Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KELOMPOK

PRAKTIK KERJA LAPANGAN IKGM/IKGP IV


Periode 12 Juli 22 Agustus 2016

RSD Balung
Puskesmas Ambulu
Puskesmas Jenggawah

Oleh :
Idayu Windriyana

(101611101012)

Nanda Didana

(101611101016)

Mila Aditya Zeni

(111611101017)

Pembimbing :
drg. Elyda Akhya, MIPH

BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2016

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa tujuan pembangunan
kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar
terwujud derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan
umum.Pembangunankesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat
kesehatan

yang
dapat

setinggi-tingginya.Indikator
dilihat

dari

peningkatan

keberhasilan
atau

pembangunan

penurunan

derajat

kesehatan(Permenkes No 128, 2004).


Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, sebab kesehatan gigi dan mulut
akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Hasil riset menunjukkan
bahwa 23,4% penduduk Indonesia mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut
dan hanya 29,6% penduduk diantaranya yang menerima perawatan dan
pengobatan dari tenaga kesehatan gigi. Hal ini mengindikasikan bahwa masih
terdapat masyarakat yang belum menyadari pentingnya pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut (Rikerdas, 2007).
Penanganan permasalahan kesehatan di masyarakat baik kesehatan umum
maupun kesehatan gigi dan mulut telah dilaksanakan secara terpadu melalui
terbentuknya fasilitas pelayanan kesehatan termasuk puskesmas dan rumah
sakit.Fasilitas kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, danatau masyarakat (Permenkes No. 75, 2013).
Puskesmasadalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upayakesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkatpertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginyadi wilayah kerjanya.(Permenkes

No.75, 2014). Sarana kesehatan lain yang dapat digunakan untuk melaksanakan
upaya pelayanan kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat (Permenkes No 340, 2010).
Kegiatan PKL IKGM/IKGP IV yang telah penulis ikuti masing-masing
selama 6 minggu (12 Juli 22 Agustus 2016) pada tiga tempat yaitu RSD Balung,
Puskesmas Jenggawah, dan Puskesmas Ambulu, terdapat berbagai macam kasus
penyakit gigi dan mulut yang ditemukan. Berdasarkan kasus yang ditemukan di
lapangan tersebut, penulis ingin membahas tentang macam terapi untuk masingmasing kasus gigi dan mulut yang diberikan kepada pasien di tempat pelayanan
kesehatan, baik di rumah sakit maupun puskesmas.
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja kasus penyakit gigi dan mulut berdasarkan terbanyak dan
bagaimana perawatan yang diberikan terhadap kasus tersebut di di RSD Balung,
Puskesmas Jenggawah, dan Puskesmas Ambulu?
1.3 Tujuan
Tujuan dari PKL IKGM IV di Rumah Sakit dan Puskesmas antara lain:
1. Mahasiswa dapat mempelajari sistem pelayanan kesehatan di Puskesmas dan
Rumah Sakit
2. Mahasiswa dapat mempelajari segala bentuk permasalahan kesehatan gigi dan
mulut dengan sarana dan prasarana yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas
dan Rumah Sakit
3. Mahasiswa dapat mempunyai bekal dan pengalaman dalam rangka
mempersiapkan diri jika nanti terjun ke masyarakat
4. Mahasiswa dapat mendiagnosa, merencanakan,melakukan perawatan gigi dan
mulut dengan fasilitas yang ada di Puskesmas dan Rumah Sakit

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari PKL IKGM IV di rumah sakit dan
puskesmas antara lain:
1. Bagi Mahasiswa
Sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di
perkuliahan sehingga mempunyai bekal dan pengalaman yang lebih, selain itu
dapat mengetahui bentuk permasalahan kasus kesehatan gigi dan mulut yang
khas pada masing-masing daerah wilayah kerja Puskesmas dan Rumah Sakit.
2. Bagi Puskesmas dan Rumah Sakit
Memperoleh bantuan tenaga medis dalam melaksanakan pelayanan di bidang
kesehatan gigi dan mulut, selain itu dapat mengetahui bentuk permasalahan
kasus kesehatan gigi dan mulut yang umum terjadi pada masing-masing
daerah wilayah kerjanya.
3. Bagi Perguruan Tiggi
Dapat membina kerja sama dengan instansi terkait serta memperoleh sarana
dan tempat untuk proses penerapan ilmu dan pengalaman sehingga dapat
meningkatkan mahasiswa di bidang kesehatan gigi dan mulut.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit


2.1.1 Definisi

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


340/Menkes/Per/II/2010, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Menurut UU RI no 44 tahun 2009 Rumah Sakit mempunyai tugas
memberikan

pelayanan

kesehatan

perorangan

secara

paripurna.

Untuk

menjalankan tugas tersebut Rumah Sakit mempunyai fungsi :


a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan
2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit
Menurut PERMENKES RI 2010, Klasifikasi Rumah Sakit berdasarkan
fasilitas dan kemampuan pelayanan dibagi menjadi:
1. Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
Klasifikasi Rumah Sakit Umum :
a. Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah Sakit Umum Kelas A yaitu harus mempunyai fasilitas

dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik


Spesialis Dasar, 5 (lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua
belas) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan
Medik Sub Spesialis.
b. Rumah Sakit Umum Kelas B
Rumah Sakit Umum Kelas B yaitu harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik
Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8
(delapan) Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan
Medik Subspesialis Dasar.
c. Rumah Sakit Umum Kelas C
Rumah Sakit Umum Kelas C yaitu harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik
Spesialis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.
d. Rumah Sakit Umum Kelas D
Rumah Sakit Umum Kelas D yaitu harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik
Spesialis Dasar.
2. Rumah Sakit Khusus
Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ atau jenis penyakit.Jenis Rumah Sakit khusus antara
lain Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak, Jantung, Kanker, Orthopedi, Paru,
Jiwa, Kusta, Mata, Ketergantungan Obat, Stroke, Penyakit Infeksi, Bersalin,
Gigi dan Mulut, Rehabilitasi Medik, Telinga Hidung Tenggorokan, Bedah,
Ginjal, Kulit dan Kelamin.
Klasifikasi Rumah Sakit Khusus :
a. Rumah Sakit Khusus Kelas A
b. Rumah Sakit Khusus Kelas B

c. Rumah Sakit Khusus Kelas C


2.2 Puskesmas
2.2.1 Definisi
Pengertian

puskesmas

menurut

Kepmenkes

RI

No.128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas


kesehatan

kabupaten/kota

yang

bertanggung

jawab

menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Pusat Kesehatan Masyarakat


(Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan
terjangkau oleh masyarkat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan
hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya
yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Puskesmas merupakan unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI,
2010).
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya (Depkes RI,
2010).

2.2.2 Pelayanan Puskesmas


Menurut permenkes RI No 75 tahun 2014 pelayanan yang diberikan di
Puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang meliputi :
1.

Pelayanan pengobatan (kuratif) yaitu merupakan suatu rangkaian dari


pengelolaan obat yang merupakan tahapan akhir dari suatu pelayanan
kesehatan yang akan ikut menentukan efektifitas upaya pengobatan oleh
tenaga medis kepada pasien.

2.

Upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yaitu merupakan suatu kegiatan


dalam upaya pemulihan kesehatan.

3.

Upaya pencegahan (preventif) yaitu merupakan rangkaian kegiatan dalam


rangka pencegahan suatu penyakit dengan memelihara kesehatan lingkungan
maupun perorangan.

4.

Upaya peningkatan kesehatan (promotif) yaitu suatu upaya kegiatan untuk


memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan merupakan konsep
kesatuan upaya kesehatan.
Hal tersebut menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas

kesehatan termasuk Puskesmas yang merupakan unit pelaksana kesehatan tingkat


pertama adalah pelayanan yang bersifat pokok yang sangat dibutuhkan oleh
sebagian besar masyarakat termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di
Puskesmas ditunjukan kepada semua penduduk dan tidak membedakan jenis
kelamin dan golongan umur (Depkes RI, 2010).
Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah suatu kecamatan,
dengan beberapa faktor yaitu: kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi,
dan keadaan infrastruktur lainnya yang merupakan bahan pertimbangan dalam
menentukan wilayah kerja Puskesmas. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih
dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas
dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa atau kelurahan, dusun
atau rukun warga (Depkes RI,2010).
Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu
ditunjang dengan unit pelayanan yang lebih sederhana diantaranya, yaitu:
1.

Puskesmas Pembantu (Pustu) merupakan tempat pelayanan pengobatan


dibawah Puskesmas Induk yang pelayanannya dilakukan oleh seorang perawat
yang bertempat di suatu desa jauh dari Puskesmas Induk.

2.

Puskesmas Keliling (Pusling) kegiatannya sama seperti Puskesmas hanya


saja Puskesmas Keliling dilakukan oleh seorang dokter, bidan, perawat, gizi,
dan Asisten Apoteker (AA).

2.2.3 Prinsip penyelenggaraan Puskesmas


Prinsip penyelenggaraan Puskesmas menurut permenkes RI No 75 tahun
2014 meliputi:
a. Paradigma sehat; Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan
untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan
yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Pertanggungjawaban wilayah; Puskesmas menggerakkan dan bertanggung
jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
c. Kemandirian masyarakat; Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat
bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
d. Pemerataan; Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat
diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara
adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan
kepercayaan.
e. Teknologi tepat guna; Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan
dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
f. Keterpaduan dan kesinambungan. Puskesmas mengintegrasikan dan
mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas
sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung
2.2.4 Tugas dan Wewenang Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung

terwujudnya

kecamatan

sehat.

Dalam

melaksanakan

tugas

sebagaimana tersebut puskesmas menyelenggarakan fungsi:


a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; Puskesmas
berwenang untuk:
1) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
3) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan

4) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan


masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait
5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat;
6) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
8) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,
dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan
9) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dalam
menyelenggarakan fungsi tsb Puskesmas berwenang untuk:
1) menyelenggarakan
Pelayanan
Kesehatan
dasar

secara

komprehensif,berkesinambungan dan bermutu;


2) menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif;
3) menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,
4)

keluarga, kelompok dan masyarakat


menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan

dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung


5) menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan
kerja sama inter dan antar profesi
6) melaksanakan rekam medis
7) melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan
akses Pelayanan Kesehatan
8) melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
9) mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
10) melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem
rujukan
2.2.5 Azas Penyelenggaraan Puskesmas
Menuut Depkes RI tahun 2010, azas penyelenggaraan puskesmas dalam
melaksanakan upaya kesehatan wajib maupun pengembangan terdiri dari :
a. Azas pertanggung jawaban wilayah

Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatanmasyara-kat


yang bertempat tinggal diwilayah kerjanya.
b. Azas pemberdayaan masyarakat
Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga danmasyarakat agar
berperan aktif dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas.
c. Azas keterpaduan
Azas menyelenggarakan setiap upaya harus dilaksanakan secara terpadu untuk
mengatasi keterbatasan sumber daya serta agar hasil yang diperoleh optimal.
Ada dua macam keterpaduan yang harus diperhatikan yaitu:
1) Keterpaduan lintas program
Upaya pemanduan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab puskesmas.
2) Keterpaduan lintas sektoral
Upaya memadukan penyelenggaraan upaya puskesmas dengan berbagai
macam program dari sektor terkait baik tingkat kecamatan termasuk
kegiatan ma-syarakat dan dunia sosial.
d. Azas rujukan
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik
se-cara vertikal dalam arti suatu strata pelayanan kesehatan

ke strata

pelayanan kese-hatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antara


strata pelayanan kese-hatan yang sama.
2.3 Profil dan Keadaan Lapangan RSD Balung
Profil dan keadaan lapangan RSD Balung berikut ini didapatkan dari bagian
tata usaha RSD Balung.
2.3.1 Data Umum
a. Profil Rumah Sakit Daerah Balung
Balung merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Jember, Provinsi
Jawa Timur, Indonesia.RSD Balung terletak di kecamatan Balung di Jl. Rambipuji
No. 19 Balung Kabupaten Jember. Berdiri di atas lahan seluas 2,19 Ha, 45%
diantaranya berupa bangunan, baik medis, penunjang medis maupun non medis.
Untuk

melaksanakan

mempunyai fungsi meliputi :

tugas

sebagaimana

mestinya

RSD

Balung

1. Pelayanan medis
2. Pelayanan penunjang medis dan non medis
3. Pelayanan dan asuhan keperawatan
4. Pelayanan rujukan
5. Penyelenggaraan pendidikan dan latihan
6. Penelitian dan pengembangan
7. Penyelenggaraan administrasi umum dan keuangan
b.

Batas Wilayah
RSD Balung terletak di tengah, di antara beberapa kecamatan. Perbatasan

RSD Balung yaitu:

2.3.2

Utara

: Kecamatan Rambipuji

Timur

: Kecamatan Ambulu

Selatan

: Kecamatan Puger

Barat

: Kecamatan Bangsalsari

Data Khusus

a. Visi dan Misi Rumah Sakit Daerah Balung


1. Visi
Terwujudnya Rumah Sakit Umum Daerah Balung yang modern,
professional dan prima dibanding pelayanan kesehatan
2. Misi
1.

Mencukupi sarana prasarana secara bertahap sesuai skala prioritas


dan perkembangan teknologi

2.

Pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan dan


latihan

3.

Mengembangkan sistem dan prosedur pelayanan yang sederhana,


jelas, aman, efisien, tepat waktu, berkeadilan, ekonomi dan transparan

4.

Menerapkan sistem informasi manajemen Rumah Sakit secara


sistematis

b. Struktur Organisasi RSD Balung


1) Direktur
2) Bagian Tata Usaha
3) Bidang Pelayanan dan Penunjang Medik
4) Bidang Keuangan
5) Bidang Perencanaan Program dan Rekam Medik
6) Kelompok Jabatan Fungsional

c. Ketenagaan
Dokter Spesialis

: 7 orang

Dokter Umum

: 11 orang

Dokte Gigi

: 2 orang

Apoteker

: 3 orang

Kesehatan Masyarakat

: 7 orang

Perawat

: 112 orang

Bidan

: 14 orang

Petugas Rekam Medik

: 3 orang

Petugas Gizi

: 5 orang

Analis

: 6 orang

Lain-lain

:115 orang

d. Jangkauan Pelayanan RSD Balung


1) Kecamatan Kencong
2) Kecamatan Gumukmas
3) Kecamatan Puger
4) Kecamatan Wuluhan

5) Kecamatan Ambulu
6) Kecamatan Jenggawah
7) Kecamatan Ajung
8) Kecamatan Rambipuji
9) Kecamatan Balung
10) Kecamatan Umbulsari
11) Kecamatan Semboro
12) Kecamatan Jombang
13) Kecamatan Sumberbaru
14) Kecamatan Tanggul
15) Kecamatan Bangsalsari
2.4 Profil dan Keadaan Lapangan Puskesmas Ambulu
Profil dan keadaan lapangan Puskesmas Ambulu berikut ini di dapatkan dari
POA (Planning of Action) Puskesmas Ambulu.
2.4.1 Data Umum
Puskesmas Ambulu yang berada di Jalan.Ahmad Yani no. 60 Kecamatan
Ambulu, Jember. Memiliki luas wilayah 17,96 km

dengan jumlah penduduk

40.670 orang. Wilayah kerja Puskesmas Ambulu meliputi 3 desa yaitu :Desa
Ambulu, Desa Karanganyar, dan Desa Tegalsari.
a. Data Wilayah
1)
2)
3)
4)

Luas wilayah
Luas Bangunan
Luas Tanah
Jumlah desa

: 17,96 km
: 926,33 m2
: 1955,255m2
: 3 desa

5) Jumlah dusun

: 10 dusun

b. Batas Wilayah
1) Sebelah utara

: Desa Kertonegoro Kecamatan Jenggawah

2) Sebelah timur

: Desa Andongsari Kecamatan Ambulu

3) Sebelah selatan

:Desa Ambulu Kecamatan Ambulu

4) Sebelah barat

: Desa Kesilir Kecamatan Wuluhan

c. Wilayah Kerja
Puskesmas Ambulu sebagai puskesmas induk, mempunyai 2 polindes dan
2 puskesmas pembantu.Wilayah Kerja Puskesmas Ambulu meliputi 3 desa, yaitu:
1) Desa Ambulu, terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Krajan, Dusun Sumberan dan
Dusun Ambulu
2) Desa Karanganyar, terdiri dari 4 dusun yaitu Dusun Sentong, Dusun Krajan,
Dusun Manggarejo, dan Dusun Sumberan
3) Desa Tegalsari, terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Tutul, Dusun Tegalsari, dan
Dusun Bedengan
d. Data Kependudukan
1) Jumlah penduduk
: 40.670
2) Laki-laki
: 19.984
3) Perempuan
: 20.686
4) Jumlah Bayi
: 620
5) Jumlah Balita
: 1.847
6) Jumlah WUS
: 10.753
7) Jumlah PUS
: 8.276
8) Jumlah Bumil
: 686
9) Jumlah Ibu Nifas
: 655
10) Jumlah Ibu Menyusui : 620
e. Data Pendidikan
1) Taman Kanak-kanak
2) SD
3) SMP
4) SMU
2.4.2

Data Khusus

a. Ketenagaan

:
:
:
:

47 TK
44 SD
11 SMP
9 SMA

jiwa
orang
orang
bayi
balita
orang
orang
orang
orang
orang

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Dokter
: 1 PNS
Dokter gigi
: 1 PNS
Bidan
: 10 PNS
Perawat
: 9 PNS
Petugas gizi
: 1 orang
Asisten apoteker : 1 kontrak
Tenaga administrasi
: 14 kontrak
Lain-lain
: 24 kontrak

b. Sarana Kesehatan
1) Puskesmas

: 1 buah

2) Pustu

: 2 buah

3) Polindes

: 2 buah

4) Dokter

: 2 orang

5) Bidan

: 12orang

6) Perawat

: 19orang

2.5 Profil dan Keadaan Lapangan Puskesmas Jenggawah


Data Profil dan keadaan lapangan kami dapatkan dari laporan SP2TP
Puskesmas Jenggawah.
2.5.1 Data Umum
Puskesmas Jenggawah adalah salah satu Puskesmas yang ada di Kecamatan
Jenggawah yang terletak di Dusun Krajan Desa Jenggawah. Gedung yang
digunakan untuk kantor dan gedung yang dipakai untuk pelayanan letaknya
terpisah, jaraknya sekitar 100 meter. Kantor berada di utara lapangan Jenggawah,
sedangkan gedung untuk pelayanan berada di sebelah pojok selatan lapangan
Jenggawah.
Luas bangunan

Puskesmas Jenggawah sebesar 740 m2 dan luas tanah

sebesar 1802 m2. Alamat Puskesmas Jenggawah, yaitu di Jalan Kawi no. 139,
Kecamatan Jenggawah, Kabupaten Jember. Nomor telelpon (0331) 757118
757888.Kode pos 68171.
a. Sejarah Puskesmas Jenggawah

Puskesmas Jenggawah adalah salah satu Puskesmas yang ada di Kecamatan


Jenggawah berdiri sejak awal tahun enam puluhan (1963) dengan menempati
bangunan sederhana hasil swadaya masyarakat yang mempunyai wilayah kerja:
1. Desa Jenggawah
2. Desa Mangaran
3. Desa Wonojati
4. Desa Cangkring
5. Desa Klompangan
6. Desa Ajung
7. Desa Wirowongso
8. Desa Kemuningsari Kidul
9. Desa Jatisari
10. Desa Sruni
Dalam

perkembangannya,

puskesmas-puskesmas

lain

mulai

dibangun.Tahun 1983 Puskesmas Kemuningsari Kidul berdiri sendiri dengan


wilayah kerjanya meliputi Desa Kemuningsari Kidul, Desa Jatisari, dan Desa
Sruni.Tahun 1985 Puskesmas Klompangan/Ajung berdiri sendiri dengan wilayah
kerjanya meliputi Desa Klompangan, Desa Ajung, Desa Wirowongso, dan Desa
Mangaran.
Pembangunan

Puskesmas

Jenggawah

mulai

mengalami

perkembangan.Tahun 1986 Puskesmas Jenggawah telah memiliki gedung rawat


inap yang lokasinya terpisah dari bangunan lama (sekitar 100 meter) dan mulai
dipergunakan pada tanggal 1 April 1987. Tahu 1991 Puskesmas Jenggawah
memiliki sebuah Puskesmas Pembantu, yaitu Puskesmas Pembantu Babatan Desa
Jenggawah yang berjarak sekitar 4 km. Tahun 1992 Puskesmas Jenggawah
memiliki pondok bersalin desa (Polindes) yang berada di balai desa Cangkring
(sekitar 4 km dari puskesmas). Tahun 1996 Puskesmas Jenggawah memiliki satu
lagi Polindes, yaitu Polindes Wonojati yang jaraknya sekitar 500 m dari
puskesmas.Tahun 2014 Puskesmas Jenggawah mendirikan pondok kesehatan desa
sebanyak 2 ponkesdes, yaitu di Desa Cangkring dan Desa Wonojati.
b. Data Wilayah
Puskesmas Jenggawah memiliki luas wilayah kerja 28,1 km2dan
bertanggung jawab atas 3 desa yang terdiri atas 16 dusun.

1.

Desa Jenggawah
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

Dusun Krajan
Dusun Langsepan
Dusun Gayasan A
Dusun Gayasan B
Dusun Jatirejo
Dusun Curah Buntu
Dusun Babatan

2.

Desa Cangkring
a)
b)
c)
d)
e)

3.
a)
b)
c)
d)

Dusun Krajan
Dusun Jatirejo
Dusun Darungan
Dusun Cangkring Baru
Dusun Curah Rejo
Desa Wonojati
Dusun Krajan
Dusun Timur Gunung
Dusun Bringan Lawang
Dusun Pondok Lalang

c. Batas Wilayah
Wilayah kerja Puskesmas Jenggawah dibatasi oleh:
1.
2.
3.
4.

Utara
Timur
Selatan
Barat

: Wilayah kerja Puskesmas Ajung


: Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo dan PuskesmasMumbulsari
: Wilayah kerja Puskesmas Kemuninsari Kidul
: Wilayah kerja Puskesmas Ajung

d. Data Kependudukan
1) Jumlah penduduk

: 84.888

jiwa

2) Laki-laki

: 41.719

orang

3) Perempuan

: 43.169

orang

4) Jumlah KK

: 22.448

KK

5) Penduduk miskin

: 38.329

jiwa

6) Jumlah Bayi

: 1.240

bayi

7) Jumlah Balita

: 5.172

jiwa

8) Jumlah WUS

: 22.285

jiwa

9) Jumlah PUS

: 14.431

jiwa

10) Jumlah Bumil

: 1.413

orang

11) Jumlah Ibu Bersalin

: 1.347

orang

12) Jumlah Ibu Menyusui

: 2.505

orang

13) Jumlah Usila

: 10.652

orang

e. Data Pendidikan
1) Taman Kanak-kanak

: 14

TK

2) SD/MI

:14/4 SD/MI

3) SMP/MTS

:5/6

4) SMU/SMEA

: 1/4/2 SMA/SMEA/MA

5) Pondok Pesantren

:5

SMP/MTS
Pondok Pesantren

2.5.2 Data Khusus


a. Visi dan Misi
Visi Puskesmas Jenggawah adalah terwujudnya masyarakat dengan derajat
kesehatan yang optimal dan bergaya hidup sehat di wilayah kerja Puskesmas
Jenggawah menuju masyarakat sehat secara mandiri.
Misi Puskesmas Jenggawah adalah sebagai berikut.
1. Senantiasa meningkatkan mutu serta memberikan pelayanan yang terbaik.
2. Mengembangkan pelayanan kesehatan inovatif melalui kerjasama dengan
lintas program.
3. Menanamkan kebiasaan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dalam
masyarakat.
4. Memberdayakan kemampuan yang ada di masyarakat melalui kerjasama
dengan lintas sector
5.
b. Program Kesehatan
Program pokok/wajib Puskesmas Jenggawah adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Promosi Kesehatan
Kesehatan Lingkungan
Perbaikan Gizi
Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
Pengobatan
Pogram pengembangan/inovatif

Program pengembangan/inovatif di Puskesmas Jenggawah adalah sebagai


berikut.
1. Puskesmas dengan rawat inap
2. Upaya kesehatan usia lanjut
3. Upaya kesehatan mata/pencegahan kebutaan
4. Upaya kesehatan jiwa
5. Upaya kesehatan olahraga
6. Upaya kesehatan pencegahan dan penanggulangan penyakit gigi
7. Bina kesehatan tradisional
8. Bina kesehatan kerja
9. Pemberdayaan masyarakat dalam PHBS
10. Pengembangan UKBM
11. Program gizi

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
Penelitian ini merupakan penelitian yang berlangsung di RSD Balung,
Puskesmas Ambulu, dan Puskesmas Jenggawah pada tanggal 12 Juli 22 Agustus
2016. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan data jumlah kunjungan pasien
keseluruhan sebanyak 572 pasien.
3.1.1 Jumlah Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas
Ambulu dan Puskesmas JenggawahBerdasarkan Jenis Kelamin Selama
6 Minggu
Jumlah kunjungan pasien berdasarkan jenis kelamin di Poli Gigi RSD
Balung, Puskesmas Ambulu, dan Puskesmas Jenggawah disajikan dalam tabel 3.1
dan gambar 3.1 sebagai berikut:
Jenis
Kelamin

Lokasi
RSD
Balung
(N)

Puskesmas
Ambulu
(N)

Puskesmas
Jenggawah
(N)

Jumlah
Per JK
(N)

Laki-laki

82

41,5

85

38

68

38

235

41

Perempuan
Jumlah Per
Wilayah

87

51,5

138

62

112

62

337

59

169

100

223

100

180

100

572

100

Tabel 3.1. Data Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas Ambulu dan
Puskesmas Jenggawah Berdasarkan Jenis Kelamin Selama 6 Minggu

70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%

42%

62%

52%

38%

Laki-laki

Gambar 3.1.

62%
38%

Perempuan

Grafik Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas Ambulu


dan Puskesmas Jenggawah Berdasarkan Jenis Kelamin Selama 6 Minggu

Berdasarkan data tabel 3.1 diatas, dapat dilihat untuk kunjungan pasien
berdasarkan jenis kelamin, di RSD Balung, pasien perempuan 51,5%, sedangkan
pasien laki-laki berjumlah 41,5%. Pada Puskesmas Ambulu, pasien perempuan
62%, sedangkan pasien laki-laki berjumlah 38%. Puskesmas Jenggawah jumlah
kunjungan pasien perempuan 62%, sedangkan pasien laki-laki berjumlah 38%.
Berdasarkan data dari gambar 3.1 diatas, menunjukkan bahwa kunjungan
pasien di RSD Balung, Puskesmas Ambulu dan Puskesmas Jenggawah pasien
perempuan lebih banyak daripada pasien laki laki.
2.3.2

Jumlah Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas


Ambulu dan Puskesmas Jenggawah Berdasarkan Usia Selama 6
Minggu
Penggolongan kelompok umur menurut Depkes RI Tahun 2009 adalah :
1. Masa balita

: 0-5 tahun

2. Masa kanak-kanak

: 6-11 tahun

3. Masa remaja awal

: 12-16 tahun

4. Masa remaja akhir

: 17-25 tahun

5. Masa dewasa awal

: 26-35 tahun

6. Masa dewasa akhir

: 36-45 tahun

7. Masa lansia awal

: 46-55 tahun

8. Masa lansia akhir

: 56-65 tahun

9. Masa manula

: 65 tahun keatas

Jumlah kunjungan pasien berdasarkan usia di Poli Gigi RSD Balung,


Puskesmas Ambulu dan Puskesmas Jenggawah disajikan dalam tabel 3.2 dan
gambar 3.2 sebagai berikut:

Usia

RSD Balung

Jumlah Pasien
Puskesmas
Puskesmas
Ambulu
Jenggawah

Jumlah Pasien
Per Usia

0-5

17

6-11

15

86

79

180

12-16

16

31

17-25

42

20

27

89

26-35

27

31

25

83

36-45

35

28

17

80

46-55

23

16

14

53

56-65

13

16

33

65 keatas
Jumlah Pasien
Per Lokasi

176

216

183

575

Tabel 3.2. Data Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas Ambulu dan
Puskesmas Jenggawah Berdasarkan Usia Selama 6 Minggu

100
90
80

0-5

70

6-11.

60

12-16.
17-25

50

26-35

40

36-45

30

46-55
56-65

20

>65

10
0

RSD Balung

Puskesmas Ambulu Puskesmas Jenggawah

Gambar 3.2. Grafik Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas Ambulu
dan Puskesmas Jenggawah Berdasarkan Usia Selama 6 Minggu

Berdasarkan data dari tabel 3.2 dan gambar 3.2, dapat dilihat bahwa
berdasarkan usia, kunjungan pasien di puskesmas dan rumah sakit sangat berbeda.
Kunjungan pasien terbanyak di Puskesmas Ambulu dan Puskesmas Jenggawah
adalah pasien pada rentang usia 6-11 tahun, sedangkan kunjungan pasien
terbanyak di RSD Balung adalah pada rentang usia 17-25 tahun. Jumlah
kunjungan pasien dengan rentang usia 6-11 tahun pada Puskesmas Ambulu adalah
sebesar 86 pasien, Puskesmas Jenggawah sebesar 79 pasien, sedangkan jumlah
kunjungan pasien dengan rentang usia 17-25 tahun pada RSD Balung sebesar 42
pasien.
3.1.3 Jumlah Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas
Ambulu dan Puskesmas Jenggawah Berdasarkan Diagnosa Penyakit
Selama 6 Minggu
Penggunaan diagnosa di rumah sakit maupun di puskesmas dalam
pelaporan rekam mediknya menggunakan kode yang sudah ditentukan oleh WHO
(World Health Organitation) yang berfungsi dapat mempermudah evaluasi dan

melihat perhitungan jumlah prevalensi penyakit dalam lingkup kerja sarana


kesehatan maupun nasional dan internasional.
Keterangan:
K00 : gangguan perkembangan erupsi gigi (agenisi, mesiodens, paramolar, fusi,
letak salah benih, persistensi).
K01 : gigi terbenam atau impaksi (impaksi vertikal, mesioangular, horisontal).
K02 : karies gigi (iritasi pulpa, hiperemi pulpa).
K03 : penyakit jaringan keras lainnya (mottled enamel, fluorosis, amelogenesis
imperfecta, dentinogenesis imperfecta).
K04 : penyakit pulpa dan jaringan periapikal (abses, granuloma, pulpa polip,
pulpitis, gangren pulpa, gangren radiks).
K05 : gingivitis dan penyakit periodontal (periodontitis, gingivitis)
K06 : gangguan gusi dan hubungan alveolar tak bergigi lain (gingival
hiperplasi, gingival polip, epulis, dry socket, pericoronitis, edentulous
ridge).
K07 : anomali dentofacial (protrusi, retrusi, crowded, cleft lip, cleft palate).
K08 : gangguan gigi dan jaringan penyangga lain (ekstruded, tiping)
K09 : kista rongga mulut (macam-macam kista tergantung lokasinya)
K10 : penyakit rahang lain (osteomyelitis, trismus, fraktur).
K11 : penyakit kelenjar liur (ranula, mucocele).
K12 : stomatitis dan lesi-lesi yang berhubungan (RAS, traumatik ulser, ulser
decubitus).
K13 : penyakit bibir dan mulut lainnya ( cheilitis, angular cheilitis, linea alba
buccalis).
Jumlah kunjungan pasien berdasarkan diagnosa di Poli Gigi RSD Balung,
Puskesmas Ambulu dan Puskesmas Jenggawah disajikan dalam tabel 3.3 dan
gambar 3.3 sebagai berikut:

Kode
Diagnosa
K00
K01
K02
K03
K04
K05
K06
K07
K08
K09
K10
K11
K12
K13
Jumlah

RSD Balung

Puskesmas
Ambulu

4
8
13
0
34
22
2
15
0
0
0
0
2
0
100

82
4
8
0
82
44
1
1
0
1
0
0
1
0
224

6
14
22
0
57
37
4
25
0
0
0
0
3
0
168

Puskesmas
Jenggawah

37
2
4
0
37
20
0
0
0
0
0
0
0
0
100

75
9
17
0
45
29
3
1
1
0
0
0
0
0
180

42
5
9
0
25
16
2
1
1
0
0
0
0
0
100

Jumlah Pasien
Per Diagnosa
N

163
27
47
0
184
110
18
27
1
1
0
0
3
0
581

28
5
8
0
32
19
3
5
0
0
0
0
1
0
100

Tabel 3.3. Data Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung Puskesmas Ambulu dan
Puskesmas JenggawahBerdasarkan Diagnosa Penyakit Selama 6 Minggu
90
80
70
60
50
40

RSD Balung

Puskesmas Ambulu

Puskesmas Jenggawah

30
20
10
0
K00 K01 K02 K03 K04 K05 K06 K07 K08 K09 K10 K11 K12 K13

Gambar 3.3. Grafik Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung Puskesmas Ambulu
dan Puskesmas JenggawahBerdasarkan Diagnosa Penyakit Selama 6
Minggu

Berdasarkan data dari tabel 3.3 dan gambar 3.3 diperoleh hasil jumlah
kunjungan pasien berdasarkan diagnosa penyakit gigi dan mulut di RSD Balung
terbanyak K04 dengan jumlah sebanyak 57 kasus. Di Puskesmas Ambulu jumlah
kasus terbanyak yaitu K00 dan K04 masing-masing sebanyak 82 kasus dan di
Puskesmas Jenggawah kasus tertinggi adalah K00 yaitu sebanyak 75 kasus.
3.1.4 Jumlah Kunjungan Pasien di Poli RSD Balung, Puskesmas Ambulu dan
Puskesmas Jenggawah Gigi Berdasarkan Perawatan yang Diberikan
Selama 6 Minggu
Jumlah kunjungan pasien berdasarkan perawatan yang diberikan di Poli
Gigi RSD Balung, Puskesmas Ambulu dan Puskesmas Jenggawah disajikan dalam
tabel 3.4 dan gambar 3.4 sebagai berikut:

Macam
Perawatan
Ekstraksi CE
Ekstraksi
Medikasi
PSA
Tumpatan
Skaling
Konsultasi
Lain-lain
Jumlah

RSD
Balung
N
8
41
13
19
22
11
16
50
180

Puskesmas
Ambulu
%
4
23
7
11
12
6
9
28
100

N
81
4
75
20
6
12
13
0
211

%
38
2
36
9
3
6
6
0
100

Puskesmas
Jenggawah
N
69
4
46
9
4
2
35
11
180

%
38
2
26
5
2
1
19
6
100

Jumlah
N
158
49
134
48
32
25
64
61
571

%
28
9
23
8
6
4
11
11
100

Tabel 3.4. Data Kunjungan Pasien Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas Ambulu dan
Puskesmas JenggawahBerdasarkan Perawatan yang Diberikan Selama 6
Minggu

90
80
70
60
50
40
30 RSD Balung

Puskesmas Ambulu

Puskesmas Jenggawah

20
10
0

Gambar 3.4. Grafik Kunjungan Pasien Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas Ambulu
dan Puskesmas JenggawahBerdasarkan Perawatan yang Diberikan
Selama 6 Minggu
Berdasarkan data dari Tabel 3.4 diatas, menunjukkan bahwa macam
perawatan tertinggi pada RSD Balung adalah lain-lain, lain-lain tersebut
mencakup perawatan kontrol orto, odontektomi, buka jahitan, pembuatan crown
dan rujukan. Perawatan terbanyak di Puskesmas Ambulu dan Puskesmas
Jenggawah adalah ekstraksi dengan CE yaitu di Puskesmas Ambulu sebanyak 81
dan di Puskesmas Jenggawah sebanyak 69 perawatan.
3.1.5 Hasil UKGS
Hasil

kegiatan

UKGS

di

Puskesmas

Ambulu

dan

Puskesmas

Jenggawahdisajikan dalam tabel 3.5 dan gambar 3.5.


Kode
Diagnosa
K0
K00
K01
K02
K03

Puskesmas Ambulu
N
%
36
13
0
85
0

19
7
0
44
0

Puskesmas Jenggawah
N
%
36
18
0
69
0

14
7
0
27
0

Jumlah
N
%
72
31
0
154
0

16
7
0
35
0

K04
K05
K06
K07
K08
K09
K10
K11
K12
K13
Jumlah

30
28
0
0
0
0
0
0
0
0
192

16
15
0
0
0
0
0
0
0
0
100

71
60
0
0
0
0
0
0
0
0
254

28
24
0
0
0
0
0
0
0
0
100

101
88
0
0
0
0
0
0
0
0
446

23
20
0
0
0
0
0
0
0
0
100

Tabel 3.5.Hasil Pemeriksaan UKGS di Puskesmas Ambulu dan Puskesmas Jenggawah


90
80
70
60
50
Puskesmas Ambulu

40

Puskemas Jenggawah

30
20
10
0
K0

K00

K01

K02

K03

K04

K05

K07

K08

K09

K10

K11

K12

Gambar 3.5. Grafik Hasil Pemeriksaan UKGS di Puskesmas Ambulu dan Puskesmas
Jenggawah

Berdasarkan tabel pemeriksaan kesehatan gigi siswa di wilayah kerja


Puskesmas Ambulu yang berjumlah 192 siswa, masalah kesehatan gigi tertinggi
adalah K02 yaitu sebanyak 85 kasus. Untuk Puskesmas Jenggawah jumlah siswa
yang diperiksa adalah 254 siswa.diketahui kasus tertinggi adalah K04 sebanyak
64 kasus.
3.1.6 Hasil UKGMD
Hasil pemeriksaan gigi pada ibu hamil, lansia, masyarakat umum serta
balita pada kegiatan UKGMD di Puskesmas Ambulu dan Puskesmas Jenggawah
disajikan dalam tabel 3.6 dan gambar 3.6.

Kode

Puskesmas Ambulu
N
%
32
18
6
3
6
3
43
24
0
0
23
13
67
18
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
177
100

Diagnosa
K0
K00
K01
K02
K03
K04
K05
K06
K07
K08
K09
K10
K11
K12
K13
Jumlah

Puskesmas Jenggawah
N
%
54
22
1
0
5
2
85
35
0
0
40
16
58
24
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
243
100

Jumlah
N
86
7
11
128
0
63
125
0
0
0
0
0
0
0
0
420

%
20
2
3
30
0
15
30
0
0
0
0
0
0
0
0
100

Tabel 3.6.Hasil Pemeriksaan UKGMD di Puskesmas Ambulu dan Puskesmas Jenggawah


90
80
70
60
50
Puskesmas Ambulu

40

Puskemas Jenggawah

30
20
10
0
K0

K00

K01

K02

K03

K04

K05

K07

K08

K09

K10

K11

K12

Gambar 3.6. Grafik Hasil Pemeriksaan UKGMD di Puskesmas Ambulu dan Puskesmas
Jenggawah

Hasil pemeriksaan gigi pada kegiatan UKGMD di Puskesmas Ambulu


didapatkan kasus tebanyak adalah K05 sebanyak 67 kasus.Sedangkan di
Puskesmas Jenggawah didapatkan kasus tertinggi adalah K02 yaitu sebanyak 85
kasus.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas Ambulu dan
Puskesmas JenggawahBerdasarkan Jenis Kelamin Selama 6 Minggu
Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki oleh mahluk hidup,
dalam hal ini manusia.Jenis kelamin sering dibagi ke dalam dua kategori, dengan
menggunakan istilah masing-masing; laki-laki dan perempuan atau pria dan
wanita.Dalam studi epidemiologi, jenis kelamin juga menjadi salah satu bagian
dari

karakteristik

yang

memiliki

pengaruh

terhadap

kejadian

kesakitan(Notoatmodjo, 2005).
Berdasarkan data yang didapatkan dari RSD Balung, Puskesmas Ambulu
dan Puskesmas Jenggawah dari tanggal 12 Juli 22 Agustus 2016, jumlah
kunjungan pasien lebih banyak pasien perempuan sebanyak 337 daripada pasien
laki laki sebanyak 235. Hal ini kemungkinan terjadi karena perempuan memiliki
rasa kecemasan yang lebih tinggi dari pada laki-laki. Tingkat kecemasan yang
tinggi ini menyebabkan perempuan berusaha menggurangi rasa takutnya dengan
berusaha mencari dan melakukan tindakan preventif dan kuratif (Ningsih, 2015).
Menurut Kingsley dan Olaide (2014), perempuan memiliki kemauan lebih tinggi
untuk mengontrol rasa takut terhadap perawatan gigi dibandingkan lakilaki.Selain itu didukung pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Zetu (2014)
yang menunjukan bahwa perempuan lebih memiliki kepercayaan diri tinggi untuk
meningkatkan kebersihan gigi dan mulut.
3.2.2 Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas Ambulu dan
Puskesmas Jenggawah Berdasarkan Usia Selama 6 Minggu
Jumlah kunjungan pasien berdasarkan usiadi puskesmas dan rumah sakit
sangat berbeda. Hasil yang didapatkan kunjungan pasien paling banyak di
Puskesmas Ambulu dan Puskesmas Jenggawah adalah pasien pada rentang usia 611 tahun. Jumlah kunjungan pasien dengan rentang usia 6-11 tahun pada
Puskesmas Ambulu adalah sebesar 86 pasien, Puskesmas Jenggawah sebesar 79
pasien.

Hal ini kemungkinan dikarenakan usia 6-11 tahun merupakan usia transisi
atau pergantian gigi sulung dengan gigi permanen (masa gigi pergantian). Sperber
(1991) menyatakan, periode 6 tahun dari gigi geligi campuran, dari 6-12 tahun,
merupakan periode perkembangan gigi yang paling rumit dan merupakan salah
satu periode yang paling mudah terserang maloklusi. Selain itu menurut
Sumantri (2013), anak pada usia tersebut masih kurang dapat menjaga kebersihan
gigi dan mulutnya.
Sehingga melalui kegiatan UKGMD para orang tua selalu ditekankan
untuk lebih perhatian dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutanak terutama pada
masa gigi geligi campuran.Selain itu, pelaksanaan UKGS di sekolah-sekolah
dapat meningkatkan kesadaran anak akan kesehatan gigi dan mulutnya. Apabila
dalam pemeriksaan gigi di sekolah ditemukan kasus yang membutuhkan
perawatan, murid tersebut dirujuk ke Puskesmas. Hal tersebut dimungkinkan
dapat berpengaruh terhadap jumlah kelompok umur yang datang ke poli gigi.
Kunjungan pasien terbanyak di RSD Balung adalah pada rentang usia 1725 tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Notohartojo dan Ghani
(2015) didapatkan hasil bahwa semakin tingginya usia responden semakin banyak
gigi yang bermasalah (memiliki DMF-T sangat tinggi). Oleh karena itu
dimungkinkan hal ini dapat mempengaruhi jumlah kunjungan usia 31-40 tahun ke
poli gigi.
3.2.3 Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas Ambulu dan
Puskesmas Jenggawah Berdasarkan Diagnosa Penyakit Selama 6
Minggu
Berdasarkan data yang didapatkan dari RSD Balung, Puskesmas Ambulu
dan Puskesmas Jenggawah dari tanggal 12 Juli 22 Agustus 2016, jumlah
diagnosa terbesar adalah K04 yang berarti merupakan penyakit jaringan pulpa dan
jaringan periapikal gigi, yaitu sebanyak 54 pasien di RSD Balung. Di Puskesmas
Ambulu jumlah kasus terbanyak yaitu K00 dan K04 masing-masing sebanyak 82
kasus dan di Puskesmas Jenggawah kasus tertinggi adalah K00 yaitu sebanyak 75

kasus. K00 adalah kode untuk gangguan perkembangan erupsi gigi (agenisi,
mesiodens, paramolar, fusi, letak salah benih, persistensi).
Hal tersebut dikarenakan masalah terbesar yang dihadapi penduduk
Indonesia seperti juga di negara-negara berkembang lainnya di bidang kesehatan
gigi dan mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (caries dentis) yang bisa
berlanjut menjadi penyakit pulpa dan jaringan periapikal(Nurhayati, dkk, 2014).
Iswandani (2015) melaporkan prevalensi karies di Indonesia mencapai
72,1%. Awal terjadinya penyakit pulpa adalah adanya karies gigi.Karies gigi
merupakan penyakit infeksi yang bersifat progresif serta akumulatif pada jaringan
keras gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi
(pit, fisur, dan daerah interproksimal) hingga meluas ke arah pulpa.Faktor utama
penyebab karies yaitu host, mikroorganisme, substrat dan ditambah faktor
waktu.Awal terjadinya karies ditandai dengan adanya demineralisasi jaringan
keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya.Akibatnya,
terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan
periapikal sehingga dapat menyebabkan rasa ngilu sampai rasa nyeri.
Sedangkan kasus persistensi banyak ditemukan karena banyaknya
kunjungan pasien usia 6-11 tahun di Puskesmas Ambulu dan Jenggawah. Hal ini
dimungkinan karena puskesmas merupakan unit pelayanan teknis kesehatan yang
bertugas menyelenggarakan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya, sehingga
fungsi puskesmas lebih ke tindakan promotif dan preventif, diantaranya yaitu
melaluikegiatanUKGMDdanUKGS(PERMENKESRI,2014).PadakegiatanUKGMD
paraorangtuadiarahkanuntuklebihperhatiandalammenjagakesehatangigidanmulut
anak. Selain itu pelaksanaan UKGS yang sering dilaksanakan di sekolahsekolah
menjadikan kesadaran anak akan kesehatan gigi dan mulutnya menjadi meningkat.
Apabila ditemui kasus persistensi pada saat pemeriksaan gigi di sekolah, murid
disarankan untuk langsung mengunjungi puskesmas. Hal tersebut dapat berpengaruh
terhadapjumlahkelompokumuryangdatangkepoligigidanmulut.

3.2.4 Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas Ambulu dan
Puskesmas Jenggawah Berdasarkan Perawatan yang Diberikan Selama
6 Minggu
Berdasarkan menunjukkan bahwa macam perawatan tertinggi pada RSD
Balung adalah lain-lain, lain-lain tersebut mencakup perawatan kontrol ortho,
odontektomi, buka jahitan, pembuatan crown dan rujukan. Hal ini dimungkinkan
karena Poli Gigi dan Mulut RSD Balung memiliki dokter gigi spesialis yaitu drg.
Gandhi Rijantho, Sp. Ort, sehingga banyak menangani pasien dengan keluhan
maloklusi. Selain itu RSD Balung merupakan rumah sakit yang menerima rujukan
dari berbagai Puskesmas misalnya berupa tindakan odontektomi, pembuatan
crown dan tumpatan.
Perawatan terbanyak di Puskesmas Ambulu dan Puskesmas Jenggawah
adalah ekstraksi dengan CE yaitu di Puskesmas Ambulu sebanyak 81 dan di
Puskesmas Jenggawah sebanyak 69 perawatan.Hal ini dikarenakan banyaknya
pasien datang dengan diagnosa persistensi atau goyang karena resorbsi fisiologis.
3.2.5 Kegiatan UKGS dan UKGMD di Puskesmas Ambulu dan Jenggawah
Berdasarkan hasil pemeriksaan gigi pada kegiatan UKGS di wilayah kerja
Puskesmas Ambulu didapatkan masalah kesehatan gigi tertinggi yaitu K02 (iritasi
pulpa dan hiperemi pulpa) sebanyak 44 %. Untuk kegiatan UKGS di Puskesmas
Jenggawah ditemukan kasus tertinggi adalah K04 (gangren pulpa dan abses
periapikal) sebanyak 25 %. Sedangkan hasil pemeriksaan gigi pada kegiatan
UKGMD di Puskesmas Ambulu didapatkan kasus tebanyak adalah K05 (gangren
radiks, gingivitis dan periodontitis) sebanyak 67 kasus. Sedangkan di Puskesmas
Jenggawah didapatkan kasus tertinggi adalah K02 yaitu sebanyak 85 kasus.
Terdapat perbedaan hasil UKGS pada Puskesmas Ambulu dan Jenggawah hal ini
kemungkinan terjadi karena sasaran pada Puskesmas Ambulu didominasi oleh
anak
Karies gigi merupakan masalah terbesar yang dihadapi penduduk
Indonesia seperti juga di negara-negara berkembang lainnya di bidang kesehatan
gigi dan mulut yang bisa berlanjut menjadi penyakit pulpa dan jaringan periapikal

(Nurhayati, dkk, 2014). Awal terjadinya penyakit pulpa adalah adanya karies gigi.
Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang bersifat progresif serta akumulatif
pada jaringan keras gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari
permukaan gigi (pit, fisur, dan daerah interproksimal) hingga meluas ke arah
pulpa.Faktor utama penyebab karies yaitu host, mikroorganisme, substrat dan
ditambah faktor waktu.Awal terjadinya karies ditandai dengan adanya
demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan
organiknya.Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran
infeksinya ke jaringan periapikal sehingga dapat menyebabkan rasa ngilu sampai
rasa nyeri. Apabila gigi tersebut tidak segera dilakukan perawatan, karies akan
meluas dan menjadi gangren radiks.
Peserta UKGS adalah anak-anak usia sekolah dan pra sekolah. Menurut
Nurmalitasari (2015), bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun
yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun
mental. Penulis beranggapan bahwa anak-anak masihbelum memiliki kesadaran
yang baik dalam menjaga kebersihan dan kesehatan gigi oleh karena
perkembangan motorik yang belum sempurna, sehingga gigi-gigi sulung
cenderung banyak yang mengalami karies. Hal ini bisa dilihat dari prevalensi
nasional masalah gigi mulut di Indonesia yaitu 23,5%, dengan prevalensi nasional
karies aktif sebanyak 43,4%. Pada kelompok usia 5-9 tahun sebanyak 21,6 %
anak bermasalah dengan kesehatan gigi dan mulut Salah satu penyebab timbulnya
masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat adalah karena faktor perilaku
atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut, dimana perilaku dirumuskan
sebagai totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil
bersama atau resultante antara berbagai faktor, yang salah satu di antara faktor
tersebut adalah pengetahuan (Sumantri, 2013).
Peserta UKGMD adalah anak-anak balita peserta Posyandu, ibu hamil,
masyarakat umum dan lansia.Dari hasil pemeriksaan, banyak ditemukannya kasus
karies gigi dan gangren radiks, hal ini dimungkinkan karena kurangnya kesadaran
orang tua khususnya ibu dalam menjaga kesehatan giginya sendiri maupun
kesehatan gigi anak balitanya.Park dkk. (dalam Diadha, 2015) menyebutkan

tentang pentingnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak, keterlibatan


orang tua memiliki kontribusi terhadap pencapaian tugas-tugas perkembangan
anak baik dalam aspek kognitif maupun aspek perkembangan lainnya.
Sedangkan pada lansia, beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya
penyakit periodontal meningkat dengan bertambahnya usia seseorang. Hal ini
dikaitkan dengan perubahan jaringan periodontal, dimana kepadatan tulang
berkurang dan terjadi penurunan kemampuan penyembuhan karena proses
metabolisme melambat secara fisiologis.Pada lansia produksi air ludah akan
berkurang dan lebih pekat. Jumlah air ludah yang sedikit dan kental menyebabkan
menurunnya mekanisme self cleansing dan meningkatkan jumlah plak.Plak adalah
pencetus terjadinya penyakit periodontal. Selain itu resiko terkena penyakit
periodontal akan meningkat pada lansia yang menderita penyakit sistemik dan
diterapi dengan obat-obatan. Mengkonsumsi obat-obat dalam jumlah banyak akan
menurunkan produksi air ludah dan menyebabkan mulut menjadi kering sehingga
kontrol terhadap bakteri melemah (Saptorini, 2011).
BAB 4. PENUTUP
4. 1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan praktikum kerja
lapangan IKGM IV di RSD Balung, Puskesmas Ambulu dan Puskesmas
Jenggawah dari tanggal 12 Juli 22 Agustus 2016 adalah:
1. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan jenis kelamin yaitu jenis kelamin
perempuan lebih banyak mengunjungi poli gigi dibandingkan dengan lakilaki.
2. Jumlah kunjungan pasien berdasarkan umur yaitu di RSD Balung terbanyak
umur 31-40 sedangkan di Puskesmas Ambulu dan Jenggawah terbanyak umur
<10 tahun.
3. Jumlahkasus terbanyak pada RSD Balung adalah penyakit pulpa dan jaringan
periapikal, sedangkan di Puskesmas Ambulu dan Jenggawah adalah
persistensi.
4. Jumlah perawatan terbanyakdi RSD Balung adalah lain-lain yang meliputi
perawatan ortho, buka jahitan, odontektomi, rujuk dan pembuatan crown.

Sedangkandi Puskesmas Ambulu dan Jenggawah, perawatan terbanyaknya


adalah ekstraksi dengan menggunakan CE.
5. Jumlah kasus terbanyak pada saat kegiatan UKGS di wilayah kerja Puskesmas
Ambulu adalah karies gigi, sedangkan di Pusesmas Jenggawah adalah
penyakit pulpa dan jaringan periapikal.
6. Jumlah kasus terbanyak pada saat kegiatan UKGMDdi wilayah kerja
Puskesmas Ambulu adalah gingivitis dan penyakit periodontal, sedangkan di
Puskesmas Jenggawah adalah karies gigi.
4. 2 Saran
1. Mahasiswa disarankan lebih mempersiapkan diri dalam bidang ilmu pengetahuan dan
keterampilan sebelum mengikuti PKL IKGM/IKGP IV.
2. Puskesmas setempat perlu meningkatkan kembali upaya promotif

berupa

pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut, serta program preventif berupa
pelatihan sikat gigi yang benar secara masal yang dilaksanakan sedini mungkin.
3. Puskesmas setempat perlu terus meningkatkan kerjasamanya dengan pihak sekolah,
murid, wali murid serta masyarakat sekitar agar terwujudnya peningkatan derajat
kesehatan gigi dan mulut.
4. Pencatatan data dan analisa lebih lanjut mengenai hubungan jumlah pasien

yang datang ke Rumah Sakit atau Puskesmas berdasar jenis kelamin, usia
dengan diagnosa dan perawatan yang didapat.

DAFTAR PUSTAKA

Diadha, R. 2015. Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini di
Taman Kanak-Kanak.Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol.2 No.1.
Ningsih, Diana Setya. 2015. Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Kebersihan
Rongga Mulut Anak Panti Asuhan. Odonto Dental Journal.Volume 2.Nomer
1.
Notoatmodjo. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notohartojo, IT dan Ghani L. 2015.Pemeriksaan Karies Gigi pada Beberapa
Kelompok Usia oleh Petugas dengan Latar Belakang Berbeda di Provinsi
Kalimantan Barat. Buletin Penelitian Kesehatan. Vol. 43 No. 4.
Nurhayati, dkk.2014. Hubungan Konsumsi Makanan Manis Kejadian Gigi Karies
pada Anak Prasekolah di TK B RA Muslimat PSM Tegalrejo Desa Semen
Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Magetan. Jurnal Delima Harapan,
Vol 3 No.2.
Nurmalitasari, F. 2015. Perkembangan Sosial Emosi pada Anak Usia Prasekolah.
Buletin Psikologi. Vol. 23 No. 2.

Permenkes RI. 2013. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 71. Tentang Pelayanan
Kesehatan.
Permenkes RI. 2014. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 75. Tentang Pusat
Kesehatan Masyarat.
Permenkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128. Tentang
Kebijakan Dasar Puskesmas.
Permenkes RI. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.340.TentangKlasifikasi
Rumah sakit.
Riskesdas 2007. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitiandan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Sperber, GH. 1991. Embriologi Kraniofasial. Ed.4. Alih bahasa oleh Lilian
Yuwono. Jakarta: Hipokrates.
Sumantri, Dedi; Lestari, Yuniar; Arini, Mustika. 2013. Pengaruh Perubahan
Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Pelajar Usia 7-8
Tahun Di 2 Sekolah Dasar Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota
Bukittinggi Melalui Permainan Edukasi Kedokteran Gigi. Bukit Tinggi.
Artikel penelitian
UU. 2009. Undang-undang RI No. 44. Tentang Rumah Sakit .
Winda Iswandani, 2015 Gambaran Pengetahuan Anak Usia 7 Sampai Dengan 12
Tahun Tentang Oral Hygiene Berdasarkan Karakteristik Di Sdn Jalan
Anyar Kota Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia
Zetu I, Zetu L, Dogaru CB, Duta C, Dumitrescu AL. Gender variations in
psychological factor as defined by the theory of planned of oral hygine
behaviors. J procedia-Soc and Behav Sci, 2014;127:353-7

43

43

Anda mungkin juga menyukai