Referat Konjungtivitis Vernal
Referat Konjungtivitis Vernal
Dosen Pembimbing
dr. Teguh Anamani, Sp.M
Disusun Oleh:
Maya Alvionita
G4A015106
2016
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS DAN REFERAT
KONJUNGTIVITIS VERNAL
Disusun Oleh:
Maya Alvionita
G4A015106
Telah disetujui,
Pada tanggal:
April 2016
Pembimbing,
I.
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
1. Nama
: An. A
2. Usia
: 3 tahun
3. Alamat
: Purwokerto
: Ny. S
5. Pekerjaan
6. Tanggal Periksa
: 12 April 2016
B. Keluhan Utama
ODS mata kuning keruh
C. Keluhan Tambahan
ODS kadang terasa gatal, kemerahan setelah terkena angin dan terpapar sinar
matahari, dan mata berair.
D. Anamnesis
Pasien datang ke poli mata RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo dengan
ibunya pada tanggal 12 April 2016 mata terlihat kuning keruh, tidak jernih,
dan sering gatal. Keluhan ini sudah muncul sejak empat bulan yang lalu.
Pada saat datang, mata pasien sedang tidak gatal dan kemerahan. Namun, ibu
pasien mengeluhkan bahwa selama empat bulan terakhir, mata kanan dan kiri
pasien sering tiba-tiba merah disertai dengan rasa gatal yang hebat, kadang
disertai dengan mata sedikit berair, ada perasaan mengganjal di mata, tidak
nyeri. Tidak ada pandangan kabur pada saat terjadi gejala-gejala tersebut.
Keluhan muncul tiba-tiba, terutama setelah pasien bermain diluar dan sering
terpapar angin dan sinar matahari. Keluhan tidak hanya dialami sekali, dan
seringkali sembuh sendiri tanpa pengobatan. Pasien juga sering mengucek
matanya apabila gatal. Tidak ada riwayat mengalami penyakit yang serupa di
dalam keluarga, namun kakak pasien mempunyai riwayat asma.
E. Status Pasien
Keadaan umum : Baik
Kesadaran
: Kompos mentis
BB/TB
: 14 kg/96 cm
Nadi
: 80x/menit
Nafas
: 20x/menit
Suhu
: 36,5oC
F. Status Oftalmologi
Occuli Dekstra (OD)
Penampilan
1,0
Eksoftalmus (-), gerak
bebas ke segala arah
Madarosis (-), trikiasis (-),
distikiasis (-), krusta (-)
Edema (-), benjolan (-),
lagoftalmus (-), ptosis (-),
entropion (-), ektropion (-)
Edema (-), benjolan (-),
entropion (-), ektropion (-)
Edema (-), hiperemis (-),
sekret (-), injeksi (-)
Edema (-), injeksi (-),
benda asing (-), jaringan
fibrovaskular (-)
Ikterik (-), injeksi
episklera (-), sedikit keruh
(+)
Kekeruhan (-), infiltrat (-),
keratik presipitat (-),
keratokonus/keratoglobus
(-)
COA dalam, tyndall effect
(-), hifema (-), hipopion (-)
Cokelat gelap,bentuk
regular,sinekia (-),nodul(-)
Bentuk bulat, tepi reguler,
isokor, berukuran +3mm,
letak sentral, refleks direk
indirek (+)
Kekeruhan (-), iris shadow
(-)
Positif cemerlang
Tidak dinilai
Normal
Edema (-), nyeri tekan (-),
hiperemis (-)
G. Ringkasan
Anamnesis:
Visus
Bola Mata
Silia
Palpebra Superior
Palpebra Inferior
Konjungtiva Palpebra
Konjungtiva Bulbi
Sklera
Kornea
Pupil
Lensa
Refleks Fundus
Korpus Vitreus
Tekanan Intraokuli
Sistem Kanalis
Lakrimalis
1,0
Eksoftalmus (-), gerak
bebas ke segala arah
Madarosis (-), trikiasis (-),
distikiasis (-), krusta (-)
Edema (-), benjolan (-),
lagoftalmus (-), ptosis (+),
entropion (-), ektropion (-)
Edema (-), benjolan (-),
entropion (-), ektropion (-)
Edema (-), hiperemis (-),
sekret (-), injeksi (-)
Edema (-), injeksi (-),
benda asing (-), jaringan
fibrovaskular (-)
Ikterik (-), injeksi
episklera (-),sedikit keruh
(+)
Kekeruhan (-), infiltrat (-),
keratik presipitat (-),
keratokonus/keratoglobus
(-)
COA dalam, tyndall effect
(-), hifema (-), hipopion (-)
Cokelat gelap, bentuk
regular,sinekia (-),nodul(-)
Bentuk bulat, tepi reguler,
isokor, berukuran +3mm,
letak sentral, refleks direk
indirek (+)
Kekeruhan (-) putih
merata, iris shadow (-)
Positif cemerlang
Tidak dinilai
Normal
Edema (-), nyeri tekan (-),
hiperemis (-)
An. A usia 3 tahun dengan keluhan utama mata kuning, tidak jernih, dan
sering gatal
-
OD
Sklera mata kurang jernih
Onset 4 bulan yang lalu
Keluhan tambahan : sering
kemerahan disertai dengan
sangat gatal, mata sedikit
berair, perasaan mengganjal di
mata
Pasien mempunyai keluarga
dengan riwayat penyakit
atopik
OS
Sklera mata kurang jernih
Onset 4 bulan yang lalu
Keluhan tambahan : sering
kemerahan disertai dengan
sangat gatal, mata sedikit berair,
perasaan mengganjal di mata
Pasien mempunyai keluarga
dengan riwayat penyakit atopik
Pemeriksaan Fisik:
Nadi 80x/menit, Pernafasan 20x/menit, Suhu 36,2oC
Status Oftalmologik :
Occuli Dekstra (OD)
Sedikit keruh (+)
H. Diagnosis Diferensial
ODS Konjungtivitis vernal
ODS Konjungtivitis atopik
ODS Konjungtivitis virus
I. Diagnosis Kerja
ODS Konjungtivitis vernal
J. Terapi
1. Vasokonstriktor : naphazoline 4x1 gtt
2. Antihistamin : Chlorpeneramin maleat topikal 4x1 gtt
3. Rujuk apabila papil besar dan harus dieksisi
4. Non-medikamentosa:
a. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit, rencana
terapi, dan prognosis
b. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai identifikasi alergen
spesifik dan menghindari paparan alergen spesifik serta alergen
spesifik yang dapat menimbulkan gejala
c. Kompres dingin apabila terjadi serangan
d. Edukasi agar tidak menggosol-gosok mata
K. Prognosis
1. Quo Ad Visam
Occuli Dekstra (OD)
Ad Bonam
2. Quo Ad Sanam
II.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konjungtiva adalah membran mukosa yang tipis dan transparan,
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis)
dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Lokasi konjungtiva
terletak paling luar dan menyebabkan seringnya pajanan terhadap
mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan luar yang mengganggu (Eva
dan John, 2009).
Peradangan pada konjuntiva disebut konjungtivitis. Penyakit ini
bervariasi mulai dari hiperemis ringan dengan mata berair sampai
konjuntivitis berat dengan banyak sekret purulen. Konjungtivitis dapat
bersifat akut maupun kronik, dan umumnya disebabkan oleh infeksi (seperti
bakteri, klamidia, virus, jamur), kimia, penyakit sistemik, etiologi tidak
diketahui, serta reaksi imunologik atau alergi. Salah satu penyakit
konjungtivitis yang disebabkan oleh reaksi imunologik adalah konjuntgtivitis
vernal (Eva dan John, 2009 Ilyas, 2010).
Insidensi konjungtivitis di Indonesia
berkisar
antara
2-75%.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perjalanan penyakit dan perjalanan penyakit
konjungtivitis vernal.
2. Tujuan Khusus
Untuk menyelesaikan tugas presentasi kasus dan referat dari kepaniteraan
klinik di SMF Mata RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
III.
PEMBAHASAN
A. Konjungtiva
1. Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang tipis dan transparan,
melapisi bagian posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan
anterior
sklera
(konjungtiva
bulbaris).
Konjungtiva
epitel skuamosa bertingkat. Sel epitel konjungtiva terdiri atas sel epitel
superfisial dan sel epitel basal. Sel-sel epitel superfisial mengandung sel
goblet yang berbentuk bulat atau oval, berfungsi untuk mensekresi
mukus yang diperlukan untuk dispersi lapisan air mata prakornea secara
merata. Sedangkan sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat, dan dapat
mengandung pigmen apabila terletak di dekat limbus (Eva dan John,
2009).
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid dan satu
lapisan fibrosa. Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di
beberapa tempat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum
germinativum. lapisan adenoid tidak berkembang setelah berumur 2-3
bulan. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat
pada lempeng tarsus. Kelenjar air mata asesoria (kelenjar Krause dan
Wolfring), yang struktut dan fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di
dalam stroma. Sebagian besar kelenjar Krause berada di forniks atas dan
sedikit ada di forniks bawah. Sedangkan kelenjar Wolfring terletak di tepi
tarsus atas (Eva dan John, 2009).
B. Definisi
Konjungtivitis vernal adalah peradangan yang terjadi pada konjungtiva
yang disebabkan karena reaksi alergi berupa reaksi hipersensitivitas tipe 1,
bersifat bilateral, rekuren, dan self-limiting. Penyakit ini juga dikenal sebagai
catarrh musim semi dan konjungtivitis musiman atau konjungtivitis
musim kemarau. Konjungtivitis vernal lebih sering terjadi pada musim
panas, cuaca yang kering, dan cuaca yang berangin (Ilyas, 2010; Eva dan
John, 2009; Kumar 2009).
C. Klasifikasi
Terdapat dua bentuk konjungtivitis vernal yang dapat muncul masingmasing atau dapat muncul secara bersamaan pada satu pasien, yaitu :
1. Bentuk palpebra
Pada tipe ini terutama mengenai konjungtiva tarsal superior. Terdapat
pertumbuhan papil yang besar (Coble stone) yang diliputi sekret yang
mukoid. Konjungtiva tarsal bawah mengalami edema dan hiperemis,
dengan kelainan kornea yang lebih parah dibandingkan dengan bentuk
pengaturan pertumbuhan sel mast dan basofil, serta pengaturan produksi IgE.
Kelebihan
produksi
dari
mediator-mediator
tersebut
menyebabkan
2. Fase aktivasi, yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan
antigen yang spesifik dan sel mast melepaskan isinya yang berisikan
granul yang menimbulkan reaksi. Hal ini terjadi karena adanya ikatan
antara antigen dan IgE.
3. Fase efektor yaitu waktu terjadinya respon yang kompleks sebagai efek
lepasnya mediator-mediator dari sel mast.
tersebut
berperan
dalan
vasodilatasi,
peningkatan
pertumbuhan
G. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang terdapat pada konjungtivitis vernal adalah
sebagai berikut (Kumar 2009; Eva dan John, 2009) :
1. Gatal yang berat, terutama apabila terkena angin, debu, cahaya
matahari, panas, atau berkeringat.
2. Mata kemerahan
3. Biasanya rekuren pada musim panas
4. Lakrimasi
5. Fotofobia
6. Inflamasi bilateral
7. Sensitif terhadap cahaya matahari dan angin pada saat fase aktif
8. Adanya folikel, papil, dan coblestone pada konjungtiva tarsal superior
9. Trantas dot pada area limbal
10. Pembengkakan gelatinosa (papillae) pada limbus
H. Penegakan diagnosis
1. Anamnesis
Pasien umumnya mengeluhkan sangat gatal dengan kotoran mata
berserat-serat. Manifestasi lain yang menyertai adalah mata berair, rasa
pedih terbakar, sensitif terhadap cahaya, dan perasaan seolah-olah ada
benda asing yang masuk. Selain itu pada anamnesis perlu ditanyakan
adanya riwayat atopik pada keluarga. Gejala biasanya terjadi rekuren,
mengenai kedua mata, serta bersifat musiman. Sering terjadi pada cuaca
panas dan berangin. Pada saat fase aktif, pasien akan lebih sensitif
terhadap cahaya matahari, angin, dan debu (Kumar 2009; Eva dan John,
2009).
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, terdapat injeksi konjungtiva. Pada tipe
palpebra, terdapat papil besar/raksasa yang tersusun seperti batu (cobble
stone). Cobble stone berbentuk poligonal dengan permukaan yang rata
dengan kapiler di tengahnya, tebal, dan kasar karena adanya serbuka
limfosit, eosinofil, plasma, serta akumulasi kolagen dan fibrosa. Adanya
coble stone dapat menggesek kornea sehingga dapat terjadi ulkus kornea
(Ilyas, 2010).
Pada tipe limbal terlihat penebalan sekeliling limbus karena adanya
massa putih keabuan, disertai dengan adanya Trantas dot berupa bintikbintik putih yang terdiri dari sebukan sel limfosi, eosinofil, dan akumuasi
kolagen dan fibrosa (Ilyas,2010).
yang
supratarsal
dengan
atau
tanpa
eksisi
dingin
untuk
mengurangi
iritasi
dan
sebagai
vasokonstriktor.
e. Tetes mata artifisial dapat melarutkan alergen dan mencuci mata
f. Klimatoterapi seperti pendingin udara di rumah atau pindah ke
tempat yang berhawa dingin.
3. Terapi bedah
Terapi bedah yang dilakukan yaitu berupa eksisi pada papil yang
berukuran besar apabila menyebabkan lesi pada kornea (Kumar, 2009).
J. Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada konjungtivitis vernal dapat disebabkan
oleh perjalanan penyakitnya atau efek samping pengobatan yang diberikan.
Bila proses penyakit meluas ke kornea, dapat terjadi parut kornea,
astigmatisme, keratokonus dan gangguan penglihatan. Akibat pasien sering
menggosok-gosok matanya, dapat terjadi bintik-bintik epitelial dan sikatriks
di kornea serta kekeruhan pada sklera. Selain itu juga dapat timbul
komplikasi lain berupa blefaritis dan konjuntivitis stafilokokus. Perjalanan
penyakit ini sangat menahun dan berulang, serta sering menimbulkan
kekambuhan pada saat cuaca panas (Eva dan John, 2009; Widyastuti, 2004).
Komplikasi penyakit akibat pengobatan disebabkan karena penggunaan
kortikosteroid jangka panjang. Penggunaan steroid jangka panjang dapat
menyebabkan glaukoma, katarak, dan infeksi bakteri sekunder (Eva dan John,
2009; Widyastuti, 2004).
K. Prognosis
Prognosis penderita konjungtivitis vernal pada umumnya baik karena
sebagian besar kasus dapat sembuh spontan (self-limiting disease), namun
komplikasi dapat terjadi dan menyebabkan prognosis menjadi buruk apabila
tidak ditangani dengan baik (Eva dan John, 2009; Widyastuti, 2004).
IV.
KESIMPULAN
V.
DAFTAR PUSTAKA