar (withdrawal); dan
Thought broadcasting: Isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
(b) Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dati luar; atau

18

Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh


suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya: secara
jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran,
tindakan atau penginderaan khusus);
Delusional perception : pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat;
(c) Halusinasi auditorik :
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau


Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau


Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian

tubuh.
(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya
perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan
kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan
cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
II.

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas :
(e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang mauupun yang setengah
berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ole
hide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila
terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
terus menerus;
(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisispan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;

19

(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement),


posisis

tubuh

tertentu

(posturing),

atau

fleksibilitas

cerea,

negativisme, mutisme, dan stupor;


(h) Gejala-gejala negative seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan
menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas bahwa semua hal
III.

tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;


Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

IV.

prodromal).
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadai
(personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.13

Sedangkan, kritetria penegakkan diagnosa skizofrenia berdasarkan DSM-V


(Kriteria resmi dari American Psychiatric Association), antara lain :
A. Dua (atau lebih) gejala berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian
waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati
dengan berhasil).
1) Waham
2) Halusinasi
3) Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoheren)
4) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5) Gejala negatif, yaitu : ekspresi perasaan kurang atau tidak ada kemauan
B. Untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset gangguan, satu atau lebih
fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan
diri, adalah jelas di bwah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika
onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat
pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan)
C. Tanda ganguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan.
Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau kurang

20

jika diobati dengan berhasil) yang memenuhi kriteria A (yaitu, gejala fase
aktif) dan mungkin termasuk periode gejala prodromal atau residual.
Selama periode prodromal atau residual, tanda gangguan mungkin
dimanifestasikan hanya oleh gejala negative atau 2 atau lebih gejala yang
dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang diperlemah (misalnya,
keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim)
D. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gannguan mood. Gangguan
skizoafektif dan ganggaun mood dengan cirri psikotik telah disingkirkan
karena :
(1) Tidak ada episode depresif berat, manic, atau campuran yang telah terjadi
bersama-sama dengan gejala fase aktif, atau
(2) Jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya
adalah relative singakat dibandingkan durasi periode aktif dan residual
E. Penyingkiran zat / kondisi medis umum. Gangguan tidak disebabkan oleh
efek fisiologis lansung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan,
suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum
F. Jika terdapat riwayat adanya gangguan autistic

atau

gangguan

perkembangan pervasive lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia dibuat


hanya jika waham atau halusinasi yang menonjol juga ditemukan untuk
sekurangnya satu bulan (atau kurang jika diobati secara berhasil).13
3.6 Diagnosis Banding
1. Gangguan psikotik sekunder
Gejala psikosis dan katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam zat.
Saat memeriksa seseorang pasien psikotik, klinisi harus mengikuti tiga
pedoman umum tentang pemeriksan keadaan nonpsikiatri. (1) klinisi
harus cukup agresif dalam mengejar kondisi medis nonpsikiatri jika
pasien menunjukkan adanya gejala yang tidak lazim atau jarang atau
adanya variasi dalam tingkat kesadaran. (2) klinisi harus berusaha untuk
mendapatkan riwayat keluarga yang lengkap, termasuk riwayat gangguan
medis, neurologis, dan psikiatri. (3) klinisi harus mempertimbangkan
kemungkinan suatu kondisi medis nonpsikiatri, bahkan pada pasien
dengan diagnosis skizofrenia sebelumnya. Seorang pasien skizofrenia
mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita tumor otak yang

21

menyebabkan gejala psikotik dibandingkan dengan seorang pasien


nonskizofrenik.

Anamnesis

lengkap

dan

pemeriksaan

penunjang

diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis banding.


2. Gangguan psikotik lain
Gangguan psikotik yang mirip dengan skizofrenia adalah skizofrenoform,
gangguan psikotik singkat dan gangguan skizoafektif. Perbedaan
skizofrenia dengan skizofreniform dilihat dari durasi gejalanya. Pada
skizofrenifom gejalanya sekurangnya 1 bulan tetapi kurang dari 6 bulan.
Gangguan psikotik singkat bila gejala hanya berlangsung sekurangnya
satu hari tetapi tidak lebih dari satu bulan. Gangguan skizoafektif jika
sindrom manik atau depresif berkembang bersama-sama dengan gejala
utama skizofrenia.4
3.7 Terapi
a. Perawatan di rumah sakit
b.
Terapi somatic (antipsikotik dan obat-obat lain)
c. Terapi psikososial
d.
Psikoterapi keluarga, kelompok, individu
1. Perawatan di rumah sakit
Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan
diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan
bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan
adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat.
Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumahsakit
harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh
serta keluarga pasien tentang skizofrenia.
Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan
membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya
perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan
tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di
rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan,

22

perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan,

dan

hubungan

sosial.

Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien


dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan
dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam
memperbaiki kualitas hidup.4,5
2. Terapi obat Anti psikotik
Farmakoterapi merupakan terapi utama dalam pasien skizofrenia.
Penggolongan obat
a. Obat Anti-Psikosis Tipikal
Karakteristik :
Generasi lama, Memblok reseptor dopamine D2, Efek samping EPS
besar, Efektif untuk mengatasi gejala positif
Golongan obat :
1. Phenothiazine : Chlorpromazine, Perphenazine, Trifuoperazine,
Fluphenazine, Thioridazine, Pimizone
2. Butyrophenone : Haloperidol
3. Diphenul-butyl-piridine : Pimozide
b. Obat Anti Psikosis Atipikal
Karakteristik :
Generasi baru, Memblok reseptor 5HT2, efek blockade dopamine
rendah, Efek samping EPS lebih kecil, Efektif untuk mengatasi gejala
baik positif maupun negative
Golongan :
1. Benzamide : Supiride
2. Dibenzodiazepin : Clozapine, Quetiapine, Zotepine
3. Benzisoxazole : Risperidon, Aripiprazole.9
Indikasi penggunaan
1. Gejala sasaran : syndrome psikosis
Diagnosis sindrom psikosis
Hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas
Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental
Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari5
2. Sindrom psikosis dapat terjadi pada :
a. Sindrom psikosis fungsional : skizofrenia, psikosis paranoid,
psikosis afektif, psikosis reaktif singkat, dll

23

b. Sindrom psikosis organic : sindrom delirium, dementia, intoksikasi


alcohol dll.11
Kontraindikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Penyakit hati (hepatotoksik)


Penyakit darah (hematotoksik)
Epileps (menurunkan ambang kejang)
Kelainan jantung (menghambat irama jantung)
Febris yang tinggi (thermoregulator diSSP)
Ketergantungan alcohol (penekanan SSP meningkat)
Penyakit SSP (Parkinson, tumor otak)
Gangguan kesadaran disebabkan CNS-depresan (kesadaran makin
memburuk.11

Efek samping
1. Sedasi dan inhibisi psikomotor
2. Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik; mulut
kering, kesulitan miksi & defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, TIO
meningkat, gangguan irama jantung)
3. Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut,akhatisia, sindrom Parkinson :
tremor, bradikinesia, rigiditas)
4. Gangguan endokrin (amenorrhoe,

gynaecomastia),

metabolic

(jaundice), hematologic (agranulositosis), biasanya untuk pemakaian


jangka panjang.11
Cara penggunaan
1. Pemilihan obat :
Pemilihan obat anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis
yang dominan dan efek samping obat.pergantian obat disesuaikan

dengan dosis ekivalen


Apabila obat anti-psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis
dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang
memadai dapat diganti dengan obat anti-psikosis lain dengan dosis

ekivalennya, dimana profil efek sampingnya belum tentu sama


Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti-psikosis sebelumnya
baik dapat digunakan kembali.11

24

2. Pengaturan dosis :
Perlu dipertimbangkan :
Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2 4 minggu
Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2 6 jam
Waktu paruh : 12 24 jam (pemberian 1- 2 X /hari)
Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak
dari efek samping sehingga tidak begitu menggangu kualitas hidup
pasien.11
3. Cara pemberian :
Dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikan setiap 2 3 hari
dosis efektif (timbul sindrom psikosis) dievaluasi setiap 2 minggu
dan bila perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8
12 minggu diturunkan setiap 12 minggu dosis maintenance
dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun tapering off (dosis diturunkan
tiap 2-4 minggu) stop.11
4. Lama pemberian :
a) Paien sindrom psikosis (multiepisode) terapi maintenance 5
tahun
b) Pada

umumnya

pemberian

obat

antipsikosis

sebaiknya

dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala


psikosis mereda sama sekali
c) Untuk psikosis reaktif singkat penurunan obat secara bertahap
setelah hilang gejala dalam kurun waktu 2 minggu- 2 bulan.11

5. Penggunaan perenteral :
a) Obat anti-psikosis yang long-action (fluphenazine decanoate 25
mg/cc atau haloperidol decanoas 50 mg/cc, im, untuk 2- 4 minggu)
penting untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan

obat
b) Dosis mulai dari cc setiap 2 minggu pada bulan pertama,
kemudian baru ditingkatkan menjadi 1 cc setiap bulan.11

a.

3. Terapi psikososial
Terapi perilaku
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan

25

ketrampilan

sosial

untuk

meningkatkan kemampuan

sosial,

kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi


interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian
atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan,
seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan
demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti
berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur
b.

tubuh aneh dapat diturunkan.


Terapi berorientasi-keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali
dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien
skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi
keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode
pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi
keluarga

adalah

proses

pemulihan,

khususnya

lama

dan

kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang


jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk
melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu
optimistik tersebut berasal

dari

ketidaktahuan tentang sifat

skizofreniadan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.


Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti
skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah
penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif
dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan
angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi
c.

keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.


Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana,

masalah,

dan hubungan dalam kehidupan nyata.

Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara


psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif
dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan,

26

dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok


yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara
d.

interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.


Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual
dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi
alah membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu
konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah
perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien
sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat
dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan
pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh
pasien.
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang
ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan
hubungan seringkali sulit dilakukan; pasien skizofrenia seringkali
kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan
kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika
seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan
rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan
terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas
yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan
diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah
tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan,
manipulasi, atau eksploitasi.4,5

3.8 Prognosis
Perbedaan prognosis paling baik dilakukan dengan melihat pada prediktor
prognosis spesifik di Tabel 3.1. 5
Prognosis baik
Onset lambat
Faktor pencetus yang jelas
Onset akut
Riwayat sosial, seksual, pekerjaan

Prognosis buruk
Onset muda
Tidak ada faktor pencetus
Onset tidak jelas
Riwayat sosial, seksual, pekerjaan

27

pramorbid baik
Gejala gangguan mood
Menikah
Riwayat keluarga gangguan mood
Sistem pendukung yang baik
Gejala positif

pramorbid buruk
Perilaku menarik diri, autistik
Tidak menikah, bercerai, janda/duda
Riwayat keluarga skizofrenia
Sistem pendukung yang buruk
Gejala negatif
Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam tiga tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan

BAB IV
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini skrizofrenia ditegakkan berdasarkan anamnesa dan status
psikiatri. Pada kasus ini dilaporkan Ny. R (40 tahun) datang ke Rumah Sakit Jiwa
diantara oleh keluarganya dengan keluhan utama Os mengamuk, merusak barangbarang, dan memukul suaminya. Keluhan muncul sejak 3 bulan yang lalu.
Keluhan Os mulai muncul saat Os memikirkan tentang dirinya yang tidak jadi
mendapatkan pekerjaan mengurus sawah di Sarolangun, Jambi. Menurut Os, Os
marah-marah karena rumah berantakan dan anak-anaknya tidak membantu
pekerjaan rumahnya. Menurut Os, Os sering mendengar bisikan-bisikan ancaman
akan ada yang membunuh keluarganya, dan Os mengaku ada ular putih yang
menjalar dan menggigit tubuhnya.
Riwayat penggunaan NAPZA ada. Os merupakan anak ke 5 dari 7 bersaudara.
Tidak terdapat riwayat keluarga Os yang menderita gangguan jiwa.
Dari hasil observasi didapatkan kesadaran Os kompos mentis, Os datang
dengan pakaian cukup rapi, menggunakan baju lengan pendek dan celana, sikap
terhadap pemeriksa koperatif dan perilaku dan aktivitas psikomotor normal. Os

28

berbicara lambat dan sedikit emosional. Afek Os tumpul, mood disforik. Terdapat
gangguan umum proses pikir Os yaitu psikosis, gangguan spesifik bentuk pikiran
yaitu inkoheren dan gangguan spesifik isi pikiran yaitu waham curiga. Os
mengalami gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik. Orientasi waktu,
tempat dan orang baik, konsentrasi dan kalkulasi terganggu, memori jauh
terganggu, dan Os menyangkal sepenuhnya bahwa ia sakit, pengendalian impuls
terganggu dan daya nilai sosial Os terganggu.
Diagnosis banding skizofrenia paranoid pada kasus ini yaitu psikosis post
partum dan gangguan psikosis akibat penggunaan alkohol. Psikotik postpartum
dapat menimbulkan paranoid, halusinasi, gangguan tidur, kecemasan, dan depresi.
Tetapi, diagnosis psikosis postpartum digunakan untuk gangguan jiwa yang
berhubungan dengan masa nifas atau tidak lebih dari 6 minggu setelah persalinan.
Sedangkan pada kasus Ny R mengalami keluhan saat 6 bulan pasca persalinan.
Gangguan psikosis akibat alkohol harus memperlihatkan suatu peruabahan atau
kelebihan yang jelas setelah penggunaannya dari fungsi sebelumnya yang normal.
Gambaran klinis Os memenuhi kriteria diagnosis skizofenia paranoid menurut
PPDGJ III yaitu adanya gejala yang yang amat jelas yaitu halusinasi auditorik dan
waham curiga yang menetap, serta gejala yang harus selalu ada secara jelas yaitu
halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang mauupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai ole hide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus, inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan.
Selain itu juga memenuhi kriteria bahwa adanya gejala-gejala khas tersebut telah
berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap
fase nonpsikotik prodromal), dimana pada kasus ini gejala telah berlangsung 3
bulan.
Tatalaksana Os berupa rawat inap di RSJ berdasarkan indikasi berupa tujuan
diagnostik, menstabilkan medikasi, dan keamanan pasien dan orang-orang
disekitar pasien karena Os beresiko mencelakakan orang lain akibat perilaku Os
yang kacau dan tidak sesuai. Adapun terapi yang diberikan pada Os yaitu :

29

a. Inj Haloperidol 1 amp im


Obat ini merupakan golongan antipsikosis tipikal yang bekerja dengan
memblokade Dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron Otak,
khususnya di sistem limbik dan sistem ektrapiramidal (Dopamine D1 and
D2 receptor antagonists) dan efektif untuk gejala positif skizofrenia
b. Inj Diazepam 1 amp im
Obat ini merupakan turunan benzodiazepine. Kerja utama yaitu potensiasi
inhibisi neuron dengan GABA. Injeksi diazepam pada pasien skizofrenia
digunakan untuk menenangkan pasien gaduh gelisah
c. Risperidon 2 mg, 2 x 1 tab/hari/Oral
Obat ini merupakan golongan antipsikosis
merupakan golongan
antipsikosis atipikal yang bekerja dengan berafinitas terhadap Dopamine
D2 Receptors dan berafinitas terhadap Serotonin 5 HT2 Receptors
(Serotonin-dopamine antagonist) sehingga efektif juga untuk gejala negatif
skizofrenis. Adapun sediaan Risperidon adalah tab 1-2-3 mg dengan dosis
anjuran 2-6 mg/h.
d. Trihexyphenidyl 2 mg, 2 x 1 tab/hari/Oral
Obat ini merupakan obat antikolinergik untuk mengurangi gejala
ekstrapiramidal yang dapat muncul akibat penggunaan antipsikosis yang
kuat.
e. Terapi perilaku
Teknik terapi perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan
keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan
memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal.
Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti
berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh
aneh dapat diturunkan.
f. Terapi berorientasi-keluarga
Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam
terapi

keluarga

adalah

proses

pemulihan,

khususnya

lama

dan

kecepatannya.
g. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif

30

dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan


meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia.
h. Psikoterapi individual
Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah
perkembangan suatu hubungan terapeutik yang dialami pasien adalah
aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli
terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli
terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.
Adapun faktor yang mengarahkan kepada prognosis baik yaitu onset yang
lambat dan faktor pencetus yang jelas.

Anda mungkin juga menyukai