Anda di halaman 1dari 60

BAB II

BUDAYA DEMOKRASI MENUJU


MASYARAKAT MADANI
Standar Kompetensi:
B. Menganalisis budaya demokrasi menuju masyarakat madani.
Kompetensi Dasar:
2.1. Mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip budaya demokrasi.
2.2. Mengidentifikasi ciri-ciri masyarakat madani.
2.3. Menganalisis pelaksanaan demokrasi di Indonesia sejak orde lama, orde baru
dan reformasi.
2.4. Menampilkan perilaku budaya demokrasi dalam kehidupan sehari-hari.

A. PENDAHULUAN
------------------------------- ada gambar tentang kehidupan masyarakat yang tertib,
teratur, sejahtera dan damai -------------------------Perkembangan istilah demokrasi sebagai sistem politik negara, merupakan
suatu bentuk tandingan bagi bentuk pemerintahan lama yang bersifat totaliter atau
otokratis dan yang otoriter. Sebagaimana kita ketahui, bahwa pemerintahan
demokrasi dihasilkan oleh ahli-ahli politik/ketatanegaraan sebagai jawaban atau
jalan keluar untuk mengatasi kemelut yang dialami oleh masyarakat selama ini telah
dipaksa menerima nilai-nilai dan sikap dan perilaku budaya yang otoriter
(monarkhi/feodalis). Dalam banyak pengalaman negara yang menerapkan sistem
politik otoriter, rakyat hanya dijadikan obyek pelaksanaan kekuasaan yang pada
akhirnya mendatangkan penderitaan dan kesengsaraan bagi rakyat banyak.
Dewasa ini, hampir semua negara-negara di dunia menamakan sistem politiknya
dengan negara demokrasi. Namun demikian tidak semua negara mampu
menterjemahkan kata demokrasi yang sejalan dengan kata perlindungan terhadap
hak asasi manusia, menjunjung tinggi hukum, tunduk terhadap kemauan orang
banyak tanpa mengabaikan hak golongan kecil, agar tidak timbul diktatur mayoritas.
Demokrasi sebagai bagian budaya dari sistem politik suatu negara akan menjadi
kuat, jika bersumber pada kehendak rakyat dan bertujuan untuk mencapai
kebaikan atau kemaslahatan bersama.
Kata demokrasi akan selalu berkaitan dengan persoalan perwakilan kehendak
rakyat. Sehingga dalam perkembangannya, ada yang menggantikan istilah
demokrasi dengan republiken atau partisipatori untuk menekankan peranan warga
negara dalam proses pembuatan keputusan dan untuk menyarankan agar peranan
tersebut diperkuat. Dan dalam perkembangannya,
untuk lebih memperkuat
peranan warga negara dalam proses pengambilan keputusan dalam bidang lain,
maka timbul istilah : demokrasi ekonomi, demokrasi kebudayaan dan bahkan
demokrasi menjadi sikap hidup, sehingga akan mencakup segala bidang
kehidupan.

Paham demokrasi yang menekankan pada pemerintahan rakyat, mengandung


arti bahwa kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat. Dengan demikian, perlu kita
pahami bahwa istilah demokrasi bertolak dari suatu pola pikir bahwa manusia
diperlakukan dan ditempatkan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
mahluk Tuhan. Keinginan, aspirasi, dan pendapat individu dihargai, dan mereka
diberikan hak untuk menyampaikan keinginan, aspirasi, harapan dan pendapatnya.
Salah satu hak asasi manusia adalah kebebasan untuk mengejar kebenaran,
keadilan, dan kebahagiaan. Kebebasan dan keadilan ini melandasi keinginan ide
atau gagasan dalam budaya demokrasi suatu bangsa.

A. PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI


1. Pengertian Demokrasi
Istilah demokrasi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani demokratia
terdiri dari dua kata, demos = rakyat dan kratos/kratein = kekuatan/pemerintahan.
Secara harafiah, demokrasi berarti kekuatan rakyat atau suatu bentuk pemerintahan
negara dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatannya. Dalam konteks budaya
demokrasi, maka rakyat berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
anutan atau dipedomani akan mampu diterapkan dalam praktik-praktik kehidupan
demokratis yang tidak hanya dalam pengertian politik saja, akan tetapi mampu
diterjemahkan dalam berbagai bidang kehidupan. Menurut Wakil Presiden RI yang
pertama Mohammad Hatta disebutnya sebagai sebuah pergeseran dan
penggantian dari kedaulatan raja menjadi kedaulatan rakyat.
Pandangam-pandangan tentang pengertian demokrasi telah banyak dikaji oleh
para ahli meskipun terdapat perbedaan, namun pada dasarnya mempunyai
kesamaan prinsip yaitu sebagai berikut :
a. Abraham Lincoln (Presiden Amerika ke-16)
Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
b. Giovanni Sartori
Memandang demokrasi sebagai suatu sistem di mana tak seorangpun dapat
memilih dirinya sendiri, tak seorangpun dapat menginvestasikan dia dengan
kekuasaannya, kemudian tidak dapat juga untuk merebut dari kekuasaan lain
dengan cara-cara tak terbatas dan tanpa syarat.
c. Ensiklopedi Populer Politik Pembangunan Pancasila
Demokrasi adalah suatu pola pemerintahan dalam mana kekuasaan untuk
memerintah berasal dari mereka yang diperintah. Atau : Demokrasi adalah pola
pemerintahan yang mengikutertakan secara aktif semua anggota masyarakat
dalam keputusan yang diambil oleh mereka yang berwenang. Maka legitimasi
pemerintah adalah kemauan rakyat yang memilih dan mengontrolnya. Rakyat
memilih wakil-wakilnya dengan bebas dan melalui mereka ini pemerintahannya.
Di samping itu, dalam negara dengan penduduk jutaan, para warga negara
mengambil bagian juga dalam pemerintahan melalui persetujuan dan kritik yang
dapat diutarakan dengan bebas khususnya dalam media massa.
d. International Commision of Jurist (ICJ)
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat
keputusan-keputusan politik diselenggarakan oleh warga negara melalui wakilwakil yang dipilih oleh mereka dan bertanggung jawab kepada mereka melalui
suatu proses pemilihan yang bebas.
2

e. Diamond dan Lipset


Mendefiniskan demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan yang memenuhi
tiga syarat pokok, yaitu :
Kompetisi yang sungguh-sungguh dan meluas diantara individu-individu dan
kelompok-kelompok
organisasi
(terutama
partai
politik)
untuk
memperebutkan jabatan-jabatan pemetintahan yang memiliki kekuasaan
efektif, pada jangka waktu yang reguler dan tidak melibatkan penggunaan
daya paksa;

Partisipasi politik yang melibatkan sebanyak mungkin warga negara dalam


pemilihan pemimpin atau kebijakan, paling tidak melalui pemilihan umum
yang diselenggarakan secara reguler dan adil, sedemikian rupa sehingga
tidak satupun kelompok sosial (warga negara dewasa) yang dikecualikan;

Suatu tingkat kebebasan sipil dan politik, yaitu kebebasan berbicara,


kebebasan pers, kebebasan untuk membentuk dan bergabung ke dalam
organisasi yang cukup untuk menjamin integratis kompetisi dan partisipasi
politik

Fokus Kita :
Demokrasi secara sederhana berarti pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Dalam pengertian yang lebih kompleks,
demokrasi berarti suatu sistem pemerintahan yang mengabdi
kepada kepentingan rakyat dengan tanpa memandang partisipasi
mereka dalam kehidupan politik, sementara pengisian jabatanjabatan publik dilakukan dengan dukungan suara rakyat dan mereka
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, kiranya dapat dipahami bahwa di
dalam negara yang menganut sistem politik demokrasi maka negara/pemerintah
senantiasa harus mengingat kehendak dan keinginan rakyat. Jadi, tiap-tiap tindakan
dalam melaksanakan kekuasaan negara tidak bertentangan dengan kehendak dan
kepentingan rakyat, dan sedapat mungkin berusaha memenuhi segala keinginan
rakyat.
Menurut Hans Kelsen, pada dasarnya demokrasi adalah pemerintahan oleh
rakyat dan untuk rakyat. Jadi, dalam perkembangan demokrasi dewasa ini dapat
kita peroleh gambaran sebagai berikut :
a. Yang melakukan kekuasaaan negara demokrasi adalah wakil-wakil yang terpilih,
dimana rakyat yakin bahwa segala kehendak dan kepentingannnya akan
diperhatikan oleh wakil rakyat dalam melaksanakan kekuasaan negara.
b. Cara melaksanakan kekuasaan negara demokrasi ialah senantiasa mengingat
kehendak dan keinginan rakyat.
c. Menyelesaikan setiap konflik secara damai melalui dialog yang terbuka mmelalui
cara kompromi, konsensus, kerjasama dan dukungan, baik memanfaatkan
lembaga maupun sarana komunikasi sosial.
Dalam sistem demokrasi posisi rakyat adalah sederajat dihadapan hukum dan
pemerintahan. Rakyat memiliki kedaulatan yang sama, baik itu kesempatan untuk
memilih atau pun dipilih. Tidak ada pihak lain yang berhak mengatur dirinya selain
dirinya sendiri. Hanya saja, sebagaimana diakui bersama oleh para ilmuwan politik,
bahwa ciri utama sistem demokrasi adalah berlakunya dan bisa tegaknya hukum

dimasyarakat. Jika hukum tidak berlaku, maka yang terjadi bukanlah demokrasi
tetapi anarkhi.
Oleh karena itu, ciri utama dari sistem demokrasi adalah a) adalah tegaknya
hukum dimasyarakat (law enforcement), dan (b) diakuinya hak-hak asasi manusia
(HAM) oleh setiap anggota masyarakat tersebut. Dengan dua pilar ini, maka pola
hubungan yang lainnya akan turut terwarnai sebagai sebuah sistem sosial menuju
sebuah masyarakat yang lebih tertib berdasarkan hukum. Demokrasi dapat
terwujud karena adanya proses yang dinamis dalam kehidupan rakyat yang
berdaulat. Namun motivasi utama yang mendorong proses itu adalah keberanian
moral. Tanpa keberanian moral dalam arti menyelaraskan nilai-nilai moral termasuk
di dalamnya keadilan dan kebenaran, maka proses itu akan tersumbat.
Demokrasi tidak akan efektif dan lestari tanpa substansi yang berujud jiwa,
budaya atau ideologi yang mewarnai pengorganisasian berbagai elemen politik
seperti partai politik, lembaga-lembaga pemerintahan maupun organisasi
kemasyarakatan. Kelestarian demokrasi memerlukan partisipasi rakyat yang
bersepakat mengenai makna dan paham bekerja dan kegunaan demokrasi bagi
kehidupan mereka. Demokrasi yang kuat bersumber pada kehendak rakyat dan
bertujuan untuk mencapai kemaslahatan bersama. Untuk itu, demokrasi selalu
berkaitan dengan persoalan perwakilan kehendak rakyat. Dalam perkembangan
dewasa ini, istilah demokrasi sudah lebih luas yaitu tidak hanya mencakup sistem
politik, tetapi juga sistem ekonomi, kebudayaan dan bahkan telah dijadikan sebagai
sikap hidup sehingga dapat mencakup segala sistem kehidupan.

2. Pemikiran Tentang Demokrasi


Paham demokrasi yang menekankan pada pemerintahan rakyat, mengandung
arti bahwa kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat. Dengan demikian, perlu kita
pahami bahwa istilah demokrasi bertolak dari suatu pola pikir bahwa :
a. Manusia diperlakukan dan ditempatkan sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai mahluk Tuhan. Keinginan, aspirasi, dan pendapat individu dihargai, dan
mereka diberikan hak untuk menyampaikan keinginan, aspirasi, harapan dan
pendapatnya.
b. Salah satu hak asasi manusia adalah kebebasan untuk mengejar kebenaran,
keadilan, dan kebahagiaan. Kebebasan dan keadilan ini melandasi keinginan
ide atau gagasan demokrasi.
c. Sesuatu yang diputuskan bersama akan memiliki kadar ketepatan dan
kebenaran yang lebih menjamin, karena keputusan yang dihasilkan akan
berakibat terhadap dirinya, maka masing-masing berusaha untuk menghasilkan
keputusan yang terbaik.
d. Didalam kehidupan masyarakat pasti akan timbul selisih paham dan
kepentingan antar individu, sehingga perlu suatu cara untuk mengatur
bagaimana mengatasinya. Cara ini sangat ditentukan oleh paham yang dianut
masyarakat yang dianut masyarakat yang bersangkutan. Bagaimana paham ini
memandang hubungan antar individu dan masyarakat, akan menentukan pula
cara untuk mengatasi selisih paham, pendapat dan kepentingan.

Fokus Kita :
Demokrasi sebagai sistem pemerintahan oleh sebahagian banyak
orang sering disebut dengan rule by the people, kemudian
diartikan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.4
Artinya bahwa rakyat selaku mayoritas mempunyai suara
menentukan dalam proses perumusan kebijakan pemerintah melaui

Bertolak dari pola pikir tersebut maka tujuan dari demokrasi adalah untuk
memanusiakan dan memasyarakatkan manusia secara fungsional, penuh rasa
kebersamaan, dan tanggung jawab. Beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk
menentukan situasi demokratis dalam kehidupan masyarakat adalah sebagai
berikut :
No
Indikator
1. Kekuasaan

2.

Keadilan

3.

Kesejahteraa
n

4.

Peradaban

Uraian / Keterangan
Pemerintah yang demokratis sangat erat kaitannya dengan
pelaksanaan kekuasaan. Hak warga negara untuk menikmati
kekuasaan dengan cara ikut berpartisipasi dalam kegiatan
politik/pemerintah harus dihormati.
Keadilan, terutama keadilan hukum harus benar-benar
diupayakan dan perlakuan yang sam didepan hukum, nyata
adanya.
Adanya kesempatan yang sama untuk menikmati hasi-hasil
pembangunan.

Yang meliputi pengembangan pendidikan, kreativitas, dan


kebebasan dalam berinovasi/berkarya.
5. Afeksi
Yaitu adanya hubungan antara masyarakat dan wakil rakyat
dilembaga perwakilan. Bagaiman ara wakil rakyat
memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat.
6. Keamanan
Yakni adanya jaminan keamanan bagi seluruh warga negara
dalam kehidupannya.
7. Kebebasan
Terdapatnya kebebasan dalam berpikir, berbicara dan
mengemukakan pendapat sesuai aturan yang berlaku.
Pada abad 19 muncul gagasan demokrasi dalam wujud yang konkret sebagai
program dan sistem politik negara secara bersama-sama. Pada tahap ini demokrasi
semata-mata bersifat politis berdasarkan azas kemerdekaan individu. Abad 20
bentuk penyelenggaraan demokrasi berubah pada pola klasik (urusan kepentingan
politik bersama) menjadi pola negara kesejahteraan, dimana negara dianggap
bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat dengan cara berupaya secara aktif
meningkatkan taraf hidup warga negaranya. Pandangan pragmatis meliputi bidang
perekonomian ini merupakan tantangan sekaligus menjadi ukuran keberhasilan
suprastruktur dalam demokrasi.
Gagasan mengenai perlunya pembatasan kekuasaan dalam dalam pola
demokrasi dengan istilah rule of law meliputi empat unsur, yaitu sebagai berikut :
a. Pengakuan hak asasi manusia.
b. Pemisahaan atau pembagian kekuasaan (trias politika).
c. Pemerintahan menurut hukum.
d. Peradilan administrasi dalam perselisihan.
Dalam bidang hukum, ketentuan rule of law meliputi sebagai berikut :
a. Supermasi hukum, dalam arti hukum lebih utama dari kekuasaan.
b. Kedudukan yang sama diphadapan hukum (equality before law).
5

Terjaminnya hak individu oleh pengadilan dalam abad ke-20 (setelah PD II)
terjadi perubahan konsepsi tentang demokrasi sebagai akibat/ekses industrialisasi,
sosialisme, dan pengaruh kapitalisme. Henry B. Mayo mengatakan bahwa sistem
politik yang demokratis ialah apabila kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar
mayoritas oleh wakil-wakil rakyat melalui pemilihan umum yang bebas dan
kebersamaan politik. Bahwa rule of the law meliputi sebagai berikut :
a. Jaminan hak individu secara konstitusional, termasuk prosedurnya.
b. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memilih.
c. Pemilihan umum yang bebas dan kebersamaan politik.
d. Kebebasan mengemukakan pendapat.
e. Kebebasan berserikat dan berposisi.
f. Pendidikan politik/ kewarganegaraan (civil education).
Disamping perumusan rule of the law juga muncul rumusan demokrasi politik,
yang nilainya dikemukakan oleh Henry B. Mayo sebagai berikut :
a. Menyelesaikan setiap konflik secaradamai melalui dialog yang terbuka mmelalui
cara kompromi, konsensus, kerjasama dan dukungan, baik memanfaatkan
lembaga maupun sarana komunikasi sosial.
b. Menjamin perubahan sosial secara damai terkendali melalui cara penyesuaian
kebijaksanaan dan pembinaan oleh pemerintah.
c. Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur, damai, dan terbuka,
artinya tidak boleh atas dasar keturunan, paksaan, coup detat, atau tirani
minoritas.
d. Membatasi tindak kekerasan terhadap kaum minoritas.
e. Mengakui keanekaragaman sikap secara wajar hingga batas toleransi persatuan
bangsa.
f. Menjamin tegaknya keadilan.
Nilai-nilai demokrasi harus diselenggarakan dalam kehidupan bernegara.
Penyelenggaranya adalah lembaga negara. Adapun nilai-nilai demokrasi berjalan
sesuai dengan ide dasarnya, sehingga lembaga negara yang akan
melaksanakannya harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Pemerintah yang bertanggung jawab, bersih dan berdedikasi tinggi.
b. DPR (parlemen) yang mewakili semua golongan dan kepentingan, yang dipilih
melalui pemilihan umum yang bebas, rahasia, dan atas dasar sekurangkurangnya dua calon untuk setiap kursi.
c. Organisasi politik sistem dwipartai atau multipartai serta organisasi massa yang
diinginkan masyarakat sebagai hubungan sosial.
d. Pers yang bebas dan terbuka untuk umum.
e. Lembaga peradilan yang independen agar lebih menjamin hak asasi manusia
secara adil.
f. Menjamin perubahan sosial secara damai terkendali melalui cara penyesuaian
kebijaksanaan dan pembinaan oleh pemerintah. Menyelenggarakan pergantian
pemimpin secara teratur, damai, dan terbuka, artinya tidak boleh atas dasar
keturunan, paksaan, coup detat, atau tirani minoritas.
g. Membatasi tindak kekerasan terhadap kaum minoritas.
h. Mengakui keanekaragaman sikap secara wajar hingga batas toleransi persatuan
bangsa.
i. Menjamin tegaknya keadilan.

3. Macam-macam Demokrasi
Terdapat bermacam-macam demokrasi yang sudah menjadi bagian dari
pemerintahan negara-negara di seluruh dunia. Keanekaragaman ini dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang dan yang pada umumnya berlaku.

Atas Dasar Penyaluran Kehendak Rakyat


Menurut cara penyaluran kehendak rakyat demokrasi dibedakan atas :
a. Demokrasi Langsung
Demokrasi langsung berarti paham demokrasi yang mengikutsertakan setiap
warga negaranya dalam permusyawaratan untuk menentukan kebijaksanaan
umum negara.
b. Demokrasi Tidak Langsung
Demokrasi tidak langsung adalah demokrasi yang dilaksanakan melalui
sistem perwakilan. Penerapan demokrasi ini berkaitan dengan kenyataan
suatu negara yang jumlah penduduknya semakin banyak, wilayahnya
semakin luas, dan permasalahan yang dihadapinya semakin rumit
dan
kompleks.

Atas Dasar Prinsip Ideologi


Berdasarkan paham ini ada dua bentuk demokrasi, yakni:
a. Demokrasi Konstitusional (demokrasi liberal)
Demokrasi konstitusional adalah demokrasi yang didasarkan pada
kebebasan atau individualisme. Ciri khas demokrasi konstitusional adalah
kekuasaan pemerintahnya terbatas dan tidak diperkenankan banyak campur
tangan dan bertindak sewenang-wenang terhadap warganya. Kekuasaan
pemerintah dibatasi oleh konstitusi.
Menurut M. Carter dan John Herz, suatu negara dinyatakan sebagai negara
demokrasi apabila ; yang memerintah dalam negara tersebut adalah rakyat
dan bentuk pemerintahannya terbatas. Bila suatu lingkungan dilindungi oleh
konvensi dari campur tangan pemerintahan atau hukum, maka rezim ini
disebut liberal.
b. Demokrasi Rakyat
Demokrasi rakyat disebut juga demokrasi proletar yang berhaluan MarxismeKomunisme. Demokrasi rakyat mencita-citakan kehidupan yang tidak
mengenal kelas sosial. Manusia dibebaskan dari keterikatannya kepada
pemilikan pribadi tanpa ada penindasan atau paksaan. Akan tetapi, untuk
mencapai masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan cara paksa atau
kekerasan.
Menurut peristilahan komunis, demokrasi rakyat adalah bentuk khusus
demokrasi yang memenuhi fungsi diktatur proletar. Bentuk khusus ini
tumbuh dan berkembang di negara-negara Eropa Timur (sebelum runtuhnya
Uni soviet 1990), seperti Cekoslovakia, Polandia, Hongaria, Rumania,
Bulgaria, serta Yugoslavia dan Tiongkok. Sistem politik demokrasi rakyat
disebut juga demokrasi proletar yang berhaluan Marxisme-komunisme.
Demokrasi rakyat mencita-citakan kehidupan yang tidak mengenal kelas
sosial. Manusia dibebaskan dari keterikatannya kepada pemilikan pribadi
tanpa ada penindasan serta paksaan. Akan tetapi untuk mencapai
masyarakat tersebut, bila perlu dapat dilakukan dengan cara paksa atau
kekerasan.
7

Dalam pandangan Georgi Dimitrov (Mantan Perdana Menteri Bulgaria),


bahwa demokrasi rakyat merupakan negara dalam masa transisi yang
bertugas untuk menjamin perkembangan negara ke arah sosialisme.
Ciri-ciri demokrasi rakyat dapat dibedakan menjadi dua :
1) Suatu wadah front persatuan (united front) yang merupakan landasan
kerja sama dari partai komunis dengan golongan-golongan lainnya dalam
masyarakat di mana partai komunis berperan sebagai penguasa.
2) Penggunaan beberapa lembaga pemerintahan dari negara yang lama.
Menurut Kranenburg demokrasi rakyat lebih mendewa-dewakan pemimpin.
Sementara menurut pandangan Prof. Miriam Budiardjo, komunis tidak
hanya merupakan sistem politik, tetapi juga mencerminkan gaya hidup yang
berdasarkan nilai-nilai tertentu. Negara merupakan alat untuk mencapai
komusime. Kekerasan dipandang sebagai alat yang sah.

Atas Dasar Yang Menjadi Titik Perhatiannya


Dilihat dari titik berat yang menjadi perhatiannya, demokrasi dapat dibedakan :
a. Demokrasi Formal (negara-negara liberal)
Yaitu demokrasi yang menjunjung tinggi persamaan dalam bidang politik,
tanpa disertai upaya untuk mengurangi/menghilangkan kesenjangan dalam
bidang ekonomi.
b. Demokrasi Material (negara-negara komunis)
Yaitu demokrasi yang menitik beratkan pada upaya-upaya menghilangkan
perbedaan dalam bidang ekonomi, sedangkan persamaan bidang politik
kurang diperhatikan dan bahkan kadang-kadang dihilangkan.
c. Demokrasi Gabungan (negara-negara nonblok)
Yaitu demokrasi yang mengambil kebaikan serta membuang keburukan dari
demokrasi formal dan demokrasi material.

Sedangkan bentuk-bentuk demokrasi menurut Sklar, yaitu terbagi atas 5 (lima)


macam sebagai berikut.
No
1.

Bentuk
Demokrasi
Demokrasi
Liberal

2.

Demokrasi
Terpimpin

3.

Demokrasi Sosial

4.

Demokrasi
Partisipasi
Demokrasi
Konstitusional

5.

Uraian / Keterangan
Yaitu pemerintahan yang dibatasi oleh undang-undang
dan pemilihan umum bebas yang diselenggarakan dalam
waktu yang ajeg. Banyak negara-negara di Afrika
mencoba menerapkan model ini, tetapi hanya sedikit
yang bisa bertahan.
Para pemimpin percaya bahwa tindakan mereka
dipercayai rakyat, tetapi menolak persaingan dalam
pemilihan umum untuk menduduki kekuasaan.
Yaitu menaruh kepedulian pada keadaan sosial dan
egalitarianisme bagi persyaratan untuk memperoleh
kepercayaan politik.
Yaitu menekankan hubungan timbal balik antara
penguasa dan yang dikuasai.
Yaitu menekankan pada proteksi khusus bagi kelompokkelompok budaya dan menekankan kerja sama yang
8

erat diantara elite


masyarakat utama.

yang

mewakili

bagian

budaya

Pelaksanaan demokrasi sebagai sistem dan sekaligus budaya politik di suatu


negara dapat berkembang dengan baik, jika tersedia faktor pendukungnya. Dalam
arti umum, para pakar sependapat bahwa kapitalisme-lah yang paling mendukung
perkembangan demokrasi, sehingga demokrasi sendiri dipersepsikan dari
leberalisme. Dengan demikian, demokrasi hanya dapat ditemukan di negara-negara
maju. Sedangkan, liberalisme menurut Rawls ditopang oleh prinsip egalitarianisme,
yaitu adanya jaminan kebebasan politik yang adil, persamaan kesempatan, dan
prinsip mengakui adanya perbedaan.
Di negara sedang berkembang, kebanyakan perkembangan demokrasi
tersendat-sendat, jika kita menggunakan kategori Huntington bahwa di negara
yang berkembang terdapat sistem politik tradisional dengan dua corak yang
dominan, yaitu negara feodal dan negara birokratis yang ditandai dengan
pemusatan kekuasaan. Oleh sebab itu, peluang berkembangnya demokrasi sangat
kecil. Penncok menetapkan tiga syarat tegaknya politik demokratis, yaitu faktor
historis, tatanan sosial ekonomi, dan budaya politik.
Dalam sistem politik dan budaya demokrasi, sangat dimungkinkan adanya
perbedaan pendapat, persaingan, pertentangan di antara individu/kelompok atau
individu dengan kelompok dan atau pemerintah. Hanya saja bagaimana upaya
untuk menciptakan titik temu (sinkronisasi) antara konflik dengan konsensus, dan
bagaimana pula agar konflik yang terjadi tidak merusak sistem. Untuk itulah sikap
tanggap dari pemerintah sangat diperlukan dengan menyedeiakan mekanisme dan
prosedur yang mampu menyelesaikan konflik guna mencapai konsensus
(kesepakatan).
Persoalan lain adalah bagaimana rakyat memperoleh jaminan dari pemerintah
agar benar-benar tanggap terhadap kehendak dan aspirasi rakyat banyak dan
mampu berperilaku demokratis. Menurut Robert Dahl, bahwa untuk menjamin hal
tersebut maka rakyat harus diberi kesempatan untuk :
a. merumuskan preferensi atau kepentingannya sendiri,
b. memberitahukan perihal preferensinya itu kepada sesama warga negara dan
kepada pemerintah melalui tindakan individual maupun kolektif, dan
c. mengusahakan agar kepentingan itu dipertimbangkan secara setara dalam
proses pembuatan keputusan pemerintah, artinya tidak diskriminatif berdasarkan
isi dan asal-usulnya.
Kesempatan tersebut hanya mungkin terlaksana jika lembaga-lembaga dalam
masyarakat bisa menjamin adanya beberapa kondisi sebagai berikut :
a. Kebebasan membentuk dan bergabung dalam organisasi.
b. Kebebasan mengungkapkan pendapat.
c. Hak untuk memilih dalam pemilihan umum.
d. Hak untuk menduduki jabatan publik.
e. Hak para pemimpin untuk bersaing memperoleh dukungan dan suara.
f. Tersedianya sumber-sumber bersaing memperoleh dukungan dan suara.
g. Terselenggaranya pemilihan umum yang bebas dan jujur.
h. Adanya lembaga-lembaga yang menjamin agar kebijaksanaan publik tergantung
pada suara dalam pemilihan umum dan pada cara-cara penyampaian preferensi
yang lain.
Dari penjelasan tersebut di atas, hal yang perlu dipahami bahwa sistem politik
atau budaya demokrasi akan mengatur bagaimana masyarakat melaksanakan
9

tuntutan dan dukungannya ke dalam sistem politik. Walaupun kondisi-kondisi


berupa hak, kesempatan dan kebebasan harus dipenuhi, tidak berarti bersikap dan
bertingkah laku semaunya dalam suasana keterbukaan atau kebebasan politik yang
praktis atau relatif tak terbatas dan tak terkendali, karena akan mengarah pada
sistem politik anarki.

Bonus Info Kewarganegaraan


SEKILAS PERKEMBANGAN DEMOKRASI
Bahwa dalam upaya untuk menciptakan suatu bentuk/sistem pemerintahan
yang baru yang dapat menjamin hak/kepentingan rakyat banyak (demokratis)
sudah berlangsung sejak berabad-abad sebelum tarikh Masehi. Salah seorang
tokoh yang dalam hal ini tidak boleh dilupakan namanyha adalah Solon, yang
dikenal sebagai tokoh pencetus ide demokrasi bagi masyarakat negara kota
(polis) Athena di Yunani pada lebih kurang 600 tahun SM. Solon saat itu tampil
untuk memimpin negara kota Athena di saat perang saudara, saat polis Athena
dipimpin oleh Draco.
Dalam perkembangan lebih lanjut, di Inggris tumbuh paham demokrasi yang
ternyata berbeda dengan negara-negara lain termasuk negara kota Athena.
Perkembangan demokrasi di Inggris didorong oleh pertumbuhan ekonomi dan
industri yang berpengaruh bagi kondisi sosial bangsa Inggris. Semula, pemegang
kekuasaan adalah kaum bangsawan/tuan-tuan tanah dan para ulama (para satria
dan ulama) yang selanjutnya disebut sebagai House of Lord (Majelis Tinggi). Pada
tahun 1295, parlemen Inggris menambah kelengkapan dari unsur wakil-wakil kotakota kecil yang selanjutnya disebut sebagai House of Commons (Majelis Rendah).
Demokrasi modern mulai muncul di daratan Eropa setelah renaissanse
(1350-1600) dan reformasi (1500-1650), disusul kemudian teori trias politika
(1700). Pertama kali muncul kebenaran umum, bahwa ada hak politik manusia
meliputi hak hidup, hak kebebasan dan hak milik (life, liberty, and property).
Perkembangan paham demokrasi selanjutnya, seperti Perancis dan Amerika
diawali dengan revolusi. Revolusi di Perancis pada tahun 1774, dipicu oleh
terbitnya buku Contract Social yang ditulis oleh J.J. Rousseau pada tahun 1772
yang melahirkan pemikiran bahwa kedaulatan tidak dapat dapat dibagi-bagi (bulat)
dan ada di tangan rakyat. Dengan juga revolusi di Amerika, diawali dengan
lahirnya Piagam Virginia (1776) yang berisi tentang Hak-hak Asasi Manusia dan
Kedaulatan. Pada tanggal 4 Juli 1776, Thomas Jefferson di kota Philadelphia
telah menuliskan Piagam Pernyataan Kemerdekaan yang pada akhirnya menjadi
hari kemerdekaan bagi bangsa Amerika. Negara Amerika untuk pertama kalinya di
dunia yang mencantumkan Hak-hak Asasi Manusia di dalam konstitusinya.
Demikian juga akhirnya diikuti oleh negara-negara lain di dunia tentang paham
demokrasi yang meletakkan kedaulatan ada di tangan rakyat.
Sumber : Drs. M. Taopan dalam Demokrasi
Pancasila 1987.

10

Penugasan Praktik
Kewarganegaraan

Setelah mempelajari materi-materi tentang : Pengertian Demokrasi


(Pengertian Umum, Pemikiran Tentang Demokrasi, dan
Macam-Macam Demokrasi), dilanjutkan Penugasan dengan
menjawab pertanyaan atau pernyataan sebagai berikut :
1. Berikan ulasan pengertian kembali tentang demokrasi sesuai pendapat anda
dan tokoh-tokoh terkenal !
Pendapat
anda
tentang
demokrasi ? ....................................................................................................
................................................................................................................................
...................................
No
1.

Tokoh

Uraian Singkat

2.
2. Pengertian demokrasi menurut Abraham Lincoln, dikatakan bahwa demokrasi
adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Berikan
penjelasan singkatnya !
a. Dari
rakyat : .............................................................................................................
......................
..........................................................................................................................
..................................

11

b. Untuk
rakyat : .............................................................................................................
..................
...........................................................................................................................
.................................
3. Macam-macam demokrasi antara lain dapat dilihat atas dasar yang menjadi titik
perhatiannya. Beri penjelasan singkat pada kolom di bawah ini!
Demokrasi Formal

Demokrasi Material

.............................................................
.................
.............................................................
.................
.............................................................
.................
.............................................................
.................

.............................................................
.................
.............................................................
.................
.............................................................
.................
.............................................................
.................

4. Berikan tanggapan penjelasan, mengapa sebagai warga negara dirasakan


penting untuk memahami budaya demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara!
................................................................................................................................
...................................
................................................................................................................................
...................................
................................................................................................................................
...................................
................................................................................................................................
...................................
5. Tuliskan perbedaan dan persamaan mendasar antara bentuk demokrasi liberal
dan demokrasi konstitusional di bawah ini !
Persamaan

Perbedaan

.............................................................
................

.............................................................
.................

.............................................................
................

.............................................................
.................

.............................................................
................

.............................................................
.................

.............................................................
................

.............................................................
.................

12

4. Ciri-Ciri Demokrasi
Dalam negara dengan sistem politik demokrasi, pada umumnya ditandai dengan
ciri-ciri sebagai berikut :
a. Adanya pembatasan terhadap tindakan pemerintah untuk memberikan
perlindungan bagi individu dan kelompok, baik dalam penyelenggaraan
pergantian pimpinan secara berkala, tertib damai dan melalui alat-alat
perwakilan rakyat yang efektif. Pembatasan ini tidak berarti bahwa tidak adanya
campur tangan pemerintah dalam beberapa segi kehidupan, sepanjang undangundang memberikan wewenang untuk itu.
b. Prasarana pendapat umum baik pers, televisi, dan radio harus diberi
kesempatan untuk mencari berita secara bebas dalam merumuskan pendapat
mereka. Karena kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, berserikat dan
berkumpul, merupakan hak-hak politik dan sipil yang sangat mendasar.
c. Sikap menghargai hak-hak minoritas dan perorangan, lebih mengutamakan
musyawarah dari pada paksaan dalam menyelesaikan perselisihan, sikap
menerima legitimasi dari sistem pemerintahan.

Fokus Kita :
Esensi ciri-ciri empiris demokrasi, adalah bahwa demokrasi
senantiasa berkaitan erat dengan pertanggungjawaban (account
ability), kompetisi, keterlibatan, dan tinggi rendahnya kadar untuk
menikmati hak-hak dasar, seperti hak untuk berekspresi, berserikat,
Dalam pandangan Bingham Powel, Jr yang mengkaji demokrasi secara
empirik, deskriptif, institusional dan prosedural berdasarkan political performance,
menegaskan tentang ciri-ciri demokrasi sebagai berikut :
a. Legitimasi pemerintah didasarkan pada klaim bahwa pemerintah tersebut
mewakili keinginan rakyatnya, artinya klaim pemerintah untuk patuh pada aturan
hukum didasarkan pada penekanan bahwa apa yang dilakukan merupakan
kehendak rakyat.
b. Pengaturan yang mengorganisasikan perundingan (bargaining) untuk
memperoleh legitimasi dilaksanakan melalui pemilihan umum yang kompetitif.
Pemilihan dipilih dengan interval yang teratur, dan pemilih dapat memilih di
antara beberapa alternatif calon. Dalam praktiknya, paling tidak terdapat dua
partai politik yang mempunyai kesempatan untuk menang sehingga pilihan
tersebut benar-benar bermakna.
c. Sebagian besar orang dewasa dapat ikut serta dalam proses pemilihan, baik
sebagai pemilih maupun sebagai calon untuk menduduki jabatan penting.
d. Penduduk memilih secara rahasia dan tanpa dipaksa.
e. Masyarakat dan pemimpin menikmati hak-hak dasar, seperti kebebasan
berbicara, berkumpul, berorganisasi, dan kebebasan pers. Baik partai politik
yang lama maupun yang baru dapat berusaha untuk memperoleh dukungan.
Dalam bukunya Introduction to Democratic Theory Pandangan Henry B. Mayo
memberikan ciri-ciri demokrasi dari sejumlah nilai (values), yaitu :
a. menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga;
b. menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat
yang sedang berubah ;

13

c. menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur (Orderly succession of


rulers);
d. membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum (Minimum of coercion);
e. mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman (deverity) dalam
masyarakat;
f. menjamin tegaknya keadilan.
Di negara-negara berkembang (dengan sistem politiknya yang sedang transisi),
pada umumnya masih mencari bentuk yang selaras dengan tingkat perkembangan
masyarakat untuk mencari dan menemukan identitas demi kebaikan bersama. Ciri
yang menonjol adalah eksekutif sangat berperan (dominatif) dalam
mengembangkan identitas bersama dan merumuskan kebijakan pembangunan
ekonomi guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, di satu sisi
nampaknya berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonominya, namun di sisi lain
infra struktur politik hanya berperan sebagai pendukung saja.
Karena hubungan kekuasaan yang bersifat dominatif, maka pelaksanaannya
cenderung bersifat paksaaan otoriter dari pada konsensus. Hal ini berakibat akan
semakin jauh dari ciri-ciri khas demokrasi yang antara lain adanya jaminan hak-hak
asasi manusia, warga negara sama kedudukannya dihadapan hukum dan
pengadilan, hak-hak politis seperti berserikat, berkumpul, beroposisi diakui, dan
sebagainya.

Bonus Info Kewarganegaraan

14

Dalam sistem politik demokrasi, mekanisme politik antara infra dan


suprastruktur politik sering mengalami perubahan atau pertukaran dengan cara
yang tertib. Sukarna menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan
mekanisme politik demokrasi dapat berjalan dengan tertib adalah sebagai berikut :
a. Dalam sistem politik demokrasi terdapat lebih dari satu partai politik, sehingga
memungkinkan adanya pemilihan yang selektif tergantung kepada prestasi
kerjanya untuk rakyat.
b. Adanya lembaga pemilihan umum yang bebas dan rahasia, sehingga pada
pemilihan tidak merasa tertekan oleh pihak manapun untuk menentukan
pilihannya.
c. Adanya kebebasan pers, sehingga dapat membina opini masyarakat dan
melakukan sosial control.
d. Adanya kesadaran daripada anggota masyarakat, yang disebabkan oleh
pengaruh pengalaman dan pendidikan, bahwa terjadinya perubahan dalam
mekanisme politik merupakan suatu kewajaran dalam sistem demokrasi.
e. Disebabkan partai politik mendasarkan perjuangannya kepada program, maka
masyarakat dapat menilai mana program partai yang terbaik dan dapat menilai
hasilnya.
f. Perubahan mekanisme politik tidak menimbulkan perubahan dasar negara,
bentuk pemerintahan dan sistemnya, sehingga negara tetap dalam keadaan
aman dan tertib, karena tidak timbulnya perpecahan/ peperangan disebabkan
ideologi yang berbeda.
g. Keadaan ekonomi yang telah maju dan relatif menyebar kepada seluruh
lapisan masyarakat, sangat membantu terhadap kestabilan politik, sehingga
rakyat tidak bisa dipengaruhi oleh sesuatu ideologi yang berbeda dengan
ideologi negaranya. (Itulah sebabnya partai komunis di Inggris, pada sekarang
tidak dapat berkembang).
h. Keadaan masyarakat yang telah terbiasa hidup dalam demokrasi menganggap
bahwa perbedaan-perbedaan pemikiran perubahan-perubahan di dalam
masyarakat yang demokratis, sehingga terjadi pergantian pemerintahan
sebagai hasil pemilihan umum tidak dianggap sebagai sesuatu yang
mengejutkan melainkan sesuatu yang wajar dalam proses yang wajar.
i. Setiap kali pemerintah berganti berdasarkan hasil pemilihan umum tidak
menimbulkan perubahan fundamental dalam ketatanegaraan, melainkan
perubahan konsepsional dan operasional yang selaras dengan konstitusi,
sehingga tidakmenimbulkan kegoncangan terhadap masyarakat.
j. Rakyat mempercayai bahwa aparatur pemerintahan yang berkuasa dan yang
akan berkuasa akan bekerja dengan keras untuk menjadi public servant yang
terbaik daripada rakyatnya, bukan public oppressor terhadap rakyatnya.
Sumber : Arifin Rahman dalam Sistem Politik Indonesia
1998.

5. Prinsip-Prinsip Demokrasi
Mewujudkan sistem politik yang demokratis di dalam suatu negara, bukanlah
sesuatu yang mudah. Demokrasi tidak dirancang demi efisiensi dan pembangunan,
akan tetapi demi pertanggungjawaban sebuah pemerintahan demokrasi untuk
memperoleh dukungan publik. Untuk memperoleh dukungan publik dengan baik,
maka setiap bangsa dalam satu kesatuan sistem politik negara, harus mampu
menata pemerintahan yang berpijak pada sejarah dan kebudayaan sendiri dengan
berpedoman kepada prinsip-prinsip dasar demokrasi yang diakui secara universal.
15

Menurut Melvin I. Urofsky ada 11 (sebelas) prinsip demokrasi yang dikenali dan
diyakini sebagai kunci untuk memahami bagaimana demokrasi bertumbuh kembang
sebagai berikut :
a. Prinsip pemerintahan berdasarkan konstitusi,
b. Pemilihan umum yang demokratis,
c. Federalisme pemerintahan negara bagian dan lokal,
d. Pembuatan undang-undang,
e. Sistem peradilan yang independen,
f. Kekuasaan lembaga kepresidenan,
g. Peran media yang bebas,
h. Peran kelompok-kelompok kepentingan,
i. Hak masyarakat untuk tahu,
j. Melindungu hak-hak minoritas, dan
k. Kontrol sipil atas militer.

Fokus Kita :
Berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi yang umum berlaku, dapat
diperoleh cakupan prinsip-prinsip sebagai berikut :
Demokrasi sebagai sumber utama dari semua kewenangan adalah
rakyat.
Harus adanya pembagian kekuasaan sehingga tak ada satu bagian
pun dari pemerintahan yang bisa menjadi begitu kuat yang akan
menindas keinginan rakyat.
Hak-hak individu dan minoritas harus dihargai, dan mayoritas tidak
Prinsip-prinsip dasar demokrasi secara univerasal, memberi ketegasan bahwa
yang disebut pemerintahan yang demokratis adalah pemerintahan yang
menempatkan kewenangan tertinggi berada di tangan rakyat, kekuasaan
pemerintah harus dibatasi, dan hak-hak individu harus dilindungi. Namun demikian,
dalam praktiknya di banyak negara masih banyak kelemahan dan ketidaksesuain
dengan prinsip-prinsip demokrasi sebagaimana dikemukakan Melvin tersebut.
Penerapan prinsip-prinsip demokrasi di masing-masing negara bersifat kondisional,
artinya harus disesuaikan dengan situasi negara dan kondisi masyarakat yang
bersangkutan.
Sementara Lyman Tower Sargent, berpendapat ada beberapa unsur/prinsipprinsip yang secara umum dianggap penting dalam demokrasi, antara lain yaitu :
a. keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik,
b. tingkat persamaan tertentu di antara warga negara,
c. tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh para
warga negara
d. suatu sistem perwakilan, dan
e. suatu sistem pemilihan kekuasaan mayoritas.
Dalam negara demokrasi, warga negara seharusnya terlibat antara lain dalam
pembuatan keputusan keputusan politik, baik langsung maupun melalui wakil
pilihan mereka. Keterlibatan tersebut baik melalui partisipasi aktif dalam partai
politik, kelompok penekan, atau menghadiri rapat-rapat politik dan mampu
mengatakan sesuatu tentang kebijaksanaan politik, terutama hal-hal yang
dikerjakan atas nama publik.
Dalam sistem demokrasi perwakilan, keterlibatan warga negara diusahakan
dapat mendorong aparatur negara agar bersikap responsif terhadap tuntutan
16

sebagian besar warga negara. Ada dua pendekatan tentang keterlibatan warga
negara yang telah dikembangkan yakni teori elitis dan partisipatori :
No Pendekatan
Uraian / Keterangan
1. Teori Elitis
Menegaskan bahwa demokrasi adalah suatu metode
pembuatan keputusan yang mengokohkan efisiensi dalam
administrasi dan pembuatan kebijaksanaan namun menuntut
adanya kualitas ketanggapan pihak penguasa dan kaum elit
terhadap pendapat umum.
2. Teori
Menegaskan bahwa demokrasi menuntut adanya tingkat
Partisipatori keterlibatan yang lebih tinggi, karena sangat diperlukan untuk
mendatangkan keuntungan seperti ini- kita harus menegakkan
kembali demokrasi langsung.
Keterlibatan warga negara dalam sistem demokrasi, terutama merupakan suatu
langkah untuk mengendalikan tindakan-tindakan para pemimpin politik.
Argumentasi teori elistis berpusat pada efisiensi dan ketidak mampuan para pemilih
untuk menetapkan keputusan yang memadai. Dalam pandangan ini, warga negara
yang memberikan suaranya, hanyalah suatu mekanisme untuk menengahi
persaingan dan kompetisi antar elit. Bahwa selama persaingan itu bersifat jujur,
tidak satupun kelompok tunggal/elit dapat melakukan dominasi. Para penguasa
dapat selalu dikontrol agar tidak menyalahgunakan kekuasaannya oleh mayarakat
melalui berbagai perwakilan kelompok kepentingan.
Dalam teori dan praktik politik demokrasi, masalah lain yang tidak kalah
pentingnya adalah tingkat persamaan. Beberapa negara baik yang menerapkan
sistem politik demokratis maupun bukan, selalu berupaya mencapai tingkat
persamaan yang lebih besar. Berkenaan dengan masalah tingkat persamaan di
dalam masyarakat, terdapat 5 (lima) ide yang terpisah atau merupakan kombinasi
sebagai berikut : persamaan politik, persamaan di muka hukum, persamaan
kesempatan, persamaan ekonomi, dan persamaan sosial atau persamaan hak.
a. Persamaan politik, yaitu mencakup dua hal yang terpisah :
Persamaan hak suara, merupakan persamaan yang antara lain menuntut
hal-hal sebagai berikut :
1) setiap individu harus mempunyai akses yang mudah dan pantas ke
tempat pemilihan;
2) setiap orang harus bebas untuk menentukan pilihannya sesuai dengan
keinginannya;
3) setiap suara harus diberi nilai yang sama pada saat perhitungan.
Kondisi ini jarang terpenuhi karena ada pembedaan terhadap para penjahat
dan terhukum, tapi memberikan harapan dengan ukuran dan kriteria yang
dapat memilih tanpa diskriminasi terutama terhadap hak pilih kaum wanita.

Persamaan untuk dipilih, sebagai pejabat pemerintah, berlaku persyaratan


usia dan kualifikasi khusus dengan tidak ditentukan oleh kekayaan.

b. Persamaan di depan hukum, yaitu menunjukkan adanya perlakuan dengan


cara yang sama oleh sistem resmi yang berlaku. Suatu fungsi utama hukum dan
prosedur adalah untuk membentuk hukum-hukum umum yang diharapkan
diterima dan dipatuhi semua orang atau bersedia menerima segala
konsekuensinya. Hukum merupakan kekuatan yang menyamakan semua
anggota masyarakat yang ditetapkan secara adil.
17

c. Persamaan kesempatan, biasanya mengacu pada sejauh mana setiap individu


dalam masyarakat mengalami peningkatan dan penurunan dalam sistem kelas
atau status sosialnya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Bagi setiap
individu tidak ada halangan untuk bekerja keras guna mencapai prestasi
tertinggi yang diraihnya.
d. Persamaan ekonomi, dapat diartikan bahwa setiap individu di dalam
masyarakat diupayakan memiliki kesempatan yang sama dalam mengelola
produksi barang/jasa, dan tingkat pendapatan serta kesejahteraan yang
memadai. Ditinjau dari sudut keadilan distributif, hal ini dirasakan tidak adil
karena setiap individu kenyataannya berbeda tingkat kebutuhannya dan
kemampuan untuk meraihnya. Persoalan berikutnya adalah bagaimana negara
mampu memberikan jaminan minimum di bidang keamanan ekonomi sebagai
bentuk nyata berjalanya sistem demokratis.
e. Persamaan sosial, dalam arti sempit dapat dikatakan bahwa hal ini berarti tidak
ada asosiasi publik atau asosiasi pribadi yang bisa menciptakan halangan
buatan bagi kegiatan-kegiatan dalam asosiasi. Persamaan sosial mengacu pada
alpanya perbedaan-perbedaan status dan kelas yang telah dan masih dikenal di
seluruh masyarakat. Boleh jadi persamaan sosial mencakup aspek-aspek
persamaan kesempatan.

Bonus Info Kewarganegaraan


PERWAKILAN DALAM SISTEM DEMOKRASI
Teori-teori tentang perwakilan muncul sebagai reaksi bahwa demokrasi
berlangsung hanya mampu berfungsi dalam suatu negara yang wilayah dan
jumlah penduduknya agak kecil. Maka sejumlah teori dikembangkan untuk
menegaskan bahwa masalah ini harus ditanggulangi oleh seorang individu yang
mewakili wilayah atau sejumlah orang. Seringkali ditandaskan bahwa, wakil harus
menjadi makrokosmos dari kemajemukan kepentingan yang ditemukan dalam diri
para pemilih, karena masing-masing kepentingan terpisah sampai tingkat tertentu.
Hanna Fenichal menandaskan bahwa teori-teori perwakilan sangat kompleks,
di mana kata mewakili yang membantu menciptakan suatu pemahaman terhadap
masalahnya.
Pertama : kita sering berkata bahwa sesuatu mewakili suatu yang lain bila ia
merupakan reproduksi yang meyakinkan atau merupakan suatu salinan
yang tepat dari aslinya.
Kedua
: kita menggunakan kata mewakili dalam arti bahwa satu benda
menyimbolkan benda yang lain.
Ketiga
: kita juga sering menggunakan kata mewakili dalam arti di mana ahli
hukum bertindak untuk mewakili kliennya.
Masalah yang timbul bagi wakil, apakah ia sebagai agen bebas yang
merupakan wakil hanya dalam arti bahwa ia dipilih orang-orang dalam suatu
wilayah tertentu atau sebagai agen bagi individu atau kelompok tertentu dengan
harapan ia terpilih kembali. Atau ia sebagai wakil partai yang bertindak atas nama
partai, karena ia tidak terlibat langsung terhadap masalah-masalah yang dihadapi
para pemilih. Boleh jadi, sebagai wakil dan bertindak dalam apa yang ia yakini
sebagai kepentingan terbaik bagi bangsa sebagai suatu kesatuan. Salah satu
masalah pokok dalam demokrasi perwakilan adalah, bagaimana menciptakan
18

iklim yang kondusif agar masyarakat sebagai suatu kesatuan memainkan peranan
langsung dalam pembuatan keputusan politik.
Tujuan utama sistem perwakilan dalam negara demokrasi adalah menyediakan
sarana bagi para warga negara agar terbiasa melakukan kontrol tertentu terhadap
pembuatan keputusan politik pada saat mereka tidak dapat secara langsung
membuat keputusan itu sendiri. Hal ini didasari pemikiran, bahwa wakil rakyat
tidak dapat mengabdi seumur hidupnya, maka diciptakanlah sarana lain berupa
sistem pemilihan yang dilakukan secara periodik. Sistem pemilihan merupakan
salah satu ciri utama sistem demokrasi.
Sumber : Arifin Rahman dalam Sistem Politik Indonesia
1998.

6. Demokratisasi
Istilah demokratisasi yang muncul ke permukaan sejak tahun 1970-an, akhirakhir ini menjadi menarik setelah terjadi transisi demokrasi yaitu dengan adanya
perubahan perilaku para elit politik. Disebutkan oleh ODonnell dan Schmitter
bahwa sikap para elit, perhitungan-perhitungan dan kesepakatan-kesepakatan
yang telah dibuatnya umumnya menentukan apakah pembukaan kesempatan (bagi
demokrasi) akan terjadi atau tidak. Dalam pelaksanaan demokratisasi, bahwa
kendala struktural sangat memegang peranan penting walaupun bukan menjadi
tumpuan. Banyak asumsi dan pendapat ahli bahwa budaya demokrasi banyak yang
hancur karena antara lain faktor-faktor sosial atau ekonomi pada tingkat makro.
Akan tetapi yang lebih menentukan adalah karena lemahnya para elit dalam
mengendalikan kepemimpian.
Kondisi ideal sebuah negara demokrasi, tentu saja banyak dicita-citakan oleh
masyarakat yang menginginkan kedamaian dan kesejahteraan hidup. Tetapi untuk
menuju ke arah hal tersebut, bukanlah sesuatu yang mudah. Proses dalam menuju
kondisi-kondisi demokrasi inilah yang disebut dengan demokratisasi.
Demokratisasi dapat menjadi jalan untuk keluar dari otoritarianisme, karena proses
ini akan mengembalikan hak-hak rakyat yang antara lain untuk berpartisipasi dalam
kegiatan politik, ekonomi, sosial kebudayaan dan sebagainya.
Demokratisasi, merupakan proses pendemokrasian segenap rakyat untuk turut
serta dalam pemerintahan melalui wakil-wakilnya. Atau turut serta dalam berbagai
bidang kegiatan (masyarakat/negara) baik langsung atau tidak langsung, dengan
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi
warga negara.

Fokus Kita :
Menurut Diamond bahwa di seluruh dunia sedang berkembang
yang paling banyak menyumbang pada pengembang demokrasi adalah
gaya kepemimpinan yang fleksibel, akomodatif, dan konsepsual.
Konseptualisasi yang muncul dari pengalaman transisi demokrasi,
nampak menonjolkan dua karakteristik sebagai berikut :
1. pendefinisian yang menekankan dimensi prosedural yaitu demokrasi
yang mempersoalkan tata cara memerintah.
2. eksplanasi atau penjelasan terhadap keberhasilan demokratisasi
yang menekankan peranan agen sebagai determinan pokok. Yaitu
demokratisasi hanya akan terjadi kalau ada aktor politik yang
19

Demokratisasi, biasanya diawali dengan adanya liberalisasi (meluasnya


kebebasan) yang selanjutnya berkembang dengan longgarnya media massa, akses
masyarakat terhadap politik, dan adanya penghargaan terhadap keberagaman
(pluralisme). Demokratisasi merupakan bentuk yang lebih luas dari pada sekedar
liberalisasi, karena dalam tahap ini terdapat persaingan terbuka untuk memperoleh
dukungan rakyat yang antara lain dalam pengisian jabatan-jabatan publik melalui
pemilihan umum.
Sebagai sebuah proses, demokratisasi bukanlah proses yang berjalan linier
(lurus) tahap demi tahap. Akan selalu ada hambatan dalam menuju suatu titik aspek
baik yang datang dari sekelompok masyarakat atau dari pemerintah itu sendiri. Jadi,
demokratisasi di dalam satu negara tidak selamanya terus meningkat menuju suatu
tahap kemajuan yang tetap (konstan). Sekali waktu, timbul masa turun naik,
gerakan perlawanan, pemberontakan, perang saudara atau mungkin saja terjadi
revolusi, dan sebagainya.
Kriteria untuk sebuah masyarakat dan negara yang melakukan demokratisasi,
dapat dicermati sebagaimana pendapat Robert A. Dahl berikut ini :
No
Kriteria
1. Partisipasi
Efektif

2.

Persamaan
Suara

3.

Pemahaman
Yang Jelas

4.

Pengawasa
n Agenda

5.

Pencakupan
Orang
Dewasa

Uraian / Keterangan
Sebelum sebuah kebijakan digunakan oleh asosiasi (negara),
seluruh anggota harus mempunyai kesempatan yang sama
dan berpartisipasi efektif, agar pandangan mereka diketahui
oleh anggota-anggota lainnya sebagaimana seharusnya
kebijakan itu dibuat.
Bila sebuah keputusan tentang kebijakan dibuat, maka setiap
anggota harus mempunyai kesempatan yang sama dan efektif
untuk memberikan suara dan seluruh suara harus dihitung
sama.
Dalam batas waktu yang rasional, setiap anggota harus
mempunyai kesempatan yang sama dan efektif untuk
mempelajari kebijakan-kebijakan alternatif yang relevan dan
konsekuensi-konsekuensi yang mungkin.
Setiap anggota harus mempunyai kesempatan eksklusif untuk
memutuskan bagaimana dan apa permasalahan yang dibahas
dalam agenda.
Semua, atau paling tidak sebagian besar orang dewasa yang
menjadi penduduk tetap seharusnya
memiliki hak
kewarganegaraan penuh yang ditunjukkan oleh empat kriteria
sebelumnya.

Dalam pandangan Diamond, Linz, dan Lipset yang pernah melakukan


penelitian tentang demokrasi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, mengatakan bahwa
Prestasi dan kemampuan rezim... sebagian adalah hasil kebijakan dan pilihan
yang diterapkan oleh para pemimpin, yang tentu saja bertindak dalam batas-batas
kendala lingkungan struktual yang mereka warisi. Bahkan struktur-struktur dan
lembaga-lembaga, terutama struktur dan lembaga politik, dibentuk oleh tindakan
dan pilihan para pemimpin politik. Semakin tidak menguntungkan dan semakin
ketat kendala struktural-struktural yang dihadapi, maka demi kelestarian demokrasi
para pemimpin politik itu harus semakin pintar, semakin inovatif, semakin berani,
dan semakin berketetapan hati untuk memperjuangkan demokrasi.
20

Nampaknya mereka berkeyakinan, bahwa kalau terdapat lingkungan struktural


yang tidak kondusif untuk demokratisasi, seringkali terjadi karena ketidakmampuan
sebagian para politisi dalam menghasilkan reformasi ekonomi dan inovasi
kelembagaan yang diperlukan bagi tumbuhnya demokrasi. Mereka menekankan
pentingnya komitmen para pemimpin politik yang kuat terhadap demokrasi.
Pemimpin yang memiliki komitken terhadap demokrasi, tentu tidak akan melakukan
kekerasan, penggunaan sarana ilegal dan inkonstitusional untuk mengejar
kekuasaan, serta akan mencegah tindakan anti demokrasi oleh partisipan lain.

Penugasan Praktik
Kewarganegaraan

Carilah sumber informasi lain baik dari buku, koran, majalah, internet,
buletin dan sebagainya, kemudian lakukan hal-hal berikut :
Rumuskan kembali tentang pemahaman ciri-ciri dan prinsip-prinsip
demokrasi !
Berikan alasan penjelasan, mengapa di dalam kehidupan bernegara
dalam sistem politik demokrasi, legitimasi pemerintah sebagai
dukungan rakyat banyak sangat penting !
Berikan penjelasan pentingnya keterlibatan warga negara dalam
pembuatan keputusan politik, di dalam suatu negara !
Jelaskan yang dimaksud dengan demokratisasi pada negara yang
menerapkan sistem politik demokrasi !
Berikan penjelasan singkat perbedaan antara ciri-ciri demokrasi
dengan prinsip-prinsip demokrasi !

Bonus Info Kewarganegaraan

PARTISIPASI DEMOKRASI PUBLIK MEMBAIK


Partisipasi publik dalam demokratisasi di Indonesia dinilai makin baik.
Patisipasi itu ditunjukkan dengan munculnya kekuatan masyarakat madani yang
mampu mempengarahi munculnya kebijakan publik dan bahkan terlibat dalam
proses pembentukannya. Rakyat juga dinilai cepat menangkap pentingnya
partisipasi itu.
Demikian diungkapkan Direktur Wilayah The Asian Foundation untuk Kajian
Islam dan Pembangunan, Robin Bush, sesuai mengikuti diskusi peluncuran buku
baru, antara lain Asas Moral dalam Politik karangan Ia Shapiro dan Memperkuat
Negara karangan Francis Fukuyama. Saya agak optimis dalam beberapa tahun
ke depan akan ada beberapa sistem untuk memonitor pembentukan kebijakan
dan tingkat kabupaten. Saya melihat demokratisasi di Indonesia berjalan baik,
tuturnya.
Ia mengagumi proses itu karena dalam kurun waktu delapan tahun Indonesia
mulai memasuki arena demokratisasi yang makin dewasa. Kenyataan bahwa saat
ini sebagian besar masyarakat masih belum dapat merasakannya, Robin melihat
persoalan yang dihadapi Indonesia sangat banyak.
Sumber
19/04/2006.

Kompas,

21

C. CIRI-CIRI MASYARAKAT MADANI


1. Konsepsi Masyarakat Madani (Civil Society)
Mengenai penggunaan istilah masyarakat madani, sebagian besar scholars di
Indonesia sepakat bila digunakan sebagai padanan yang tepat untuk istilah civil
society. Selain istilah ini, civil society juga diterjemahkan ke dalam istilah-istilah lain,
seperti masyarakat sipil, masyarakat kewargaan, masyarakat warga, masyarakat
beradab atau masyarakat berbudaya.
Bertolak dari hal tersebut, maka istilah masyarakat madani merupakan padanan
dari istilah civil society, sehingga eksplorasi konsep ini relevan dengan substansi
istilah terakhir. Hal yang dikemukakan di sini bukan konsep masyarakat madani
disorot secara etimologis, melainkan ke arah substansi dan indikator-indikatornya,
sehingga mempermudah untuk mengidentifikasi dalam konteks pembentukannya
dari sisi politik.
Secara rinci substansi konsep masyarakat madani (civil society) dari beberapa
ahli bisa kita lihat berikut ini :
Sumber
M. Dawam
Rahardjo

Franz
Magnis
Suseno

Substansi
Indikator
..suatu
ruang
(realm) Mempunyai
kekuasaan
yang
partisipasi
masyarakat,
memancar dari dalam dirinya,
dalam
perkum-pulanberupa rasionalitas yang akan
perkumpulan
sukarela
menuntun anggota masyarakat
(voluntary
association),
kearah kebaikan umum (Locke,
media massa, perkumpulan
Rosseau, Adam Smith).
profesi, serikat buruh tani, Memiliki potensi untuk bisa
gereja atau perkumpulanmengatur dirinya sendiri secara
perkumpulan keagamaan..
rasional dan mengandung unsur
(civil society).
kebebasan (Gramsci).
Terdiri dari organisasi-organisasi
yang melayani kepentingan umum,
atau memiliki rasionalitas dan
mampu mengatur dirinya sendiri
secara bebas.
Civil
Society
diterjemahkan
menjadi
masyarakat
madani,
mengandung tiga hal, yaitu:
agama, peradaban dan perkotaan.
..wilayah-wilayah
Keberadaannya didekati secara
kehidupan
sosial
yang
faktual dan bukannya dengan
terorganisasi dan bercirikan
pendekatan normatif.
antara lain, kesuka-relaan Terorganisasi,
Sukarela,
(voluntary),
keswasemSwasembada,
Swadaya,
dan
badaan (self generating),
Mandiri.
dan keswadayaan (self Terikat dengan norma-norma atau
supporting),
kemandirian
nilai-nilai hukum yang diikuti
tinggi berhadapan dengan
warganya.
22

Nurcholis
Madjid

Riswandha
Imawan

Adi Suryadi
Culla

Fahmi
Huwaydi

negara, dan keterikatan Secara hakiki harus bebas secara


dengan norma-norma atau
internal.
nilai-nilai hukum yang diikuti Masyarakat diatur oleh pihak-pihak
oleh warganya (masyarakat
yang dapat menjamin kebebasan
madani).
sege-nap
warga
masyarakat,
individu,
dan
kolektif
untuk
mewujudkan kehidupan menurut
cita-cita mereka sendiri.
Kehidupan
bersama
harus
didukung oleh suatu konsensus
dasar.
..perkataan
madinah, Adanya kedaulatan rakyat sebagai
dalam peristilahan modern,
prinsip
kemanusiaan
dan
menunjuk kepada semangat
musyawarah.
dan pengertian civil society, Berpartisipasi dan mengambil
suatu istilah Inggris yang
bagian
dalam
proses-proses
berarti masyarakat sopan,
menentukan kehidupan bersama,
beradab dan teratur dalam
terutama di bidang politik.
bentuk negara yang baik.
Memiliki
sikap-sikap
terbuka,
lapang dada, penuh pengertian
dan kesediaan untuk senantiasa
mem-beri maaf secara wajar dan
pada tempatnya.
..masyarakat
madani Menginginkan
kesejajaran
merupakan konsep tentang
hubungan antara warga negara
keberadaan
satu
dan negara atas dasar prinsip
masyarakat yang dalam
saling menghormati.
batas-batas tertentu mampu Berkeinginan
membangun
memajukan dirinya sendiri
hubungan yang bersifat konsultatif
melalui penciptaan aktivitas
antara warga negara dan negara.
mandiri, dalam satu ruang Bersikap dan berperilaku sebagai
gerak
yang
tidak
citizen yang memiliki hak dan
memungkinkan
negara
kebebasan.
melakukan intervensi.
Memperlakukan semua warga
negara sebagai pemegang hak
dan kebebasan yang sama
(Ramlan Subakti).
..pemikiran civil society Berwujud
kelompok-kelompok
memang
umumnya
sosial.
dikaitkan
dengan Memiliki sifat otonom terhadap
pengelompokkan
negara.
masyarakat,
tepatnya
menunjuk
kepada
kelompok-kelompok sosial
yang
salah
satu
ciri
utamanya ialah sifat otonom
terhadap negara.
..masyarakat
madani Banyak
partai,
kelompok,
merupa-kan simbol bagi
himpunan, ikatan, dan lainnya dari
realita
yang
dipenuhi
23

Ernest
Gellner

United
States
Agency for
International
Developmen
t (USAID)

berbagai
kontrol
yang
berbagai corak di luar struktur
bersifat
fakultatif,
yang
negara.
meng-ekspresikan
kehadiran
rakyat,
yang
mana hal itu mengakibatkan
didirikannya
berbagai macam lembaga
swasta dalam masyarakat,
untuk
mengimbangi
(melawan)
terhadap
lembaga kekuasaan.
Civil society: ..masyarakat Tidak mengenal hierarki politik,
yang terdiri atas institusi
ekonomi, ideologi yang tidak
non-pemerintah
yang
mentolerir adanya saingan.
otonom dan cukup kuat Visi plural dalam mendefinisikan
untuk dapat mengimbangi
kebenaran
dan
menentukan
negara
ukuran kebenaran.
Terdapat desentralisasi dalam
segenap aspek kehidupan.
Terciptanya tatanan masyarakat
yang harmonis, yang bebas dari
eksploitasi dan penindasan.
Terciptanya tatanan sosial yang
tidak memerlukan penguatan yang
bersifat memaksa.
Fungsi pemerintah hanya sebagai
penjaga perdamaian di antara
berbagai kepentingan besar.
Merupakan istilah pada
masyarakat sipil yang dapat
diterima
baik
dalam
menjelaskan bidang nonpemerintahan, dan bukan
untuk mencari profit (laba),
serta bersifat mandiri bagi
masyarakat yang bersangkutan".

Kekuatan wacana masyarakat madani terletak pada sisi substansinya, yaitu


sebagai rival yang tepat ketika negara mengembangkan korporatismenya. Di negaranegara dengan tingkat intervensi struktur yang tinggi dan masuk ke segala bidang
kehidupan rakyat, maka wacana ini akan mendapat respon yang cukup kuat. Dalam
praktiknya, masyarakat madani akan mengembangkan model-model organisasi
kemasyarakatan semi otonom dan otonom, guna melepaskan diri dari gurita negara
yang telah merusak sisi kreativitas dan kebebasan masyarakat.
Realitas politik yang terjadi negara kita dan negara-negara berkembang lainnya,
menunjukkan bahwa negara adalah struktur yang dominan, entitas yang dibenarkan
mengatur masyarakat sesuai visi dan keabsahannya. Dengan dalih pembangunan,
kesejahteraan, kepentingan rakyat, intervensi negara seolah-olah sah, hingga masuk
ke sisi terkecil kehidupan masyarakat sekalipun. Sehingga di sinilah letak dominasi
24

perspektif dominasi struktur yang dikembangkan negara, sebagai wacana satusatunya yang berhak hidup dan berkembang, mengabaikan adanya kekuatan
masyarakat madani.
Satu titik yang kemudian bisa kita temukan dalam setiap definisi konsep
masyarakat madani, -- seperti yang dikemukakan beberapa ahli di muka -- adalah
pembahasannya selalu bergandengan dengan eksistensi negara. Baik itu dalam
statement mengimbangi, bermitra atau mengungguli negara. Namun yang pasti,
masyarakat madani akan ada meskipun dalam negara otoriter. Inilah poin utama yang
akan ditemukan dalam setiap pembahsan masyarakat madani.
Sementara itu konsep masyarakat madani yang diabstraksikan para ahli
memiliki indikator sebagai identitas karakter yang dimiliki untuk bisa mengidentifikasi
ada-tidaknya perkembangan masyarakat madani.
Pertama : Sifat partisipatif, yaitu masyarakat madani tidak akan menyerahkan
seluruh nasibnya pada negara, tetapi mereka menyadari bahwa yang akan
dominan menentukan masa depan mereka haruslah berasal dari diri
sendiri. Simulus dan negara bukanlah penentu aktivitas dan programprogram kemajuan masyarakat ke depan, tetapi harus kekuatan
masyarakatlah yang mewarnainya, sehingga apapun konsekuensi dari
setiap kebijakan, program aksi atas nama negara selalu terdapat warna
keinginan masyarakat madani di dalamnya. Dalam tataran praktis
masyarakat madani bisa terlihat dalam setiap proses politik di berbagai
bidang, yang akan dikeluarkan negara.
Kedua : Otonom, yaitu selain sebagai masyarakat pertisipatif, masyarakat madani
juga memiliki karakter mandiri, yaitu dalam mengembangkan dirinya tidak
tergantung dan menunggu bantuan negara. Masyarakat terbiasa dengan
inisiatifnya mampu berinovasi, sekaligus independen secara politik dan
ekonomi. Meskipun mengakui pluralisme, masyarakat konsisten
memanfaatkannya. Begitu pula secara ekonomi, masyarakat madani relatif
mandiri dengan mengembangkan aktivitasnya, dengan menghasilkan dan
membiayai sendiri.
Ketiga : Tidak bebas nilai, yaitu seluruh komponen masyarakat madani memiliki
keterikatan terhadap nilai-nilai, yang merupakan kesepakatan hasil
musyawarah demokratis (bukan sekedar konsensus). Setiap anggota
masyarakat, dalam melakukan aktivitasnya tidak terlepas dari nilai, yang
akan memagari agar manifestasi kreativitas dan inovasinya berada dalam
koridor kebaikan dan tidak merugikan komponen masyarakat lainnya
serta berimplikasi positif. Nilai yang dianut bisa bersumber dari agama dan
digali dari tradisi yang kondusif.
Keempat : Merupakan bagian dari sitem dengan struktur non-dominatif (plural),
yaitu meskipun eksistensinya yang partisipatif dan otonom terhadap
kekuatan negara, namun masyarakat madani adalah bagian dari
komponen-komponen negara. Di luar masyarakat madani, diakui
keberadaan negara dan unsur-unsur masyarakat lainnya. Namun
masyarakat madani mengakuinya, dengan syarat kekuatan-kekuatan yang
berada di luar dirinya tidak mengembangkan interaksi dominatif, seperti
tetap memegang prinsip kompetisi, non-privilege, dan tidak memaksa, yang
intinya mengakui pluralisme sebagai satu dinamika yang dimaknai dan
ditangai secara tepat.

25

Kelima : Termanifestasi dalam organisasi, yaitu prinsip-prinsip organisasi


dipegang oleh masyarakat madani, sebagai perwujudan identitasnya
secara material. Artinya, masyarakat madani bukan merupakan individuindividu yang partisipatif dan otonom saja, tetapi terdiri dari sekumpulan
individu warga negara yang tergabung dalam asosiasi-asosiasi yang
memiliki tatanan yang mampu menjamin anggotanya untuk mampu
mengekspresikan diri, mengembangkan minat, saling tukar informasi,
memediasi perbedaan-perbedaan, dan menciptakan pola-pola hubungan
yang stabil. Di samping itu, mereka juga tertata dalam organisasi modern,
yang mengembangkan nilai-nilainya sendiri secara konsisten.

2. Pengertian Masyarakat Madani


Konsep Masyarakat madani; merupakan penerjemahan istilah dari konsep civil
society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam
ceramahnya pada Simposium Nasional dalam rangka Forum Ilmiah pada acara
Festifal Istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Konsep yang dianjurkan oleh Anwar
Ibrahim ini hendak menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah kelompok
masyarakat yang memiliki peradaban maju.

Fokus Kita :
Masyarakat madani adalah sebuah kelompok atau tatanan
masyarakat yang berdiri secara mandiri dihadapan penguasa dan
negara, memiliki ruang publik (public sphere) dalam mengemukakan
pendapat, adanya lembaga-lembaga yang mandiri yang dapat
menyalurkan aspirasi dan kepentingan publik.
Paradigma dengan pemilihan terma masyarakat ini dilatarbelakangi oleh konsep
kata ilahi, kota peradaban atau masyarakat kota. Disisi lain, pemaknaan Masyarakat
Madani ini juga dilandasi oleh konsep tentang AlMujtama Al Madani yang
diperkenalkan oleh Prof. Naquib al-Attas, seorang ahli sejarah dan peradaban
Islam dari Malaysia dan salah satu pendiri dari Institute for Islamic Though and
Civilization (ISTAC), yang secara defenitif masyarakat madani merupakan konsep
masyarakat ideal yang mengandung dua komponen besar yakni masyarakat kota
dan masyarakat yang beradab. Pendapat umum dan para ahli dalam memberikan
batasan-batasan tentang masyarakat madani adalah sebagai berikut :
a. Dato Seri Anwar Ibrahim
Masyarakat madani adalah masyarakat yang memiliki sistem sosial yang subur
yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara
kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat. Masyarakat mendorong
daya usaha serta inisiatif individu baik dari segi pemikiran, seni, pelaksanaan
pemerintah mengikuti undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu
menjadikan keterdugaan atau predict-ability serta ketulusan atau transparency
sistem.
b. Nurcholish Madjid, M. Dawan Rahardjo, dan Azyumardi Azra
Pada prinsipnya masyarakat madani adalah sebuah tatanan komunitas
masyarakat yang mengedepankan toleransi, demokrasi dan berkeadaban serta
menghargai akan adanya pluralisme (kemajemukkan).

26

c. Zbigniew Rau (Dengan latar belakang kajian kawasan Eropa Timur dan Uni
Soviet).
Masyarakat madani merupakan suatu masyarakat yang berkembang dari
sejarah, yang mengandalkan ruang dimana individu dan perkumpulan tempat
mereka bergabung, bersaing satu sama lain guna mencapai nilai-nilai yang
mereka yakini. Ruang ini timbul diantara hubungan-hubungan yang menyangkut
kewajiban mereka terhadap negara dan bebas dari pengaruh keluarga serta
kekuasaan negara yang diekspresikan dalam bentuk individualisme, pasar
(market) dan pluralisme.
d. Han Sung-joo (Dengan latar belakang kasus Korea Selatan).
Masyarakat madani merupakan sebuah kerangka hukum yang melindungi dan
menjamin hak-hak dasar individu, perkumpulan sukarela yang terbatas dari
negara, suatu ruang publik yang mampu mengartikulasikan isu-isu politik,
gerakan warga negara yang mampu mengendalikan diri dan independen, yang
secara bersama-sama mengakui norma-norma dan budaya yang menjadi
identitas dan solidaritas yang terbentuk serta pada akhirnya akan terdapat
kelompok inti dalam civil society ini.
Konsep Han ini, mengandung 4 (empat) ciri dan prasyarat bagi terbentuknya
masyarakat madani, yakni Pertama, diakui dan dilindunginya hak-hak individu
dan kemerdekaan berserikat serta mandiri dari negara. Kedua
,
adanya
ruang publik yang memberikan kebebasan bagi siapapun dalam
mengartikulasikan isu-isu politik. Ketiga, terdapatnya gerakan-gerakan
kemasyarakatan yang berdasar pada nilai-nilai budaya tertentu. Keempat,
terdapat kelompok inti diantara kelompok pertengahan yang mengakar dalam
masyarakat yang menggerakkan masyarakat dan melakukan modernisasi sosial
ekonomi.
e. Kim Sunhyuk (Dalam konteks Korea Selatan).
Masyarakat madani adalah suatu satuan yang terdiri dari kelompok-kelompok
yang secara mandiri menghimpun dirinya dan gerakan-gerakan dalam
masyarakat yang secara relatif otonom dari negara, yang merupakan satuansatuan dasar dari (re) produksi dan masyarakat politik yang mampu melakukan
kegiatan politik dalam suatu ruang publik, guna menyatakan kepedulian mereka
dan memajukan kepentingan-kepentingan mereka menurut prinsip-prinsip
pluralisme dan pengelolaan yang mandiri.
Menurut Kim, pada adanya organisasi-organisasi kemasyarakatan yang relatif
memposisikan secara otonom dari pengaruh dan kekuasaan negara. Eksistensi
organisasi-organisasi ini mensyaratkan adanya ruang publik (public sphere)
yang memungkinkan untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan tertentu.

Bonus Info Kewarganegaraan

27

LAHIRNYA CIVIL SOCIETY


Istilah civil society berasal dari frase Latin civilis societies yang mulanya
digunakan oleh Cicero (106 43 SM), sebagai seorang pujangga Roma. Civil
society, awalnya berarti komunitas politik, yaitu suatu masyarakat yang
didasarkan pada hukum dan hidup beradab; hal ini berbeda dengan bentuk
masyarakat yang belum terorganisir dan belum teratur.
Selanjutnya istilah ini berkembang terutama melalui pemikiran John Locke
(1632 1704) dan J.J. Rousseau (1712 1778). Walaupun tidak sama persis,
tetapi kurang lebih mereka mengartikannya sebagai masyarakat politik
(political society). Dalam pengertian ini, civil society dibedakan dari keadaan
alami ketika belum terbentuk negara. Dalam kehidupan politik ini, masyarakat
terstruktur dalam sautu negara mendasarkan tata kehidupan mereka pada
hukum. Selain itu, telah ada pula kehidupan ekonomi dalam bentuk pasar dan
penggunaan mata uang, juga pemanfaatan teknologi.
Pengertian civil society seperti tersebut di atas, mendapat penentangan
dari Hegel. Menurutnya, civil society bukanlah satu-satunya hal yang dibentuk
dalam perjanjian masyarakat (social contract). Bagi Hegel, secara keseluruhan
tatanan politik teridiri atas negara di satu pihak dan civil society di pihak lain.
Pada masa kini, istilah civil society digunakan untuk membedakan suatu
komunitas di luar negara atau di luar lembaga politik. Yaitu suatu lembaga
privat yang mandiri dari pemerintah dan terdiri atas individu yang membentuk
kelompok untuk mewujudkan kepentingan mereka sendiri secara aktif. Di
Indonesia istilah ini mulai populer pada era 1990-an. Pada masa itu
berkembang keterbukaan politik menuju demokrasi. Terdapat berbagai
pandangan dari para ahli yang mencoba menerjemahkan konsep civil society
dalam konteks Indonesia.
Beberapa istilah diperkenalkan untuk menyebarluaskan gagasan tentang
civil society, diantara istilah-istilah yang banyak digunakan adalah ; masyarakat
sipil, masyarakat warga, dan masyarakat madani. Walaupun istilah tersebut
berbeda-beda, namun bentuk masyarakat yang dimaksudkan oleh beberapa
pemikir tersebut adalah sama, yaitu masyarakat yang menghargai keragaman
(pluralisme), kritis dan partisipatif dalam berbagai persoalan sosial dan serta
mampu mandiri.

3. Karakteristik/Ciri-ciri Masyarakat Madani


Penyebutan karakteristik masyarakat madani dimaksudkan untuk menjelaskan
bahwa dalam merealisasikan wacana masyarakat madani diperlukan prasyaratprasyarat yang menjadi nilai universal dalam penegakan masyarakat madani.
Prasyarat ini tidak bisa dipisahkan satu sama yang lain atau hanya mengambil
salah satunya saja, melainkan merupakan satu kesatuan yang integral yang
menjadi dasar dan nilai bagi eksistensi masyarakat madani. Karakteristik/ciri-ciri
tersebut antara lain adalah adanya Free Public Sphere, Demokrasi, Toleansi,
Pluralisme, Keadilan Sosial (social justice), dan berkeadaban.
No
Kriteria
Uraian / Keterangan
1. Free Public Yaitu adanya ruang publik yang bebas sebagai sarana dalam
Sphere
mengemukakan pendapat. Menurut Arendt dan Habermas
yang dimaksud dengan ruang publik secara teoritis bisa
28

2.

3.

4.

5.

diartikan sebagai wilayah dimana masyarakat sebagai warga


negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik.
Warga negara berhak melakukan kegiatan secara merdeka
dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul serta
mempublikasikan informasi kepada publik.
Demokratis Merupakan satu identitas yang menjadi penegak wacana
masyarakat madani, dimana dalam menjalani kehidupan,
warga negara memiliki kebebasan penuh untuk menjalankan
aktivitas kesehariannya, termasuk berinteraksi dengan
lingkungannya. Demokratis berarti masyarakat dapat berlaku
santun dalam pola hubungan interaksi dengan masyarakat
sekitarnya dengan tidak mempertimbangkan suku, ras dan
agama. Demokrasi merupakan salah satu syarat mutlak bagi
penegakan masyarakat madani. Penekanan demokrasi
(demokratis) di sini dapat mencakup sebagai bentuk aspek
khidupan seperti politik, sosial, budaya, pendidikan, ekonomi
dan sebagainya.
Toleran
Toleran adalah suatu sikap yang dikembangkan dalam
masyarakat madani untuk menunjukkan sikap saling
menghargai dan menghormati aktivitas yang dilakukan oleh
orang lain. Toleransi ini memungkinkan adan adanya kesadaran
masing-masing individu untuk menghargai dan menghormati
pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh kelompok
masyarakat lain yang berbeda.
Toleransi menurut Nurcholish Madjid merupakan persoalan
ajaran dan kewajiban melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi
menghasilkan adanya tata cara pergaulan yang enak antara
berbagai kelompok yang berbeda-beda, maka hasil itu harus
dipahami sebagai hikmah atau manfaatdari pelaksanaan
ajaran yang benar.
Pluralisme Sebagai sebuah prasyarat penegakan masyarakat madani,
maka pluralisme harus dipahami secara mengakar dengan
menciptakan sebuah tatanan kehidupan yang menghargai dan
menerima kemajemukan dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Pluralisme tidak bisa dipahami hanya dengan sikap mengakui
dan menerima kenyataan masyarakat yang majemuk, tetapi
harus disertai dengan sikap yang tulus untuk menerima
kenyataan pluralisme itu sebagai bernilai positif, merupakan
rahmat Tuhan.

Keadilan
Sosial
(Social
Justice)

Menurut Nurcholis Madjid, konsep pluralisme adalah pertalian


sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban (genuine
engagement of diversities within the bonds of civility). Bahkan
pluralisme adalah juga suatu keharusan bagi keselamatan
umat manusia antara lain melalui mekanisme pengawasan dan
pengimbanagn (check and balance).
Keadilan dimaksudkan untuk menyebutkan keseimbangan dan
pembagian yang proposional terhadap hak dan kewajiban
setiap warga negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan.
Hal ini memungkinkan tidak adanya monopoli dan pemusatan
salah satu aspek kehidupan pada suatu kelompok masyarakat.
29

Secara esensial, masyarakat


memiliki hak yang sama
dalam memperoleh kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh
pemerintah (penguasa).

4. Menuju Masyarakat Madani


Sistem politik suatu negara, senantiasa akan berhubungan dengan ruang publik
yaitu kehidupan yang berkaitan dengan orang kebanyakan atau rakyat. Dalam
kehidupan inilah diatur proses serta mekanisme agar seluruh aspek kehidupan
menjadi teratur. Untuk itu, dibentuk lembaga-lembaga yang membidangi urusan
eksekutif, legislatif dan yudikatif. Secara umum, lembaga-lembaga tersebut
diandaikan mewakili sebuah organisasi besar yang bernama negara. Selain itu
ada juga lembaga lain seperti organisasi partai politik yang akan berbicara tentang
bagaimana cara memperoleh, mengendalikan dan mempertahankan kekuasaan.
Di luar negara, terdapat sekelompok masyarakat yang disebut sebagai civil
society yang biasanya terbentuk dari kelompok-kelompok kecil di luar lembaga
negara dan lembaga lain yang berorientasi kekuasaan. Sebagai sebuah komunitas,
posisi masyarakat madani berada di atas keluarga dan di bawah negara atau
diantara keduanya.

Fokus Kita :
Masyarakat madani (civil society), merupakan wujud masyarakat
yang memiliki keteraturan hidup dalam suasana perikehidupan yang
mandiri, berkeadilan
sosial, dan sejahtera. Masyarakat madani
mencerminkan tingkat kemampuan dan kemajuan masyarakat yang
tinggi untuk bersikap kritis dan partisipatif dalam menghadapi berbagai
Bentuk nyata masyarakat madani secara sederhana dapat kita lihat yaitu dengan
berkembangnya budaya gotong royong di berbagai daerah di Indonesia. Budaya
gotong royong mampu mendorong anggota masyarakat untuk terlibat dalam
kegiatan bersama secara partisipatif. Hasil kegiatan tersebut, diarahkan pada
pemberdayaan masyarakat yang secara tradisional juga terdapat mekanisme
pengaturan sosial yang dikembangkan secara turun temurun. Misalnya, dalam
menentukan nilai bersama, norma, sanksi sosial yang diberlakukan dalam
masyarakat tersebut.
Kita juga dapat melihat bagaimana masyarakat mampu mengembangkan
musyawarah dan toleransi dengan berdasarkan nilai-nilai tradisional. Mereka juga
telah mampu mengembangkan budaya kebebasan berpendapat, menghormati
perbedaan dan menghargai keberagaman.
Masing-masing masyarakat di Indonesia dengan keberagaman etnik, bahasa,
agama dan adat istiadat, mereka telah memiliki mekanisme dan pengaturan sosial
yang berbeda-beda. Namun demikian seluruh aktivitas tersebut dilakukan secara
mandiri dan mendorong partisipasi dalam kebersamaan. Bentuk-bentuk masyarakat
partisipatif yang demikian inilah yang harus kita kembangkan agar kehidupan yang
demokratis dapat ditopang oleh masyarakat madani.
Beberapa prasyarat guna menuju masyarakat madani setelah tumbuh dan
berkembangkan demokratisasi, dapat dilihat pada bagan berikut ini.

30

SISTEM
POLITIK
NEGARA
Memilliki kemampuan
meme-nuhi kebutuhan
pokok sendiri (mampu
mengatasi
ketergantungan) agar tidak
menimbul-kan
kerawanan, terutama
bidang ekonomi.

DEMOKRASI

DEMOKRATISA
SI
MASYARAKAT
MADANI
(CIVIL
SOCIETY)

Kualitas sumber daya manusia


yang tinggi yang mencerminkan
antara lain dari kemampuan
tenaga-tenaga profesional untuk
memenuhi
kebutuhan
pembangu-nan
serta
penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi

Secara umum telah


memiliki kemampuan
ekonomi,
sistem
politik, sosial budaya
dan
pertahanan
keamanan
yang
dinamis, tangguh serta
berwa-wasan global.

Semakin mantap mengendalikan


sumber-sumber
pembiayaan
dalam
negeri
(berbasis
kerakyatan)
yang
berarti
ketergantungan kepada sumbersumber pembangunan dari luar
negeri semakin kecil atau tidak
ada sama sekali.

Bonus Info Kewarganegaraan


PEMBANGUNAN MASYARAKAT MADANI
JANGAN DITELANTARKAN
Hiruk pikuk pasca peledakan bom Bali jangan sampai menelantarkan
kehendak kita bersama membangun masyarakat madani alias masyarakat
kewargaan atau civil society. Yakni masyarakat yang bersendikan, berkerangka,
serta bersosok hidup kemanusiaan yang inklusif (terbuka), yang memahami dan
menghayati perbedaan justru untuk memperkokoh serta mewujudkan
kebersamaan.
Pembangunan masyarakat madani bukan saja penting, melainkan ia
merupakan kondisi serta jaringan yang harus menyertai terbangun dan bisa
bekerjanya demokrasi, penegakan hukum, persamaan tanpa diskriminasi, serta
keadilan sosial dan perdamaian.
Gerakan reformasi berserta pendukung, promotor dan aktivitasnya, tidak
salah mengerahkan perjuangan kepada kekuasaan eksekutif, legislatif, yudikatif
serta bisnis ekonomi. Juga diarahkan kepada berbagai perangkatnya, termasuk
lembaga dan perangkat keamanan. Namun jangan pula dialpakan pekerjaan lain
yang barangkali kurang spektakuler, kurang memperoleh panggung, kurang
seketika hasilnya, yakni pengembangan dan pembangunan masyarakat madani.
Pemahaman tentang vicil society, menurut kita adalah pengembangan dan
pembangunan masyarakat warga yang sekali lagi membangun komunitas yang
tidak pecah menjadi sana dan sini secara eksklusif aleh perbedaan pandangan
31

dan kepentingan. Perbedaan justru disadari sebagai pentingnya komunitas


warga yang inklusif, toleran, terbuka dan berbudaya serta harus kita
kembangkan dan kita bangun.
Sumber : Disadur dari Tajuk Rencana Kompas, 4/11/2002.

Penugasan Praktik
Kewarganegaraan

Setelah mempelajari materi-materi tentang : Ciri-Ciri Masyarakat


Madani
(Pengertian
dan
ciri-cirinya),
lakukan
Strategi
Pembelajaran dengan Penugasan Cooperative Integrated Reading
and Composition (CIRC) atau Kooperatif Terpadu Membaca dan
Menulis.
Langkah-langkah :
Bentuk kelompok dengan anggotanya antara 4 5 orang.
Diberikan wacana atau kliping sesuai dengan topik
pembelejaran.
Setiap kelompok bekerja sama saling membacakan dan menemukan
ide pokok serta memberi tanggapan terhadap wacana/kliping, dan
ditulis pada lembar kertas.
Mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok.
Buatlah kesimpulan bersama.
Penutup.

D. PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA SEJAK ORDE LAMA,


ORDE BARU DAN REFORMASI
Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berusaha
untuk membangun sistem politik demokrasi sejak dinyatakan merdeka dan
berdaulat tahun 1945. Namun banyak kalangan berpendapat bahwa sesungguhnya
negara Indonesia hingga sekarang ini masih dalam tahap demokratisasi. Artinya,
demokrasi yang kini dibangun belum benar-benar berdiri dengan mantap. Masih
banyak yang harus dibangun dalam hal demokrasi, karena bukan saja berkaitan
dengan sistem politik kenegaraan, tetapi dalam arti yang lebih luas adalah
mencakup bidang budaya, hukum dan perangkat-perangkat lain yang penting bagi
tumbuhnya demokrasi dan masyarakat madani.

Fokus Kita :
Realitas demokrasi sebagai sebagai sistem juga belum mampu
menjamin keadilan distributif, karena akibat hakikat politik yang
memang memberikan peluang arena persaingan. Esensinya adalah
bagaimana mengatur/membuat distribusi tersebut lebih adil melalui
Sebagai sebuah gagasan negara demokrasi yang memenuhi persyaratanpersayaratan ideal-universal, negara Indonesia telah mencoba untuk
menerapkannya. Sejak awal kemerdekaan negara Indonesia, berbagai hal
berkenaan dengan hubungan negara dan masyarakat telah diatur di dalam UUD
1945. Para founding fathers (pendiri negara) berkeinginan kuat agar sistem politik
Indonesia mampu mewujudkan pemerintahan yang melindungi segenap tumpah
32

darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan ikut serta dalam


perdamaian dunia. Hal-hal inilah yang melandasi gagasan-gagasan besar bangsa
dan rakyat Indonesia yang ingin diwujudkan melalaui cita moral dan cita hukum
sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.
Langkah awal demokratisasi di Indonesia, dilakukan melalui penerbitan
Maklumat Wakil Presiden No. X, tanggal 3 November 1945 tentang anjuran untuk
membentuk partai politik. Kemudian langkah berikut, adalah segera dilaksanakan
pemilu untuk memilih anggota DPR yang diselenggarakan pada tahun 1946.
Namun belum siapnya perangkat perundang-undangan yang mengatur pemilu dan
instabilitas akibat pemberontakan dan silih bergantinya kabinet, mengakibatkan
pemilu sampai dengan tahun 1950 belum dapat terselenggara. Dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1953, pelaksanaan pemilu pertama
di Indoensia yang ditunggu-tunggu dapat terselenggara pada tahun 1955 yang
diikuti oleh lebih dari 30 (tiga puluh) peserta dari perorangan (independen) dan
partai politik.
Pada era berikutnya, pelaksanaan pemilu sebagai sarana demokrasi baik pada
masa orde baru maupun era reformasi terselenggara dengan baik. Pilihan ideologi
dan sistem politik demokrasi Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara
Indonesia, merupakan hasil kristalisasi nilai-nilai luhur budaya bangsa yang akan
menjadi pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Meskipun praktik-praktik demokrasi Pancasila pada masa lalu menunjukkan
pengalaman yang kurang baik, bukan berarti nilai-nilai Pancasila tidak memiliki
hubungan dengan sistem politik demokrsi yang berkembang selama ini.
Sejak awal kemerdekaan para pendiri negara dan bangsa Indonesia telah
sepakat merumuskan pancasila sebagai dasar negara sehingga sila-sila Pancasila
yang tercantum di dalamnya merupakan nilai-nilai dasar yang sepatutnya melandasi
penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis.

1. Pengertian Demokrasi Pancasila


Rumusan singkat Demokrasi Pancasila tercantum di dalam sila keempat
Pancasila, yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Rumusan tersebut pada dasarnya merupakan
rangkaian totalitas yang terkait erat antara satu sila dan sila lainnya (bulat dan
utuh). Dalam arti umum, demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dihayati oleh
bangsa dan negara Indonesia yang dijiwai dan diintegrasikan oleh sila-sila lain
(nilai-nilai luhur Pancasila).
Beberapa pendapat mengenai Demokrasi Pancasila :
a. Prof. Dr. Drs. Notonagoro, S.H.
Demokrasi Pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan yang ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa, yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab, yang
mempersatukan Indonesia, dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
b. Prof. Dardji Darmodihardjo, S.H.
Demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber kepada
kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yang perwujudannya seperti
dalam ketentuan-ketentuan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
c. Drs. S. Pamudji, M.P.A.

33

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/


perwakilan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang
adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, dan yang berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Berdasarkan rumusan-rumusan tersebut di atas, bahwa dapat dipahami
demokrasi Pancasila adalah suatu sistem pemerintahan rakyat yang berdasarkan
kedaulatan rakyat dengan asas musyawarah untuk mufakat sebagai sarana utama
bagi pemecahan masalah-masalah politik, ekonomi, sosial religi dan hankamnas
demi terwujudnya suatu kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, merata
material dan spiritual. Dalam rumusan-rumusan pengertian oleh para ahli, nampak
terdapat penekanan-penekanan pada hal-hal sebagai berikut :
a. Kedaulatan rakyat, bahwa demokrasi Pancasila menolak adanya niat untuk
memanipulasi kekuasaan rakyat, seperti yang lazim terjadi pada :
demokrasi liberal oleh kelompok ekonomi kuat (pemilik modal);
demokrasi rakyat oleh kelompok yang karena kelihaiannya berhasil merebut,
menguasai dan mengendalikan partai/negara.
b. Asas musyawarah mufakat, karena dengan asas ini dapat dihindari
penyelewengan terhadap prinsip-prinsip demokrasi Pancasila.
c. Jenis dan kategori masalah disebut eksplisit/lengkap karena kesemuanya
menyangkut kepentingan dan kedaulatan rakyat.

Fokus Kita :
Musyawarah mufakat, merupakan salah satu sarana untuk
mengambil keputusan dalam kehidupan bersama di tengah-tengah
masyarakat yang sesuai dengan Pancasila. Supaya hal ini dapat
terlaksana dengan baik, perlulah kita bersikap saling menghormati
dan menghargai dengan tetap mengingat kepentingan masyarakat,
bangsa dan negara. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan sistem

2. Konsepsi Demokrasi Pancasila


Konsepsi demokrasi Pancasila sebagaimana yang para ahli berikan rumusannya
adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, dan yang
bersama-sama menjiwai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Negara Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945,
sejak awal telah dirintis oleh para pendiri negara dan segenap bangsa Indonesia
merupakan negara dengan sistem politik demokrasi yang bersifat monodualis yang
bersumber dari sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Negara demokrasi monodualis, bukan merupakan demokrasi perseorangan atau
demokrasi perseorangan/liberal dan bukan pula demokrasi golongan (kelas).
Demokrasi monodualis juga bukan demokrasi organis, yaitu massa sebagai suatu
kesatuan hanya menganggap manusia sebagai makhluk sosial.
Rumusan sila keempat Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan dasar politik
negara terkandung tiga unsur, yaitu : a) kerakyatan, b) Permusyawaratan dan c)
kedaulatan rakyat. Hubungan yang terkandung di antara ketiga unsur tersebut
adalah sebagai berikut. Kedaulatan rakyat berarti penjelmaan dari sila keempat
Pancasila (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
34

permusyawaratan/perwakilan. Kerakyatan ini merupakan cita-cita kefilsafatan dari


demokrasi Pancasila, di dalamnya ada dua arti, yaitu :
a. Demokrasi politik, yaitu berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara dalam bidang politik atau persamaan dalam politik.
b. Demokrasi sosial ekonomi, yang berkaitan dengan pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara di bidang sosial ekonomi atau persamaan dalam
bidang kemasyarakatan dan ekonomi untuk mewujudkan kesejahteraan
bersama.

3. Aspek-Aspek Demokrasi Pancasila


Demokrasi Pancasila mengandung enam aspek berikut :
No
Aspek
1. Aspek
Formal

2.

Aspek
Material

3.

Aspek
Normatif,
(Kaidah),

4.

Aspek
Optatif

5.

Aspek
Organisasi

6.

Aspek
Kejiwaan/
Semangat

Uraian / Keterangan
Bahwa paham demokrasi menunjukkan cara partisipasi
rakyat dalam menyelenggarakan pemerintah, yakni dengan
mempergunakan
demokrasi
perwakilan
(indirect
democracy).
Rakyat
berpartisipasi
dalam
pemerintahan/penyelenggara
negara
melalui
wakilwakilnya yang duduk menjadi anggota Badan Perwakilan
Rakyat.
Paham demokrasi yang memberikan penegasan dan
pengakuan bahwa manusia sebagai makhluk tuhan
mempunyai moral dan martabat yang sama. Manusia
bukan merupakan obyek melainkan subyek. Oleh sebab itu
manusia Indonesia mempunyai kesamaan derajat, baik itu
dimuka hukum (equality before the law) maupun dalam
memperoleh kesempatan (equility for the opportunity).
Adanya pengakuan terhadap rakyat dan martabat manusia
sebagai makhluk tuhan membawa konsekuensi adanya
pengakuan terhadap hak asasi dan kewajiban asasi.
Bahwa paham demokrasi yang berdasarkan pada normanorma persatuan dan solideritas serta keadilan. Persatuan
dan solideritas berarti menghendaki adanya saling
keterbukaan antara warga negara dengan penguasa,
sedangkan keadilan berarti mementingkan keseimbangan
antara pemenuhan hak dan kewajiban asasi manusia.
Yaitu bahwa paham demokrasi yang menitik beratkan
pada tujuan atau keinginan untuk mewujudkan masyarakat
yang sejahtera dalam negara hukum kesejahteraan.
Yaitu menggambarkan perwujudan demokrasi dalam
organisasi pemerintahan atau lembaga-lembaga negara
dan organisasi kekuatan sosial politik serta organisasi
kemasyarakatan dalam masyarakat negara.
Pada aspek ini menekankan bahwa dalam demokrasi
Pancasila dibutuhkan warga negara yang berkepribadian,
berbudi pekerti luhur, bersikap rasional dan tekun dalam
pengambdian.

35

4. Prinsip-Prinsip Demokrasi Pancasila


Bagi bangsa Indonesia, pilihan yang tepat dalam menerapkan paham
demokrasi, adalah demokrasi Pancasila yang sesuai dengan kepribadian
bangsa yang merupakan kristalisasi tata nilai sosial budaya sendiri. Hal itu telah
dipraktikkan secara turun-menurun jauh sebelum Indonesia merdeka. Kenyataan
ini dapat kita lihat pada masyarakat desa yang menerapkan musyawarah
mufakat dan gotong royong dalam menyelesaikan masalah-masalah bersama.
Demokrasi Pancasila secara essensial menjamin bahwa rakyat mempunyai
hak yang sama untuk menentukan dirinya sendiri. Pancasila menarik perhatian
kita pada pentingnya untuk secara bertanggung jawab menciptakan keselarasan
antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lainnya, serta
manusia dengan lingkungannya dalam arti luas.
Secara umum, sila-sila dan nilai-nilai dari Ideologi Pancasila sudah
mencerminkan ada hubungan atau keterkaitan dengan prinsip-prinsip demokrasi
sebagaimana dikemukakan oleh Melvin I. Urofsky. Meskipun tidak terkait
dengan semua prinsip, namun sebagian besar sudah memiliki hubungan atau
keterkaitan. Apalagi, rumusan sila keempat pada dasarnya juga merupakan
rangkaian totalitas yang terkait antara satu sila dengan sila lainnya.
Secara ideologi maupun konstitusional, demokrasi Pancasila mengajarkan
prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia,
b. Keseimbangan antara hak dan kewajiban,
c. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, dan orang lain.
d. Mewujudkan rasa keadilan sosial,
e. Pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat,
f. Mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan, dan
g. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.
Dari pengertian dan prinsip-prinsip yang terkandung di dalam demokrasi
Pancasila, dalam implementasinya dapat dibedakan atas aspek material dan
aspek formal.
a. Aspek Material (Segi substansi/isi)
Demokrasi Pancasila harus dijiwai dan diintegrasikan oleh sila-sila lainnya.
Karena itulah, pengertian demokrasi Pancasila tidak hanya merupakan
demokrasi politik, tettapi juga demokrasi ekonomi dan sosial (lihat penjelasan
pasal 27, 28, 29, 30, 31, 33, dan 34 UUD 1945).
b. Aspek Formal
Demokrasi Pancasila, merupakan bentuk atau cara pengambilan keputusan
(demokrasi politik) yang dicerminkan oleh sila keempat, yakni Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan.
Prinsip-prinsip demokrasi Pancasila sebagaimana tertuang dalam sila
keempat yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam
permusyawaratan/ perwakilan , adalah sebagai berikut :
a. Prinsip Pemerintah Berdasarkan Konstitusi
36

Kata Kerakyatan dalam sila keempat ini sesungguhnya mencerminkan


bahwa Pancasila sepakat kalau sumber utma dari semua kewenagan
dalam demokrasi ada di tangan rakyat. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal
1ayat (2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-undang Dasar (amandemen ketiga).
b. Adanya Pemilu Berkesinambungan
Berdasarkan sila keempat, Indonasia menerapkan demokrasi perwakilan,
bukan demokrasi langsung. Sejak pemilu 1955 sampai dengan 1999,
pemilihan presiden selalu dilakukan oleh DPR/MPR (tidak langsung)
namun mulai pemilu 2004 Presiden dan Wakil Presiden Indonesia dipilih
secara langsung. Sesuai dengan sistem pemerintahan presidensial, maka
sudah seharusnya Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat.
c. Adanya Peran Kelompok-kelompok kepentingan
Kelompok-kelompok kepentingan seperti organisasi masyarakat dan LSM
(Lembaga Sosial Masyarakat) dapat menyalurkan aspirasi melalui komisikomisi sebelum diadakannya sidang umum ataupun sidang tahunan. Oleh
fraksi-fraksi kemudian aspirasi ini diperjuangkan di sidang komisi. Dalam
sidang-sidang komisi di DPR dan rapat badan pekerja MPR selama ini,
dalam mengambil keputusan selalu mengutamakan musyawarah untuk
mufakat. Jika musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, baru disepakati
pengambilan suara berdasarkan pemungutan suara terbanyak (voting).
Jika voting masih juga sulit, dicari titik temu maka biasanya diadakan
lobbying (upaya mencapai kesepakatan di luar sidang resmi).
d. Demokrasi Pancasila menghargai HAM dan Melindungi Hak
Minoritas
Demokrasi Pancasila sedapat mungkin mencoba menghormati hak-hak
individu dan minoritas, sedangkan kelompok mayoritas tidak boleh
memakai kekuatannya untuk mencabut kemerdekaan mendasar setiap
orang.

Bonus Info Kewarganegaraan


PANDANGAN LAIN TENTANG DEMOKRASI PANCASILA
Beberapa pendapat atau pandangan tentang demokrasi Pancasila, baik dari
sudut pandang teori maupun implementasinya, antara lain sebagai berikut :
1. Abdurahman Wahid, demokrasi di Indonesia adalah sesuatu yang masih
dalam proses demokrartisasi. Negara Indonesia seolah-olah negara
demokrasi, padahal masih semu.
2. Afan Gafar, Kita dihadapkan pada kekuatan yang tidak memungkinkan
demokrasi dilaksanakan di Indonesia. Apalagi dengan adanya konsep
37

negara integralistik, sangat fasistik dan tidak masuk akal dan orang tidak
mungkin memperjuangkan demokrasi memperjuangkan demokrasi kalau
masih berpegang pada konsep integralistik.
3. Amir Santoso, berkeyakinan bahwa di dalam masyarakat yang belum
memiliki sistem ekonomi yang demokratik, sistem hukum yang demokratik,
dan budaya politik demokratik, belum akan tercipta sistem politik yang
demokratik.
4. Peter Tanner, bahwa Indonesia jangan dulu didorong untuk demokratisasi
sekarang ini, melainkan nanti 25 tahun yang akan datang. Kalau
demokratisasi dijalankan sekarang, seluruh proses kemajuan ekonomi yang
sudah dicapai selama ini akan berantakan. Jadi, biarlah keadaannya seperti
sekarang ini.
5. Sutjipto Wirosardjono, yang perlu diwaspadai aalah bahwa yang
sesungguhnya memegang kendali kehidupan politik kita bukanlah the formal
player atau kekuatan-kekuatan formal politik yang ada undang-undangnya,
tetapi the real player atau kekuatan-kekuatan riil yang mempunyai leverage
yang jauh lebih besar dari kekuatan-kekuatan politik formal itu. Walaupun
kekuatan politik formal itu memainkan peran, dia semata-mata akan dipakai
sebagai kendaraan yang ditumpangi oleh the real palyer tadi.
Demokrasi Indonesia merupakan demokrasi yang khas dengan ciri pokok
mengacu pada nilai-nilai Pancasila. Rumusan formal demokrasi Pancasila
mendasarkan diri pada kerakyatan namun tidak hanya berarti kedaulatan rakyat,
melainkan mencakup demokrasi politik, ekonomi, hukum, dan kebudayaan.
Demokrasi diwujudkan dalam suatu proses musyawarah untuk mencapai
mufakat. Dalam prinsip ini terkandung kegotong-royongan. Demokrasi juga
diwujudkan dalam sistem perwakilan. Kesimpulannya, demokrasi Pancasila
adalah suatu sistem politik yang sedang diperjuangkan melalui proses
demokratisasi, yakni meuju kondisi ideal yang mengacu kepada nilai-nilai
Pancasila.

4
Penugasan Praktik
Kewarganegaraan
Carilah
sumber informasi lain baik dari buku, koran, majalah, internet,
buletin dan sebagainya, kemudian lakukan hal-hal berikut :
Rumuskan kembali bagaimana bangsa Indonesia memilih sistem
politik kenegaraannya dengan demokrasi Pancasila !
Berikan penjelasan hubungan antara nilai-nilai budaya bangsa
dengan konsepsi demokrasi Pancasila di Indonesia !
Berikan penjelasan kembali mengapa aspek material dan formal
penting dalam implementasi demokrasi Pancasila !
Berikan sekurang-kurangnya 2 (dua) contoh implementasi prinsip
Pancasila
tentang
Keseimbangan
antaraORBA,
hak dan
5. demokrasi
Pelaksanaan
Demokrasi
di Indonesia
Masa ORLA,
dan
kewajiban!
Orde Reformasi
Identifikasikan
kembali
prinsip
Pemerintah
berdasarkan
Pelaksanaan! demokrasi di Indonesia dalam perjalanannya mengalami pasang
konstitusi
surut, hal itu ditandai dengan perubahan bentuk demokrasi yang pernah

38

dilaksanakan di Indonesia. Berikut adalah prkembangan demokrasi yang pernah


dilaksanakan, yaitu :

Demokrasi Liberal (17 Agustus 1950 5 Juli 1959)

Negara Indonesia adalah salah satu negara merdeka yang lahir setelah Perang
Dunia II (17 Agustus 1945). Meskipun sebagai sebuah negara muda, tetapi negara
Indonesia sudah memiliki perangkat-perangkat kenegaraan yang memadai. Saat
itu, kita sudah memiliki UUD 1945 sebagai konstitusi negara, Pancasila sebagai
dasar negara, Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan, Bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan, Bendera Merah Putih sebagai sebagai bendera
nasional dan Presiden-Wakil Presiden Soekarno-Hatta. Perangkat ini kemudian
dilengkapi pula dengan adanya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada
tanggal 29 Agustus 1945.
Fungsi KNIP semula dalah sebagai pembantu presiden, selanjutnya kemudian
beralih menjadi DPR/MPR. Perjalanan berikutnya, pemerintah mengeluarkan
peraturan tentang pembentukan partai politik. Sebagai realisasinya, maka pada
November 1945, kabinet presidensial yang dipimpin presiden diganti oleh kabinet
parlementer yang dipimpin oleh seorang perdana mentri. Sultan Syahrir diangkat
sebagai perdana mentri dalam kabinet parlementer ini.
Dengan demikian, kabinet presidensil berlaku dari Agustus - November 1945,
sedangkan kabinet parlementer dari November 1945 - Desember 1948. Pasca
agresi militer Belanda II (19 Desember 1945), negara Indonesia terpecah belah dan
mudah diadu domba dengan dibentuknya Negara Republik Indonesia Serikat (RIS)
yang menerapkan sistem politik demokrasi liberal. Kedaulatan rakyat diserahkan
kepada sistem multi partai sehingga muncul banyak partai di masyarakat.
Akibatnya, suara rakyat terpecah-pecah ke dalam banyak partai dengan efek
negatif adalah adanya sikap politik yang saling menjatuhkan antara partai satu
dengan partai yang lainnya. Hal demikian adalah sangat mungkin, mengingat pada
masa itu tidak ada satupun partai besar yang memiliki suara lebih dari 50%
sehingga umur kabinet di masa demokrasi liberal tidak berusia panjang.
Peristiwa jatuh bangunnya kabinet dapat dilihat dalam data berikut ini :
a. Kabinet Natsir (6 September 1950 27 April 1951)
b. Merupakan kabinet pertama yang memrintah pada masa demokrasi liberal.
Natsir berasal dari Masyumi.
c. Kabinet Soekiman-Soewiryo (27 April 1951 3 April 1952)
d. Kabinet ini dipimpin oleh Soekiman-Soewiryo dan merupakan kabinet koalisi
Masyumi PNI.
e. Kabinet Wilopo (3 April 1952 3 Juni 1953)
f. Kabinet ini merintis sistem zaken kabinet, bahwa kabinet yang dibentuk terdiri
dari para ahli dibidangnya masing-masing.
g. Kabinet Ali Sastrowijoyo I (31 Juli 1953 12 Agustus 1955)
h. Merupakan kabinet terakhir sebelum pemilihan umum, kabinet ini didukung oleh
PNI NU sedangkan Masyumi menjadi oposisi.
i. Kabinet Bahanudin Harahap dari Masyumi (12 Agustus 1955 3 Maret 1959).
j. Kabinet Ali II (20 Maret 19955 14 Maret 1957), kabinet koalisi PNI, Masyumi,
dan NU.
39

k. Kabinet Juanda (9 April 1957) merupakan zaken kabinet.


Pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo, telah dipersiapkan pelaksanaan pemilu
II pada 29 September 1955. Namun, justru kabinet tersebut menyerahkan
mandatnya kepada presiden, kemudian dilanjutkan oleh kabinet Bahanuddin
Harap. Pada masa inilah kemudian terlaksananya pemilu 1955, yang dinilai banyak
kalangan sebagai satu pelaksanaan Pemilu Indonesia yang bersih.
Jatuh bangunnya kabinet diera ini terus berlanjut hingga pada 1959. Pada
masa inilah terjadi kekacauan dikalangan konstituante yang tiada berakhir, maka
kemudian Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada 5 juli 1959.

a. Demokrasi Terpimpin (5 Juli 1959 1965)


Setelah negara kesatuan Republik Indonesia selama hampir sembilan tahun
menjalani sistem politik demokrasi liberal, rakyat Indonesia sadar bahwa sistem
demokrasi tersebut tidak efektif. Ketidak cocokannya terhadap sistem demokrasi
liberal dengan sistem politik Indonesia ini bisa dilihat dari dua hal.
Pertama : sistem demokrasi liberal bertentangan dengan nilai dasar Pancasila,
khususnya sila ketiga dan keempat tentang persatuan Indonesia, dan
permusyawaratan yang dilandasi nilai hikmah kebijaksanaan.
Kedua : adanya ketidakmampuan konstituante untuk menyelesaikan masalahmasalah ke-negaraan, khususnya tentang pengambilan keputusan
mengenai UUD 1945. Konflik-konflik yang berkepanjangan ini sangat
tidak menguntungkan bagi negara Indonesia.
Dengan adanya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka UUD 1945 berlaku kembali
dan berakhirlah UUDS 1950. Dekrit presiden diterima oleh rakyat dan didukung oleh
TNI AD, serta dibenarkan oleh Mahkamah Agung. Presiden tidak bertanggung
jawab kepada DPR, kedudukan DPR dan presiden berada di bawah MPR.
Dekrit presiden memuat ketentuan pokok yang meliputi :
a. Menetapkan pembubaran konstituante.
b. Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali bagi segenap bangsa Indonesia.
c. Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu singkat.
Sila keempat Pancasila yang menyatakan bahwa kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmah dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan ditafsirkan
sebagai sistem demokrasi terpimpin. Presiden Soekarno ketika itu mengatakan
bahwa kata terpimpin itu artinya dipimpin oleh seorang pemimpin atau panglima
besar revolusi. Praktik sistem politik demokrasi terpimpin, diwujudkan dalam
kedudukan politiknya lembaga-lembaga negara. Menurut UUD 1945 presiden ada
dibawah MPR, namun dalam kenyataan tunduk pada presiden. Presiden
menentukan apa yang harus diputuskan oleh MPR. Hal ini dilihat dari tindakan
presiden dengan pengangkatan ketua MPR yang dirangkap wakil perdana menteri II
dan pengangkatan wakil-wakil ketua MPR dari parta-partai besar (PNI dan NU)
serta dari ABRI yang masing-masing diberi kedudukan sebagai menteri yang tidak
memiliki departemen. Hal ini menggambarkan bahwa presiden bisa berbuat apa
saja terhadap lembaga tertinggi negara tersebut.
Bukti lain tentang adanya demokrasi terpimpin yang berpusat pada presiden,
puncaknya dalam dalam Sidang Umum MPRS tahun 1963, yaitu Presiden
Soekarno diangkat menjadi presiden seumur hidup. Sebelumnya pada 1960, DPR
hasil pemilu dibubarkan oleh presiden dan dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat
Gotong Royong. Gagasan lain dalam melanggengkan kedudukan presiden sebagai
memimpin besar revolusi, yaitu dengan mengusulkan prinsip Nasakom (Nasionalis,
Agama, dan Komunis).
40

Pada 1965 merupakan anti klimaks kekuasaan demokrasi terpimpin. Pada


September 1965 terjadi peristiwa besar yaitu dengan terbunuhnya tujuh Jenderal
TNI di Lubang Buaya Jakarta. Peristiwa ini dikenal sebagai Gerakan 30 September
1965 atau lebih dikenal dengan G.30 S/PKI. Hal ini mengundang reaksi mahasiswa
dan rakyat Indonesia yang menuntut presiden Soekarno untuk mundur dari
jabatannya. Kemudian, Mayjen Soeharto naik menjadi pucuk pimpinan Negara
Republik Indonesia dengan sebutan Orde Baru (Orba).

b. Demokrasi Pancasila pada masa Orde Baru (1966 1998)


Awal kebangkitan orde baru, bercita-cita untuk menjalankan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen. Atas dukungan mahasiswa, TNI, dan rakyat
ketika itu, orba baru menampakkan sistem politik baru dengan nama demokrasi
konstitusional atau demokrasi Pancasila yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Proses pembanguna sistem demokrasi Pancasila ini ditandai dengan
memperbaiki kondisi rakyat Indonesia. Pemerintahan orde baru mengedepankan
ekonomi sebagai alat komunikasi dengan rakyat, merencanakan dan melakukan
program pembangunan ekonomi disegala bidang untuk memperbaiki keadaan
bangsa Indonesia.
Sampai dengan tahun 1970-an, proses pembangunan di Indonesia masih
berada di bawah koridor Pancasila dan UUD 1945. Namun, era tahun 1980 dan
1990-an proses pembangunan ekonomi menjadi mercusuar dan panglima.
Kesenjangan ekonomi terjadi antara pusat dan daerah sehingga tingkat
kesejahteraan tidak merata serta semakin meraja lelanya budaya korupsi, kolusi
dan nepotisme (KKN) dalam tubuh pemerintahan. Di bidang politik, terjadi tirani
mayoritas oleh salah satu partai politik, bahkan peran militer lebih dominan
dibanding dengan sipil. Akibatnya, demokrasi Pancasila menjadi bias dan kabur
lagi. Bahkan, posisi MPR menyerupai zaman demokrasi terpimpin yang berada di
bawah kendali presiden Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun.
Puncak kekuasaan orde baru berakhir pada tahun 1997, yaitu dengan
munculnya perlawanan rakyat melalui gerakan reformasi 21 Mei 1998 yang berhasil
menurunkan Presiden Soeharto dari sebagai presiden Republik Indonesia yang
telah berkuasa selama 32 tahun.

c. Demokrasi Era Reformasi


Reformasi lahir setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri sejak 21 Mei 1998
dan
digantikan oleh wakil presiden Dr. Ir. Bj. Habibie. Berhentinya Soeharto
sebagai presiden, karena tidak adanya lagi kepercayaan dari masyarakat serta
menghadapi krisis moneter dan ekonomi yang berkepanjangan. Pelaksanaan
pemilu 7 Juni 1999 yang dianggap paling jujur dan adil dibandingkan dengan pemilu
sebelumnya, diikuti oleh 48 partai politik dengan melahirkan partai politik besar yaitu
: PDIP, Golkar, PPP, PKB, PAN, dan PBB.
Hasil pelaksanaan pemilu yang dirasakan lebih demokratis dalam Sidang Umum
MPR-RI pada bulan Oktober 1999 terpilih Ketua MPR-RI periode 1999-2004 Dr.
Amien Rais, dan Ketua DPR Ir. Akbar Tanjung. Selanjutnya pada tanggal, 20
Oktober 1999 diadakan penyelenggaraan pemilihan presiden RI melalu voting yang
menghasilkan K.H. Abdurahman Wahid sebagai presiden dengan memperoleh
373 suara, dan Megawati Soekarno Putri dengan 313 suara menjadi wakil
presiden untuk periode 1999 - 2004. Untuk selanjutnya pelantikan presiden
dilakukan pada tanggal 30 Oktober 1999.
41

Dalam perkembangan demokrasi selanjutnya di Indonesia, peran mahasiswa,


kelompok kepentingan dan komponen rakyat Indonesia ingin agar dilaskanakan
reformasi total disegala bidang. Agenda utama adalah pemberantasan terhadap
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), kebebesan dalam menyampaikan pendapat
(unjuk rasa), penegakkan hukum dan jaminan terhadap pelaksanaan hak-hak asasi
manusia. Sangat disayangkan fenomena yang muncul pada saat itu, pergantian
menteri dan pengapusan departemen tertentu terjadi dalam era pemerintahan
Gusdur (panggilan akrab Presiden Abdurahman Wahid).
Akibat banyaknya kontradiksi tentang ucapan dan hal-hal yang dilakukan
pemerintahan pada saat itu sehingga dirasakan kontraproduktif terhadap agenda
reformasi, Gusdur pun terpaksa harus melepaskan kursi kepresidenannya karena
diguncang isu Bulogatte. MPR/DPR pun bersidang lagi untuk mengadakan
pemilihan presiden dan wakil presiden yang baru pada 23 Juli 2001. Hasilnya
Megawati Soekarno Putri terpilih menjadi presiden dan Hamzah Haz sebagai wakil
presiden, untuk periode 2001-2004.

2. Pemilihan Umum Sebagai Sarana Demokrasi


Pemilihan umum adalah suatu cara untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk
di lembaga perwakilan rakyat serta salah satu pelayanan hak-hak asasi warga
negara di bidang politik. Untuk itu sudah menjadi keharusan suatu pemerintahan
dengan sisteim politik demokrasi untuk melaksanakan pemilihan umum dalam
waktu-waktu yang telah ditentukan.
Pemilihan umum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Cara langsung berarti rakyat secara langsung memilih wakil-wakilnya yang akan
duduk dibadanbadan perwakilan rakyat, contonya: pemuli di Indonesia
untuk memilih anggota DPRD II, DPRD I, dan DPR.
b. Cara bertingkat berarti rakyat memilih dulu wakilnya (senat), kemudian wakilnya
itulah yang akan memilih wakil rakyat yang akan duduk dibadan-badan
perwakilan rakyat.
Dalam pemilihan umum diharapkan wakil-wakil yang dipilih benar-benar sesuai
dengan aspirasi dan keinginan dari rakyat yang memilihnya. Oleh sebab itu dalam
ilmu politik serta teoritis dikenal cara atau sistem memilih wakil rakyat agar mewakili
rakyat yang memilihnya. Berdasarkan kondisi tersebut di atas terdapat 3 (tiga)
sistem pemilihan umum yaitu :

Sistem Distrik
Sistem distrik merupakan sistem pemilu yang paling tua dan didasarkan kepada
kesatuan goegrafis, dimana satu kesatuan geografis mempunyai satu wakil di
parlemen. Sistem distrik sering dipakai dalam negara yang mempunyai sistem
dwi partai, seperti Inggris serta bekas jajahannya (India dan Malaysia) dan
Amerika. Namun, sistem distrik juga dapat dilaksanakan pada satu negara yang
menganut sistem multi partai, seperti di Malaysia. Disini sistem distrik secara
alamiah mendorong partai-partai untuk berkoalisi, mulai dari menghadapi
pemilu.
Sistem distrik mempunyai beberapa keuntungan, yaitu sebagai berikut :
1) Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal oleh penduduk
distrik itu, hubungannya dengan penduduk distrik lebih erat. wakil tersebut
lebih condong untuk memperjuangkan kepentingan distrik. Wakil tersebut
lebih independen terhadap partainya karena rakyat lebih memberikan
42

pertimbangan untuk memilih wakil tersebut karena faktor integritas pribadi


sang wakil. Namun demikian, wakil tersebut juga terikat dengan partainya,
seperti untuk kampanye
dan lain-lain.
2) Sistem ini lebih cenderung kearah koalisi partai-partai karena kursi yang
diperebutkan dalam satu daerah, distrik hanya satu. Sehingga mendorong
partai menonjolkan kerjasama dari perbedaan, setidak-tidaknya menjelang
pemilu, melalui stembus record.
3) Fragmentasi partai atau kecendrungan untuk membentuk partai baru dapat
terbendung, malah dapat melakukan penyederhanaan partai secara alamiah
tanpa paksa. Di Inggris dan Amerika Serikat sistem ini menunjang
bertahannya sistem dwi partai.
4) Lebih mudah bagi suatu partai untuk mencapai kedudukan mayoritas dalam
parlemen, tidak perlu diadakan koalisi partai lain, sehingga mendukung
stabilitas nasional.
5) Sistem ini sederhana dan serta mudah untuk dillaksanakannya.
Disamping keuntungan dari sistem distrik ini, terdapat juga beberapa
kelemahannya, yaitu sebagai berikut :
1) Kurang memperhatikan adanya partai-partai kecil dan golongan minoritas,
apabila golongan tersebut terpencar dalam beberapa distrik.
2) Kurang representatif, dimana partai yang kalah dalam suatu distrik
kehilangan suara yang telah mendukungnya. Dengan demikian, suara
tersebut tidak diperhitungkan lagi. Kalau sejumlah partai ikut dalam setiap
distrik akan banyak jumlah suara yang hilang, sehingga dianggap kurang adil
oleh partai atau golongan yang dirugikan.
3) Ada kecendrungan si wakil lebih mementingkan kepentingan daerah
pemilihannya dari pada kepentingan nasional.
4) Umumnya kurang efektif bagi suatu masyarakat heterogen.

Sistem Proporsional
Sistem perwakilan proporsional adalah presentasi kursi di DPR dibagi
kepada tiap-tiap partai politik, sesuai dengan jumlah suara yang diperolehnya
dalam pemilihan umum, khusus di daerah pemilihan. Jadi, jumlah kursi yang
diperoleh satu golongan atau partai adalah sesuai dengan jumlah suara yang
diperolehnya dalam masyarakat. Untuk keperluan itu kini ditentukan satu
pertimbangan, misalnya 1 (satu) orang wakil : 400.000 penduduk. Sistem
proporsional ini sering dikombinasikan dengan beberapa prosedur lain, seperti
sistem daftar (list system), dimana partai mengajukan daftar calon dan sipemilih
memilih satu partai dengan semua calon yang diajukan oleh partai itu untuk
bermacam-macam kursi yang sedang diperebutkan.
Sistem proporsional memiliki beberapa keuntungan, yaitu sebagai berikut :
1) Sistem proporsional dianggap lebih demokratis, dalam arti lebih egalitarian,
karena asas one man one vote dilaksanakan secara penuh tanpa ada suara
yang hilang.
2) Sistem ini dianggap representatif, karena jumlah kursi partai dalam parlemen
sesuai dengan jumlah suara yang diperolehnya dari masyarakat dalam
pemilu.

Disamping segi-segi politif atau keuntungan tersebut, sistem proporsional juga


mempunyai kelemahan, yaitu sebagai berikut.
43

1) Mempermudah fragmentasi (pembentukan partai baru). Jika terjadi konflik


intern partai, anggota yang kecewa cendrung membentuk partai baru,
sehingga peluang untuk bersatu kurang. Bahkan, ada kecendrungan partai
bukan diletakkan pada landasan ideologi atau asas, melainkan kepentingan
untuk memperebutkan jabatan atau kursi diparlemen.
2) Sistem ini lebih memperbesar perbedaan yang ada dibandingkan dengan
kerjasama sehingga ada kecendrungan untuk memperbanyak jumlah partai,
seperti di Indonesia setelah reformasi 1998.
3) Sistem ini memberikan peranan atau kekkuasaan yang sangat kuat kepada
pemimpin partai, karena kepemimpinan menentukan orang-orang yang akan
dicalonkan menjadi wakil rakyat. Bahkan ada kecendrungan wakil rakyat
lebih menjaga kepentingan dewan pimpinan partainya dari pada kepentingan
rakyat. Pada zaman orde baru sistem ini dapat digunakan oleh pimpinan
partai untuk me-recall anggotanya yang vokal atau tidak sejalan dengan
haluan partai diparlemen.
4) Wakil yang dipilih renggang ikatannya dengan warga yang telah memilihnya,
karena saat pemilihan umum yang lebih menonjol adalah partainya dan
wilayah pemilihan sangat besar (sebesar propinsi). Peranan partai lebih
menonjol dari pada kepribadian sang wakil. Di Indonesia banyak kritikan
pada sistem ini dengan sebutan seperti memilih kucing dalam karung,
artinya rakyat memilih tanda gambar peserta pemilu, tetapi siapa wakil yang
dipilih kurang diketahui rakyat pemilih.
5) Karena banyaknya partai bersaing sulit bagi suatu partai untuk meraih
mayoritas (50 % + 1) dalam parlemen.

Sistem Gabungan
Sistem gabungan merupakan sistem yang menggabungkan sistem distrik
dengan proporsional. Sistem ini membagi wilayah negara dalam beberapa
daerah pemilihan. Sisa suara pemilih tidak hilang, melainkan diperhitungkan
dengan jumlah kursi yang belum dibagi. Sistem gabungan ini diterapkan di
Indonesia sejak pemilu tahun 1977 dalam memilih anggota DPR, DPRD I, dan
DPRD II. Sistem ini disebut juga sistem proporsional berdasarkan stelsel daftar.

Penugasan Praktik Kewarganegaraan


5
Setelah mempelajari materi-materi tentang : Pelaksanaan Demokrasi
di Indonesia (Demokrasi Terpimpin, Masa Orde Baru, Era Reformasi),
Pemilu Sebagai Sarana Demokrasi, dilanjutkan Penugasan dengan
menjawab pertanyaan atau pernyataan sebagai berikut :
1. Berikan ulasan kembali tentang pelaksanaan sistem politik demokrasi di Indonesia
era orde lama, orde baru dan era reformasi sesuai pendapat anda secara
umum ! .................................. ...................................................................................
....................................................................................
...................................................................................................................................
....................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
........................................................................

44

2. Pada masa berlakunya demokrasi liberal antara tahun 1950 s.d. 1959, hal-hal
yang menonjol adalah tumbuh suburnya partai-partai politik dan ketidak stabilan
pemerintahan, berikan penjelasan dengan singkat !
a. Tumbuh
suburnya
partai-partai
politik : ..................................................................................
..............................................................................................................................
..................................
..............................................................................................................................
..................................
..............................................................................................................................
..................................
b. Ketidak
stabilan
pemerintahan : .................................................................................................
..............................................................................................................................
..................................
..............................................................................................................................
..................................
..............................................................................................................................
..................................
3. Selama Pemerintahan orde lama pernah diberlakukan demokrasi liberal dan
demokrasi terpimpin. Jelaskan maksudnya !
Demokrasi Liberal

Demokrasi Terpimpin

................................................................
..............
................................................................
..............
................................................................
..............
................................................................
..............

.............................................................
.................
.............................................................
.................
.............................................................
.................
.............................................................
.................

4. Berikan tanggapan penjelasan, mengapa di era reformasi tuntutan masyarakat


lebih mengarah ke upaya pemberantasan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN)
!
...................................................................................................................................
....................................
...................................................................................................................................
....................................
...................................................................................................................................
....................................
...................................................................................................................................
....................................
5. Tuliskan perbedaan dan persamaan mendasar antara pelaksanaan pemilu
dengan sistem distrik dan sistem proporsional di bawah ini !
Perbedaan

Persamaan

................................................................

...............................................................
45

.............

.................

................................................................
.............

...............................................................
.................

................................................................
.............

...............................................................
.................

................................................................
.............

...............................................................
.................

3. Pemilihan Umum di Indonesia (Era Reformasi)


Pemilihan umum merupakan sarana demokrasi Pancasila dimaksud untuk
membentuk sistem kekuasaan negara berdaulat rakyat dengan permusyawaratan /
perwakilan sesuai dengan UUD 1945.
a. Landasan Hukum
Pelaksanaan pemilihan umum tahun 2004 didasarkan pada:
1) UUD 1945 pasal 22E; pemilu yang luber dan jurdil, 5 tahun sekali, memilih
anggota DPR, DPD, presiden dan wakil presiden, dan DPRD,
diselenggarakan oleh KPU yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
2) UU No. 31 tahun 2002 tentang partai politik.
3) UU No. 12 tahun 2003 tentang pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD.
4) UU No. 22 tahun 2003 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD,
dan DPRD.
5) UU No. 23 tahun 2003 tentang pemilu presiden dan wakil presiden.
6) UU No. 24 tahun 2003 tentang mahkamah konstitusi
b. Dasar Pemilihan Umum
1) Pelaksanaan pemilu tahun 2004 didasarkan pada pembukaan UUD 1945
alinea keempat, antara lain, menyatakan bahwa, kemerdekaan bangsa
Indonesia disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar yang terbentuk suatu
susunan negara Republik Indonesia yang berdaulatan Rakyat.
2) Perubahan UUD 1945 pasal 2 ayat 1 yang mengatakan bahwa kedaulatan
berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD. Perubahan
tersebut bermakna bahwa kedaulatan rakyat tidak lagi dilaksanakan
sepenuhnya oleh MPR, tetapi dilaksanakan menurut UUD.
3) Dalam negara Republik Indonesia yang majemuk, yang berwawasan
kebangsaan, partai politik adalah saluran utama untuk memperjuangkan
kehendak masyarakat sekaligus sebagai sarana kaderisasi dan rekruitmen
kepemimpinan nasional dan penyelenggaraan negara.
4) Sesuai amanat reformasi, penyelenggaraan pemilu harus dilaksanakan lebih
berkualitas agar menjamin derajat kompetisi yang sehat, partisipatif, dan
memiliki mekanisme pertanggung jawaban yang jelas.
b. Tujuan Pemilihan Umum 2004
Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat dan wakil
daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan
memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional
berdasarkan UUD 1945.

46

d. Asas Pemilihan Umum 2004


Berdasarkan UUD 1945 pasal 22E ayat 1, pemilu dilaksanakan secara luber
dan jurdil.
Pengertian asas pemilu :
1) Langsung
Rakyat memilih wakilnya secara langsung sesuai dengan hati nuraninya
tanpa perantara.
2) Umum
Semua warga negara yang sudah memenuhi persyaratan untuk memilih
berhak mengikuti pemilu. Kesempatan memilih ini berlaku untuk semua
warga negara, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan,
jenis kelamin, dan lain-lain.
3) Bebas
Setiap warga negara bebas menentukan pilihannya tanpa ada tekanan atau
paksaan dari siapapun juga.
4) Rahasia
Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan
diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun.
5) Jujur
Dalam penyelenggaraan pemilu, setiap penyelenggara pemilu, aparat
pemerintah,
peserta pemilu, pengawas pemilu, pemantau pemilu,
pemilih serta semua pihak yang berkaitan harus bersikap dan bertindak jujur.
6) Adil
Dalam penyelenggaraan pemilu setiap peserta dan pemilih, mendapat
perlakuan yang sama sesuai dengan peraturan yang berlaku.
e. Peserta Pemilihan Umum 2004
Pelaksanaan pemilu tahun 2004 diikuti oleh 24 partai politik (parpol).
Sebagian parpol merupakan parpol yang telah mengikuti pemilu sebelumnya,
sedangkan sebagiannya lagi merupak parpol gabungan dari berbagai partai.
Dibawah ini adalah nama-nama partai politik peserta pemilu tahun 2004, yaitu:
1) PNI Marhaenisme
12)Partai Nahdatul Ummah
2) Partai Buruh Sosial Demokrat
Indonesia
3) Partai Bulan Bintang
13)Partai Amanat Nasional
4) Partai Merdeka
14)Partai Karya Peduli Bangsa
5) Partai Persatuan
15)Partai Kebangkitan Bangsa
Pembangunan
16)Partai Keadilan Sejahtera
6) Partai Demokrat Kebangsaan
17)Partai Bulan Reformasi
7) Partai Perhimpunan
18)Partai Demokrasi Perjuangan
Indonesia Baru
Indonesia
8) Partai Nasional Banteng
19)Partai Damai Sejahtera
Kemerdekaan
20)Partai Golkar
9) Partai Demokrat
21)Partai Patriot Pancasila
10)Partai Keadilan dan
22)Partai Serikat Islam
Persatuan Indonesia
23)Partai Persatuan Daerah
11) Partai Penegak Demokrasi
24)Partai Pelopor
Indonesia

47

Disamping partai politik, peserta pemilu 2004 adalah perseorangan calon,


yaitu dalam rangka memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Partaipartai politik yang ada di Indonesia tidak begitu saja mudah menjadi peserta
pemilu tahun 2004 karena parpol-parpol tersebut harus mengikuti prosedurprosedur yang telah ditentukan panita KPU. Dan prosedur-prosedur tersebut
harus diikuti dengan baik.
Parpol yang ingin mendaftar menjadi peserta pemilu harus mendatangi KPU
dengan membawa bukti-bukti sebagai berikut :
1) Salinan surat menteri kehakiman dan HAM tentang pengesahan parpol
sebagai badan hukum.
2) Surat pernyataan yang ditanda tangani pimpinan parpol tingkat pusat
berkenaan
dengan jumlah kepengurusan parpol ditingkat propinsi yang
sekurang-kurangnya 2/3 jumlah seluruh provinsi.
3) Surat pernyataan memiliki nama anggota parpol sekurang-kurangnya seribu
orang atau 1/1000 dari jumlah penduduk dari setiap kepengurusan parpol di
kabupaten, dilampirkan nama daftar nama anggota dan kartu tanda anggota
parpol yang masih berlaku.
4) Surat keterangan domisili kantor tetap dan dokumen yang sah.
5) Nama dan tanda gambar parpol dengan ukuran 10 X 10 cm berwarna.
Selain bukti-bukti yang telah disebutkan di atas, surat pendaftaran parpol juga
harus
dibawa ke KPU pada saat mendaftar. Surat pendaftaran yang sah adalah
apabila ditanda tangani oleh pimpinan parpol tingkat pusat dibubuhi cap / stempel.
Hal-hal yang telah disebutkan di atas dinamakan verifikasi administrasi yang
dilakukan oleh KPU dan hasilnya akan diberitahukan kepada parpol yang
bersangkutan. Bagi parpol yang belum lulus verifikasi administrasi, diberikan satu
kali perbaikan selama-lamaya tujuh hari sejak pemberitahuan dari KPU.
Sedangkan verifikasi faktual adalah penelitian dan pengecekan kebenaran data
mengenai hal-hal berikut :
1) Jumlah dan susunan kepengurusan parpol ditingkat provinsi berdasarkan surat
pimpinan parpol ditingkat pusat.
2) Jumlah dan susunan kepengurusan parpol ditingkat kabupaten berdasarkan
surat keputusan pimpinan parpol ditingkat pusat.
3) Jumlah anggota parpol sekurang-kurangnya seribu orang atau 1/1000 dari
jumlah penduduk pada setiap kepengurusan parpol dikabupaten berdasarkan
lampiran daftar
nama anggota dan kartu tanda anggota.
4) Domisili kantor tetap dan dokumen yang sah.
Verifikasi faktual dilakukan oleh KPU provinsi terhadap susunan kepengurusan
dan domisili kantor tetap parpol di provinsi yang bersangkutan dan dilakukan juga
oleh KPU kabupaten terhadap susunan kepengurusan, domisili kantor tetap, dan
keanggotaan parpol di kabutan yang bersangkutan.
f. Penyelenggraan Pemilu 2004
Penyelenggaraan pemilu yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan parpol
harus mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku dan dijiwai oleh
semangat
kekeluargaan dan gotong royong. Oleh sebab itu, asas luber dan
jurdil, sebagai prasyarat yang telah disepakati, harus dilaksanakan oleh semua
organisasi peserta pemilu secara murni dan konsekuen.

Komisi Pemilihan Umum (KPU)


48

Satu tahun setelah penyelenggaran pemilu tahun 1999, pemerintah bersama


DPR mengeluarkan UU No. 4 tahun 2000 tentang perubahan atas UU No.
3/1999 tentang pemilu. Pokok isi UU No. 4 tahun 2000 adalah mengenai
perubahan penting, penyelenggaraan pemilu tahun 2004 dilaksanakan oleh
Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang independen dan nonpartisan.
Pemilihan umum diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang
bersifat nasional, tetap dan mandiri, sesuai dengan pasal 22E ayat (5).
1) Sifat nasional dimaksudkan bahwa KPU sebagai penyelenggara mencakup
seluruh wilayah negara kekuasaan Republik Indonesia.
2) Sifat tetap dimaksudkan bahwa KPU sebagai lembaga menjalankan
tugasnya secara berkesinambungan, meskipun keanggotannya dibatasi oleh
masa jabatan tertentu.
3) Sifat mandiri dimaksudkan dalam menyelenggarakan dan melaksanakan
pemilu KPU bersifat mandiri dan bebas dari pengaruh pihak manapun,
disertai serta dengan transparansi dan pertanggungjawaban yang jelas
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, untuk menjamin tercapainya
penyelenggaraan pemilu.

Tugas dan Wewenag KPU


Tugas dan wewenang Komisi Pemilihan Umum adalah :
1) Merencanakan penyelenggaraan Pemilu.
2) Menetapkan organisasi dan tata cara semua tahapan pelaksanaan pemilu.
3) Mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan
pelaksanaan pemilu.
4) Menetapkan peserta pemilu.
5) Menetapkan daerah pemilihan, jumlah kursi dan calon anggota DPR, DPD,
DPRD provinsi dan DPRD kabupaten / kota.
6) Menetapkan waktu, tanggal, tatacara pelaksanaan kampanye, dan
pemungutan suara.
7) Menetapkan hasil pemilu dan mengumumkan calon terpilih anggota DPR,
DPD, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten / kota.
8) Melaksanakan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilu.
9) Melaksanakan tugas dan kewengan lain yang diatur undang-undang.

Kewajiban Komisi Pemilihan Umum (KPU)


KPU berkewajiban :
1) Memperlakukan semua peserta pemilu secara adil dan setara guna
mensukseskan pemilu.
2) Menetapkan standarisasi serta kebutuhan barang dan jasa yang berkaitan
dengan penyelenggaraan pemilu berdasarkan peraturan perundangundangan.
3) Memelihara arsip dan dokumen pemilu serta mengelola barang inventari
KPU berdasarkan peraturan perundang-undangan.
4) Menyampaiakan informasi kepada masyarakat.
5) Melaporkan penyelenggaraan pemilu kepada presiden selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari sesudah mengucapkan sumpah / janji anggota DPR dan DPD.
6) Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran yang diterima APBN.
7) Melaksanakan kewajiban lain yang diatur undang-undang.

Komisi Pemilu Umum (KPU) Provinsi


1) Tugas dan wewenang KPU provinsi adalah
49

a)
b)
c)
d)
e)

Melancarkan pelaksaan pemilu ditingkat provinsi;


Melaksanakan pemilu di provinsi;
Menetapkan hasil pemilu di provinsi;
Mengkordinasi kegiatan KPU kabutan / kota; dan
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh KPU

2) Kewajiban KPU provinsi


KPU provinsi berkewajiban :
a) Memperlakukan peserta pemilu secara adil dan setara.
b) Menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat.
c) Menjawab pertanyaan serta menampung dan memproses pengaduan
dari peserta pemilu dan masyarakat.
d) Menyampaikan laporan secara periodik dan mempertanggung jawabkan
seluruh kegiatan pelaksaan pemilu kepada KPU.
e) Menyampaikan laporan secara periodik kepada gubernur.
f) Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
APBN dan APBD.
g) Melaksanakan kewajiban lain yang diatur undang-undang

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten / Kota


1) Tugas dan wewenang KPU kabupaten / kota :
a) Merencanakan pelaksaan pemilu di kabupaten / kota.
b) Melaksanakan pemilu di kabupaten / kota.
c) Menetapkan hasil pemilu di kabupaten / kota.
d) Membentuk PPK, PPS, KPPS dalam wilayah kerjanya.
e) Mengkordinasi kegiatan panitia pelaksana pemilu dalam wilayah kerjanya.
f) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh KPU dan KPU provinsi.
2) Kewajiban KPU kabuten / kota :
a) Memperlakukan peserta pemilu secara adil dan setara.
b) Menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat.
c) Menjawab pertanyaan serta menampung dan memproses pengaduan
dari peserta pemilu dan masyarakat.
d) Menyampaikan laporan secara periodik dan mempertanggung jawabkan
seluruh kegiatan pelaksanaan pemilu kepada KPU provinsi.
e) Menyampaikan laporan secara periodik kepada Bupati dan walikota.
f) Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
APBN dan APBD.
g) Melaksanakan seluruh kewajiban lainnya yang diatur undang-undang.
Sifat Independen dan non-partisan KPU saat ini tercermin dari proses seleksi
calon anggota KPU. Dari semua calon anggota KPU yang diajukan kepada
presiden untuk mendapat persetujuan DPR, tidak satupun berasal dari parpol.
Pada umumnya para calon berasal dari kalangan perguruan tinggi / LSM.
Persyaratan untuk menjadi anggota KPU antara lain :
1) Sehat jasmani dan rohani.
2) Berhak memilih dan dipilih.
3) Mempunyai komitmen yang kuat terhadap tegaknya demokrasi dan keadilan.
4) Mempunyai integritas pribadi yang kuat, jujur dan adil.
5) Memiliki pengetahuan yang memadai tentang politik, kepartaian, pemilu dan
kemampuan kepemimpinan.
50

6) Tidak menjadi anggota atau pengurus partai politik.


7) Tidak sedang menduduki jabatan politik dan jabatan struktural dalam jabatan
pegawai negri.
Untuk lebih mengefektifkan kinerja KPU, pimpinan KPU juga membentuk alat
kelengkapan, berupa devisi-devisi, badan urusan rumah tangga dan panitia kerja
atau tim yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Badan urusan rumah tangga
bertugas melaksanakan pengurusan hak-hak anggota KPU dan sekretariat
umum serta merumuskan rancangan anggran tahunan KPU dan rencana
anggran penyelenggaraan pemilu.
Adapun susunan keanggotaan KPU adalah sebagai berikut :
Ketua
: Prof. Dr. Nazaruddin Sjamsuddin, MA.
Wakil ketua : Prof. Ramlan Surbaki, MA. PhD.
Anggota
: Drs. Mulyana W. Kusumah
Anggota
: Drs. Daan Dimara, MA.
Anggota
: Prof. Dr. Rusadi Kantaprawira
Anggota
: Drs. Anas Urbaningrum, MA
Anggota
: Chusnul Mariyah, PhD.
Anggota
: Dr. Hamid Awaludin
Anggota
: Dra. Valina Singka Subekti, Msi

Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu)


Panita Pengawas Pemilu adalah sebuah lembaga pengawasan yang
dibentuk dengan dasar hukum UU No. 12 tahun 2003 tentang tata cara
penyelenggaraan pemilu. Berdasarkan pasal 112 UU No. 12 tahun 2003,
panwaslu ditugaskan untuk mengawasi semua tahapan penyelenggaraan
pemilu. Selain itu panwaslu juga mendapat perintah untuk menerima laporan,
menyelesaikan sengketa, serta meneruskan temuan dan laporan yang tidak
dapat diselesaikan kepada instansi yang berwenang.
Pemilu tahun 2004 sangat strategis sebagai bagian dari pelaksanaan proses
demokrasi, dan lebih penting lagi dalam upaya menciptakan pemerintah yang
bersih. Tugasnya, pelaksanaan pemilu 2004 harus sukses. Untuk itu, diperlukan
kerjasama yang baik antara KPU, Panwaslu, media masa, LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat), serta segenap lapisan masyarakat secara umum, dalam
mensukseskan pemilu tersebut.
Adapun anggota-anggota panwaslu diangkat oleh KPU adalah sebagai berikut :
Ketua
: Prof. Dr. Komaruddin Hidayat
Wakil ketua : Pdt. Saut Hamonangaan Sirait, M. Th.
Anggota
: H.M. Rozy Munir, S.E., M. Sc.
Anggota
: Brigjen Polisi Drs. Bambang Aris Sampoerna Djati, S.H.
Anggota
: Kombes Drs. Johnny Tangkudung, S.H.,M.H.
Anggota
: Masyudi Ridwan, S.H.,M.H
Anggota
: Dra. Siti Noordjannah Djohantini, M.M
Anggota
: Topo Santoso, S.H.,M.H.
Anggota
: Didik Supriyanto

Jadwal Pemilu 2004


Pelaksanaan pemilu tahun 2004 berbeda dari pemilu sebelumnya, karena
pemilu sekarang merupakan pemilihan secara langsung dan dilaksanakan 3 kali,
yaitu :
51

1) Tanggal 5 April 2004, Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi,
DPRD Kabupaten,
2) Tanggal 1 5 Juli 2004, Pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden
(putaran pertama),
3) Tanggal 20 September 2004, Pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden (putaran kedua apabila dalam putaran pertama jumlah suara yang
didapat tidak memenuhi ketentuan). Yang dimaksud dengan ketentuan
adalah, jika calon Presiden dan Wakil Presiden belum memperoleh jumlah
suara di atas 50 % dengan minimal 20% suara terbesar di lebih 16 provinsi.

Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)


1) KPPS bertugas melaksanakan pemungutan suara dan penghitungan suara
Pemilu di TPS.
2) Anggota KPPS sebanyak 7 (tujuh) orang.
3) Untuk melaksanakan tugas KPPS, di setiap TPS diperbantukan petugas
keamanan dari satuan pertahanan sipil / perlindungan masyarakat sebanyak
2 (dua) orang.
4) KPPS berkewajiban membuat berita acara pemungutan dan penghitungan
suara serta membuat sertifikat hasil perhitungan suara untuk disampaikan
kepada PPS.

1. Daerah Pemilihan dan Jumlah Kursi Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan
DPRD Kabupaten / Kota dan DPD.
1) Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota, masing-masing ditetapkan Daerah Pemihan sebagai
berikut :
a) Daerah Pemilihan anggota DPR adalah provinsi atau bagian-bagian
provinsi;
b) Daerah pemilihan anggota DPRD provinsi adalah kabupaten/kota atau
gabungan kabupaten / kota sebagai daerah pemilihan;
c) Daerah pemilihan anggota DPRD kabupaten / kota adalah kecamatan
atau gabungan kecamatan sebagai daerah pemilihan.
2) Penetapan daerah pemilihan anggota DPRR, DPRD provinsi dan DPRD
kabupaten / kota ditentukan oleh KPU dengan ketentuan setiap daerah
pemilihan mendapatkan alokasi kursi antara 3 (tiga) sampai 12 (dua belas)
kursi.
3) Jumlah kursi DPR ditetapkan sebanyak 550.
4) Jumlah kursi anggota DPR untuk setiap provinsi ditetapkan berdasarkan
jumlah penduduk dengan memperhatikan perimbangan yang wajar. Yang
dimaksud dengan perimbangan yang wajar dalam ayat ini adalah :
a) Alokasi provinsi dihitung berdasarkan tingkat kepadatan penduduk
dengan kuota setiap kursi maksimal 425.000 untuk daerah yang tingkat
kepadatan penduduknya tinggi dan kuota setiap kursi minimum 325.000
untuk daerah yang tingkat kepadatan penduduknya rendah.
b) Jumlah kursi pada setiap provinsi dialokasikan tidak kurang dari jumlah
kursi provinsi sesuai pada pemilu tahun 1999.
c) Provinsi baru hasil pemekaran setelah pemilu 1999 memperoleh alokasi
sekurang-kurangnnya 3 (tiga) kursi.
5) Tata cara perhitungan jumlah kursi anggota DPR untuk setiap provinsi
ditetapkan oleh KPU.
52

6) Jumlah kursi anggota DPRD provinsi ditetapkan sekurang-kurangnnya 35


(tiga puluh lima) kursi dan sebanyak-banyaknya 100 (seratus) kursi. Jumlah
anggota DPRD provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan DPRD provinsi
Papua disesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang no. 18 tahun 2001
tentang otonomi khusus bagi provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan
Undang-undang no. 21 tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi provinsi
Papua.
7) Jumlah kursi anggota DPRD provinsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
didasarkan pada jumlah penduduk privinsi yeng bersangkutan dengan
ketentuan:
a) Provinsi dengan jumlah penduduk sampai dengan 1.000.000 (satu juta)
jiwa mendapat 35 (tiga puluh lima) kursi;
b) Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 1.000.000 (satu juta) jiwa
sampai dengan 3.000.000 (tiga juta) jiwa mendapat 45 (empat puluh lima)
kursi;
c) Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 3.000.000 (tiga juta) jiwa
sampai dengan 5.000.000 (lima juta) jiwa mendapat 55 (lima puluh lima)
kursi;
d) Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 5.000.000 (lima juata) jiwa
sampai dengan 7.000.000 (tujuh juta) jiwa mendapat 65 (enam puluh
lima) kursi;
e) Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 7.000.000 (tujuh juta) jiwa
sampai dengan 9.000.000 (sembilan juta) jiwa mendapat 75 (tujuh puluh
lima) kursi;
f) Provisi dengan jumlah penduduk lebih dari 9.000.000 (sembilan juta) jiwa
sampai dengan 12.000.000 (dua belas juta) jiwa mendapat 85 (delapan
puluh lima) kursi;
g) Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 12.000.000 (dua belas juta)
jiwa mendapat 100 (seratus) kursi;
8) Jumlah kursi anggota DPRD setiap provinsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan oleh KPU.
9) Jumlah kursi anggota DPRD kabupaten / kota ditetapkan sekurangkurangnya 20 (dua puluh) kursi dan sebanyak-banyaknya 45 (empat puluh
lima) kursi.
10)Jumlah kursi anggota DPRD kabupaten / kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) didasarkan pada jumlah penduduk di kabupaten / kota dengan
ketentuan :
a) Kabupaten / kota dengan jumlah penduduk sampai dengan 100.000
(seratus ribu) jiwa mendapat 20 (dua puluh) kursi;
b) Kabupaten / kota dengan jumlah penduduk lebih dari 1.000.000 (seratus
ribu) sampai dengan 200.000 (dua ratus ribu) jiwa mendapat 25 (dua
puluh lima) kursi;
c) Kabupaten / kota dengan jumlah penduduk lebih dari 200.000 (dua ratus
ribu) sampai dengan 300.000 (tiga ratus ribu) sampai dengan 300.000
(tiga ratus ribu) jiwa mendapat 30 (tiga pulu) kursi;
d) Kabupaten / kota dengan jumlah penduduk lebih dari 300.000 (tig aratus
ribu) sampai dengan
400.000 (empat ratus ribu) jiwa mendapat 35
(tiga lupuh lima) kursi;
e) Kabupaten / kota dengan jumlah penduduk lebih dari 400.000 500.000
jiwa mendapat 40 (empat puluh) kursi;
53

f) Kabupaten / kota dengan jumlah penduduk lebih dari 500.000 jiwa


mendapat 45 (empat puluh lima) kursi.
11) Daerah pemilihan untuk anggota DPD adalah provinsi.
12)Jumlah anggota DPD untuk setiap provinsi ditetapkan 4 (empat) orang.
2. Panitia Pemilihan Luar Negri (PPLN)
1) PLN berkedudukan dikantor perwakilan RI.
2) Anggota PPLN sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dan sebanyak-banyaknya
7 (tujuh) orang dan berasal dari wakil masyarakat Indonesia.
3) Anggota PPLN diangkat dan diberhentikan oleh KPU atas usul Kepala
Perwakilan Republik Indonesia sesuai
dengan wilayah kerjanya.
4) Susunan keanggotaan PPLN terdiri atas seorang ketua, seorang wakil ketua,
dan anggota.
5) Tugas dan wewenang PPLN adalah :
a) Melakukan pendaftaran pemilih warga negara Republik Indonesia;
b) Mengangkat petugas pencatat dan pendaftar;
c) Menyampaikan daftar pemilih warga negara Republik Indonesia kepada
KPU;
d) Membnetuk KPPSLN;
e) Melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara dari seluruh TPSLN
dalam wilayah kerjanya.

E. PERILAKU BUDAYA DEMOKRASI DALAM KEHIDUPAN SEHARIHARI


Budaya demokrasi Pancasila, merupakan paham demokrasi yang berpedoman
pada asas kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, dan yang
bersama-sama menjiwai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Budaya
demokrasi Pancasila mengakui adanya sifat kodrat manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara.
Rumusan sila keempat Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan dasar politik
negara yang di dalamnya terkandung unsur kerakyatan, permusyawaratan, dan
kedaulatan rakyat, merupakan cita-cita kefilsafatan dari demokrasi Pancasila. Oleh
sebab itu, dalam perilaku budaya demokrasi yang perlu dikembangkan dalam
kehidupan sehari-hari dapat adalah hal-hal sebagai berikut :
1. Menjunjung tinggi persamaan
Budaya demokrasi Pancasila, mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki
persamaan harkat dan derajat dari sumber yang sama sebagai makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu, dalam kehidupan sehari-hari hendaknya
kita mampu berbuat dan bertindak untuk menghargai orang lain sebagai wujud
kesadaran diri mau menerima keberagaman di dalam masyarakat. Menjunjung
tinggi persamaan, terkandung makna bahwa kita mau berbagi dan terbuka
menerima perbedaan pendapat, kritik dan saran dari orang lain
2. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban

54

Setiap manusia diberikan fitrah hak asasi dari Tuhan YME berupa hak hidup,
hak kebebasan dan hak untuk memiliki sesuatu. Penerapan hak-hak tersebut
bukanlah sesuatu yang mutlak tanpa batas. Dalam kehidupan bermasyarakat,
ada batas-batas yang harus dihormati bersama berupa hak-hak yang dimiliki
orang lain sebagai batasan norma yang berlaku dan dipatuhi. Untuk itu, dalam
upaya mewujudkan tatanan kehidupan sehari-hari yang bertanggung jawab
terhadap Tuhan, diri sendiri, dan orang lain, perlu diwujudkan perilaku yang
mampu menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dengan sebaikbaiknya.
3. Membudayakan sikap bijak dan adil
Salah satu perbuatan mulia yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari
baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain adalah mampu bersikap bijak
dan adil. Bijak dan adil dalam makna yang sederhana adalah perbuatan yang
benar-benar dilakukan penuh dengan perhitungan, mawas diri, mau memahami
apa yang dilakukan orang lain dan proporsional (tidak berat sebelah). Perlu bagi
kita di dalam masyarakat untuk senantiasa mengembangkan budaya bijak dan
adil dalam kerangka untuk mewujudkan kehidupan yang saling menghormati
harkat dan martabat orang lain, tidak diskrimanatif, terbuka dan menjaga
persatuan dan keutuhan lingkungan masyarakat sekitar.
4. Membiasakan musyawarah mufakat dalam mengambil keputusan
Pengambilan keputusan melalui musyawarah mufakat, merupakan salah satu
nilai dasar budaya bangsa Indonesia yang sejak lama telah dipraktikkan
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam musyawarah mufakat,
terkandung makna bahwa pada setiap kesempatan yang berhubungan dengan
pengambilan keputusan diperlukan kesadaran dan kearifan untuk untuk
memutuskan. Untuk itu, sebelum suatu keputusan di terapkan selalu didahului
dengan dialog dan mau mendengar dari berbagai pihak, juga selalu diupayakan
untuk memahami terlebih dahulu persoalan-persoalan yang ada. Keputusan
dengan musyawarah mufakat akan menghasilkan keputusan yang mampu
memuaskan banyak pihak, sehingga dapat terhindar dari konflik-konflik vertikal
maupun horizontal.
5. Mengutamakan persatuan dan kesatuan nasional
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sikap hidup untuk
lebih mengutamakan kepentingan orang lain/umum dari kepentingan pribadi
sangat penting untuk ditumbuhkan. Kesadaran setiap warga negara untuk
mengutamakan persatuan dan kesatuan sebagai wujud rasa cinta dan bangga
terhadap bangsa dan negara. Kita harus mau berfikir cerdas dan bekerja keras
untuk kepentingan kemajuan bangsa dan negara melalui berbagai bidang
kehidupan yang dapat kita lakukan. Makna penting dalam memahami sikap
mengutamakan persatuan dan kesatuan adalah bagaimana kita mampu berbuat
tanpa pamrih untuk kepentingan bangsa dan negara, betapapun yang kita
lakukan dari hal-hal yang terkecil sampai dengan yang besar dalam berbagai
status dan profesi.

55

KESIMPULAN

Paham demokrasi yang menekankan pada pemerintahan rakyat,


mengandung arti bahwa kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat.
Dengan demikian, perlu kita pahami bahwa istilah demokrasi
bertolak dari suatu pola pikir bahwa manusia diperlakukan dan
ditempatkan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
mahluk Tuhan.
Dalam negara yang menganut sistem politik demokrasi maka
negara/pemerintah senantiasa harus mengingat kehendak dan
keinginan rakyat. Jadi, tiap-tiap tindakan dalam melaksanakan
kekuasaan negara tidak bertentangan dengan kehendak dan
kepentingan rakyat, dan sedapat mungkin berusaha memenuhi
segala keinginan rakyat.
Demokrasi tidak akan efektif dan lestari tanpa substansi yang
berujud
jiwa,
budaya
atau
ideologi
yang
mewarnai
pengorganisasian berbagai elemen politik seperti partai politik,
lembaga-lembaga
pemerintahan
maupun
organisasi
kemasyarakatan.
Keadaan masyarakat yang telah terbiasa hidup dalam demokrasi
menganggap bahwa perbedaan-perbedaan pemikiran perubahanperubahan di dalam masyarakat yang demokratis, sehingga terjadi
pergantian pemerintahan sebagai hasil pemilihan umum tidak
dianggap sebagai sesuatu yang mengejutkan melainkan sesuatu
yang wajar dalam proses yang wajar.
Terdapat bermacam-macam demokrasi yang sudah menjadi bagian
dari pemerintahan negara-negara di seluruh dunia yang dapat dilihat
: atas dasar penyaluran kehendak rakyat (demokrasi langsung dan
tidak
langsung),
atas
dasar
prinsip
ideologi
(demokrasi
konstitusional, dan rakyat), dan atas dasar yang menjadi titik
perhatiannya (demokrasi formal, material dan gabungan).
Esensi ciri-ciri empiris demokrasi, adalah bahwa demokrasi
senantiasa berkaitan erat dengan pertanggungjawaban (account
ability), kompetisi, keterlibatan, dan tinggi rendahnya kadar untuk
menikmati hak-hak dasar, seperti hak untuk berekspresi, berserikat,
berkumpul dan sebagainya.
Demokratisasi, merupakan proses pendemokrasian segenap rakyat
untuk turut serta dalam pemerintahan melalui wakil-wakilnya. Atau
turut serta dalam berbagai bidang kegiatan (masyarakat/negara)
baik langsung atau tidak langsung, dengan mengutamakan
persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi
warga negara.
56
Banyak pendapat yang memberi pengertian tentang civil society
atau lebih dikenal dengan masyarakat madani. Masyarakat madani
adalah sebuah kelompok atau tatanan masyarakat yang berdiri

publik (public sphere) dalam mengemukakan pendapat, adanya


lembaga-lembaga yang mandiri yang dapat menyalurkan aspirasi
dan kepentingan publik.
Negara republik Indonesia, telah menetapkan sistem politik
demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila sesuai dengan sila
keempat Pancasila, yaitu merupakan rangkaian totalitas yang
terkait erat antara satu sila dan sila lainnya (bulat dan utuh). Dalam
arti umum, demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dihayati
oleh bangsa dan negara Indonesia yang dijiwai dan diintegrasikan
oleh sila-sila lain (nilai-nilai luhur Pancasila).
Perilaku budaya politik demokrasi yang perlu kita kembangkan
dalam kehidupan sehari-hari antara lain; menjunujung tinggi
persamaan, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban,
membudayakan sikap bijak dan adil, membiasakan musyawarah
mufakat dalam mengambil keputusan serta mengutamakan
persatuan dan kesatuan nasional.

LATIHAN UJI KOMPETENSI


A. Pilihan Ganda
Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar !
1. Konsepsi tentang demokrasi adalah
suatu
pemerintahan
yang
bersendikan .
a. kedaulatan rakyat
b. kedaulatan hukum
c. kedaulatan negara
d. kedaulatan penguasa
e. kedaulatan raja
2. Tokoh
yang
mengemukakan
demokrasi adalah pemerintahan
dari, oleh, dan untuk
rakyat,
dikemukakan oleh .
a. F.D. Roosevelt
b. Abraham Lincoln
c. John F. Kennedy
d. J.J. Rousseau
e. John Locke
3. Di bawah ini yang bukan merupakan
ciri-ciri masyarakat madani adalah
.
a. pengakuan dan perlindungan
HAM
b. partisipasi warga negara dalam
pemilu
c. pengutamaan kepentingan warga
negara

d. pemerintahan
yang
memperhatikan
kesejahteraan
dan keadilan rakyat.
e. pemerintahan yang mewujudkan
kesejahteraan rakyat disegala
bidang.
4. Faham demokrasi Pancasila, secara
essensial menjamin bahwa .
a. rakyat mempunyai hak sama
untuk menentukan dirinya sendiri
b. persamaan dalam hukum dan
pemerintahan
c. asas
kekeluargaan
dan
musyawarah mufakat diantara
masyarakat
d. ketertiban dalam bidang hukum
e. pelaksanaan pemilu yang jujur
dan adil
5. Tokoh yang berpendapat bahwa
Demokrasi Pancasila bersumber dari
kepribadian dan falsasfah hidup
bangsa Indonesia adalah .
a. Prof. Dardji Darmodihardjo
b. Soerjono Soekanto
c. Prof. S. Pamudji
d. Prof. Dr. Soepomo
e. Koentjaraningrat
57

6. Berikut ini yang bukan merupakan


ciri umum demokrasi Pancasila ialah
.
a. mengutamakan
musyawarah
mufakat
b. tidak memaksakan kehendak
kepada orang lain
c. selalu
meliputi
semangat
kekeluargaan
d. dilakukan dengan akal sehat dan
sesuai hati nurani
e. adanya rasa gotong royong
7. Tujuan Pemilu secara umum adalah
sebagai berikut, kecuali .
a. memilih presiden dan parlemen
b. melaksanakan kedaulatan rakyat
c. perwujudan dari hak politik rakyat
d. kesinambungan pembangunan
e. memilih wakil-wakil rakyat
8. Salah satu kelebihan dari penerapan
pemilu dengan sistem distrik adalah
.
a. sangat mengenal daerah dan
kepentingan rakyatnya

b. suara pemilu yang kalah tetap


akan diakui
c. golongan mayoritas dapat akani
jadi oposisi
d. lebih demokrastis dan mewakili
semua unsur
e. DPR benar-benar menjadi wadah
aspirasi rakyat
9. Berdasarkan UU No. 12 tahun 2003, yang
menjadi penanggung jawab Pemilu
adalah .
a. Pemerintah Pusat
b. Unsur Parpol
c. PPI
d. KPU
e. Menteri Dalam Negeri
10.Pada masa pemerintahan orde lama,
prak-tik demokrasi yang menonjol
adalah ....
a. liberalisme
b. terpimpin
c. komunisme
d. sosialisme
e. fasisme

B. Uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas !
1. Berikan penjelasan sesuai pendapat anda yang dimaksud dengan budaya
demokrasi !
2. Beri penjelasan dan alasan, mengapa dalam negara yang menerapkan budaya
demokrasi harus memberikan jaminan hukum dan perlindungan hak asasi
manusia !
3. Jelaskan bagaimana suatu perubahan dalam budaya politik suatu negara dapat
disebut dengan demokratisasi !
4. Uraikanlah secara singkat, bagaimana suatu proses demokrasi dapat dikatakan
menuju masyarakat madani Civil Society !
5. Beri penjelasan, apakah masyarakat madani telah menjadi bagian dalam
kehidupan kenegaraan ? Jelaskan pendapat Anda !
6. Jelaskan bentuk-bnetuk demokrasi dalam sistem pemerintahan negara !
7. Uraikan faktor-faktor penghambat bagi terciptanya demokratisasi di Indonesia,
teruturama pada masa orde baru !
8. Beri penjelasan dan alasan, bagaimana hubungan antara pelaskanaan pemilu
dengan demokrasi di dalam suatu negara !
9. Tuliskan, perbedaan mendasar penerapan demokrasi di era orde baru dan era
reformasi !
10. Bandingkan pelaksanaan pemilihan umum tahun 1999 dengan pemilu tahun
2004 !

58

11. Berikan 3 (tiga) contoh perilaku yang mendukung tegaknya prinsip demokrasi di
Indonesia !

C. Studi Kasus

Demokrasi Indonesia Dinilai Tanpa Demokrat


Demokrasi sebangun dengan cita-cita ideal yang diinginkan pendiri bangsa,
mulai dari kemanusiaan, perwakilan, kesejahteraan, dan keadilan sosial.
Sayangnya, demokrasi yang berjalan di Indonesia saat tanpa demokrat. Dosen
Universitas Paramadina Jakarta, Yudi Latif, mengatakan hal ini dalam Refleksi
Kritis Pengalaman Indonesia Pascakemerdekaan di Kampus Universitas Islam
Syarif Hidayatullah di Jakarta. Tampil pula sebagai pembicara, anggota DPR Partai
Golkar Ade Komarudin, Ketua Lembaga Pengkajian Demokrasi dan Kebangsaan
M. Fadjroel Rachman, serta peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Universitas
Paramadina Abbas Al-Jauhari.
Demokrasi kita kehilangan kepemimpinan yang punya otoritas. Meski
demokrasi tidak menghendaki otoriter, tetapi otoritas harus ada sehingga ada
kepastian hukum. Demokrasi tanpa regulasi yang baik jauh lebih buruk dari kondisi
ekonomi yang buruk, ujarnya. Dalam konsilidasi demokrasi saat ini, menurut Yudi,
diuntungkan dengan mencairnya kutub ideologis sebagai salah satu warisan Orde
Baru. Orang bisa masuk partai yang beda dengan ormasnya di masa lalu.
Sumber : Kompas, 12/1/2007

Tagihan Tugas :
1. Setelah disimak dan baca baik-baik, jelaskan kembali apa telah ditulis sesuai
dengan persepsi yang ada dibenak anda !
2. Berikan beberapa penjelasan indikasi tentang munculnya demokrasi di
Indonesia tanpa demokrat dalam pelaksanaan sistem politik di Indonesia !
3. Jelaskan dengan memberi alasan, mengapa budaya demokrasi di Indonesia
belum menyentuh pada cita-cita ideal kesejahteraan, dan keadilan sosial !
4. Tentukan langkah-langkah nyata bagaimana agar pelaksanaan demokrasi di
Indonesia mampu memberikan otoritas kepada pemimpinan negara dalam
mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial !
5. Berikan usulan konkrit, apa yang harus anda lakukan guna mewujudkan
demokrasi yang sebangun dengan cita-cita ideal di Indonesia, jika anda :
a. Sebagai ketua organisasi pemuda !
b. Sebagai ketua suatu partai politik !
c. Sebagai pejabat kepala pemerintahan (presiden) !

D. Inquiri (Tugas Kelompok)

59

Carilah referensi dari berbagai sumber untuk mengkaji ulang tentang konsepsi dan
rumusan tentang Masyarakat Madani (berikut gambar-gambar pendukungnya)
yang berkaitan dengan cita-cita ideal negara demokrasi Indonesia !
1.

Pahami kembali tentang rumusan masyarakat madani, dan buatlah


skenario (simulasi atau role play) wujud implementasinya di sekolah dan
masyarakat !

2.

Carilah topik-topik dari berbagai sumber (mass media cetak atau elektronik)
sekitar wujud masyarakat madani (civil society) dalam pemikiran anda !

3.

Kemudian lakukan demonstrasi dalam bentuk simulasi atau role play di


dalam kelas !

60

Anda mungkin juga menyukai