Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit pada telinga tengah dan mastoid lazim ditemukan di Amerika
Serikat dan di seluruh dunia. Beberapa penelitian menunjukan bahwa Otitis Media
atau radang celah telinga (tubaEustachiustelinga tengah dan mastoid)merupakan
masalah paling umum kedua pada praktek pediatrik, setelah pilek.Penyakit ini
khususnya sering terjadi pada anak yang tinggal di daerah-daerah dengan sarana
minimal seperti ghetto,daerah reservasi India dan daerah-daerah tertentu di
Alaska.Kasus ini biasanya dialami oleh anak-anak usia dibawah 1 tahun dan 40%
terjadi pada anak-anak usia 4 sampai dengan 5 tahun yang berkunjung ke dokter
anak.1
Otitis media akut (OMA) merupakan inflamasi akut telinga tengah yang
berlangsungkurang dari tiga minggu. Yang dimaksud dengan telinga tengah
adalah ruang di dalam telinga yang terletak antara membran timpani dengan
telinga dalam serta berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius.
Perjalanan OMA terdiri atas beberapa aspek yaitu efusi telinga tengah yang dapat
berkembang menjadi pus oleh karena adanya infeksi mikroorganisme, adanya
tanda inflamasi akut, disertai munculnya gejala otalgia, iritabilitas, dan demam.2
Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang cukup berkaitan
dengan terjadinya OMA. Kasus OMA secara umum banyak terjadi pada anakanak di bandingkan kalangan usia lainnya. Kondisi demikian terjadi karena faktor

anatomis, dimana pada fase perkembangan telinga tengah saat usia anak-anak,
tuba eustachius memang memiliki posisi yang lebih horizontal dengan drainase
yang minimal dibandingkan dengan usia lebih dewasa. Hal inilah yang membuat
kecenderungan terjadinya OMA pada usia anak-anak lebih besar dan lebih ekstrim
dibandingkan usia dewasa.3

Otitis media pada anak-anak sering kali didahului dengan infeksi pada
saluran pernafasan atas. Pada penelitian di Arab Saudi tahun 2001 terhadap 112
pasien infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), didapatkan 30%mengalami otitis
media akut, dan sekitar 83%dialami oleh anak-anak berusia 3 tahun. Di Amerika
Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia 3
tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di
Inggris setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia 10
tahun. Insiden OMA tertinggi terjadi pada usia 2 tahun pertama kehidupan, dan
yang kedua pada waktu berusia 5 tahun bersama dengan anak masuk sekolah.4
Puncak usia anak mengalami OMA didapatkan pada pertengahan tahun
pertama sekolah, di Swedia mendapatkan 16.611 anak penderita OMA dan
didapatkan anak usia 7 tahun dengan prevalensi terbanyak. Resiko kekambuhan
otitis media terjadi pada beberapa faktor, antara lain <5 tahun, otitis prone (pasien
yang mengalami otitis pertama kali pada usia <6 bulan, 3 kali dalam 6 bulan
terakhir), infeksi pernapasan, perokok, dan laki-laki.5
Di Indonesia, pada penelitian yang dilakukan di Poli THT-KL sub-bagian
Otologi THT-KL RSCM dan Poli THT-KL RSAB Harapan Kita pada Agustus
2004 sampai dengan Februari 2005, terhadap 43 orang pasien yang

didiagnosisdengan OMA, sebanyak 30% dijumpai pada anak-anak berumur 2


sampai dengan 5 tahun adalah sebanyak 23,3%, dan untuk anak usia 5 sampai 12
tahun mencapai 32,6% dan untuk anak pada usia 12 sampai 18 tahun mencapai
4,7%, dan yang berumur 18 tahun keatas adalah 9,2%.6
Kasus OMA di RSUD Dr, Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun
2014 sejumlah 87 kasus atau 23% dari seluruh kasus yang ditangani di Instalasi
Rawat Jalan Poliklinik Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THTKL).Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang karakteristik penderita Otitis Media Akut pada anak di Instalasi Rawat
Jalan Poliklinik Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)RSUD
Dr. H.Abdul Moeloek Provinsi Lampungtahun 2014.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga Tengah


2.1.1 Anatomi Telinga Tengah
Telinga tengah merupakan suatu ruang di tulang temporal yang terisi
olehudara dan dilapisi oleh membran mukosa. Pada bagian lateral, telinga
tengahberbatasan dengan membrantimpani, sedangkan pada bagian medial
berbatasandengan dindinglateraltelinga dalam. Teingatengah terdiridari dua
bagian,yaitukavumtimpaniyangsecaralangsungberbatasanlangsungdengan
membrantimpanidanresessusepitimpanikapadabagiansuperior.Telingatengah
terhubungdenganareamastoidpadabagianposteriordannasofaringmelaluisuatu
kanal yang disebut tuba Eustachius (pharyngotympanic tube) pada bagian
anterior.Kondisi ini memungkinkan transmisi getaran darimembrantimpani
melaluitelingatengahhinggamencapaitelingadalam.Halinidapattercapaioleh
adanya tulangtulang yang dapat bergerak dan salingterhubung sehingga
menjembataniruangdiantaramembrantimpanidantelingatengah.Tulangtulang
ini disebut juga osikulus auditorius, terdiri dari malleus(terhubung dengan
membrantimpani), incus (terhubung dengan malleus melaluipersendian
membran),dan stapes (terhubungdengan incus melaluipersendianmembrandan
melekatpadabagianlateraltelingadalampadajendelaoval).7

Osikulus auditorius tersebut berfungsi untuk mentransmisikan getaran


suarayangdihantarkandarimembrantimpaniketelingadalam.8

Gambar1.AnatomiTelingaTengah7

2.1.2AnatomiFisiologiTubaEustachius
TubaEustachius(pharyngotympanictube)menghubungkannasofaringdan
telinga tengah serta menyetarakan tekanan padakedua sisi membran timpani.
MuaratubaEustachiusyangterletakditelingatengahberadapadadindinganterior
dan dari sini akan memanjang ke arah depanmedial, dan ke bawah hingga
memasukinasofaring.TubaEustachiusterdiridariduabagian,yaitu:
1. Bagian yang memiliki struktur tulang, terletak pada bagian sepertiga
mendekatitelingatengah
2. Bagian yang memiliki struktur kartilaginosa, terletak pada bagian dua
pertigayangmendekatinasofaring

Secara umum, tuba Eustachius cenderung selalu menutup. Dengan


adanyakontraksidarim.tensorvelipalatini,tubaEustachiusdapatterbukapada
saatmenelan, menguap, atau membuka rahang sehingga terjadi keseimbangan
tekananatmosferantarakeduaruangdiantaramembrantimpani.

Gambar2.TubaEustachius7

Fungsi abnormal tuba Eustachius merupakan faktor yang penting pada otitis
media.Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga
tengahdengannasofaring,yangterdiriatastulangrawanpadaduapertigakearah
nasofaring dansepertiganya terdiri atas tulang.Tuba Eustachius biasanya dalam
keadaansterilsertatertutupdanbaruterbukaapabilaudaradiperlukanmasukke
telingatengahataupadasaatmengunyah,menelandanmenguap.Pembukaantuba
dibantu oleh kontraksi muskulus tensor veli palatine apabila terjadi perbedaan
tekanan telinga tengah dan tekanan udara luar antara 20 sampaidengan 40
mmHg.Tuba Eustachius mempunyaitigafungsipenting,yaituventilasi,proteksi,
dan drainase sekret. Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara
dalamtelinga tengah selalu sama dengan tekanan udara luar. Proteksi, yaitu
melindungtelingatengahdaritekanansuara,danmenghalangimasuknyasekret

atau cairan dari nasofaringke telinga tengah. Drainase bertujuan untuk


mengalirkanhasilsekretcairantelingatengahkenasofaring.9

2.2Otitis Media
2.2.1 Pengertian Otitis Media
Otitis media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Banyak ahli
membuat pembagian dan klasifikasi Otitis Media.Secara mudah,Otitis Media
terbagi atas Otitis Media Supuratif dan Otitis Media Non-Supuratif (Otitis media
serosa, Otitis Media Sekretoria,Otitis Media Musinosa,Otitis Media Efusi
(OME).Selain itu itu juga terdapat jenis Otitis Media Spesifik seperti Otitis Media
Tuberkulosa, Otitis Media Sifilitika. Otitis Media yang lain adalah Otitis Media
Adhesiva.8
2.2.2 Definisi Otitis Media Akut
Otitis Media Akut (OMA)adalah peradangan telinga tengah dengan gejala
dan tanda-tanda yang bersifat cepat dan singkat. Gejala dan tanda klinik lokal atau
sistemik dapat terjadi secara lengkap atau sebagian,baik berupa otalgia,
demam,gelisah,mual, muntah, diare serta otore apabila telah terjadi perforasi
membran timpani. Pada pemeriksaan otoskopik dapat juga dijumpai efusi telinga
tengah. Terjadinya efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai
dengan membengkak pada membran timpani atau bulging,terdapat cairan di
belakang membran timpani, dan otore.8

2.2.3 Etiologi
a) Bakteri
Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Menurut
penelitian, 65,75% kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri piogeniknya melalui
isolasi bakteri terhadap kultur cairan atau efusi telinga tengah. Kasus lain
tergolong sebagai non-patogenik karena tidak di temukan mikroorganisme
penyebabnya. Tiga jenis bakteri penyebab Otitis Media tersering adalah
Streptococcus pneumoniae(40%), diikuti oleh Haemophilus influenzae (25-30%)
dan Moraxella catarhalis (10-15%). Kira-kira 5% kasus dijumpai patogenpatogen

yang

lain

seperti

Streptococcus

pyogenes

(group

beta-

hemolytic),Staphylococcus aureus dan organisme gram negatif.Staphylococcus


aureus dan organisme gram negatif banyak ditemukan pada anak dan neonatus
yang menjalani rawat inap di rumah sakit. Haemophilus influenzae sering
dijumpai pada anak balita. Jenis mikroorganisme yang dijumpai pada orang
dewasa juga sama dengan yang dijumpai pada anak-anak.9
b) Virus
Virus juga dapat merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai
tersendiri atau bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling
sering dijumpai pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus (RSV),influenza
virus,atau

adenovirus

(sebanyak

30-40%).

Kira-kira

10-15%

dijumpai

parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus.menganggu fungsi imun lokal,

menigkatkan adhesi bakteri, menurunkan efisiensi obat antimikroba dengan


dengan menganggu mekanisme farmakokinetiknya.9
2.2.4 Patofisiologi
Otitis media sering di awali dengan infeksi pada saluran pernapasan seperti
radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran
Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan
infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran,
tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih akan membunuh bakteri
dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Selain itu pembengkakan jaringan
sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang di hasilkan sel-sel telinga
tengah terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika sekret bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena
gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan
organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas.Kehilangan
pendengaran yang di alami umumnya sekitar 24 desibel/dB (bisikan
halus).Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan
pendengaran hingga 45dB (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga
akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, sekret yang terlalu banyak tersebut
akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.
2.2.5 Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya Otitis Media Akut adalah umur dan peningkatan
insidensnya terutama pada bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh struktur dan
fungsi tidak matang atau imatur tuba Eustachius. Selain itu, sistem pertahanan
tubuh atau status imunologi anak juga masih rendah. Insiden terjadinya Otitis

10

Media pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding dengan anak perempuan.9Faktor
genetik juga berpengaruh, anak-anak pada ras Native American, inuit, dan
Indigenous Australian menunjukan prevalensi yang lebih tinggi dibanding dengan
ras lain. Status sosial ekonomi juga berpengaruh, seperti kemiskinan, kepadatan
penduduk, fasilitas higiene yang terbatas, status nutrisi rendah dan sulitnya
keterjangkauan terhadap pelayanan pengobatan pada anak-anak. ASI dapat
membantu dalam pertahanan tubuh. Oleh karena itu, anak-anak yang kurangnya
asupan ASI banyak menderita OMA. Lingkungan merokok menyebabkan anakanak mengalami OMA yang lebih signifikan dibanding dengan anak-anak
lain,insiden OMA juga meningkat. Anak dengan adanya abnormalitas
kraniofasialis kongenital mudah terkena OMA karena fungsi tuba Eustachius turut
terganggu,anak mudah menderita penyakit telinga tengah. Otitis Media
merupakan komplikasi yang sering terjadi akibat infeksi saluran nafas atas, baik
bakteri atau virus.10
Faktorgenetik,infeksi,aspekimunologi,danfaktorlingkunganmerupakan
beberapafaktorpredisposisiyangdapatmemicuterjadinyaOMA.Padabeberapa
situasitertentu,alergiatauinfeksisalurannafasatasdapatmenyebabkankongesti
dan pembengkakan dari mukosa nasal, nasofaring, dantuba Eustachius.Hal ini
dapatmemicuobstruksituba Eustachius danmembuatcairansekresiditelinga
tengah terakumulasi.Infeksi sekunder oleh bakteri danvirus pada efusi tersebut
dapatmenghasilkansupurasidantandatandaOMA.
Emonts,dkk(2007)menemukanadanyaketerkaitanyangcukupkuatantara
faktorgenetiksehinggadapatmengakibatkanOMA,bahkanseringterjadisecara
rekuren. Studi yang dilakukannya menunjukkan adanya keterkaitan

11

genimunoresponsi TNFA, IL6, IL10, dan TLR4 dalam kecenderungan


terjadinyaOMAdanhalinijugamembuatOMAterjadisecaraepisodik
Tabel2.1FaktorResikoYangBerkaitanDenganKejadianOMA10
FaktorResiko
Usia

Breastfeeding
Penitipananak
Etnis
Paparanasaprokok
JenisKelamin
Riwayatpenghuni
rumah>1
Pemakaiandot
Riwayatantibiotik
RiwayatOMA
Musim
Patologilainyang
mendasari

2.2.6

Komentar
Insidensimaksimalberkisarantaraenamsampai24bulan,karenatuba
Eustachiuslebihpendekdanlebihlandai.Fungsifisiologisdan
imunologiyangmasihrendahmembuatanakrentanterkenainfeksi
Menyusuiminimaltigabulandapatmemberikanproteksipadaanak,
disampingkandunganyangadapadaASI
Kontakdenganbeberapaanakdapatmeningkatkanpenyebaranvirus
danbakteri
AnakanakAmerika,Alaska,danInuitKanadamemilikiinsidensiyang
lebihtinggi
Insidensimeningkatdenganadanyaasaprokokdanpolusiudara
Lakilakimemilikiinsidensilebihtinggi
Resikokegagalanpengobatanantibiotikmeningkat
Insidensimeningkat
Resikokegagalanpengobatanantibiotikmeningkat
Resikokegagalanpengobatanantibiotikmeningkat
Insidensimeningkatdimusimgugurdanmusimdingin
Insidensimeningkatpadaanakanakdenganrinitisalergi,cleftpalate,
danDownsyndrome

Patogenesis OMA
Patogenesis OMA pada sebagian besar anak-anak dimulai oleh infeksi

saluran pernafasan atas (ISPA) atau alergi, sehingga terjadi kongesti dan edema
pada mukosa saluran nafas atas, termasuk nasofaring dan tuba Eustachius. Tuba
Eustachius menjadi sempit, sehingga terjadi sumbatan dengan tekanan negatif
pada telinga tengah. Bila keadaan demikian berlangsung lama akan menyebabkan
refluks atau aspirasi virus atau bakteri dari nasofaring ke dalam telinga tengah
melalui tuba Eustachius.
Drainase mukosa telinga tengah bergantung pada tuba Eustachius untuk
mengatur proses ventilasi yang berkelanjutan dari nasofaring. Jika terjadi
gangguan akibat obstruksi tuba, akan mengaktifasi proses inflamasi kompleks dan

12

terjadi efusi cairan ke dalam telinga tengah. Kondisi ini merupakan faktor
pencetus terjadinya OMA dan Otitis media dengan efusi. Bila tuba Eustachius
tersumbat, drainase telinga tengah terganggu, mengalami infeksi serta terjadi
akumulasi sekret di telinga tengah, kemudian terjadi proliferasi mikroba patogen
pada sekret.
Akibat dari infeksi virus saluran pernafasan atas, sitokin dan mediator
mediator inflamasi yang dilepaskan akan menyebabkan disfungsi tuba Eustachius.
Virus respiratori juga dapat meningkatkan kolonisasi dan adhesi bakteri, sehingga
mengganggu pertahanan imun pasien terhadap infeksi bakteri. Jika sekret dan pus
bertambah banyak dari proses inflamasi lokal, pendengaran dapat terganggu
karena membran timpani dan tulang-tulang pendengaran tidak dapat bergerak
bebas terhadap getaran. Akumulasi cairan yang terlalu banyak akhirnya dapat
merobek membrane timpani akibat tekanannya yang meninggi.11
Obstruksi tuba Eustachius dapat terjadi secara intraluminal dan ekstraluminal.
Faktor intraluminal adalah seperti akibat ISPA, dimana proses inflamasi terjadi,
lalu timbul edema pada mukosa tuba serta akumulasi sekret ditelinga tengah.
Selain itu, sebagian besar pasien dengan Otitis Media dihubungkan dengan
riwayat fungsi abnormal dari tuba Eustachius, sehingga mekanisme pembukaan
tuba terganggu. Faktor ekstraluminal seperti tumor, dan hipertropi adenoid.11
2.2.7

Gejala Klinis
Gejala klinis OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien.

Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam
telinga, di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek
sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa

13

nyeri, terdapat gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa
kurang mendengar. Pada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA adalah suhu tubuh
tinggi dapat mencapai 39,50 C (pada stadium supurasi) anak gelisah dan sukar
tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang
anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka
sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tidur tenang.12
Penilaian klinik OMA diginakan untuk menentukan berat atau ringannya
suatu penyakit. Penilaian berdasarkan pada pengukuran temperatur, keluhan orang
tua pasien tentang anak yang gelisah dan menarik telinga atau tugging, serta
membran timpani yang kemerahan dan membengkak atau bulging.12
Skor OMA adalah seperti berikut:
Tabel 2.1 Skor OMA12
0

Skor

Suhu ( C)

Gelisah

1.
2.
3.
4.

<38,0
38,0-38,5
38,6-39,0
>39,0

Tidak ada
Ringan
Sedang
Berat

Nyeri
Tarik
telinga
Tidak ada
Ringan
Sedang
Berat

Kemerahan pada
membrane timpani
Tidak ada
Ringan
Sedang
Berat

Bengkak pada
membrane timpani
(bulging)
Tidak ada
Ringan
Sedang
Berat, termasuk otore

Penelitian derajat OMA dibuat berdasarkan skor. Bila didapatkan angka 0


hingga 3 berarti OMA ringan dan bila melebihi 3 berarti OMA berat. Pembagian
OMA lainnya yaitu OMA berat apabila terdapat otalgia berat atau sedang, suhu
lebih atau sama dengan 390C oral atau 39,50C rektal.OMA ringan bila nyeri
telinga tidak hebat dan demam kurang dari 390C oral atau 390C rektal.13
2.2.8 Jenis-jenis Otitis Media
2.2.8.1 Otitis Media Akut
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala
dan tanda-tanda yang bersifat cepat dan singkat.Gejala dan tanda klinik lokal atau
sistemik dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia, demam,

14

gelisah, mual, muntah, diare, serta otore, apabila telah terjadi perforasi membran
timpani.Pada pemeriksaan otoskopik juga dijumpai efusi telinga tengah.
Terjadinya efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai dengan
membengkak pada membran timpani atau bulging, mobilitas yang terhad pada
membran timpani, terdapat cairan di belakang membran timpani, dan otore.7
2.2.8.2 Otitis Media Supuratif Kronik
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah infeksi kronik telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secara
terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau
nanah. Biasanya disertai gangguan pendengaran.7
2.2.9 Stadium OMA
Keadaan ini berdasarkan pada keadaan membran timpani yang diamati
melalui liang telinga luar.Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat dapat
dibagi dalam lima stadium yaitu stadium oklusi, stadium hiperemis, stadium
supurasi, stadium perforasi dan stadium resolusi.14
2.2.9.1 Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Tanda adanya oklusi tuba Eustachius ialah adanya gambaran retraksi
membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif didalam telinga tengah, karena
adanya absorpsi udara. Kadang-kadang membran timpani tampak normal (tidak
ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak
dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan Otitis Media Serosa yang
disebabkan oleh virus atau alergi.14

15

Gambar 3.Stadium Oklusi14


2.2.9.2 Stadium hiperemis (Stadium Presupurasi)
Pada stadium hiperemis tampak pembuluh darah yang melebar di antara
cavum timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edema.
Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga
sukar terlihat.14
2.2.9.3 Stadium Supurasi
Edem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superfisial serta terbentuknya eksudat yang purulen di cavum timpani,
menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa
nyeri di telinga bertambah hebat.14
Apabila tekanan sekret di cavum timpani tidak berkurang, maka terjadi
iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboplebitis pada
vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran
timpani

terlihat

sebagai

daerah

yang

kekuningan,ditempat ini akan terjadi ruptur.14

lebih

lembek

dan

berwarna

16

Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (Miringotomi) pada stadium


ini, maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan sekret keluar ke
liang telinga luar. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup
kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi)
tidak mudah menutup kembali.14

Gambar 4.Stadium Supurasi14


2.2.9.4 Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau
virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan
sekret keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya
gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur
nyenyak. Keadaan ini disebut dengan Otitis Media Akut stadium perforasi.14

17

Gambar 5.Stadium Perforasi


2.2.9.5 Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani
perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret
akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi
kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan, berubah
menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus menerus
atau hilang timbul. OMA dapat meimbulkan gejala sisa (Sequele) berupa otitis
media serosa bila sekret menetap di cavum timpani tanpa terjadinya perforasi.14
2.2.10 Diagnosis Otitis Media Akut
1. Penyakitnya muncul secara mendadak dan bersifat akut.
2. Ditemukan adanya tanda efusi. Efusi merupakan pengumpulan cairan di
telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda
berikut, seperti mengembungnya membran timpani atau Bulging, terbatas
atau tidak ada gerakan pada membran timpani, terdapat bayangan cairan
dibelakang membran timpani dan terdapat cairan yang keluar dari teinga.

18

3. Terdapat tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan


dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti kemerahan pada
membran timpani, nyeri telinga atau otalgia, yang mengganggu tidur dan
aktivitas normal.10
Keparahan OMA dibagi kepada dua kategori yaitu ringan-sedang dan
berat. Kriteri diagnosis ringan-sedang adalah terdapat cairan di telinga tengah,
mobilitas membran timpani yang menurun, terdapat bayangan cairan dibelakang
membran timpani, membengkak pada membran timpani dan otore yang purulen.
Selain itu juga terdapat tanda dan gejala inflamasi pada telinga tengah seperti
demam, otalgia, gangguan pendengaran, tinitus, vertigo dan kemerahan pada
membran timpani. Tahap berat meliputi semua kriteria tersebut, dengan tambahan
yang ditandai dengan demam melebihi 39,00C dan disertai dengan otalgia yang
bersifat sedang sampai berat.10
2.2.11 Komplikasi
Sebelum adanya antibiotik, OMA dapat menimbulkan komplikasi, mulai
dari abses subperiosteal sampai abses otak dan meningitis. Sekarang semua jenis
komplikasi tersebut biasanya didapat pada otitits media supuratif kronik.
Komplikasi OMA terbagi kepada komplikasi intratemporal (perforasi membran
timpani, mastoiditis akut, paresis nervus fasialis, labirintis, petrositis),
ekstratemporal (abses subperiosteal) dan intrakranial (abses otak, tromboflebitis).7
Pada umumnya penyakit ini tidak menimbulkan rasa sakit kecuali apabila
sudah terjadi komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan pada penderita OMSK
tipe atikoanteral seperti labirintis, meningitis, abses otak yang dapat menyebabkan

19

kematian. Kadangkala suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada
OMSK tipe tubatimpani pun dapat menyebabkan suatu komplikasi.7
2.2.12Penatalaksanaan OMA
2.2.12.1 Pengobatan OMA
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pada stadium oklusi
pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius,
sehingga tekanan negatif ditelinga tengah hilang. Untuk itu diberikan obat tetes
hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak < 12 tahun) atau HCl
efedrin 1% dalam larutan fisiologikuntuk yang berumur di atas 12 tahun dan pada
orang dewasa. Disamping itu sumber infeksi (infeksi lokal) harus diobati.
Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit adalah kuman, bukan oleh virus
atau alergi.14
Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotik, obat tetes hidung dan
analgetika. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya
dilakukan miringotomi. Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin
atau ampisilin. Terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar didapatkan
konsentrasi yang adekuat didalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang
terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan.
Pemberian antibiotik dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi
terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin. Pada anak, ampisilin diberikan
dengan dosis 50-100 mg/BB per hari, dibagi dalam empat dosis, atau amoksislin
40 mg/BB per hari dibagi dalam tiga dosis, atau eritromisin 40 mg/BB per hari.14

20

Pada stadium supurasi disamping diberikan antibiotika, ideal nya harus


disertai dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh. Dengan
miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.
Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang
terlihat keluarnya sekret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan
adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat.
Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 710 hari.
Pada stadium resolusi maka membran timpani berangsur normal kembali,
sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi
resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui
perforasi di membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya
edema mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian dapat dilanjutkan sampai 3
minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak,
kemungkinan telah terjadi mastoiditis. Bila OMA berlanjut dengan keluarnya
sekret dari telinga tengah lebih dari tiga minggu, maka keadaan ini disebut otitis
media supuratif subakut. Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari
satu setengah bulan atau dua bulan, maka keadaan ini disebut otitis media
supuratif kronik (OMSK).14

Tabel 2.2 Kriteria Terapi Antibiotik dan Observasi pada Anak dengan OMA14
Usia
< 6 bulan

Diagnosis pasti (certain)


Antibiotik

Diagnosis meragukan (uncertain)


Antibiotik

21

6 bulan-2 tahun

Antibiotik

2 tahun ke atas

Antibiotik jika gejala berat,


observasi jika gejala ringan

Antibiotikjika gejala berat, observasi


jika gejala ringan
Observasi

Diagnosis pasti OMA harus memiliki tiga kriteria, yaitu bersifat akut,
terdapat efusi telinga tengah, dan terdapat tanda serta gejala inflamasi telinga
tengah. Gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam kurang dari 39C
dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang-berat
atau demam 39C. Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan
pada anak usia enam bulan sampai dengan dua tahun, dengan gejala ringan saat
pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada anak di atas dua tahun. Followupdilaksanakan dan pemberian analgesia seperti asetaminofen dan ibuprofen tetap
diberikan pada masa observasi.14
Menurut American Academic of Pediatric(2004), amoksisilin merupakan
first-lineterapi dengan pemberian 80mg/kgBB/hari sebagai terapi antibiotik awal
selama lima hari. Amoksisilin efektif terhadap Streptococcus penumoniae.Jika
pasien alergi ringan terhadap amoksisilin, dapat diberikan sefalosporin seperti
cefdinir. Second-lineterapi seperti amoksisilin-klavulanat efektif terhadap
Haemophilus

influenzae

danMoraxella

catarrhalis,termasukStreptococcus

penumoniae.14
Pneumococcal

7-valent

conjugate

vaccinedapat

dianjurkan

untuk

menurunkan prevalensi otitis media(American Academic of Pediatric, 2004).

2.2.12.2.Pembedahan

22

Terdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani OMA


rekuren,seperti

miringotomi

dengan

insersi

tubatimpanosintesis,

dan

adenoidektomi.9
1. Miringotomi
Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, supaya
terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Syaratnya
adalah harus dapat dilihat dan dilakukan secara langsung, anak harus tenang
sehingga membran timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi miringotomi
ialah di kuadran posterior-inferior.Bila terapi yang diberikan sudah adekuat,
miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali jika terdapat pus di telinga
tengah.Indikasi miringostomi pada anak dengan OMA adalah nyeri berat,
demam, komplikasi OMA seperti paresis nervus fasialis, mastoiditis,
labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat.Miringotomi merupakan terapi thirdline pada pasien yang mengalami kegagalan terhadap dua kali terapi antibiotik
pada satu episode OMA. Salah satu tindakan miringotomi atau timpanosintesis
dijalankan terhadap anak OMA yang respon kurang memuaskan terhadap
terapi second-line, untuk menidentifikasi mikroorganisme melalui kultur.
2. Timpanosintesis
Timpanosintesis merupakan pungsi pada membran timpani, dengan analgesia
lokal supaya mendapatkan sekret untuk tujuan pemeriksaan.Indikasi
timpanosintesis adalah terapi antibiotik tidak memuaskan, terdapat komplikasi
supuratif, pada bayi baru lahir atau pasien yang sistem imun tubuh
rendah.Pipa timpanostomi dapat menurunkan morbiditas OMA seperti otalgia,
efusi telinga tengah, gangguan pendengaran secara signifikan dibanding

23

dengan plasebo dalam tiga penelitian prospertif, randomized trial yang telah
dijalankan.
3. Adenoidektomi
Adenoidektomi efektif dalam menurunkan risiko terjadi otitis media dengan
efusi dan OMA rekuren, pada anak yang pernah menjalankan miringotomi dan
insersi tuba timpanosintesis, tetapi hasil masih tidak memuaskan.Pada anak
kecil dengan OMA rekuren yang tidak pernah didahului dengan insersi tuba,
tidak dianjurkan adenoidektomi, kecuali jika terjadi obstruksi jalan napas dan
rinosinusitis rekuren.
2.2.13 Pencegahan
Terdapat beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya OMA. Mencegah
ISPA pada bayi dan anak-anak, menangani ISPA dengan pengobatan adekuat,
menganjurkan pemberian ASI minimal enam bulan, menghindarkan pajanan
terhadap lingkungan merokok dan lain-lain.9

Anda mungkin juga menyukai