Anda di halaman 1dari 21

PENCAMPURAN BAHASA ASING KE DALAM PERCAKAPAN

KESEHARIAN MAHASISWA

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Anggota :
Ayuk Purwitasari
3514100029
Krisma Hutanti
3514100012
Cindralina
3814100023
Andriyas Purnomo
3814100035
Dhany Herdiansyah
4414100001
Achmad Syachowi
4314100031

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana telah
memberikan saya semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah
mata kuliah Bahasa Indonesia mengenai Pencampuran Bahasa Indonesia
dengan Bahasa Asing kedalam Percakapan Keseharian. dapat selesai seperti
waktu yang telah saya rencanakan.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai
pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu saya menghaturkan rasa hormat
dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu
dalam pembuatan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang membalas budi baik yang tulus dan ihklas kepada semua pihak.
Saya menyadari bahwa makalah yang telah saya susun ini masih memiliki
banyak kelemahan serta kekurangan baik dari segi teknis maupun nonteknis.Untuk itu penulis membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada semua
pihak agar dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi
penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang, dan apabila di dalam makalah ini
terdapat hal-hal yang dianggap tidak berkenan di hati pembaca mohon dimaafkan.
Surabaya, 11 Desember 2014

ABSTRAK

Pada era modern ini kita ketahui bahwa, penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar sangatlah jarangkita jumpai. Apalagi dikalangan anak-anak
muda pada jaman modern ini. kebanyakan dari mereka suka sekali
mencampuradukkan antara bahasa Indonesia dengan bahasa asing dalam
percakapan sehari-hari mereka. Mahasiswa disini memiliki peran penting dalam
penggunaaan pencampuran bahasa dalam percakapan mereka. mereka menjadi
salah satu agent yang ikut mempopulerkan bahasa campuran. Kami menggunakan
kuisioner untuk menemukan penggunaan dan alasan mereka menggunakan
pencampuran bahasa. Kami menemukan banyak sekali mahasiswa yang
menggunakan bahasa campuran dengan alasan bahasa campuran telah menjadi
kebiasaan dan tren masa kini.
kata kunci: mahasiswa, pencampuran bahasa

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................

ABSTRAK ......................................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................

1.3 Tujuan .......................................................................................................

1.4 Metode ......................................................................................................

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ...............................................................

BAB II: PEMBAHASAN


2.1 Landasan Teori ..........................................................................................

2.1.1 Kedwibahasaan ....................................................................

2.1.2 Peristiwa Kontak Bahasa......................................................

2.1.3 Interferensi..........................................................................

2.1.4 Bentuk-Bentuk Interferensi .............................................. 11


2.2 Fungsi Bahasa Indonesia ........................................................................ 12
2.3 Kedudukan Bahasa Indonesia ............................................................... 13
BAB III: ANALISIS DATA
3.1 Hasil Kuisioner .........................................................................................
3.2

Penggunaan

Bahasa

Indonesia

dalam

Percakapan

15

Keseharian

Mahasiswa......................................................................................................

18

3.3 Alasan penggunaan pencampuran bahasa dalam percakapan ...................

18

BAB IV: PENUTUP


Kesimpulan ....................................................................................................

20

Kritik dan Saran ...............................................................................................

20

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

21

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang masih

mempertahankan bahasa nenek moyangnya sebagai bahasa persatuan dan identitas


bangsa. Identitas bangsa sendiri memiliki arti yang sangat penting bagi bangsa
Indonesia, yaitu bahasa Indonesia merupakan bahasa yang berakar dari budaya
nenek moyang bangsa Indonesia dan diwariskan kepada kita masyarakat
Indonesia yang dapat digunakan sebagai pembeda antara bangsa Indonesia dengan
bangsa lain. Bahasa Indonesia juga dapat diartikan sebagai pencerminan dari
bangsa Indonesia, karena berakar dari budaya bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia
merupakan bahasa yang mempunyai karakteristik, meskipun diucapkan dengan
nada yang berbeda tetapi masih dapat dipahami dengan mudah. Bahasa Indonesia
sendiri adalah bahasa yang tepat untuk pengungkapan diri bangsa Indonesia, baik
secara lisan maupun secara tertulis.
Pada era modern ini bahasa Indonesia sedang mengalami kirisis yang
sangat rumit, kebanyakan orang di Indonesia mulai dari anak kecil sampai orang
dewasa lebih suka atau lebih merasa habatjika memakai bahasa asing dalam
percakapan sehari-hari daripada menggunakan bahasa Indonesia yang merupakan
bahasa nasional Negara mereka sendiri.Jika keadaan ini terus terjadi, dapat
menempatkan bahasa Indonesia dalam keadaan sulit kerena masyarakat dunia
sekarang sedang melirik dan mulai mempelajari bahasa Indonesia bahkan
sekarang bahasa Indonesia dijadikan sebagai salah satu bahasa resmi ASEAN
tetapi masyarakat Indonesia malahan belajar bahasa asing. Mahasiswa merupakan
kaum terdidik yang seharusnya lebih menghargai bahasa Indonesia tinimbang
bahasa asing, malah sebaliknya mereka menjadi salah satu pelopor yang
mempopulerkan penggunaan

bahasa asing dalam percakapan sehari-hari.

Kebanyakan dari mereka juga sering mencampuradukkan bahasa Indonesia


dengan bahasa asing yang menurutnya lebih keren, padahal sebagai kaum terdidik
6

mereka seharusnya lebih tahu akan arti penting dan fungsi bahasa Indonesia bagi
bangsa Indonesia yang salah satunya sebagai identitas bangsa.
Oleh sebab itu, dalam makalah ini kami akan mencoba membahasa
tentang Pencampuran Bahasa Asing kedalam Percakapan Keseharian Mahasiswa
.

1.2

Rumusan Masalah
1.2.1

Bagaimana penggunaan pencampuran bahasa Indonesia dengan


bahasa asing dalam percakapan keseharian mahasiswa.

1.2.2

Mengapa mahasiswa lebih suka mencampuradukkan bahasa Indonesia


dengan bahasa asing dalam melakukan percakapan sehari-hari.

1.3

Tujuan Penulisan Makalah


1.3.1

Mengetahui penggunaan pencampuran bahasa Indonesia dalam


percakapan keseharian mahasiswa.

1.3.2

Mengetahui alasan mahasiswa lebih suka mencampuradukkan bahasa


Indonesia dengan bahasa asing.

1.4

Metode
Untuk mendapatkan data dan informasi yang kami perlukan, kami
menyebarkan kuisioner ke beberapa mahasiswa ITS dan mencari
sumbber-sumber lewat internet.

1.5

Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Tanggal pelaksanaan

: 28 Februari 2015 2 Maret 2015

Waktu

: Setiap waktu luang sebelum kuliah

Tempat

: Perpustakaan dan asrama mahasiswa

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Kedwibahasaan
Menurut Suwito (1983: 40), pengertian tentang kedwibahasaan atau
bilingual sebagai salah satu dari masalah kebahasaan terus mengalami
perkembangan. Awalnya Bloomfield (dalam Chaer dan Agustina, 1995:
115) merumuskan kedwibahasaan sebagai Native like control of two
languages.

Maksudnya, kemampuan menggunakan dua bahasa dengan

penguasaan

yang

sama

baiknya

oleh

seorang

penutur. Seorang

dwibahasawan tidak harus menguasai secara aktif dua bahasa, tetapi cukuplah
apabila ia mengetahui secara pasif dua bahasa tersebut.

2.1.2 Peristiwa Kontak Bahasa

Dapat dikatakan sosiolinguistik sebagai

fenomena

sosial

dan

budaya. Suwito (1983: 5) berpendapat bahwa sosiolinguistik berarti


studi interdisipliner yang menganggap masalah-masalah kebahasaaan dalam
hubungannya dengan masalah sosial. Pemakaian

bahasa

tidak

hanya

dipengaruhi oleh linguistik dan nonlinguistik, tetapi juga dipengaruhi oleh


faktor situasional. Faktor situasional adalah siapa berbicara dengan siapa,
tentang apa, dalam situasi yang bagaimana, dengan tujuan apa, dengan jalur
apa dan ragam bahasa mana, atau disingkat SPEAKING (Dell Hymes
dalam Nababan, 1984).
Diebold dalam Suwito (1983: 39) menjelaskan bahwa kontak bahasa
itu terjadi dalam situasi konteks sosial. Dalam situasi belajar bahasa terjadi
kontak bahasa, proses pemerolehan bahasa kedua disebut pendwibahasaan
(bilingualisasi)

serta

orang

yang

belajar

bahasa

kedua

dinamakan

dwibahasawan. Kontak bahasa cenderung kepada gejala bahasa (langue),

sedangkan

kedwibahasaan

cenderung

sebagai

gejala

tutur

(parole).

Kedwibahasaan terjadi sebagai akibat adanya kontak bahasa.


Berdasar pendapat seperti di atas, jelaslah bahwa pengertian kontak
bahasa meliputi segala peristiwa persentuhan antara beberapa bahasa yang
mengakibatkan adanya kemungkinan pergantian pemakaian bahasa oleh
penutur yang sama dalam konteks sosialnya, atau kontak bahasa terjadi
dalam situasi kemasyarakatan, tempat seseorang mempelajari unsur-unsur
sistem bahasa yang bukan merupakan bahasanya sendiri.

2.1.3

Interferensi

Hubungan yang terjadi antara kedwibahasaan dan interferensi sangat


erat terjadi. Bahasa ibu yang dikuasai pertama, mempunyai pengaruh yang
kuat terhadap pemakaian bahasa kedua, dan sebaliknya bahasa kedua juga
mempunyai pengaruh yang besar terhadap pemakaian

bahasa

pertama.

Kebiasaan untuk memakai kedua bahasa lebih secara bergantian disebut


kedwibahasaan. Peristiwa semacam ini dapat menimbulkan interferensi.
Interferensi secara umum dapat diartikan sebagai percampuran dalam
bidang bahasa. Percampuran yang dimaksud adalah percampuran dua
bahasa atau saling pengaruh antara kedua bahasa. Hal ini dikemukakan
oleh Poerwadarminto dalam Pramudya (2006: 27) yang menyatakan
bahwa interferensi berasal dari bahasa Inggris interference yang berarti
percampuran, pelanggaran, rintangan.
Istilah interferensi pertama kali digunakan oleh Weinreich (1968: 1)
untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan
dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa
lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual. Peristiwa interferensi
terjadi pada tuturan dwibahasawan sebagai kemampuannya dalam berbahasa
lain.
Interferensi berupa penggunaan bahasa yang satu dalam bahasa
yang lain pada saat berbicara atau menulis. Pengambilan unsur yang

terkecil pun dari bahasa pertama ke dalam bahasa kedua dapat


menimbulkan interferensi.
Poedjosoedarmo (1989: 53) menyatakan bahwa interferensi dapat
terjadi pada segala tingkat kebahasaan. Dalam proses interferensi, terdapat
tiga unsur yang mengambil peranan, yaitu: Bahasa sumber atau bahasa
donor, bahasa penyerap atau bahasa resipien, dan unsur serapan

atau

importasi. Dalam peristiwa kontak bahasa, mungkin sekali pada suatu


peristiwa, suatu bahasa menjadi bahasa donor, sedangkan pada peristiwa
yang

lain bahasa tersebut menjadi bahasa resipien. Hortman dan Stork

melalui Alwasilah (1985: 131) menganggap interferensi sebagai kekeliruan


yang disebabkan terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa atau
dialek bahasa ibu ke dalam bahasa atau dialek kedua. Maksud interferensi
merupakan kekeliruan yang
membiasakan

disebabkan

oleh

adanya

kecenderungan

pengucapan (ujaran) suatu bahasa terhadap bahasa lain,

mencakup pengucapan satuan bunyi, tata bahasa, dan kosakata.


Menurut (Suwito, 1983: 59) interferensi bahasa Indonesia dengan
bahasa

daerah berlaku

saling

interferensi cenderung hanya

kontak. Namun, untuk bahasa asing

secara

sepihak,

maksudnya

bahasa

Indonesia sebagai bahasa resipien dan bahasa asing sebagai bahasa


donor. Interferensi menurut Jendra (1991: 106-114) dapat dilihat dari
berbagai sudut sehingga akan menimbulkan berbagai macam interferensi
antara lain:
1. Interferensi ditinjau dari asal unsur serapan
2. Interferensi ditinjau dari arah unsur serapan
3. Interferensi ditinjau dari segi pelaku
4. Interferensi ditinjau dari segi bidang.
Bila interferensi itu sampai menimbulkan perubahan dalam sistem
bahasa penerima disebut interferensi sistemik.
Ohoiwutun (2007: 72) mengatakan bahwa gejala interferensi dapat
dilihat dalam tiga dimensi kejadian.

Pertama, dimensi tingkah laku

berbahasa dari individu-individu di tengah masyarakat. Kedua, dari dimensi

10

sistem bahasa dari kedua bahasa atau lebih yang berbaur. Ketiga, dimensi
pembelajaran bahasa.

2.1.4

Bentuk-Bentuk Interferensi

Jendra (1991:

108) membedakan interferensi menjadi lima aspek

kebahasaan, antara lain:


1. interferensi pada bidang sistem tata bunyi (fonologi)
2. interferensi pada tata bentukan kata (morfologi)
3. interferensi pada tata kalimat (sintaksis)
4. interferensi pada kosakata (leksikon)
5. interferensi pada bidang tata makna (semantik)
Menurut Jendra (1991: 113) interferensi pada bidang semantik masih dapat
dibedakan lagi menjadi tiga bagian, yakni
1. Interferensi semantik perluasan (semantic expansive interference).
2. Interferensi semantik penambahan (semantic aditif interference).
3. Interferensi semantik penggantian (replasive semantic interference).
Hubungan antara bahasa yang dipinjam unsur-unsurnya disebut
bahasa sumber, sedangkan bahasa penerima disebut bahasa peminjam.
Aspek

yang ditransfer dari bahasa sumber ke dalam bahasa

penerima

disebut aspek importasi, (2) penggantian unsur bahasa dengan padanannya


ke dalam suatu tuturan bahasa yang lain, Di dalam penggantian ada yang
dinamakan dengan substitusi, yakni aspek dari suatu bahasa yang disalin
ke bahasa lain, (3) penerapan hubungan ketatabahasaan bahasa A ke
dalam morfem bahasa B juga dalam kaitan tuturan bahasa B, atau
pengingkaran hubungan ketatabahasaan bahasa B

yang tidak

ada

modelnya dalam bahasa A, dan (4) perubahan fungsi morfem melalui


jati diri antara satu morfem bahasa B tertentu dengan morfem bahasa A
tertentu, yang menimbulkan perubahan (perluasan maupun pengurangan)
fungsi-fungsi morfem bahasa B berdasarkan tata bahasa A.

11

2.2 Fungsi Bahasa Indonesia


Dalam Konteks ini, bahasa yang kita gunakan adalah bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi-fungsi secara umum diantaranya
adalah
a.

Sebagai bahasa Negara dan pemersatu bangsa


Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting di Negara

karena merupakan salah satu dari ikrar sumpah pemuda tahun 1928 yang berbunyi
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Bersumber dari hal tersebut, Bahasa Indonesia juga memiliki fungsi sebagai
pemersatu bangsa yakni berarti kedudukan yang dimiliki lebih tinggi daripada
bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia.
Indonesia memiliki beragam budaya dan bahasa, untuk itu bahasa
pemersatu diperlukan agar hubungan komunikasi antar satu dengan yang lain
tidak terhambat.
Sebagai contoh, misalnya seorang pejabat daerah Manado mendapat tugas
dinas di Jakarta aan tetapi dia tidak bisa mengunakan bahasa Indonesia dan dia
hanya menguasai bahasa daerah manado. Tentu ketika dia telah tiba di Jakarta,
tidak semua orang Jakarta dapat mengerti apa yang dia bicarakan karena di
Jakarta berbagai suku dan budaya ada. Pejabat tersebut harus menggunakan
bahasa Indonesia agar hubungan komunikasi dalam perjalan dinasnya tidak
mengalami hambatan.
b.

Sebagai Alat komunikasi


Seperti yang telah dijelaskan dalam point pertama tadi. Bahasa Indonesia

tidak akan luput daripada fungsi komunikasi. Karena komunikasi adalah hal yang
paling utama diperlukan saat menjalin hubungan dengan orang lain.
Contohnya adalah kita berbicara bahasa Indonesia kepada guru atau dosen
kita. Bahasa Indonesia dapat menjadi alat yang membantu kita menyampaikan
ide, gagasan, dan pemikiran kita.
c.

Sebagai penunjuk identitas diri

12

Berkaitan dengan point kedua, Bahasa Indonesia merupakan alat


menyampaikan gagasan dan pemikiran kita kepada orang lain sehingga dalam hal
ini dapat dikatakan bahwa bahasa juga sebagai penunjuk identitas diri. Dari cara
berpikir kita, tata bahasa yang kita gunakan serta idea pa saja yang telah kita
tuangkan menggunakan bahasa Indonesia dapat menggambarkan identitas diri
kita.
d.

Sebagai alat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi


Dalam dunia pendidikan di Indonesia, Bahasa Indonesia menjadi salah

satu materi yang wajib diajarkan mulai dari tingkat paling rendah hingga tingkat
perguruan tinggi. Hal itu terjadi karena Bahasa Indonesia merupakan alat untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Diluar sana, banyak buku-buku yang menjadi sumber pengetahuan
menggunakan bahasa Indonesia. Di sisi lain, sebagai syarat kelulusan mahasiswa
perguruan tinggi juga harus menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar untuk membuat suatu perkembangan ilmu pengetahuan dengan sebuah ide
yang menggunakan bahasa Indonesia kemudian dipaparkan dalam bentuk tulisan
ilmiah.

2.3 Kedudukan Bahasa Indonesia

1.

Sebagai Bahasa Nasional


Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diperoleh sejak awal

kelahirannya, yaitu tanggal 28 Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda. Bahasa


Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional sekaligus merupakan
bahasa persatuan. Adapun dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional , bahasa
Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut. Lambang jati diri (identitas).
Lambang kebanggaan bangsa. Alat pemersatu berbagai masyarakat yang
mempunyai latar belakang etnis dan sosial-budaya, serta bahasa daerah yang
berbeda. Alat penghubung antarbudaya dan antardaerah: a) Lambang identitas
nasional.

b) lambang kebanggaan nasional. c) Alat pemersatu berbagai

13

masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial budaya dan bahasa yang
berbeda-beda, dan. d) Alat perhubungan antarbudaya dan daerah.
2.

Sebagai Bahasa Resmi/Negara


Kedudukan bahasa Indonesia yang kedua adalah sebagai bahasa

resmi/negara; kedudukan ini mempunyai dasar yuridis konstitusional, yakni Bab


XV pasal 36 UUD 1945. Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi/negara,
bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut. Bahasa resmi negara . Bahasa
pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan. Bahasa resmi dalam
perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan

serta

pemerintahan.

Bahasa

resmi

dalam

pengembangan

kebudayaan dan pemanfaatan ilmu dan teknologi. a). Berkaitan dengan statusnya
sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: 1.bahasa resmi
negara. b). Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan. c). Bahasa
resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan. d). Bahasa resmi di dalam
pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi.

14

BAB III
ANALISIS DATA
3.1 Hasil Kuisioner
Dalam memperoleh data ini kami menyebarkan beberapa kuisioner kepada
mahasiswa. Kuisiner tersebut mengandung 4 pertanyaan, yaitu:
Pertanyaan pertama:
Apakah Anda sering menambahkan bahasa asing di setiap percakapan Anda
dengan teman Anda?
a.

Setiap hari

b.

Kadang-kadang

c.

Tidak pernah

Data yang kami peroleh:

Diagram

62 %

38%

sering
kadang-kadang
tidak pernah

Kebanyakan dari mereka beralasan: menjadi tren masa kini, kebiasaan


dengan bahasa asing, ada juga yang menjawab terpengaruh oleh teman.

15

Pertanyaan kedua:
Disaat seperti apa Anda menambahkan bahasa asing dalam percakapan Anda?

Contoh:

Disini kita mendapatkan dua tipe jawaban, dan mengambil sampel contoh
percakapan yang kebanyakan dari mereka isi:
Jawaban

Contoh

Percakapan biasa (46%)

Datanya failed, eh sorry ya, biasa just


kidding, oke thanks ya, santai no hard
feeling, aku orangnya slow kok, lagi
boring nih

Percakapan lewat sms (54%)

Eh sorry ya, thanks ya

Pertanyaan ketiga:
Mengapa Anda menambahkan bahasa asing kedalam percakapan Anda?
Alasan:
Disini kami juga mendapatkan data dari beberapa jawaban yang dapat kami
golongkan menjadi 2 tipe jawaban:

16

Diagram

34%

ikut tren masa kini


kebiasaan ngobrol
dengan teman

64%

Pertanyaan keempat:
Pernahkah Anda menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar tanpa
campuran?
a. Pernah
b. Tidak pernah
Jika pernah, kapan Anda menggunakan bahasa Indonesia yang baik?
Alasan:
Jawaban

Persentase

Waktu

Alasan

Pernah

100%

Kegiataan-

Menjadi

kegiatan
atau

resmi dalam

kewajiban
acara-acara

kegiatan yang seperti itu untuk

belajar mengajar

memakai bahasa yang


baik dan benar tanpa
campuran

Tidak pernah

17

Disini kami mendapatkan data dari jawaban yang mereka tulis bahwa
100% dari mereka pernah menggunakan bahasa Indonesia yang yang baik dan
benar tanpa campuran ketika mereka mengikuti kegiatan-kegiatan resmi atau
kegiatan belajar mengajar. Semua dari mereka beralasan bahwa diwaktu tersebut
memang diwajibkan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar tanpa
campuran.
3.2 Penggunaan Pencampuran Bahasa Indonesia dalam Percakapan
Keseharian Mahasiswa.
Mahasiswa menggunakan pencampuran bahasa Indonesia dengan bahasa
asing ketika percakapan keseharian memang benar adanya. Hal itu dapat
dibuktikan pada percakapan keseharian mereka contohnya: eh sorry ya telat, just
kidding aja. Faktanya kebanyakan dari mereka malahan lebih bangga
menggunakan bahasa asing daripada menggunakan bahasa Indonesia. Mereka
menggunakan bahasa campuran bukan hanya saat percakapan saja, jika dilihat
hampir disetiap acara yang mahasiswa selenggarakan menggunakan bahasa asing
dalam tema maupun judul acaranya. Selain itu, mahasiswa juga memiliki
kontribusi yang sangat besar dalam penyebarluasan bahasa campuran kedalam
kalangan masyarakat. Anehnya mereka hanya mengunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar hanya pada saat sesuatu yang dapat dikatakan tidak setiap waktu
berlangsung.
Mahasiswa disini, seharusnya lebih bangga akan bahasa Indonesia yang
telah dimiliki nenek moyang sejak zaman dahulu. Mahasiswa seharusnya juga
dapat mempertahankan bahasa Indonesia, jangan sampai kebiasaan yang mereka
lakukan menjadikan bahasa Indonesia menjadi punah.
3.3 Alasan Mahasiswa Lebih Suka Mencampuradukkan Bahasa Indonesia
dengan Bahasa Asing dalam Percakapan.
Pada era modern ini memang sangat marak penggunaan bahasa campuran
dalam percakapan keseharian tidak terkecuali mahasiswa. Mereka beranggapan
bahasa asing jauh lebih keren daripada bahasa Indonesia. Mereka juga beralasan
18

bahwa jika menggunakan bahasa campuran merupakan perkembangan gaya


bahasa di jaman sekarang. Dalam hal ini, mahasiswa sebagai kalangan terpelajar
seharusnya mencontohkan hal yang baik kepada masyarakat disekitar mereka
bukan malah sebaliknya.

19

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:
Mahasiswa sering menggunakan bahasa campuran dalam percakapan keseharian
karena mereka lebih bangga menggunakan bahasa asing daripada bahasa
Indonesia

4.2

KRITIK& SARAN
Dengan perkembangan zaman yang semakin modern sudah tidak aneh bila

banyak pemuda lebih mahir dalam berbahasa asing daripada berbahasa Indonesia
yang baku dan benar. Padahal sebagai pemuda Indonesia bukankah kita sudah
mengenal sumpah pemuda yang memiliki salah satu butir yaitu kami putra dan
putri Indonesia mengaku berbahasa satu bahasa Indonseia.
Jadi sudah menjadi kewajiban kita untuk menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar dalam keseharian kita dalam berkomunikasi antar masyarakat
Indonesia, demi menjaga identitas bangsa Indonesia

20

DAFTAR PUSTAKA
Adul, M. Asfandi. 1981. Bahasa Indonesia Baku dan Fungsi Guru dalam
Pembinaan Bahasa Indonesia. Surabaya: Penerbit PT Bina Ilmu
Anonim.http://www.academia.edu/8412525/Sejarah_Fungsi_Dan_Kedudukan_
Bahasa_Indonesia. Diakses pada tanggal 10/03/2015 pukul 17.00 WIB
Anonim.

http://digilib.unila.ac.id/2539/15/BAB%20II.pdf.

Diakses

pada

tanggal 16/03/2015 pukul 7.10 WIB

21

Anda mungkin juga menyukai