Dinamika Kota
Dinamika Kota
NIM : 61140037
manusia sendiri dimulai dari hunting and fishing, pastoral, agricultural, handicraft, dan
industrial
Kota Praindustri Pola perkotaan di kota pra-industri memiliki gejala yang biasa
ditemui 4 pusat kegiatan seperti pusat pemerintahan, ruang publik (tempat masyarakat
berinteraksi), tempat beribadah, pasar tradisional (tempat distribusi barang dari desa ke kota
atau sebaliknya), dan tempat pemenuhan barang-barang kebutuhan sehari-hari bagi
masyarakat desa dan kota. Keempat pusat kegiatan ini letaknya relatif berdekatan dan itu
merupakan kegiatan pokok dari suatu kota praindustri. Pada masa ini status seseorang
didasarkan pada keturunan/ascribed status, seseorang yang dilahirkan dari kelompok
bangsawan, serta merta ia memiliki status sebagai bangsawan. Dikarenakan status dan strata
sangat kuat dipertahankan oleh masing-masing kelompok strata maka pola pemukiman
masyarakat kota pra-industri ini cenderung berkelompok-kelompok (pengelompokan
berdasarkan status, etnis/suku bangsa, dan ragam pekerjaan).
Kota Industri Pola pemukiman di kota industri ini tidak memiliki keteraturan
sehingga menyebabkan penataan kota berjalan lambat. Pada kota ini kegiatan industri sangat
menonjol, sistem kemasyarakatan agraris berubah menjadi industris. Sistem ekonomi natural
berganti menjadi kapital dan pada masa perubahan yang drastis ini menyebabkan kota
mengalami kekacauan fisik dan manajemen.
Kota modern modernisasinya lebih berkembang lebih lanjut dimana teknologi dan
ilmu pengetahuan diartikan kembali. Masyarakat lebih menghargai nilai pluraritas,
munculnya ide-ide baru, teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang lebih canggih,
beragam, dan digunakan untuk kegiatan seolah diluar pikiran masyarakat awam sebelumnya.
Kota post-modern memiliki tingkat globalisasi yang tinggi, interaksi dan kerja sama yang
saling menguntungkan dapat terjadi dengan kota yang lain dan kota post-modern ini diisi
dengan era informasi, jasa, dan pelayanan. Kebutuhan hidup dipenuhi secara teknologis dan
komputerisasi yang canggih.
Kota Global bisa dikatakan merupakan suatu kota dimana masyarakatnya memiliki
kebiasaan untuk melakukan relasi dengan kota lain antarnegara. Kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang pesat di dunia berakibat semakin pesatnya perkembangan teknologi dan
penemuan-penemuan dalam berbagai bidang dan skala yang diperkenalkan pada dunia. Kota
global memiliki kekuatan politik, menduduki posisi nasional dan internasional, perdagangan
dunia, dan organisasi perusahaan tingkat dunia.
Kota Kosmopolitan merupakan kota yang masyakaratnya memiliki pandangan alam
secara utuh menyeluruh. Kota kosmopolitan terbentuk dengan prasyarat tertentu, yaitu
penduduknya mampu menghargai dan menghormati keanekaragaman alam beserta isinya.
Masyarakat kosmopolitan akan menjaga secara seimbang antara keperntingan dirinya dengan
kepentingan msyarakat. Ada kecenderungan masyarakat kosmopolitan merupakan kelompok
bangsawan baru, dimana kelompok ini memiliki tujuan hidup yang mapan serta menjaga
citra. Gejala kosmopolitan tampak pada dominasi individu-individu penduduk kota yang
memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi dan pemilikan industri berskala besar. Teknologi
di era ini berkembang lebih jauh dan kota ini adalah kota dengan kebutuhan desain yang
bersifat neo-universal (modernisme yang disentuh dengan seni modern). Budaya dan seni
lokal yang bersifat agraris-religius di masa ini akan ditinggalkan apabila tidak disertai inovasi
atau dijaga keasliannya. Kosmopolitan sendiri merupakan akomodasi peradaban dari postmodernisme yang tumbuh secara linier, liar, dan tak terkendali. Kota ini merupakan kota
masa depan yang masih merupakan impian, dimana kota berusaha ditata secara sempurna.
Namun, pada awalnya kota ini masih dihantui dengan masalah kesenjangan sosial ekonomi
antar negara satu dengan yang lain, antara kota satu dengan yang lain.
Secara umum pola perkembangan fisik kota dapat dibedakan menjadi perkembangan
memusat, perkembangan memanjang mengikuti pola jaringan jalan dan perkembangan
meloncat membentuk pusat-pusat pertumbuhan baru.
Dalam mengkaji perkembangan fisik suatu kota, menurut Hagget (1970) dapat mengacu pada
teori difusi atau teori penyebaran/penjalaran yang mempunyai dua model yang masingmasing memiliki maksud yang berbeda. Model-model tersebut adalah model difusi ekspansi
dan model difusi relokasi, dengan penjelasan berikut ini :
1) Model difusi ekspansi (expansion diffusion) adalah suatu proses penyebaran informasi,
material dan sebagainya yang menjalar melalui suatu populasi dari suatu daerah ke daerah
lain. Dalam proses difusi ekspansi ini informasi atau material yang didifusikan tetap ada dan
kadang-kadang menjadi lebih intensif di tempat asalnya. Salah satu contoh proses difusi
ekspansi adalah terjadinya pertambahan jumlah penduduk dalam kurun waktu tertentu yang
dibedakan dalam dua periode waktu. Dengan demikian dalam ekspansi ruang terdapat
pertumbuhan jumlah penduduk, material dan ruang hunian baru.
2) Model difusi yang lainnya adalah difusi relokasi (relocation diffusion) adalah suatu proses
yang penyebaran keruangan, yaitu informasi atau material yang didifusikan meninggalkan
daerah asal dan berpindah ke daerah yang baru.
Untuk lebih jelasnya kedua metode difusi tersebut dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini :
Sumber :
http://retnokartikasari717.blogspot.co.id/2015/04/teori-perkembangan-kotasejarah.html
http://jembatan4.blogspot.co.id/2013/09/faktor-faktor-penyebab-perkembangankota.html
http://geoenviron.blogspot.co.id/2014/01/teori-struktur-tata-ruang-dan.html
http://zoel56.blogspot.co.id/2009/12/pengertian-kota.html