Anda di halaman 1dari 8

BAB II

KAJIAN TEORI
I. Dukungan Teori
A. Pengertian
Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi
lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan atau tanpa darah atau lendir. (Suraatmaja, 2007)
Menurut WHO ( 2008), diare didefinisikan sebagai berak cair tiga kali atau
lebih dalam sehari semalam. Berdasarkan waktu serangannya terbagi
menjadi dua, yaitu diare akut (< 2 minggu) dan diare kronik ( 2 minggu).
(Widoyono, 2008). Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya di tandai dengan peningkatan
volume, keenceran serta frekuensi lebih dari tiga kali sehari dan pada
neonates lebih dari empat kali sehari dengan atau tanpa lender darah
(Hidayat,A2006).
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai
bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga
kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan
atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu
diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut
Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya
perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai
mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau
lebih dalam sehari .
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan,
bertambah cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan
tetapi hal itu sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan
berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara
satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan
(Soegijanto, 2002).

Diare adalah tinja encer keluar lebih sering, diare bukanmerupakan suatu
penyakit tetapi kelihatan dalam keadaa seperti enteritisregionalis, sprue, colitis
ulcerosa, berbagai infeksi usus dan kebanyakankarena jenis radang lambung dan
usus (Sasongko, 2009). Sedangkan menurut Ngastiyah (2005), diare merupakan
salah satu gejala dari penyakit pada system gastrointestinal atau penyakit lain
diluar saluran pencernaan,dikarenakan keadaan frekuensi buang air besar lebih
dari 4 kali pada bayidan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feses encer; dapat
berwarnahijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Menurut Dewi, (2010) Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal
dan cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.Berdasarkan beberapa
pengertian diatas penulis dapat mengambilkesimpulan pengertian diare adalah
suatu keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (> 3x/hari)
disertai perubahankonsistensi tinja lebih encer konsistensi tinja lebih encer atau
berair dengan atau tanpa darah dan tanpa lendir.
B. Klasifikasi Diare
Pada klasifikasi diare dapat dikelompokkan menjadi diare dehidrasi berat,
diare dehidrasi sedang atau ringan, diare tanpa dehidrasi, diare persisten, disentri
(Hidayat, 2005) :
1. Diare Dehidrasi Berat
Diare dehidrasi berat jika terdapat tanda sebagai berikut letargisatau
mengantuk

atau

tidak

sadar,

mata

cekung,

serta

turgor

kulit

jelek.Penatalaksanaannya yaitu lakukan pemasangan infuse, berikan


cairanIV

Ringer

Laktat,

pemberian

ASI

sebaiknya

tetap

diberikan, pertahankan agar bayi dalam keadaan hangat dan kadar gula
tidak turun.
2. Diare Dehidrasi Sedang atau Ringan
Diare ini mempunyi tanda seperti gelisah atau rewel, matacekung, serta
turgor kulit jelek. Penatalaksanaannya berikan ASI lebihsering dan lebih
lama untuk setiap kali pemberian, berikan oralit, ajari ibu cara membuat
oralit, lanjutkan pemberian ASI, berikan penjelasankapan harus segera
dibawa kepetugas kesehatan.c.

3. Diare Tanpa Dehidrasi


Diare tanpa dehidrasi jika hanya ada salah satu tanda padadehidrasi berat
atau ringan. Penatalaksanaannya berikan ASI lebihsering dan lebih lama
setiap kali pemberian, berikan cairan tambahanyaitu berupa oralit atau air
matang sebanyak bayi mau, ajari pada ibucara memberikan oralit dengan
memberi 6 bungkus oralit, anjurkan pada ibu jumlah oralit yang diberikan
sebagai tambahan cairan,anjurkan untuk meminum sedikit tapi sering.
4. Diare Persisten
Diare persisten apabila terjadi diare sudah lebih dari 14 hari.Tindakan dan
pengobatan untuk mengatasi masalah diare persisten dandisentri dalam
manajemen balita sakit adalah sebagai berikut : atasidiare sesuai dengan
tingkat diare dan dehidrasi, pertahankan kadar gulaagar tidak turun,
anjurkan agar bayi tetap hangat, lakukan rujukansegera.
5. Disentri
Apabila diare disertai darah pada tinja dan tidak ada tanda gangguan
saluran pencernaan. Tindakan dan pengobatan sama dengan diare
persisten.
C. Tanda dan Gejala
1. Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung
penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari
15 hari. Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak,
diare air dan sering berhubungan dengan malabsorbsi, dan dehidrasi sering
didapatkan.
2. Tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah dan ada sensasi ingin
ke belakang. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan
yang khas yaitu nausea, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang
sering, biasa air, malabsorbsi, atau berdarah tergantung bakteri patogen
yang spesifik.
3. Pada bayi dan anak, mula-mula akan menjadi cengeng, gelisah, suhu
badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau bahkan tidak ada
kemudian akan timbul diare. Tinja makin cair mungkin mengandung darah
atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja
makin lama menjadi asam akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dari
pemecahan laktosa yang tidak dapat di absorbsi oleh usus.

4. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita
telah banyak kehilangan air dan elektrolit, terjadilah gejala dehidrasi. Berat
badan turun, pada bayi akan terlihat ubun-ubun cekung. Tonus dan turgor
kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering.
5. Bila penderita benyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi
mulai nampak, yaitu berat badan menurun, turgor berkurang, mata dan
ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit
tampak kering.
D. Pencegahan
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:
pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi
kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (Secondary
Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan
pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan
terhadap cacat dan rehabilitasi (Nasry Noor, 1997).
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada ocial
penyebab, lingkungan dan ocial pejamu. Untuk ocial penyebab
dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme penyebab diare
dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan
lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan. Untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan
peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi
a Penyediaan Air Bersih
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan
melalui jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan
memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar
dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang
disiapkan dalam panic yang dicuci dengan air tercemar (Depkes
RI, 2006). Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang
benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih
kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan
air bersih (Depkes RI, 2006).
b Tempat Pembuangan Tinja

Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi


akan meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak
balita sebesar dua kali lipat dibandingkan keluarga yang
mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi
syarat sanitasi (Wibowo, 2003).
c Status Gizi
Pada ada anak dengan malnutrisi, kelenjar timusnya akan
mengecil dan kekebalan sel-sel menjadi terbatas sekali sehingga
kemampuan untuk mengadakan kekebalan nonspesifik terhadap
d

kelompok ocialc berkurang (Suharyono, 1986)


Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan
pertama kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih
besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari
menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya
menyebabkan

risiko

tinggi

terkena

diare

sehingga

oci

mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Depkes RI, 2006


e Kebiasaan Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan
yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci
tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang
air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan
makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum
makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI,
2006).
f

Imunisasi
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian
imunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu
beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan
(Depkes RI, 2006).
Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin
setelah usia 9 bulan. Diare dan disentri sering terjadi dan
berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak
dalam 4 mingggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan

kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga


harus mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG
untuk mencegah penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah
penyakit diptheri, pertusis dan tetanus, serta imunisasi polio
yang berguna dalam pencegahan penyakit polio (Depkes RI,
2006).
2. Pencegahan Skunder
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah
menderita diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan
menentukan ocialc dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta
untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip
pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit
(rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan
oleh banyak ocial seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang.
Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien.
Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang
memberantas penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia
untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu
menghi langkan kejang perut yang tidak menyenangkan. Sebaiknya
jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter.
Dokter akan menentukan obat yang disesuaikandengan penyebab
diarenya ocial bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki
efek samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk dokter (Fahrial
Syam, 2006).
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai
mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap
ini penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis
semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha
rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit
diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkon sumsi
makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga
dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap memberikan
kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara mental kepada

anak. Anak yang menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik


juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan kebutuhan ocial dalam
berinteraksi

atau

bermain

dalam

pergaulan

dengan

teman

sepermainan.
E. Pengobatan
Tidak selamanya diare itu buruk. Sebenarnya diare adalah mekanisme
tubuh untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh. Racun yang dihasilkan
oleh virus, bakteri, parasit dan sebagainya akan dibuang keluar bersama
dengan tinja yang encer. Kehilangan cairan tubuh yang mengandung elektrolit
penting adalah penyebab kematian pada penderita diare. Kondisi yang
disebut dehidrasi ini berbahaya karena dapat menimbulkan gangguan irama
jantung dan menurunkan kesadaran pasien. Jangan anggap remeh, kalau tidak
diatasi bisa menimbulkan kematian. Prinsip pengobatan diare adalah
mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi
penyebab diare, . Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah
makan, bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus
disesuaikan dengan klinis pasien.
Rekomendasikan pedoman pengobatan diare akut dewasa :
1.

Intake cairan: Sebaiknya dikonsumsi sesuai dengan rasa haus yang


timbul. Dianjurkan untuk minum cairan yang mengandung glukosa
(limun, soda manis, jus buah) atau sup yang mengandung banyak
elektrolit.

2.

Intake makanan: Sebaiknya konsumsi makanan padat tetap dilakukan


sesuai selera. Tidak ada bukti bahwa memakan makanan padat akan
menghambat penyembuhan. Makanan kecil yang ringan dianjurkan.
Makanan berlemak, berat, pedas, atau merangsang (kafein, termasuk
yang terdapat dalam minuman yang mengandung cola), sebaiknya
dihindari. Menghindari laktosa di dalam makanan (seperti susu)
mungkin akan membantu untuk kasus diare akut yang episodenya
lebih panjang.

3.

Konsultasi dokter juga diperlukan jika tidak ada perbaikan gejala


setelah 48 jam, atau ada bukti terjadinya kemunduran, seperti
dehidrasi, perut kembung, atau tanda-tanda disentri (panas > 38,5C
dan darah pada tinja)

4.

Konsumsi obat diare seperti kemoterapeutika yang memberantas


penyebab diare .seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk
menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu
menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan.

5.

Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa


resep dokter. Dokter akan menentukan obat yang disesuaikan dengan
penyebab diarenya misal bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika
memiliki efek samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk dokter

Anda mungkin juga menyukai