Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL KERJA PRAKTIK

PENGUKURAN TOPOGRAFI UNTUK PERENCANAAN


PENAMBANGAN DI AREAL PIT BATU HIJAU
PT. NEWMONT NUSA TENGGARA
SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT

Kamila Akbar
NRP 3513100027
Ahmad Fawaiz Safi
NRP 3513100046

JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA


Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2016

PROPOSAL KERJA PRAKTIK


PENGUKURAN TOPOGRAFI UNTUK PERENCANAAN PENAMBANGAN DI
AREAL PIT BATU HIJAU PT. NEWMONT NUSA TENGGARA (PTNNT)
SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT

ABSTRAK
PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) merupakan perusahaan patungan yang
sahamnya dimiliki oleh Nusa Tenggara Partnership B.V, PT. Multi Daerah Bersaing
(PTMDB), PT. Pukuafu Indah dan PT Indonesia Masbaga Investama. Newmont dan
Sumitomo bertindak sebagai operator PTNNT yang melakukan penambangan di Batu Hijau.
Tambang Batu Hijau merupakan tambang tembaga dengan mineral ikutan emas dan terletak
di sebelah barat daya pulau Sumbawa, di Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa
Barat, Provinsi NTB, Indonesia. Eksplorasi merupakan salah satu kegiatan kegiatan yang
dilakukan oleh PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) sebagai bentuk pemanfaatan dan
pengelolaan sumber daya alam tersebut. Perencanaan sangat perlu dilakukan dalam
pelaksanaan eksplorasi mengingat sumber daya alam tambang merupakan sumber daya alam
yang mudah habis dan tergolong dalam sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Dengan begitu dibutuhkan pelaksanaan eksplorasi yang dapat berjalan dengan baik dan
efisien. Geomatika adalah ilmu yang terfokus pada bidang pemetaan. Dalam pelaksanaannya,
tentu saja diperlukan tahapan survey dan pemetaan dalam memetakan areal pertambangan
tersebut serta menghitung jumlah volume yang mampu diproduksi.
Kata kunci : survey, pemetaan, Geomatika, PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT)
ABSTRACT
PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) is a joint venture company that is owned by
Nusa Tenggara Partnership B.V, PT Multi Daerah Bersaing (PTMDB), PT Pukuafu Indah
and PT Indonesia Masbaga Investama. Newmont and Sumitomo serve as operators of
PTNNT's Batu Hijau mine.Batu Hijau is a copper-gold mine located in the south west region
of the Island of Sumbawa, Sekongkang sub-district, West Sumbawa regency, West Nusa
Tenggara province, Indonesia. Exploration is one of the activities carried out by
PT.Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) as the use and management of natural resources.
Planning is necessary in the implementation of natural resource exploration since mine is a
natural resource that is easy and relatively depleted in natural resources that can not
berenewed. With a much-needed exploration of implementation that can run properly and
efficiently. Geomatics is a discipline that focuses on the field of cartography. In practice, of
course, necessary steps in mapping surveying and mapping of the mine area and calculate
the volume that can be produced
Keyword : surveying, mapping, Geomatic, PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT)

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Survey atau pemetaan topografi dalam dunia pertambangan dilakukan untuk
mendapatkan gambaran tentang permukaan bumi. Survey bermanfaat dalam pembuatan
peta dasar (peta topografi daerah tambang) yang dapat digunakan untuk mengetahui
sebaran atau cebakan bahan galian. Survey juga dapat digunakan dalam evaluasi
kemajuan tambang sehingga dapat diketahui berapa volume dari bahan galian tambang
yang telah ditambang dan sisa cadangannya. Dari evaluasi survey tersebut kita dapat
melihat arah kemajuan tambang dan dapat merencanakan kegiatan penambangan
berikutnya.
Kesempatan pelaksanaan kegiatan kerja praktik studi aplikasi survei dan pemetaan
untuk pengukuran topografi di areal pit Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara
(PTNNT) ini dapat dimanfaatkan untuk pengaplikasian beberapa metode terrestris untuk
penentuan posisi horizontal serta vertikal (x,y,z/h), staking out, pengeplotan,
pengukuran, perhitungan luasan, serta pembuatan peta digital areal pertambangan, dan
juga perhitungan volume timbunan bahan tambang serta pemodelannya secara 3D. Hasil
akhir dari kegiatan tersebut diharapkan akan berguna untuk perencanaan dan pelaksanaan
pekerjaan pertambangan untuk produksi kedepannya yang lebih optimal, profesional, dan
ramah lingkungan.
1.2. Tujuan
Tujuan dari dibuatnya proposal kerja praktik ini adalah sebagai syarat pengajuan kerja
praktik/PKL di PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT). Adapun tujuan yang diharapkan
dari pelaksanaan kerja praktik ini adalah :
1. Menghasilkan produk berupa peta topografi areal tambang pit Batu Hijau untuk
menunjang kegiatan eksplorasi;
2. Menghitung volume bahan tambang yang telah ditambang dan volume cadangannya.
1.3. Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari kerja praktik ini antara lain adalah :
1. Dapat mengetahui proses survey topografi untuk rencana kegiatan penambangan;
2. Peta yang dihasilkan dapat digunakan untuk perencanaan kegiatan penambangan;
3. Data hasil survey dapat digunakan untuk perhitungan volume bahan tambang baik
yang sudah ditambang maupun cadangan bahan tambang.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemetaan Terestris


2.1.1. Kerangka Kontrol Horizontal (KKH)
Kerangka kontrol horisontal adalah sekumpulan titik yang telah diketahui atau
ditentukan posisi horisontalnya, berupa koordinat pada bidang datar (X,Y), dalam
sistem proyeksi tertentu, dan satu sistem koordinat tertentu. Sistem koordinat yang
dimaksud disini adalah sistem koordinat kartesian bidang datar. (Purworahardjo,
1989)
Penentuan KKH dapat dikelompokkan dalam metode penentuan :
a. Penentuan titik tunggal
- Metode polar
- Metode perpotongan kemuka
- Metode perpotongan kebelakang
b. Penentuan banyak titik
- Metode polygon (terbuka dan tertutup)
- Metode triangulasi
- Metode trilaterasi
Jenis Poligon
Polygon Terbuka
Pada poligon terbuka ini diperlukan titik ikat yang tentu dan jurusanyang tentu
pula pada kedua ujungnya. Sebelum dimulai dengan menghitung koordinatkoordinat titik poligon, maka lebih dahulu harus diteliti pengukuran poligon.
Karena untuk dapat menentukan koordinat - koordinat diperlukan sudut dan
jarak, maka yang diukur pada poligon adalah sudut-sudut dan jarak itu. Untuk
dapat melakukan penelitian maka harus diketahui dan ditentukan lebih dulu
syarat- syarat apakah yang harus dipenuhi oleh suatu poligon. Diukur pada
poligon semua sudut antara sisi-sisi poligon dan panjang semua sisi.
(Supadiningsih, 2004)

Gambar 2.1. Poligon Terbuka Terikat Sempurna

Polygon Tertutup
Untuk poligon tertutup, koordinat awal sama dengan koordinat akhir dan
azimuth awal sama dengan azimuth akhir.

Gambar 2.2. Poligon Tertutup


2.1.2. Kerangka Kontrol Vertikal (KKV)
Kerangka kontrol vertikal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui
atau ditentukan posisi vertikalnya terhadap sebuah datum ketinggian. Datum
ketinggian ini dapat berupa ketinggian muka air laut rata-rata (mean sea level MSL) atau ditentukan local. (Supadiningsih, 2004)
Tinggi adalah perbedaan vertikal atau jarak tegak dari suatu bidang referensi
yang telah ditentukan terhadap suatu titik sepanjang garis vertikalnya. Untuk
mendapatkan tingi suatu titik perlu dilakukan pengukuran beda tinggi antara suatu
titik terhadap titik yang telah diketahui tingginya dengan mempergunakan alat sipat
datar. Pengukuran kerangka kontrol vertikal bertujuan untuk menentukan tinggi
titik-titik yang dicari (koordinat vertikal) terhadap bidang referensi.
Pengukuran kerangka kontrol vertikal bertujuan untuk menentukan tinggi titiktitik yang dicari (koordinat vertikal) terhadap bidang referensi.
Syarat pengukuran :
- Alat berada di tengah-tengah rambu (tidak harus segaris dengan kedua
rambu).
- Data yang dicatat adalah bacaan benang tengah (BT), benang bawah (BB)
dan benang atas (BA).
- Baca rambu belakang (b) baru kemudian dibaca rambu muka (m).
- Seksi dibagi dalam slag berjumlah genap.
- Pengukuran dapat dilakukan dengan cara pergi pulang atau dengan double
stand (pada kemah kerja ini, kerangka utama menggunakan kedua metode,
sednagkan kerangka yang lain menggunakan salah satu metode saja).
- Jumlah jarak muka = jumlah jarak belakang.
- Jarak alat ke rambu maksimum = 75 meter.
- Pemindahan rambu ke slag berikutnya dengan cara leap frog, yaitu rambu
muka dipindahkan terlebih dulu (menjadi rambu belakang di slag dua),

kemudian dilakukan pengukuran di slag kedua, baru rambu belakang


dipindahkan. (Supadiningsih, 2004)
2.1.3. Pemetaan Detil Situasi Topografi
Pemetaan Situasi Detil Tachymetri adalah pemetaan untuk titik-titik detil. Detil
adalah segala obyek yang ada di lapangan, baik yang bersifat alamiah seperti :
sungai, lembah, bukit alur, rawa, dll, maupun hasil budaya manusia seperti : jalan,
jembatan, gedung, lapangan, stasiun, selokan, dll yang akan dijadikan isi dari peta
yang akan dibuat. Pemilihan detil dan teknik pengukurannya dalam pemetaan sangat
tergantung dari tujuan peta itu dibuat. Misal untuk peta teknik, maka yang
diperlukan adalah unsur-unsur topografinya serta detil alamiah maupun hasil budaya
manusia yang konkrit di lapangan. (Purworahardjo, 1986)
Pemetaan Topografi adalah pemetaan permukaan bumi fisik dan kenampakan
hasil budaya manusia. Unsur relief disajikan dalam bentuk garis kontur. Skala peta
berkisar antara 1:500 sampai 1:250.000 dengan interval garis kontur antara 0,25
samapai 125 meter. (Purworahardjo, 1986)
Metode ini merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam praktik
pengukuran detail situasi, terutama untuk pemetaan daerah yang luas dan untuk detil
detil yang bentuknya tidak beraturan. Dengan cara inipun, bentuk permukaan tanah
dapat dengan mudah dipetakan. Data yang harus diamati dari tempat berdiri alat ke
titik bidik menggunakan peralatan ini meliputi: azimuth magnet, benang atas, tengah
dan bawah pada rambu yang berdiri di atas titik bidik, sudut miring, dan tinggi alat
ukur di atas titik tempat berdiri alat sehingga didapatkan unsur jarak mendatar dan
beda tinggi.
Rumus dasar Tachimetri :
(
)
(
)
(
)

Gambar 2.3. Metode Tachimetri


Dimana :
h
= beda tinggi (m)
Ta
= tinggi alat yang berdiri pada titik yang diketahui (m)

V
= jarak vertikal yang diketahui (m)
Tp
= tinggi patok pada titik alat berdiri (m)

= sudut zenith (derajat


BB
= bacaan benang bawah (m)
BA
= bacaan benang atas (m)
BT
= bacaan benang tengah (m)
2.1.4. Staking Out
Pekerjaan staking out adalah pekerjaan memindahkan/ mentransfer titik-titik
yang ada di peta perencanaan ke lapangan (permukaan bumi) berdasarkan data
yang ada pada desain kontruksi dan perencanaan dengan menggunakan alat Total
Station. (Hendriatinigsih, 1979)
2.1.5. Perhitungan Volume dengan Metode Cut and Fill
Cut and fill merupakan suatu metode untuk menentukan volume galian atau
timbunan tanah pada suatu tempat. Juga dapat digunakan untuk menghitung
material (bahan) yang sifatnya padat. Prinsip hitungan volume adalah satu luasan x
satu wakil tinggi. Apabila ada beberapa luasan atau beberapa tinggi maka dibuat
wakilnya, misalnya dengan merata-ratakan luasan ataupun merata-ratakan
tingginya. (Supadiningsih,2004)
Metode yang dapat digunakan, yaitu:
Cara Borrow Pit
Cara Kontur
Cara Penampang Melintang
Volume mempunyai dimensi kubik, misalnya meter kubik (m3). yang
dimaksud volume disini adalah volume timbunan. Sering terjadi bahwa bentuk
timbunan yang akan dihitung volumenya berubah-ubah, artinya dapat mengalami
penambahan ataupun pengurangan. Permukaan timbuanan yang tidak beraturan
akan dihitung volumenya dengan beberapa metode. Dalam perhitungan volume
diperlukan suatu bidang referensi berupa bidang datar atau bidang proyeksi.
Volume tanah yang dimaksud disini adalah apabila ingin menggali atau
menimbun tanah pada suatu tempat (cut and fill) atau untuk menghitung material
(bahan) galian yang sifatnya padat. Kasus lain, apabila suatu daerah merupakan
gundukan (tanah tinggi), sedangkan daerah tersebut akan dibangun dengan
ketinggian tertentu yang mengharuskan memangkas (memotong) ketinggian daerah
tersebut. Volume galian ini yang akan dihitung besarnya. Perhitungan Volume (Cut
and Fill) ini dapat dilakukan dengan metode pengukuran detil tachimetri.
2.2. Penentuan Posisi Ekstra Terestris
Penentuan posisi titik di permukaan bumi metode ekstra-terestris dilakukan dengan
melakukan pengukuran atau pengamatan ke obyek di angkasa, misalnya bulan, bintang,
dan satelit. Ada beberapa metode penentuan posisi secara ekstra-terestris yang diketahui,
yaitu SLR (Satellite Laser Ranging), LLR (Lunar Laser Ranging), VLBI (Very Long
Baseline Interferometry), dan GPS (Global Positioning System). (Abidin, 2007)

2.2.1. Pengukuran dengan GPS


GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan
posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk
memberikan posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta informasi mengenai waktu,
secara kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan cuaca, bagi banyak
orang secara simultan. Saat ini GPS sudah banyak digunakan orang di seluruh
dunia dalam berbagai bidang aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi,
kecepatan, percepatan ataupun waktu yang teliti. GPS dapat memberikan informasi
posisi dengan ketelitian bervariasi dari beberapa millimeter (orde nol) sampai
dengan puluhan meter. (Abidin, 2007)

Gambar 2.4. Segmen GPS (Abidin, 2000)


2.2.2. Prinsip Penentuan Posisi dengan GPS
Prinsip penentuan posisi dengan GPS yaitu menggunakan metode reseksi
jarak, dimana pengukuran jarak dilakukan secara simultan ke beberapa satelit yang
telah diketahui koordinatnya. Pada pengukuran GPS, setiap epoknya memiliki
empat parameter yang harus ditentukan : yaitu 3 parameter koordinat X,Y,Z atau
L,B,h dan satu parameter kesalahan waktu akibat ketidaksinkronan jam osilator di
satelit dengan jam di receiver GPS. Oleh karena diperlukan minimal pengukuran
jarak ke empat satelit. (Abidin, 2007)
2.2.3. Metode Penentuan Posisi dengan GPS Metode Kinematik
Penentuan posisi secara kinematik (Kinematic Positioning) adalah penentuan
posisi dari titik-titik yang bergerak dan receiver GPS tidak dapat atau tidak
mempunyai kesempatan untuk berhenti pada titik-titik tersebut. Penentuan posisi
kinematik ini dapat dilakukan secara absolute ataupun tanpa diferensial dengan
menggunakan data pseudorange dan/atau fase. Hasil penentuan posisi bisa
diperlukan saat pengamatan (real-time) ataupun sesudah pengamatan (postprocessing). Untuk real-time differential positioning diperlukan komunikasi data
antara stasiun referensi dengan receiver yang bergerak. (Abidin, 2007)
Berdasarkan pada jenis data yang digunakan serta metode penentuan posisi
yang digunakan, ketelitian posisi kinematik yang diberikan oleh GPS dapat
berkisar dari tingkat rendah (penentuan posisi absolute dengan pseudorange)
sampai tingkat tinggi (penentuan posisi diferensial dengan fase). Dari segi
aplikasinya, metode kinematik GPS akan bermanfaat untuk navigasi, pemantauan
(surveillance), guidance, fotogrametri, airborne gravimetry, survey hidrografi, dll.

Akhir-akhir ini banyak aplikasi yang menuntut ketelitian posisi dari titik-titik
yang bergerak secara teliti (tingkat ketelitian berorde centimeter), seperti untuk
sistem pendaratan pesawat, kalibrasi altimeter satelit, dan studi oseanografi (arus,
gelombang, dan pasut). Dalam hal ini ada beberapa karakteristik dari metode
kinematic teliti yang patut dicatat, yaitu:
- Metode ini harus berbasiskan penentuan posisi diferensial yang menggunakan
data fase
- Problem utama dari penentuan posisi kinematik secara teliti adalah penentuan
ambiguitas fase secara on-the-fly, yaitu penentuan ambiguitas fase pada saat
receiver sedang bergerak dalam waktu sesingkat mungkin
- Penentuan ambiguitas secara on-the-fly akan meningkatkan ketelitian,
keandalan, dan fleksibilitas dari penentuan posisi kinematic
- Saat ini dikenal beberapa teknik penentuan ambiguitas fase secara on-the-fly
- Hasil penentuan posisi bisa diperlukan saat pengamatan (real-time) ataupun
sesudah pengamatan (post-processing)
- Untuk moda real-time, diperlukan komunikasi data antara stasiun referensi
dengan receiver yang bergerak.
2.2.4. Ketelitian GPS dalam Penentuan Posisi
Ketelitian posisi yang didapat dari pengamatan GPS secara umum bergantung
pada 4 faktor :
a. Ketelitian data
- Tipe data yang digunakan
- Kualitas receiver GPS
- Level dari kesalahan dan bias
b. Geometri satelit
- Jumlah satelit
- Lokasi dan distribusi satelit
- Lalma penngamatan
c. Meetode penentuan posisi
- Absolute dan differensial positioning
- Static, rapid static, pseudo-kinematic, stop and go, kinematic
- One dan multi monitor station
d. Strategi pemrosesan data
- Real time dan post processing
- Strategi eliminasi dan pengkoreksian kesalahan dan bias
- Metode estimasi yang digunakan
- Pemrosesan baseline dan perataan jaring
2.2.5. Kesalahan dan Bias
Kesalahan dan bias GPS pada dasarnya dapat dikelompokan atas kesalahan
dan bias yang terkait dengan :
- Satelit, seperti kesalahan ephemeris, jam satelit, dan selective availability
(SA)
- Medium propagasi, seperti bias ionosfer dan bias troposfer

Receiver GPS, seperti kesalahan jam receiver, kesalahan yang terkait


dengan antenna, dan noise (derau)
- Data pengamatan, seperti ambiguitas fase dan cycle slips
- Lingkungan sekitar GPS receiver, seperti multipath dan imaging.
Secara umum ada beberapa cara dan strategis yang dapat digunakan untuk
menangani kesalahan dan bias GPS, yaitu ;
- Estimasi parameter dari kesalahan dan bias dalam proses hitung perataan,
- Terapkan mekanisme differencing antar data,
- Hitung besarnya kesalahan/bias berdasarkan data ukuran langsung,
- Hitung besarnya kesalahan/bias berdasarkan model,
- Gunakan strategi pengamatan yang tepat,
- Gunakan strategi pengolahan data yang tepat, dan
- Abaikan.
2.3. Pemetaan Digital dan Pemodelan DEM
Digital Mapping atau Pemetaan Digital adalah suatu cara baru dalam pembuatan
peta, baik untuk keperluan pencetakan ataupun dalam format peta digital. Inti dari model
pemetaan digital adalah proses pengolahan obyek-obyek peta yang menggunakan format
digital sehingga membutuhkan media perangkat keras komputer dan perangkat lunaknya.
Perangkat keras yang paling sering digunakan karena kelebihan dalam hal
pengoperasian dan ketersediaan, perangkat lunak adalah Personal Computer (PC) yang
menggunakan perangkat lunak Desktop Mapping, seperti, Land Desktop, ArcInfo,
ArcView atau MapInfo Professional.
Bermacam presentasi digital terhadap gambaran relief di muka bumi dikenal
sebagai Digital Elevation Model (DEM). Meskipun pada dasarnya DEM dibangun
berdasarkan pemodelan relief, namun juga dapat digunakan untuk model dari bermacam
variasi atribut Z dalam bidang 2D.
DEM merupakan tipe data Geografi, database digital 2D terhadap nilai Z bidang
dari datum standart. Data DEM untuk perencanaan macro-level dihasilkan dari peta
kertas topografi, dimana data peta topografi yang valid tidak dapat diperoleh maka dapat
dihasilakan dari citra satelit, seperti Radarsat, SPOT, LRS, atau ERS. Untuk
ketergantungan kebutuhan terhadap perencanaan macro-level, RMSI menggunakan
aerial fotograph stereo atau citra satelit dengan resolusi tinggi untuk menghasilkan DEM
dengan akurasi yang tinggi.

BAB 3
METODOLOGI
3.1. Pelaksanaan Kegiatan
Untuk memperjelas proses pelaksanaan kegiatan, berikut ini merupakan diagram
alir dari kegiatan kerja praktik,
Mulai

Pengenalan Instansi
Studi Literatur
Pengumpulan Data

Survei GPS

Survei Topografi

Pengolahan Data Positioning

Data Topografi

Titik Kontrol Horisontal Fix


Pengolahan Data Topografi
Peta Topografi
Perhitungan Volume Hasil
Penambangan dan Cadangan
Volume Galian dan Cadangan
Bahan Tambang
Pelaporan

Selesai

Gambar 3.1. Diagram Alir Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksanaan kegiatan kerja praktik ini secara garis besar adalah sebagai berikut :
1. Pengenalan Instansi
Pada tahap ini mahasiswa dikenalkan dengan instansi yang ditempati, seperti
bidang/divisi yang ada di dalam instansi tersebut. Selain itu, peserta juga dikenalkan

2.

3.

4.

5.

6.

dengan pegawai yang nantinya menjadi pembimbing selama kerja praktik. Tujuan dari
pengenalan instansi ini adalah agar peserta dapat mengetahui lingkungan instansi.
Studi Literatur
Pada tahap ini, peserta kerja praktik mempelajari literatur atau referensi yang diperlukan
guna mendukung pelaksanaan kerja praktik. Studi literatur ini dilakukan sesuai dengan
arahan dari pembimbing instansi yang berkaitan dengan bidang yang ingin dipelajari.
Pengumpulan Data
Data yang diambil adalah data beda tinggi, jarak, sudut yag diambil menggunakan alat
waterpass dan theodolit/total station. Data-data tersebut selanjutnya akan diproses
sehingga menghasilkan informasi posisi (koordinat x,y,z) yang akan digunakan untuk
penggambaran peta, menghitung volume galian / timbunan, luas, dll. Untuk titik
kerangka kontro utama bila tidak ada, maka untuk mendefinisikannya harus digunakan
GPS Geodetik agar ketelitian koordinat yang dihasilkan berpresisi tinggi. Data dari GPS
juga diperlukan jika pengukuran terestris sulit atau bahkan tidak mungkin untuk
dilakukan misalnya untuk menghitung volume timbunan batubara, hal ini sangat
memungkinkan karena dalam pengukuran GPS menggunakan metode pengamatan
satelit.
Pengolahan Data
Setelah data pengukuran didapat, selanjutnya data tersebut diolah. Pengolahan data dapat
menggunakan bantuan dari software perhitungan misalnya: Ms. Excel, Matlab, dan
sebagainya untuk menentukan posisi x,y,z. Sedangkan untuk pengolahan data GPS dan
Total Station, menggunakan software khusus misalnya: Topcon Tools, atau yang lainnya
menyesuaikan dengan merk dan tipe alat yang digunakan.
Penyajian Data
Setelah data yang didapatkan diolah dan dianalisa, maka proses penyajian data
merupakan tahap final dari proses pengolahan data sebelumdata yang telah didapatkan
dilaporkan. Data yang disajikan dapat berupa peta konservasi sumber daya laut dan
pesisir serta data pendukung lainnya.
Pembuatan Laporan
Dari kegiatan kerja praktik yang telah dilakukan, tahap terakhir yang harus dilakukan
peserta adalah penyusunan laporan. Dalam laporan ini akan memuat tentang kegiatan
yang telah dilakukan selama kerja praktik serta teori-teori yang mendukung dalam
pengolahan data. Untuk isi dari laporan ini nantinya akan disesuaikan dengan panduan
Laporan Kerja Praktik yang diberikan oleh Jurusan Teknik Geomatika ITS.

BAB 4
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1. Jadwal Kegiatan
Kerja praktik dilaksanakan di PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT)
dilaksanakan pada bulan Juni - Agustus 2016 atau selama 1 bulan (waktu dapat
menyesuaikan dengan jadwal yang diberikan PT. Newmont Nusa Tenggara), dalam
waktu satu bulan dengan perincian jadwal rencana kegiatan yang akan dilakukan
meliputi kegiatan sebagai berikut:
Tabel 4.1. Jadwal Kegiatan Kerja Praktik
Minggu keNo.
Kegiatan
1
2
3
4
1
Pengenalan Instansi
2
Studi Literatur
3
Pekerjaan di Lapangan
4
Pembimbingan
5 Pengolahan dan Penulisan Laporan
Keterangan
: Pelaksanaan Kegiatan
4.2. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana dalam kerja praktik ini adalah mahasiswa Jurusan Teknik Geomatika
FTSP-ITS yang berjumlah dua orang dengan biodata sebagai berikut:
1. Nama
: Kamila Akbar
NRP
: 3513100027
IPK/Semester
: 2,95/6
Tempat, Tanggal Lahir : Pasuruan, 7 November 1994
Jenis Kelamin
: Laki laki
Status
: Belum Kawin
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat Asal
: Jl. R.A. Kartini no. 89 gang Masjid Dermo, Bangil,
Pasuruan
Telp.
:Alamat Domisili
: Keputih gang 2C no. 16A Sukolilo, Surabaya
Telp.
:HP
: 083833387140
Email
: kamila.akbar13@mhs.geodesy.its.ac.id
2. Nama
: Ahmad Fawaiz Safi
NRP
: 3513100046
IPK/Semester
: 3,03/6
Tempat, Tanggal Lahir : Madiun, 25 Mei 1995
Jenis Kelamin
: Laki laki
Status
: Belum Kawin

Kewarganegaraan
Alamat Asal
Telp.
Alamat Domisili
Telp.
HP
Email

: Indonesia
: Jl. Raya Solo no. 90 Ds./Kec. Jiwan, Kab. Madiun
:: Jl. Gebang Kidul no. 32 Sukolilo, Surabaya
:: 081235946005
: afawaizsafi@gmail.com

BAB 5
PENUTUP
Demikian proposal Kerja Praktik ini kami susun dengan harapan dapat memberikan
gambaran yang singkat dan jelas tentang maksud dan tujuan diadakannya Kerja Praktik ini.
Semoga mendapat masukkan yang baik dan membangun demi tercapainya tujuan kegiatan
ini. Atas bantuan dan kerjasamanya kami sampaikan terimakasih.

Untuk keperluan pengiriman surat jawaban atas proposal permohonan ini


dikirim pada alamat berikut:
Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya
60111
Telp. 031-5929486, 5994251-55 ext 1149
Fax. 031-5929486
Email : geodesy@its.ac.id

dapat

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, H.Z. 2007. Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Pradnya
Paramita
Hendriatinigsih, S. 1979. Geomteris Jalan Raya dan Stake Out. Departemen Geodesi FTSP
ITB: Bandung.
Purworahardjo, Umaryono U. 1989. Pengukuran Topografi. Jurusan Teknik Geodesi FTSPITB : Bandung.
Supadiningsih, Chatarina Nurjati. 2004. Buku Ajar Ilmu Ukur Tanah 1. Surabaya : Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.

Anda mungkin juga menyukai