RSD Balung
Puskesmas Ambulu
Puskesmas Jenggawah
Oleh :
Idayu Windriyana
(101611101012)
Nanda Didana
(101611101016)
(111611101017)
Pembimbing :
drg. Elyda Akhya, MIPH
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa tujuan pembangunan
kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar
terwujud derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan
umum.Pembangunankesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat
kesehatan
yang
dapat
setinggi-tingginya.Indikator
dilihat
dari
peningkatan
keberhasilan
atau
pembangunan
penurunan
derajat
No.75, 2014). Sarana kesehatan lain yang dapat digunakan untuk melaksanakan
upaya pelayanan kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat (Permenkes No 340, 2010).
Kegiatan PKL IKGM/IKGP IV yang telah penulis ikuti masing-masing
selama 6 minggu (12 Juli 22 Agustus 2016) pada tiga tempat yaitu RSD Balung,
Puskesmas Jenggawah, dan Puskesmas Ambulu, terdapat berbagai macam kasus
penyakit gigi dan mulut yang ditemukan. Berdasarkan kasus yang ditemukan di
lapangan tersebut, penulis ingin membahas tentang macam terapi untuk masingmasing kasus gigi dan mulut yang diberikan kepada pasien di tempat pelayanan
kesehatan, baik di rumah sakit maupun puskesmas.
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja kasus penyakit gigi dan mulut berdasarkan terbanyak dan
bagaimana perawatan yang diberikan terhadap kasus tersebut di di RSD Balung,
Puskesmas Jenggawah, dan Puskesmas Ambulu?
1.3 Tujuan
Tujuan dari PKL IKGM IV di Rumah Sakit dan Puskesmas antara lain:
1. Mahasiswa dapat mempelajari sistem pelayanan kesehatan di Puskesmas dan
Rumah Sakit
2. Mahasiswa dapat mempelajari segala bentuk permasalahan kesehatan gigi dan
mulut dengan sarana dan prasarana yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas
dan Rumah Sakit
3. Mahasiswa dapat mempunyai bekal dan pengalaman dalam rangka
mempersiapkan diri jika nanti terjun ke masyarakat
4. Mahasiswa dapat mendiagnosa, merencanakan,melakukan perawatan gigi dan
mulut dengan fasilitas yang ada di Puskesmas dan Rumah Sakit
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari PKL IKGM IV di rumah sakit dan
puskesmas antara lain:
1. Bagi Mahasiswa
Sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di
perkuliahan sehingga mempunyai bekal dan pengalaman yang lebih, selain itu
dapat mengetahui bentuk permasalahan kasus kesehatan gigi dan mulut yang
khas pada masing-masing daerah wilayah kerja Puskesmas dan Rumah Sakit.
2. Bagi Puskesmas dan Rumah Sakit
Memperoleh bantuan tenaga medis dalam melaksanakan pelayanan di bidang
kesehatan gigi dan mulut, selain itu dapat mengetahui bentuk permasalahan
kasus kesehatan gigi dan mulut yang umum terjadi pada masing-masing
daerah wilayah kerjanya.
3. Bagi Perguruan Tiggi
Dapat membina kerja sama dengan instansi terkait serta memperoleh sarana
dan tempat untuk proses penerapan ilmu dan pengalaman sehingga dapat
meningkatkan mahasiswa di bidang kesehatan gigi dan mulut.
pelayanan
kesehatan
perorangan
secara
paripurna.
Untuk
dan
puskesmas
menurut
Kepmenkes
RI
kabupaten/kota
yang
bertanggung
jawab
menyelenggarakan
2.
3.
4.
2.
terwujudnya
kecamatan
sehat.
Dalam
melaksanakan
tugas
secara
ke strata
melaksanakan
tugas
sebagaimana
mestinya
RSD
Balung
1. Pelayanan medis
2. Pelayanan penunjang medis dan non medis
3. Pelayanan dan asuhan keperawatan
4. Pelayanan rujukan
5. Penyelenggaraan pendidikan dan latihan
6. Penelitian dan pengembangan
7. Penyelenggaraan administrasi umum dan keuangan
b.
Batas Wilayah
RSD Balung terletak di tengah, di antara beberapa kecamatan. Perbatasan
2.3.2
Utara
: Kecamatan Rambipuji
Timur
: Kecamatan Ambulu
Selatan
: Kecamatan Puger
Barat
: Kecamatan Bangsalsari
Data Khusus
2.
3.
4.
c. Ketenagaan
Dokter Spesialis
: 7 orang
Dokter Umum
: 11 orang
Dokte Gigi
: 2 orang
Apoteker
: 3 orang
Kesehatan Masyarakat
: 7 orang
Perawat
: 112 orang
Bidan
: 14 orang
: 3 orang
Petugas Gizi
: 5 orang
Analis
: 6 orang
Lain-lain
:115 orang
5) Kecamatan Ambulu
6) Kecamatan Jenggawah
7) Kecamatan Ajung
8) Kecamatan Rambipuji
9) Kecamatan Balung
10) Kecamatan Umbulsari
11) Kecamatan Semboro
12) Kecamatan Jombang
13) Kecamatan Sumberbaru
14) Kecamatan Tanggul
15) Kecamatan Bangsalsari
2.4 Profil dan Keadaan Lapangan Puskesmas Ambulu
Profil dan keadaan lapangan Puskesmas Ambulu berikut ini di dapatkan dari
POA (Planning of Action) Puskesmas Ambulu.
2.4.1 Data Umum
Puskesmas Ambulu yang berada di Jalan.Ahmad Yani no. 60 Kecamatan
Ambulu, Jember. Memiliki luas wilayah 17,96 km
40.670 orang. Wilayah kerja Puskesmas Ambulu meliputi 3 desa yaitu :Desa
Ambulu, Desa Karanganyar, dan Desa Tegalsari.
a. Data Wilayah
1)
2)
3)
4)
Luas wilayah
Luas Bangunan
Luas Tanah
Jumlah desa
: 17,96 km
: 926,33 m2
: 1955,255m2
: 3 desa
5) Jumlah dusun
: 10 dusun
b. Batas Wilayah
1) Sebelah utara
2) Sebelah timur
3) Sebelah selatan
4) Sebelah barat
c. Wilayah Kerja
Puskesmas Ambulu sebagai puskesmas induk, mempunyai 2 polindes dan
2 puskesmas pembantu.Wilayah Kerja Puskesmas Ambulu meliputi 3 desa, yaitu:
1) Desa Ambulu, terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Krajan, Dusun Sumberan dan
Dusun Ambulu
2) Desa Karanganyar, terdiri dari 4 dusun yaitu Dusun Sentong, Dusun Krajan,
Dusun Manggarejo, dan Dusun Sumberan
3) Desa Tegalsari, terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Tutul, Dusun Tegalsari, dan
Dusun Bedengan
d. Data Kependudukan
1) Jumlah penduduk
: 40.670
2) Laki-laki
: 19.984
3) Perempuan
: 20.686
4) Jumlah Bayi
: 620
5) Jumlah Balita
: 1.847
6) Jumlah WUS
: 10.753
7) Jumlah PUS
: 8.276
8) Jumlah Bumil
: 686
9) Jumlah Ibu Nifas
: 655
10) Jumlah Ibu Menyusui : 620
e. Data Pendidikan
1) Taman Kanak-kanak
2) SD
3) SMP
4) SMU
2.4.2
Data Khusus
a. Ketenagaan
:
:
:
:
47 TK
44 SD
11 SMP
9 SMA
jiwa
orang
orang
bayi
balita
orang
orang
orang
orang
orang
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Dokter
: 1 PNS
Dokter gigi
: 1 PNS
Bidan
: 10 PNS
Perawat
: 9 PNS
Petugas gizi
: 1 orang
Asisten apoteker : 1 kontrak
Tenaga administrasi
: 14 kontrak
Lain-lain
: 24 kontrak
b. Sarana Kesehatan
1) Puskesmas
: 1 buah
2) Pustu
: 2 buah
3) Polindes
: 2 buah
4) Dokter
: 2 orang
5) Bidan
: 12orang
6) Perawat
: 19orang
sebesar 1802 m2. Alamat Puskesmas Jenggawah, yaitu di Jalan Kawi no. 139,
Kecamatan Jenggawah, Kabupaten Jember. Nomor telelpon (0331) 757118
757888.Kode pos 68171.
a. Sejarah Puskesmas Jenggawah
perkembangannya,
puskesmas-puskesmas
lain
mulai
Puskesmas
Jenggawah
mulai
mengalami
1.
Desa Jenggawah
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Dusun Krajan
Dusun Langsepan
Dusun Gayasan A
Dusun Gayasan B
Dusun Jatirejo
Dusun Curah Buntu
Dusun Babatan
2.
Desa Cangkring
a)
b)
c)
d)
e)
3.
a)
b)
c)
d)
Dusun Krajan
Dusun Jatirejo
Dusun Darungan
Dusun Cangkring Baru
Dusun Curah Rejo
Desa Wonojati
Dusun Krajan
Dusun Timur Gunung
Dusun Bringan Lawang
Dusun Pondok Lalang
c. Batas Wilayah
Wilayah kerja Puskesmas Jenggawah dibatasi oleh:
1.
2.
3.
4.
Utara
Timur
Selatan
Barat
d. Data Kependudukan
1) Jumlah penduduk
: 84.888
jiwa
2) Laki-laki
: 41.719
orang
3) Perempuan
: 43.169
orang
4) Jumlah KK
: 22.448
KK
5) Penduduk miskin
: 38.329
jiwa
6) Jumlah Bayi
: 1.240
bayi
7) Jumlah Balita
: 5.172
jiwa
8) Jumlah WUS
: 22.285
jiwa
9) Jumlah PUS
: 14.431
jiwa
: 1.413
orang
: 1.347
orang
: 2.505
orang
: 10.652
orang
e. Data Pendidikan
1) Taman Kanak-kanak
: 14
TK
2) SD/MI
:14/4 SD/MI
3) SMP/MTS
:5/6
4) SMU/SMEA
: 1/4/2 SMA/SMEA/MA
5) Pondok Pesantren
:5
SMP/MTS
Pondok Pesantren
Promosi Kesehatan
Kesehatan Lingkungan
Perbaikan Gizi
Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
Pengobatan
Pogram pengembangan/inovatif
Lokasi
RSD
Balung
(N)
Puskesmas
Ambulu
(N)
Puskesmas
Jenggawah
(N)
Jumlah
Per JK
(N)
Laki-laki
82
41,5
85
38
68
38
235
41
Perempuan
Jumlah Per
Wilayah
87
51,5
138
62
112
62
337
59
169
100
223
100
180
100
572
100
Tabel 3.1. Data Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas Ambulu dan
Puskesmas Jenggawah Berdasarkan Jenis Kelamin Selama 6 Minggu
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
42%
62%
52%
38%
Laki-laki
Gambar 3.1.
62%
38%
Perempuan
Berdasarkan data tabel 3.1 diatas, dapat dilihat untuk kunjungan pasien
berdasarkan jenis kelamin, di RSD Balung, pasien perempuan 51,5%, sedangkan
pasien laki-laki berjumlah 41,5%. Pada Puskesmas Ambulu, pasien perempuan
62%, sedangkan pasien laki-laki berjumlah 38%. Puskesmas Jenggawah jumlah
kunjungan pasien perempuan 62%, sedangkan pasien laki-laki berjumlah 38%.
Berdasarkan data dari gambar 3.1 diatas, menunjukkan bahwa kunjungan
pasien di RSD Balung, Puskesmas Ambulu dan Puskesmas Jenggawah pasien
perempuan lebih banyak daripada pasien laki laki.
2.3.2
: 0-5 tahun
2. Masa kanak-kanak
: 6-11 tahun
: 12-16 tahun
: 17-25 tahun
: 26-35 tahun
: 36-45 tahun
: 46-55 tahun
: 56-65 tahun
9. Masa manula
: 65 tahun keatas
Usia
RSD Balung
Jumlah Pasien
Puskesmas
Puskesmas
Ambulu
Jenggawah
Jumlah Pasien
Per Usia
0-5
17
6-11
15
86
79
180
12-16
16
31
17-25
42
20
27
89
26-35
27
31
25
83
36-45
35
28
17
80
46-55
23
16
14
53
56-65
13
16
33
65 keatas
Jumlah Pasien
Per Lokasi
176
216
183
575
Tabel 3.2. Data Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas Ambulu dan
Puskesmas Jenggawah Berdasarkan Usia Selama 6 Minggu
100
90
80
0-5
70
6-11.
60
12-16.
17-25
50
26-35
40
36-45
30
46-55
56-65
20
>65
10
0
RSD Balung
Gambar 3.2. Grafik Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas Ambulu
dan Puskesmas Jenggawah Berdasarkan Usia Selama 6 Minggu
Berdasarkan data dari tabel 3.2 dan gambar 3.2, dapat dilihat bahwa
berdasarkan usia, kunjungan pasien di puskesmas dan rumah sakit sangat berbeda.
Kunjungan pasien terbanyak di Puskesmas Ambulu dan Puskesmas Jenggawah
adalah pasien pada rentang usia 6-11 tahun, sedangkan kunjungan pasien
terbanyak di RSD Balung adalah pada rentang usia 17-25 tahun. Jumlah
kunjungan pasien dengan rentang usia 6-11 tahun pada Puskesmas Ambulu adalah
sebesar 86 pasien, Puskesmas Jenggawah sebesar 79 pasien, sedangkan jumlah
kunjungan pasien dengan rentang usia 17-25 tahun pada RSD Balung sebesar 42
pasien.
3.1.3 Jumlah Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas
Ambulu dan Puskesmas Jenggawah Berdasarkan Diagnosa Penyakit
Selama 6 Minggu
Penggunaan diagnosa di rumah sakit maupun di puskesmas dalam
pelaporan rekam mediknya menggunakan kode yang sudah ditentukan oleh WHO
(World Health Organitation) yang berfungsi dapat mempermudah evaluasi dan
Kode
Diagnosa
K00
K01
K02
K03
K04
K05
K06
K07
K08
K09
K10
K11
K12
K13
Jumlah
RSD Balung
Puskesmas
Ambulu
4
8
13
0
34
22
2
15
0
0
0
0
2
0
100
82
4
8
0
82
44
1
1
0
1
0
0
1
0
224
6
14
22
0
57
37
4
25
0
0
0
0
3
0
168
Puskesmas
Jenggawah
37
2
4
0
37
20
0
0
0
0
0
0
0
0
100
75
9
17
0
45
29
3
1
1
0
0
0
0
0
180
42
5
9
0
25
16
2
1
1
0
0
0
0
0
100
Jumlah Pasien
Per Diagnosa
N
163
27
47
0
184
110
18
27
1
1
0
0
3
0
581
28
5
8
0
32
19
3
5
0
0
0
0
1
0
100
Tabel 3.3. Data Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung Puskesmas Ambulu dan
Puskesmas JenggawahBerdasarkan Diagnosa Penyakit Selama 6 Minggu
90
80
70
60
50
40
RSD Balung
Puskesmas Ambulu
Puskesmas Jenggawah
30
20
10
0
K00 K01 K02 K03 K04 K05 K06 K07 K08 K09 K10 K11 K12 K13
Gambar 3.3. Grafik Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung Puskesmas Ambulu
dan Puskesmas JenggawahBerdasarkan Diagnosa Penyakit Selama 6
Minggu
Berdasarkan data dari tabel 3.3 dan gambar 3.3 diperoleh hasil jumlah
kunjungan pasien berdasarkan diagnosa penyakit gigi dan mulut di RSD Balung
terbanyak K04 dengan jumlah sebanyak 57 kasus. Di Puskesmas Ambulu jumlah
kasus terbanyak yaitu K00 dan K04 masing-masing sebanyak 82 kasus dan di
Puskesmas Jenggawah kasus tertinggi adalah K00 yaitu sebanyak 75 kasus.
3.1.4 Jumlah Kunjungan Pasien di Poli RSD Balung, Puskesmas Ambulu dan
Puskesmas Jenggawah Gigi Berdasarkan Perawatan yang Diberikan
Selama 6 Minggu
Jumlah kunjungan pasien berdasarkan perawatan yang diberikan di Poli
Gigi RSD Balung, Puskesmas Ambulu dan Puskesmas Jenggawah disajikan dalam
tabel 3.4 dan gambar 3.4 sebagai berikut:
Macam
Perawatan
Ekstraksi CE
Ekstraksi
Medikasi
PSA
Tumpatan
Skaling
Konsultasi
Lain-lain
Jumlah
RSD
Balung
N
8
41
13
19
22
11
16
50
180
Puskesmas
Ambulu
%
4
23
7
11
12
6
9
28
100
N
81
4
75
20
6
12
13
0
211
%
38
2
36
9
3
6
6
0
100
Puskesmas
Jenggawah
N
69
4
46
9
4
2
35
11
180
%
38
2
26
5
2
1
19
6
100
Jumlah
N
158
49
134
48
32
25
64
61
571
%
28
9
23
8
6
4
11
11
100
Tabel 3.4. Data Kunjungan Pasien Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas Ambulu dan
Puskesmas JenggawahBerdasarkan Perawatan yang Diberikan Selama 6
Minggu
90
80
70
60
50
40
30 RSD Balung
Puskesmas Ambulu
Puskesmas Jenggawah
20
10
0
Gambar 3.4. Grafik Kunjungan Pasien Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas Ambulu
dan Puskesmas JenggawahBerdasarkan Perawatan yang Diberikan
Selama 6 Minggu
Berdasarkan data dari Tabel 3.4 diatas, menunjukkan bahwa macam
perawatan tertinggi pada RSD Balung adalah lain-lain, lain-lain tersebut
mencakup perawatan kontrol orto, odontektomi, buka jahitan, pembuatan crown
dan rujukan. Perawatan terbanyak di Puskesmas Ambulu dan Puskesmas
Jenggawah adalah ekstraksi dengan CE yaitu di Puskesmas Ambulu sebanyak 81
dan di Puskesmas Jenggawah sebanyak 69 perawatan.
3.1.5 Hasil UKGS
Hasil
kegiatan
UKGS
di
Puskesmas
Ambulu
dan
Puskesmas
Puskesmas Ambulu
N
%
36
13
0
85
0
19
7
0
44
0
Puskesmas Jenggawah
N
%
36
18
0
69
0
14
7
0
27
0
Jumlah
N
%
72
31
0
154
0
16
7
0
35
0
K04
K05
K06
K07
K08
K09
K10
K11
K12
K13
Jumlah
30
28
0
0
0
0
0
0
0
0
192
16
15
0
0
0
0
0
0
0
0
100
71
60
0
0
0
0
0
0
0
0
254
28
24
0
0
0
0
0
0
0
0
100
101
88
0
0
0
0
0
0
0
0
446
23
20
0
0
0
0
0
0
0
0
100
40
Puskemas Jenggawah
30
20
10
0
K0
K00
K01
K02
K03
K04
K05
K07
K08
K09
K10
K11
K12
Gambar 3.5. Grafik Hasil Pemeriksaan UKGS di Puskesmas Ambulu dan Puskesmas
Jenggawah
Kode
Puskesmas Ambulu
N
%
32
18
6
3
6
3
43
24
0
0
23
13
67
18
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
177
100
Diagnosa
K0
K00
K01
K02
K03
K04
K05
K06
K07
K08
K09
K10
K11
K12
K13
Jumlah
Puskesmas Jenggawah
N
%
54
22
1
0
5
2
85
35
0
0
40
16
58
24
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
243
100
Jumlah
N
86
7
11
128
0
63
125
0
0
0
0
0
0
0
0
420
%
20
2
3
30
0
15
30
0
0
0
0
0
0
0
0
100
40
Puskemas Jenggawah
30
20
10
0
K0
K00
K01
K02
K03
K04
K05
K07
K08
K09
K10
K11
K12
Gambar 3.6. Grafik Hasil Pemeriksaan UKGMD di Puskesmas Ambulu dan Puskesmas
Jenggawah
3.2 Pembahasan
3.2.1 Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas Ambulu dan
Puskesmas JenggawahBerdasarkan Jenis Kelamin Selama 6 Minggu
Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki oleh mahluk hidup,
dalam hal ini manusia.Jenis kelamin sering dibagi ke dalam dua kategori, dengan
menggunakan istilah masing-masing; laki-laki dan perempuan atau pria dan
wanita.Dalam studi epidemiologi, jenis kelamin juga menjadi salah satu bagian
dari
karakteristik
yang
memiliki
pengaruh
terhadap
kejadian
kesakitan(Notoatmodjo, 2005).
Berdasarkan data yang didapatkan dari RSD Balung, Puskesmas Ambulu
dan Puskesmas Jenggawah dari tanggal 12 Juli 22 Agustus 2016, jumlah
kunjungan pasien lebih banyak pasien perempuan sebanyak 337 daripada pasien
laki laki sebanyak 235. Hal ini kemungkinan terjadi karena perempuan memiliki
rasa kecemasan yang lebih tinggi dari pada laki-laki. Tingkat kecemasan yang
tinggi ini menyebabkan perempuan berusaha menggurangi rasa takutnya dengan
berusaha mencari dan melakukan tindakan preventif dan kuratif (Ningsih, 2015).
Menurut Kingsley dan Olaide (2014), perempuan memiliki kemauan lebih tinggi
untuk mengontrol rasa takut terhadap perawatan gigi dibandingkan lakilaki.Selain itu didukung pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Zetu (2014)
yang menunjukan bahwa perempuan lebih memiliki kepercayaan diri tinggi untuk
meningkatkan kebersihan gigi dan mulut.
3.2.2 Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas Ambulu dan
Puskesmas Jenggawah Berdasarkan Usia Selama 6 Minggu
Jumlah kunjungan pasien berdasarkan usiadi puskesmas dan rumah sakit
sangat berbeda. Hasil yang didapatkan kunjungan pasien paling banyak di
Puskesmas Ambulu dan Puskesmas Jenggawah adalah pasien pada rentang usia 611 tahun. Jumlah kunjungan pasien dengan rentang usia 6-11 tahun pada
Puskesmas Ambulu adalah sebesar 86 pasien, Puskesmas Jenggawah sebesar 79
pasien.
Hal ini kemungkinan dikarenakan usia 6-11 tahun merupakan usia transisi
atau pergantian gigi sulung dengan gigi permanen (masa gigi pergantian). Sperber
(1991) menyatakan, periode 6 tahun dari gigi geligi campuran, dari 6-12 tahun,
merupakan periode perkembangan gigi yang paling rumit dan merupakan salah
satu periode yang paling mudah terserang maloklusi. Selain itu menurut
Sumantri (2013), anak pada usia tersebut masih kurang dapat menjaga kebersihan
gigi dan mulutnya.
Sehingga melalui kegiatan UKGMD para orang tua selalu ditekankan
untuk lebih perhatian dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutanak terutama pada
masa gigi geligi campuran.Selain itu, pelaksanaan UKGS di sekolah-sekolah
dapat meningkatkan kesadaran anak akan kesehatan gigi dan mulutnya. Apabila
dalam pemeriksaan gigi di sekolah ditemukan kasus yang membutuhkan
perawatan, murid tersebut dirujuk ke Puskesmas. Hal tersebut dimungkinkan
dapat berpengaruh terhadap jumlah kelompok umur yang datang ke poli gigi.
Kunjungan pasien terbanyak di RSD Balung adalah pada rentang usia 1725 tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Notohartojo dan Ghani
(2015) didapatkan hasil bahwa semakin tingginya usia responden semakin banyak
gigi yang bermasalah (memiliki DMF-T sangat tinggi). Oleh karena itu
dimungkinkan hal ini dapat mempengaruhi jumlah kunjungan usia 31-40 tahun ke
poli gigi.
3.2.3 Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas Ambulu dan
Puskesmas Jenggawah Berdasarkan Diagnosa Penyakit Selama 6
Minggu
Berdasarkan data yang didapatkan dari RSD Balung, Puskesmas Ambulu
dan Puskesmas Jenggawah dari tanggal 12 Juli 22 Agustus 2016, jumlah
diagnosa terbesar adalah K04 yang berarti merupakan penyakit jaringan pulpa dan
jaringan periapikal gigi, yaitu sebanyak 54 pasien di RSD Balung. Di Puskesmas
Ambulu jumlah kasus terbanyak yaitu K00 dan K04 masing-masing sebanyak 82
kasus dan di Puskesmas Jenggawah kasus tertinggi adalah K00 yaitu sebanyak 75
kasus. K00 adalah kode untuk gangguan perkembangan erupsi gigi (agenisi,
mesiodens, paramolar, fusi, letak salah benih, persistensi).
Hal tersebut dikarenakan masalah terbesar yang dihadapi penduduk
Indonesia seperti juga di negara-negara berkembang lainnya di bidang kesehatan
gigi dan mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (caries dentis) yang bisa
berlanjut menjadi penyakit pulpa dan jaringan periapikal(Nurhayati, dkk, 2014).
Iswandani (2015) melaporkan prevalensi karies di Indonesia mencapai
72,1%. Awal terjadinya penyakit pulpa adalah adanya karies gigi.Karies gigi
merupakan penyakit infeksi yang bersifat progresif serta akumulatif pada jaringan
keras gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi
(pit, fisur, dan daerah interproksimal) hingga meluas ke arah pulpa.Faktor utama
penyebab karies yaitu host, mikroorganisme, substrat dan ditambah faktor
waktu.Awal terjadinya karies ditandai dengan adanya demineralisasi jaringan
keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya.Akibatnya,
terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan
periapikal sehingga dapat menyebabkan rasa ngilu sampai rasa nyeri.
Sedangkan kasus persistensi banyak ditemukan karena banyaknya
kunjungan pasien usia 6-11 tahun di Puskesmas Ambulu dan Jenggawah. Hal ini
dimungkinan karena puskesmas merupakan unit pelayanan teknis kesehatan yang
bertugas menyelenggarakan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya, sehingga
fungsi puskesmas lebih ke tindakan promotif dan preventif, diantaranya yaitu
melaluikegiatanUKGMDdanUKGS(PERMENKESRI,2014).PadakegiatanUKGMD
paraorangtuadiarahkanuntuklebihperhatiandalammenjagakesehatangigidanmulut
anak. Selain itu pelaksanaan UKGS yang sering dilaksanakan di sekolahsekolah
menjadikan kesadaran anak akan kesehatan gigi dan mulutnya menjadi meningkat.
Apabila ditemui kasus persistensi pada saat pemeriksaan gigi di sekolah, murid
disarankan untuk langsung mengunjungi puskesmas. Hal tersebut dapat berpengaruh
terhadapjumlahkelompokumuryangdatangkepoligigidanmulut.
3.2.4 Kunjungan Pasien di Poli Gigi RSD Balung, Puskesmas Ambulu dan
Puskesmas Jenggawah Berdasarkan Perawatan yang Diberikan Selama
6 Minggu
Berdasarkan menunjukkan bahwa macam perawatan tertinggi pada RSD
Balung adalah lain-lain, lain-lain tersebut mencakup perawatan kontrol ortho,
odontektomi, buka jahitan, pembuatan crown dan rujukan. Hal ini dimungkinkan
karena Poli Gigi dan Mulut RSD Balung memiliki dokter gigi spesialis yaitu drg.
Gandhi Rijantho, Sp. Ort, sehingga banyak menangani pasien dengan keluhan
maloklusi. Selain itu RSD Balung merupakan rumah sakit yang menerima rujukan
dari berbagai Puskesmas misalnya berupa tindakan odontektomi, pembuatan
crown dan tumpatan.
Perawatan terbanyak di Puskesmas Ambulu dan Puskesmas Jenggawah
adalah ekstraksi dengan CE yaitu di Puskesmas Ambulu sebanyak 81 dan di
Puskesmas Jenggawah sebanyak 69 perawatan.Hal ini dikarenakan banyaknya
pasien datang dengan diagnosa persistensi atau goyang karena resorbsi fisiologis.
3.2.5 Kegiatan UKGS dan UKGMD di Puskesmas Ambulu dan Jenggawah
Berdasarkan hasil pemeriksaan gigi pada kegiatan UKGS di wilayah kerja
Puskesmas Ambulu didapatkan masalah kesehatan gigi tertinggi yaitu K02 (iritasi
pulpa dan hiperemi pulpa) sebanyak 44 %. Untuk kegiatan UKGS di Puskesmas
Jenggawah ditemukan kasus tertinggi adalah K04 (gangren pulpa dan abses
periapikal) sebanyak 25 %. Sedangkan hasil pemeriksaan gigi pada kegiatan
UKGMD di Puskesmas Ambulu didapatkan kasus tebanyak adalah K05 (gangren
radiks, gingivitis dan periodontitis) sebanyak 67 kasus. Sedangkan di Puskesmas
Jenggawah didapatkan kasus tertinggi adalah K02 yaitu sebanyak 85 kasus.
Terdapat perbedaan hasil UKGS pada Puskesmas Ambulu dan Jenggawah hal ini
kemungkinan terjadi karena sasaran pada Puskesmas Ambulu didominasi oleh
anak
Karies gigi merupakan masalah terbesar yang dihadapi penduduk
Indonesia seperti juga di negara-negara berkembang lainnya di bidang kesehatan
gigi dan mulut yang bisa berlanjut menjadi penyakit pulpa dan jaringan periapikal
(Nurhayati, dkk, 2014). Awal terjadinya penyakit pulpa adalah adanya karies gigi.
Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang bersifat progresif serta akumulatif
pada jaringan keras gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari
permukaan gigi (pit, fisur, dan daerah interproksimal) hingga meluas ke arah
pulpa.Faktor utama penyebab karies yaitu host, mikroorganisme, substrat dan
ditambah faktor waktu.Awal terjadinya karies ditandai dengan adanya
demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan
organiknya.Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran
infeksinya ke jaringan periapikal sehingga dapat menyebabkan rasa ngilu sampai
rasa nyeri. Apabila gigi tersebut tidak segera dilakukan perawatan, karies akan
meluas dan menjadi gangren radiks.
Peserta UKGS adalah anak-anak usia sekolah dan pra sekolah. Menurut
Nurmalitasari (2015), bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun
yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun
mental. Penulis beranggapan bahwa anak-anak masihbelum memiliki kesadaran
yang baik dalam menjaga kebersihan dan kesehatan gigi oleh karena
perkembangan motorik yang belum sempurna, sehingga gigi-gigi sulung
cenderung banyak yang mengalami karies. Hal ini bisa dilihat dari prevalensi
nasional masalah gigi mulut di Indonesia yaitu 23,5%, dengan prevalensi nasional
karies aktif sebanyak 43,4%. Pada kelompok usia 5-9 tahun sebanyak 21,6 %
anak bermasalah dengan kesehatan gigi dan mulut Salah satu penyebab timbulnya
masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat adalah karena faktor perilaku
atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut, dimana perilaku dirumuskan
sebagai totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil
bersama atau resultante antara berbagai faktor, yang salah satu di antara faktor
tersebut adalah pengetahuan (Sumantri, 2013).
Peserta UKGMD adalah anak-anak balita peserta Posyandu, ibu hamil,
masyarakat umum dan lansia.Dari hasil pemeriksaan, banyak ditemukannya kasus
karies gigi dan gangren radiks, hal ini dimungkinkan karena kurangnya kesadaran
orang tua khususnya ibu dalam menjaga kesehatan giginya sendiri maupun
kesehatan gigi anak balitanya.Park dkk. (dalam Diadha, 2015) menyebutkan
berupa
pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut, serta program preventif berupa
pelatihan sikat gigi yang benar secara masal yang dilaksanakan sedini mungkin.
3. Puskesmas setempat perlu terus meningkatkan kerjasamanya dengan pihak sekolah,
murid, wali murid serta masyarakat sekitar agar terwujudnya peningkatan derajat
kesehatan gigi dan mulut.
4. Pencatatan data dan analisa lebih lanjut mengenai hubungan jumlah pasien
yang datang ke Rumah Sakit atau Puskesmas berdasar jenis kelamin, usia
dengan diagnosa dan perawatan yang didapat.
DAFTAR PUSTAKA
Diadha, R. 2015. Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini di
Taman Kanak-Kanak.Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol.2 No.1.
Ningsih, Diana Setya. 2015. Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Kebersihan
Rongga Mulut Anak Panti Asuhan. Odonto Dental Journal.Volume 2.Nomer
1.
Notoatmodjo. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notohartojo, IT dan Ghani L. 2015.Pemeriksaan Karies Gigi pada Beberapa
Kelompok Usia oleh Petugas dengan Latar Belakang Berbeda di Provinsi
Kalimantan Barat. Buletin Penelitian Kesehatan. Vol. 43 No. 4.
Nurhayati, dkk.2014. Hubungan Konsumsi Makanan Manis Kejadian Gigi Karies
pada Anak Prasekolah di TK B RA Muslimat PSM Tegalrejo Desa Semen
Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Magetan. Jurnal Delima Harapan,
Vol 3 No.2.
Nurmalitasari, F. 2015. Perkembangan Sosial Emosi pada Anak Usia Prasekolah.
Buletin Psikologi. Vol. 23 No. 2.
Permenkes RI. 2013. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 71. Tentang Pelayanan
Kesehatan.
Permenkes RI. 2014. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 75. Tentang Pusat
Kesehatan Masyarat.
Permenkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128. Tentang
Kebijakan Dasar Puskesmas.
Permenkes RI. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.340.TentangKlasifikasi
Rumah sakit.
Riskesdas 2007. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitiandan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Sperber, GH. 1991. Embriologi Kraniofasial. Ed.4. Alih bahasa oleh Lilian
Yuwono. Jakarta: Hipokrates.
Sumantri, Dedi; Lestari, Yuniar; Arini, Mustika. 2013. Pengaruh Perubahan
Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Pelajar Usia 7-8
Tahun Di 2 Sekolah Dasar Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota
Bukittinggi Melalui Permainan Edukasi Kedokteran Gigi. Bukit Tinggi.
Artikel penelitian
UU. 2009. Undang-undang RI No. 44. Tentang Rumah Sakit .
Winda Iswandani, 2015 Gambaran Pengetahuan Anak Usia 7 Sampai Dengan 12
Tahun Tentang Oral Hygiene Berdasarkan Karakteristik Di Sdn Jalan
Anyar Kota Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia
Zetu I, Zetu L, Dogaru CB, Duta C, Dumitrescu AL. Gender variations in
psychological factor as defined by the theory of planned of oral hygine
behaviors. J procedia-Soc and Behav Sci, 2014;127:353-7
43
43