PERCOBAAN IV
UJI KANDUNGAN KIMIA EKSTRAK
OLEH:
NAMA
RISNAWATI
NIM
O1A114042
KELAS
: A 2014
KELOMPOK
: VI (ENAM)
ASISTEN
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
PERCOBAAN IV
UJI KANDUNGAN KIMIA EKSTRAK
A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah mengikuti percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengetahui prinsip dasar uji kandungan kimia ekstrak
2. Melakukan identifikasi kandungan kimia dalam suatu ekstrak bahan alam
B. LANDASAN TEORI
Uji fitokimia ini merupakan suatu metode pengujian awal dalam upaya
untuk mengetahui kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam tumbuhan obat
lokal yang berperan penting dalam penyembuhan penyakit. Hasil akhir dari seluruh
rangkaian penelitian ini diharapkan akan dapat menemukan suatu senyawa yang
memiliki efek farmakologi tertentu sehingga memacu penemuan obat baru yang
berasal dari keragaman jenis tumbuhan obat lokal. Uji fitokimia untuk tanaman obat
sangat diperlukan, biasanya uji fitokimia digunakan untuk merujuk pada senyawa
metabolit sekunder yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak digunakan atau
dibutuhkan pada fungsi normal tubuh. Namun memiliki efek yang menguntungkan
bagi kesehatan atau memiliki peranan aktif bagi pencegahan penyakit ( Royanih,
2015).
Tanaman obat sebagai bahan baku obat sangat dibutuhkan di Indonesia,
seiring dengan berkembangnya industri jamu atau obat tradisional dan
meningkatnya pemasaran pada industri jamu atau obat tradisional merupakan
peluang
untuk
pengembangan
tanaman
obatobatan,
sedangkan
prospek
enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia (Utomo dkk.,
2011).
Minyak sereh wangi adalah minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan
uap daun tanaman sereh wangi. Secara botani, sereh wangi merupakan tanaman
stolonifera, terdiri dari dua tipe yang dapat dibedakan berdasarkan morfologis dan
fisiologis. Kedua tipe tanaman sereh wangi itu adalah: Cymbopogon nardus
Rendle, lenabatu (Andropogon nardus ceylon de Jong) dan Cymbopogon
winterianus Jowitt, mahapengiri (Andropogon nardus Java de Jong (Wijayanti,
2015).
Saponin adalah suatu golongan senyawa alami yang sangat potensial karena
memiliki sekitar 25 jenis aktivitas biologi yang berpotensi untuk dimanfaatkan
dalam bidang farmasi yaitu obat, makananminuman, dan kosmetik. Senyawa alami
saponin bersifat polar sehingga larut baik dalam air. Strukturnya yang mengikat
karbohidrat memudahkan larut dalam air sehingga mudah penanganannya jika
akan dimanfaatkan dalam bidang sediaan farmasi. Telah banyak ditemukan di
Indonesia tumbuhan-tumbuhan yang terbukti mengandung saponin pada rendamen
yang cukup tinggi. Tumbuhan tersebut dipandang sangat penting dan strategis
untuk dimanfaatkan dalam bidang kefarmasian. Tindak lanjut yang dapat dilakukan
terhadap tumbuhantumbuhan yang mengandung saponin adalah (a) ekstraksi
spesifik saponin melalui teknik fraksinasi sederhana dan (b) isolasi dan elusidasi
struktur jenis senyawa saponin dari ekstrak spesifik tersebut. Ekstrak kasar saponin
sangat berguna sebagai bahan aktif untuk suatu sediaan tertentu sesuai dengan
aktivititas biologi yang dimilikinya (Rijai, 2012).
Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat polar, sehingga akan terikat
dalam pelarut etanol. Filtrat yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan rotary
evaporator sehingga diperoleh ekstrak etanol. Ekstrak etanol yang diperoleh
kemudian diuji golongan senyawa alkaloid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada ekstrak etanol menunjukkan reaksi positif alkaloid yang ditandai dengan
adanya endapan putih pada penambahan pereaksi Meyer dan terdapat endapan
merah bata pada penambahan pereksi Dragendorf. Selanjutnya ekstrak etanol
ditambahkan larutan HCl hingga pH larutan 3 agar terbentuk garam alkaloid.
Larutan yang telah bersifat asam kemudian diekstraksi menggunakan etil asetat.
Hasil ekstraksi akan terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan bawah yang merupakan
lapisan asam dan lapisan atas merupakan lapisan etil asetat ( Titis dkk., 2013).
Senyawa tanin merupakan zat aktif dari tanaman seledri yang bersifat polar.
Suatu \ molekul bersifat polar apabila tersusun atas atom-atom yang berbeda.
Kepolaran suatu (). Suatu molekul bersifat polar bila > 0 dan nonpolar bila =
0. Struktur senyawa tanin tersusun atas atom-atom yang berbeda dan tanin
memiliki gugus hidroksi lebih dari satu dan memiliki momen dipol tidak sama
dengan nol ( 0) yang menyebabkan tannin bersifat polar, sehingga harus
dilarutkan dengan pelarut yang bersifat polar (Umarudin dkk., 2013).
Prosedur uji dengan KLT dilakukan untuk lebih menegaskan hasil yang
didapat dari skrining fitokimia. Karena berfungsi sebagai penegasan, maka uji KLT
hanya dilakukan untuk golongangolongan senyawa yang menunjukkan hasil positif
pada skrining fitokimia (alkaloid, saponin, kardenolin/bufadienol dan flavonoid).
Uji KLT pada tanin dan polifenol tidak dilakukan karena tidak ditemukan prosedur
yang tepat (Marliana dkk., 2005).
Secara kualitatif dapat menggunakan kromatografi kertas atau kromatografi
lapis tipis (KLT). Prinsip dari metode kromatografi ini didasarkan pada
kemampuan zat pewarna tekstil yang berbeda dengan zat pewarna makanan
sintetis, di antaranya karena daya kelarutannya dalam air yang berbeda. Zat
pewarna tekstil seperti misalnya Rhodamin B (merah), Methanil Yellow kuning),
dan Malachite Green (hijau), bersifat tidak mudah larut dalam air. Prinsip kerja
kromaatografi kertas adalah kromatograph kertas dengan pelarut air (PAM,
destilata, atau air sumur) (Tanty, 2009).
Gelas ukur 10 ml
Pinset
Botol gelap
Hot plat
Tabung reaksi
Pipet tetes
Pipa kapiler
Rak tabung
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah
-
Aquades
Ekstrak sereh
Larutan meyer
Pereaksi dragendrof
Pereaksi ammonia
HCl 1 %
H2SO4 10%
FeCl3
Tisu
Plat KLT
Fraksi n-heksan
Fraksi Methanol
D. PROSEDUR KERJA
1. Flavonoid
Fraksi metanol
-
Diambil 1 ml
Ditambahkan 2 ml HCL
Hasil Pengamatan
2. Tanin
Fraksi metanol
-
Diambil 1 ml
Ditambahkan 1 ml FeCl3
Hasil Pengamatan
3. Saponin
Fraksi metanol
-
Diambil 1 ml
Ditambahkan airhangat
Hasil Pengamatan
4. Alkaloid
Fraksi metanol
Diambil 1 ml
Ditambahkan 1 ml HCL 2%
Hasil Pengamatan
5. Terpenoid
Fraksi metanol
-
Diambil 5 ml
Ditambahkan 2 ml kloroform
Hasil Pengamatan
1. HASIL PENGAMATAN
No.
1.
Perlakuan
Uji Alkaloid
Gambar
Keterangan
Terbentuk Endapan
Jingga
- Ditambahkan 1 tetes
pereaksi dragendrof
2.
Uji Terpenoid
- Dimasukan fraksi kedalam
tabung reaksi
- Ditambahkan kloroform
Terbentuk warna
Coklat Kemerahan
- Ditambahkan 3 tetes
pereaksi LiebermanBuchard
3.
Uji Saponin
- Dimasukan fraksi kedalam
tabung reaksi
- Ditambahkan aquades
- Digojog
Terbentuk busa
stabil selama 10
menit
4.
Uji Flavonoid
Terbentuk warna
- Dimasukan fraksi kedalam
merah
tabung reaksi
- Ditambahkan HCl
- Diamati di UV
5.
Uji Tanin
Terbentuk warna
- Dimasukan fraksi kedalam
tabung reaksi
- Ditambahkan FeCl3 0,5 M
F. PEMBAHASAN
hijau kehitaman
molekul lipida. Lipida cair membentuk suatu lapisan dengan ketebalan satu
molekul yaitu lapisan tunggal. Pada sistem tersebut, ekor hidrokarbon terbuka
sehingga terhindar dari air dan lapisan hidrofilik memanjang ke air yang bersifat
polar, sistem inilah yang disebut denga busa. Hasil menunjukkan adanya busa
menandakan bahwa sampel mengandung saponin.
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa yang tersebar luas hampir pada
semua jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom
nitrogen yang biasanya bersifat basa dan membentuk cincin heterosiklik. Alkaloid
dapat ditemukan pada biji, daun, ranting dan kulit kayu dari tumbuh-tumbuhan.
Kadar alkaloid dari tumbuhan dapat mencapai 10-15%. Reaksi identifikasi
golongan alkaloid. Filtrat dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditetesi
HCI
adanya endapan jingga. Hal ini terjadi karena senyawa alkaloid mengandung atom
nitrogen yang memiliki pasangan elektron bebas. Elektron bebas ini akan
disumbangkan pada atom logam berat membentuk senyawa kompleks dengan
gugus yang mengandungm atom nitrogen sebagai ligannya. Senyawa kompleks ini
tidak larut (mengendap) dan memberikan warna sesuai dengan pereaksi yang
digunakan, dengan pereaksi Dragendorf akan terbentuk endapan orange yang
menimbulkan hasil positif pada pereaksi Dragendorff, sehingga positif filtrat ini
mengandung senyawa alkloid.
Flavonoid adalah kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam
terutama pada jaringan tumbuhan tinggi. Senyawa ini merupakan produk
metabolik sekunder yang terjadi dari sel dan terakumulasi dari tubuh tumbuhan
sebagai zat racun. Pada pengujian flavonoid, filtrat ditambah HCl pekat
menghasilkan warna merahhal ini menunjukkan bahwa pada sampel mengandung
senyawa flavanoid.
Senyawa terpenoid berasal dari molekul isoprene CH2=C(CH3)-CH=CH2 dan
kerangka karbonnya dibangun oleh penggabungan dua atau lebih satuan C 5 ini.
Lalu senyawa terpenoid dipilah-pilah menjadi beberapa golongan berdasarkan
jumlah satuan yang terdapat dalam senyawa tersebut. Terpenoid terdiri dari
beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri yaitu monoterpen
dan seskuiterpen yang mudah menguap (C10 dan C15). Diterpen yang lebih sukar
menguap (C20). Senyawa tidak menguap yaitu triterpenoid dan sterol (C 30) serta
pigmen karotenoid (C40).
Secara kimia terpenoid umumnya larut dalam lemak dan terdapat pada
sitoplasma sel tumbuhan. Kadang minyak atsiri terdapat di sel kelenjar khusus
pada permukaan daun dan kromoplast di dalam bunga. Biasanya terpenoid
diekstraksi dari jaringan tumbuhan dangan eter, eter minyak bumi atau kloroform
dan dapat dipisahkan secara KLT pada silica gel. Tapi seringkali ada kesulitan
waktu mendeteksi dalam skala mikro karena kebanyakan senyawanya tidak
berwarna dan tidak ada pereaksi kromogenik yang peka. Untuk itu, dilakukan
penyemprotan
dengan
anisaldehid
asam
sulfat
lalu
dipanaskan
untuk
menampakkan noda.
Steroid adalah terpenoid yang kerangka dasarnya terbentuk dari sistem cincin
siklopentana prehidrofenantrena. Steroid merupakan golongan senyawa metabolik
sekunder yang banyak dimanfaatkan sebagai obat. Pada percobaan ini, filtrat
ditambah kloroform dan pereaksi Lieberman-Buchard menghasilkan warna warna
merah. Hal ini menandakan bahwa sampel mengandung senyawa terpenoid.
Identifikasi Tannin/Polifenol, berfungsi sebagai astringent dan memiliki
kemampuan untuk menyamak kulit. Secara kimia, tanin adalah ester yang dapat
dihidrolisis oleh pemanasan dengan larutan asam sampai menghasilkan senyawa
fenol, biasanya merupakan derivat atau turunan dari asam garlik dan gula.
Senyawa polifenol adalah suatu senyawa yang berasal dari tumbuhan, dimana
salah satu cirinya adalah mengandung cincin aromatik yang tersubstitusi oleh dua
atau lebih gugus fenol. Dua gugus fenol, hidrolisis dan terkondensasi terdiri dari
tanin yang merupakan suatu zat yang penting secara ekonomi sebagai agen untuk
menghaluskan kulit dan juga penting untuk tujuan kesehatan. Barubaru ini
ditemukan adanya faktafakta yang mendukung nilai potensialnya sebagai
sitotoksik dan atau sebagai agen antineoplastik. Berdasarkan percobaan yang
dilakukan, pada uji tannin. Filtrat dimasukkan dalam tabung reaksi ditambahkan
larutan FeCl3 menghasilkan warna hitam yang menandakan (+) tannin. Hal ini
menandakan bahwa dalam sereh mengandung tannin.
KLT merupakan metode kromatografi yang paling sederhana. Fase diam yang
digunakan berupa lapisan tipis dan fase gerak berupa cairan. Bercak atau noda
yang dihasilkan ditandai, jika tidak tampak dapat dilakukan penyemprotan dengan
pereaksi penampak noda tertentu. Metode termudah adalah dengan menggunakan
nilai Rf yaitu perbandingan jarak tepuh noda dengan jarak tempuh eluen dalam
sistem kromatografi. Pertama tama ekstrak ditambah dengan beberapa tetes
etanol, sehingga didapat fase organik. Etanol dipilih katrena secara umum etanol
merupakan pelarut yang dianggap dapat melarutkan seluruh golongan metabolit
sekunder, termasuk terpenoid dan steroid bebas. Dalam identifikasi ini, tidak
dilakukan proses hidrolisis karena bentuk terpenoid dan steroidnya adalah bentuk
bebas, tidak memiliki ikatan glikosida seperti pada sapogenin steroid atau
triterpenoid yang sebelum diidentifikasi harus diputus terlebih dahulu ikatannya.
Langkah selanjutnya, fase organik ditotolkan 3 fraksi pada lempeng KLT,
dalam praktikum kali ini digunakan Kiesel Gel GF 254 sebagai fase diamnya.
Kemudian lempeng KLT diproses dalam chamber yang berisi eluen yaitu nheksana etil asetat ( 9 : 1 ) sebagai fase gerak. Pemilihan eluen dengan komposisi
tersebut berdasarkan kemampuannya untuk meminimumkan pengotor dan
menghasilkan noda yang terpisah dengan baik. Setelah eluen mencapai batas elusi,
lempeng KLT kemudian dikeringkan. Lempeng disemprot dengan pewarna noda
anisaldehid asam sulfat dan kemudian dipanaskan. Dari hasil praktikum yang telah
dilakukan didapatkan bahwa pada lempeng KLT tidak didapatkan hasil warna,
dikarenakan kesalahan dari praktikan sehingga tdak terlihat jelas dan terjadi
pergeseran eluen pada plat.
Manfaat ekstrak dalam bidang farmasi adalah dapat menjadi pengetahuan
dasar dalam farmasi. Terutama bagi pengobatan herbal sehingga dapat memberikan
informasi ilmiah tentang morfologi, anatomi, dan kandungan kimia tanaman yang
digunakan sebagai obat tradisional, serta dapat memberikan informasi ilmiah
tentang tanaman yang digunakan dalam pemanfaatan obat modern.
G. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa;
2. Saran
Setelah melakukan praktikum ini adalah sebaiknya dalam
mengekstraksi sampel sebaiknya diperhatikan pelarut yang sesuai untuk
sampel masing-masing serta sampel yang akan dimaserasi jangan terlalu
halus pada saat diblender, sehingga tidak mengganggu saat proses
penapisan.
DAFTAR PUSTAKA
Marliana S. D, Venty S, Suyono. 2005. Skrining Fitokimia Dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium
Edule Jacq. Swartz.) Dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi. Vol. 3. (1).
Mutiatikum. D, Sukmayati A, Yun A., 2010., Standardisas1 Simplisia Dari Buah
Miana (Plectranthus Seutellaroides (L) R.Btlz ) Yang Berasal Dari 3
Tempat Tumbuh Menado, Kupang Dan Papua., Buletin peneltiian
kesehatan.,Vol. 38 (1).
Royani. I S, Evy. A, suripto., 2015., Kandungan fitokimia beberapa jenis tumbuhan
lokal yang sering dimanfaatkan sebagai bahan baku obat di Pulau
Lombok., Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon., Vol. 1(2).
Rijai Laode. 2012. Beberapa Tumbuhan Obat Asal Kalimantan Timur Sebagai
Sumber Saponin Potensial .J. Trop. Pharm. Chem. Vol 1. No. 4.
Roselyndiar. 2012. Formulasi Kapsul Kombinasi Ekstrak Herba Seledri(Apium
Graveolens L.) Dan Daun Tempuyung (Sconhchus Arvensis L.).
Universitas Indonesia.
Tanty O, Bina L.S, Nina S. 2009. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Buah Pare
(Momordica Charantia L)Sebagai Antibakteri Salmonella Typhi.
Fitofarmaka, Vol. 2No.1.
Titis B.M. Muhammad, Dra. Enny F, M.Si. dan Dra. Dewi K, M.Si. 2013. Isolasi,
Identifikasi dan Uji Aktifitas Senyawa Alkaloid Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Tenore) Steenis). Chem Info. Vol 1, No 1, Hal 196 - 201.
Umarudin, R. Susanti, Ari Y. 2013. Efektivitas Ekstrak Tanin Seledri Terhadap
Profil Hiperkolesterolemi Lipid Tikus Putih. Unnes Journal of Life
Science. Vol. 1 (2).
Utomo A. D, Wiranti. 2011. Herba Sambiloto ( Andrographis Paniculata).,
Pharmacy., Vol. 6 (1), hal: 59.
Wijayanti Lucia Wiwid 2015. Isolasi Sitronellal Dari Minyak Sereh Wangi
(Cymbopogon Winterianus Jowit) Dengan Distilasi Fraksinasi
Pengurangan Tekanan. Jurnal Farmasi Sains Dan Komunitas. Vol. 12,
No.1.
Yulianti D, Bambang S, Rini Y. 2014. Pengaruh Lama Ekstraksi Dan Konsentrasi
Pelarut Etanol Terhadap Sifat Fisika-Kimia Ekstrak Daun Stevia (Stevia
Rebaudiana Bertoni M.) Dengan Metode Microwave Assisted Extraction
(Mae). Jurnal Bioproses Komoditas Tropi. Vol. 2 No.1.