Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KELEMBAPAN, DENSITAS, VISKOSITAS, DAN pH


Disusun sebagai tugas mata kuliah Sistem Instrumentasi Industri
Dosen Pengampu:
Ahmad Nadhir, MT., Ph.D.

Disusun oleh:
Ahmad Kanzu Syauqi Firdaus
NIM. 146090300011008

JURUSAN FISIKA
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Banyak proses industri seperti pengolahan tekstil, kayu, dan bahan-bahan


kimia yang membutuhkan suatu sistem instrumentasi yang mampu mengukur
kelembapan, densitas, viskositas, dan pH dari bahan-bahan yang digunakan. Nilainilai hasil pengukuran tersebut harus didapatkan untuk mengontrol proses-proses
dalam suatu industri menggunakan instrumentasi pengontrol (Sutarno, 2014).
Karakteristik bahan seperti kelembapan, densitas, viskositas, dan pH pada
beberapa proses industri perlu diukur menggunakan suatu alat tertentu karena
keadaan bahan-bahan saat proses industri terkadang berlangsung dalam kondisi
ekstrim, seperti suhu sangat tinggi, sangat korosif, mudah menguap, dan
sebagainya. Instrumen-instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur nilai
karakteristik-karakteristik bahan tersebut dan pengontrolnya telah banyak dibuat
dan bermacam-macam jenisnya. Pemahaman mengenai karakteristik tersebut
menjadi sangat penting karena terkait dengan pemilihan dan desain alat-alat
pengukur yang hendak digunakan untuk proses pengukuran.
1.2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam


makalah ini antara lain:
1) Bagaimana definisi dari kelembapan, kelembapan relatif, titik embun,
densitas, specific weight, specific gravity, viskositas, dan pH?
2) Bagaimana cara menggunakan diagram psychrometric?
3) Apa saja alat-alat yang dapat digunakan untuk mengukur nilai-nilai
karakteristik bahan tersebut?
4) Bagaimanakah prinsip kerja masing-masing alat pengukur tersebut?

1.3.

Tujuan

1) Mendefinisikan kelembapan, kelembapan relatif, titik embun, densitas,


specific weight, specific gravity, viskositas, dan pH
2) Memahami diagram psychrometric dan penggunaannya
3) Menyebutkan alat-alat yangdapat digunakan untuk mengukur nilai-nilai
karakteristik bahan yang disebutkan pada poin tujuan pertama
4) Menjelaskan prinsip kerja masing-masing alat pengukur

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kelembapan
2.1.1.
Definisi Kelembapan
Kelembapan udara yaitu banyaknya kadar uap air yang ada di udara.
Kelembapan dibagi menjadi tiga istilah, yaitu (Gunarsih, 2001):
1) Kelembapan mutlak: massa uap air yang berada dalam satu satuan udara yang
dinyatakan dalam gram/m3.
2) Kelembapan spesifik: perbandingan jumlah uap air di udara denagn satuan
massa udara yang dinyatakan dalam gram/kg.
3) Kelembapan relatif: merupakan perbandingan jumlah uap air di udara dengan
jumlah maksimum uap air yang dikandung panas dan temperatur tertentu
yang dinyatakan dalam%.
Kelembapan relatif () dapat ditentukan dengan (Dunn, 2005):
banyaknya uap air
yang dinyatakan
dalam volume udara atau gas
Kelembapan Relatif =
100
jumlah maksimum uap air
yang dapat larut dalam volume
udara atau gas yang
sama( p danT konstan)
(2.1)
Definisi lainnya menggunakan tekanan uap:
tekanan uap air padaudara atau gas
Kelembapanrelatif =
100
tekanan ua p air pada
udara atau gas jenuh (T konstan)
(2.2)
Istilah jenuh artinya adalah jumlah uap air maksimum yang dapat
ditampung oleh gas atau udara pada tekanan dan temperatur tertentu. Jika terjadi
penurunan temperatur udara atau gas jenuh, uap air akan berkondensasi
membentuk titik-titik air (Dunn, 2005).
Kelembapan spesifik, rasio kelembapan, atau kelembapan absolut dapat
didefinisikan sebagai massa uap air dalam suatu campuran dalam satuan grain
(7000 grain = 1 lb) dibagi dengan massa udara atau gas kering dalam campuran

dalam satuan pounds. Satuan ukuran juga dapat dinyatakan dalam grain (Dunn,
2005).
Rasio kelembapan=

massauap air dalam campuran


(2.3)
massa udara atau gas
kering dalam campuran
massa(uap air)
0.622 P(uap air)

=
massa(udara atau gas) P ( campuran ) P(uap air)

(2.4)
0.622

P(uap air)
P(udara atau gas)

(2.5)

Konstanta 0.622 adalah faktor konversi antara massa dan tekanan (Dunn, 2005).
Contoh 2.1 Contoh-contoh uap air di atmosfer sebagai berikut:
Awan badai gelap (cumulonimbus) bisa berisi 10 g/m3 uap air.
Awan berdensitas medium (cumulus congestus) bisa berisi 0.8 g/m3 uap air.
Awan hujan bercahaya (cumulus) berisi 0.2 g/m3 uap air.
Gumpalan awan (cirrus) berisi 0.1 g/m3 uap air.
Awan badai gelap setara dengan 100,000 ton uap air per kuadrat mil pada
tinggi awan 10,000 kaki.
Titik embun (dew point) adalah suhu pada saat kondensasi uap air di udara
atau gas yang akan didinginkan pada tekanan tetap, yaitu, suhu pada saat
campuran menjadi jenuh dan campuran itu tidak lagi menampung atau
mempertahankan semua uap air yang dikandungnya. Uap air akan mulai
berkondensasi keluar dari campuran membentuk embun atau suatu lapisan air
pada pemukaan objek yang ada (Dunn, 2005).
Suhu bola kering (dry-bulb temperature) adalah suhu ruang atau campuran
uap air dan udara (gas) yang terukur oleh termometer dengan elemen sensor
kering (Dunn,2005).
Suhu bola basah (wet-bulb temperature) adalah suhu udara (gas) yang
diindera (sensed) oleh elemen sensor basah. Udara disirkulasikan di sekitar
elemen yang menyebabkan terjadinya penguapan; kalor yang digunakan untuk
penguapan (kalor laten penguapan) mendinginkan embunan di sekeliling elemen
dan mengurangi suhunya (Dunn, 2005).

Diagram psychrometric adalah suatu kombinasi kompleks dari beberapa


grafik sederhana yang menunjukkan hubungan antara suhu bola kering, suhu bola
basah, kelembapan relatif, tekanan uap air, bobot uap air per pound dari udara
kering, BTU per pound dari udara kering, dan seterusnya. Contoh dari diagram

psychrometric ada pada gambar 2.1 yang merupakan diagram psychrometric dari
High Pipe Technology, Inc. (Dunn, 2005).
Gambar 2.1. Contoh diagram psychrometric
Contoh 2.2 Untuk mendapatkan kelembapan relatif dari suhu bola kering
dan basah, digunakan tiga garis yang ditunjukkan pada gambar 2.2a. Garisgaris tersebut menunjukkan suhu bola kering dan basah dan garis
kelembapan relatif. Misalnya, jika suhu bola kering dan basah terukur 76oF
dan 57oF, berurut-urut, gambar 2.1 menunjukkan dua garis suhu yang
berpotongan pada garis kelembapan relatif 30%, karenanya, kelembapan
relatif adalah 30% (Dunn, 2005).

Gambar 2.2 Garis yang dibutuhkan untuk menentukan (a) kelembapan relatif dan
(b) suhu kondensasi
Contoh 2.3 Jika suhu ruang adalah 75oF dan kelembapan realtifnya 55%,
seberapa jauh suhu ruangan turun sebelum terjadinya kondensasi?
Asumsikan tidak ada perubahan lain. Dalam kasus ini diperlukan
perpotongan garis suhu bola kering dan kelembapan relatif, seperti yang
dtunjukkan dalam gambar 2.2b, lalu garis horizontal yang sesuai (bobot uap
air per pound dari udara kering). Berdasarkan gambar 2.1 perpotongan jatuh
pada 0.01 lb dari kelembapan per pound dari udara kering, sebab bobot uap
air per pound dari udara kering tidak akan berubah oleh perubahan suhu.
Garis horizontal ini dapat diikuti sampai ke kiri hingga mencapai garis
kelembapan relatif 100% (titik embun). Suhu di mana garis-garis yang
melalui tersebut adalah suhu di mana embun akan mulai terbentuk, yaitu
57oF. Suhu bola kering dan basah sama pada titik ini. Beberapa diagram
menyajikan bobot uap air pada udara kering dalam satuan grain, di mana 1
lb = 7000 grain, atau 1 grain = 0.002285 oz.

Gambar 2.3 Garis yang dibutuhkan untuk menentukan (a) bobot uap air dan (b)
kalor yang dibutuhkan
Contoh 2.4 Contoh ini membandingkan bobot uap air di udara pada level
kelembapan yang berbeda. Pertanyaannya, berapa kelembapan udara pada
80oF dan kelembapan relatif 50% dibandingkan udara pada 60oF dan
kelembapan relatif 30%? Berdasarkan gambar 2.3a, dibutuhkan perpotongan
garis suhu bola kering dan kelembapan relatif. Garis horizontal di mana
mereka berpotongan memberikan bobot uap air per pound dari udara kering
sebagaimana yang telah dicontohkan. Berdasarkan gambar 2.1
perpotongannya adalah 0.0108 dan 0.0032 lb, karenanya perbedaannya =
0.0076 lb atau 53 grain.
Contoh 2.5 Seberapa banyak kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu
udara pada 50oF dan kelembapan relatif 75% menjadi 75oF dan kelembapan
relatif 45%? Berdasarkan gambar 2.3b, perpotongan dari garis suhu bola
kering dengan kelembapan relatif harus didapatkan, dan karenanya, total
garis kalor kering yang melalui perpotongan (garis-garis tersebut merupakan
perpanjangan dari garis suhu bola basah ke kalor total per pound skala udara
kering). Berdasarkan gambar 2.1 perpotongan garis suhu dan kelembapan
relatif terdapat pada 18.2 dan 27.2 Btus/lb dari udara kering, memberikan
perbedaan 9.0 Btus/lb dari udara kering.

Gambar 2.4 Garis yang dibutuhkan untuk menentukan volume per pound udara
kering
Contoh 2.6 Pada udara 75oF dan kelembapan relatif 45%, seberapa besar
kapasitas yang disediakan oleh satu pound udara kering? Digunakanlah
garis-garis yang ditunjukan pada gambar 2.4. Perpotongan pada garis suhu
bola kering dan kelembapan relatif pada kaki kubik per pound dari garis
udara kering memberikan kapasitas yang disediakan oleh 1 lb udara kering.
Berdasarkan gambar 2.1 garis berpotongan pada 13.65 ft3 menyediakan
volume yang yang berisi 1 lb udara kering.
2.1.2.
Alat-alat Pengukur Kelembapan
Hygrometers. Alat yang secara tidak langsung mengukur kelembapan oleh
penginderaan (sensing) perubahan pada sifat fisis atau elektris pada materialmaterial yang berkaitan dengan kandungan kelembapannya disebut dengan
hygrometers. Material-material seperti rambut, kulit, membran, dan lapisan tipis
dari kayu berubah panjangnya ketika menyerap air. Perubahan panjang secara
tidak langsung berhubungan dengan kelembapan. Sebagaimana alat yang
digunakan untuk mengukur kelembapan relatif dari 20 hingga 90%, dengan
akurasi sekitar 5%. Operating temperature range nya terbatas kurang dari 70oC
(Dunn, 2005).
Laminate hygrometer dibuat dengan menempelkan bilah-bilah tipis kayu
pada bilah-bilah logam tipis yang membentuk suatu lapisan. Lapisan dibentuk
spiral sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar 2.5a, selama perubahan

kelembapan berubah spiral menegang oleh perubahan pada panjang kayu. Salah
satu ujung heliks dipatenkan, dan yang lainnya ditempelkan pada pointer (mirip
dengan bilah bimetal yang digunakan untuk pengukuran suhu); skalanya dibagi
dalam% kelembapan (Dunn, 2005).

Gambar 2.5 Dua tipe hygrometer menggunakan (a) blah logam/kayu dan (b)
rambut
Hygrometer rambut adalah tipe hygrometer yang paling sederhana dan
paling kuno. Ia dibuat dari rambut yang ditunjukkan pada gambar 2.5b. Rambut
manusia memanjang 3% ketika kelembapan berubah dari 0 hingga 100%,
perubahan panjang dapat digunakan untuk mengendalikan pointer untuk
pembacaan visual atau suatu transduser yang bertindak sebagai suatu transformer
diferensial variabel linear (LVDT) untuk keluaran listrik. Hygrometer rambut
memiliki akurasi sekitar 5% untuk range kelembapan 20 hingga 90% sepanjang
range suhu 5 hingga 40oC (Dunn, 2005).

Gambar 2.6 Metode pengukuran kelembapan (a) elektrik menggunakan elektrodaelektroda dengan inter-digitated fingers yang dikover dengan material higroskopis
dan (b) sling psychrometer

Hygrometer resistif atau sensor kelembapan resistif terdiri dari dua elektroda
dengan inter-digitated fingers dalam suatu pengisolasi substrat seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.6a. Elektroda-elektroda dilapisi dengan material
higroskopis (salah satunya yang mengabsorbsi air seperti litium klorida). Material
higroskopis menyediakan suatu lintasan konduktif antara elektroda-elektroda;
koefisien resistansi dari lintasan adalah berbanding terbalik dengan kelembapan.
Kemungkinan yang lain, elektroda-elektroda dapat dilapisi dengan suatu film
polimer curah yang membebaskan ion-ion yang sebanding dengan kelembapan
relatif; koreksi suhu dapat digunakan dengan akurasi 2% selama range suhu
operasi 40 hinngga 70oC dan kelembapan relatif dari 2 hingga 98%. Suatu
tegangan AC normalnya digunakan pada alat tipe ini, yaitu pada 1 kHz
kelembapan relatif berubah dari 2 hingga 98% akan secara khas memberikan
suatu perubahan resistansi dari 10 M hingga 1k. Variasi dari alat ini yaitu
elektrolitik dan resistance-capacitance hygrometer (Dunn, 2005).
Capacitance hygrometer. Suatu konstanta dielektrik dari beberapa film
polimer berubah secara linier oleh kelembapan, sehingga kapasitansi antara dua
plat yang menggunakan polimer sebagai dielektrik secara langsung sebanding
dengan kelembapan. Alat kapasitif memiliki ketahanan yang baik, bekerja pada
range suhu 0 hingga 100oC, memiliki waktu respon yang cepat, dan bisa menjadi
compensated temperature dengan akurasi 0.5% sepanjang range kelembapan
penuh (Dunn, 2005).
Pisoelektrik atau sorption hygrometers menggunakan dua osilator kristal
pisoelektrik; salah satunya digunakan sebagai referensi dan ditutup pada atmosfer
kering, dan lainnya disingkapkan pada kelembapan yang akan diukur.
Kelembapan menambah massa kristal yang mengurangi resonansi frekuensinya.
Dengan membandingkan frekuensi dari dua osilator, kelembapan dapat dihitung.
Kelembapan berisi gas dari 1 hingga 25,000 ppm dapat diukur (Dunn, 2005).
Psychrometers. Suatu psychrometer menggunakan kalor laten dari penguapan
untuk menetukan kelembapan realtif. Jika suhu udara diukur dengan suatu
termometer bola kering dan termometer bola basah, dua suhu itu dapat digunakan
berdasarkan diagram psychrometric untuk mendapatkan kelembapan relatif,

tekanan uap air, konten kalor, dan bobot uap air di udara. Air menguap dari bola
basah melakukan usaha untuk jenuh di udara sekitar. Energi dibutuhkan untuk air
menguap mendinginkan termometer, sehingga semakin kering suatu hari, semakin
banyak air menguap dan, karenanya, semakin rendah suhu bola basah (Dunn,
2005).
Untuk mencegah udara di sekitar bola basah dari keadaan jenuh, harus ada
pergerakan udara di sekitar bola basah. Hal ini dapat dicapai dengan suatu kipas
kecil atau dengan menggunakan suatu sling psychrometer (psychrometer
gantung), yang merupakan suatu kerangka penyangga di antara termometer kering
dan basah yang dapat memutar suatu gagang seperti yang ditunjukkan dalam
gambar 2.6b. termometer diputar 15 sampai 20 s. Suhu bola basah diambil
sesegera mungkin setelah rotasi berhenti sebelum ia mengalami perubahan, dan
kemudian suhu bola kering diambil (yang tidak berubah) (Dunn, 2005).
Alat pengukur titik embun (dew point). Suatu metode untuk mengukur
kelembapan yang sederhana adalah untuk mendapatkan titik embun. Hal ini bisa
dicapai dengan mendinginkan udara atau gas hingga air berkondensasi pada suatu
objek dan kemudian mengukur suhu pada saat terjadinya kondensasi. Secara khas,
suatu permukaan yang berkaca, stainless steel yang dipoles, atau permukaan silver
itu didinginkan dari sisi belakang, oleh air dingin, pendingin, atau pendingin
Peltier. Karena suhu turun, suatu titik dicapai di mana titik dari udara atau gas
mulai membentuk pada permukaan kaca. Kondensasi dideteksi oleh refleksi
pancaran sinar oleh kaca ke suatu photocell. Intensitas dari udara yang
direfleksikan berkurang selama terjadinya kondensasi dan suhu kaca pada titik
tersebut dapat diukur (Dunn, 2005).
Alat pengukur daya muat kelembapan (moisture content). Daya muat
kelembapan dari material sangat penting pada beberapa proses. Ada dua metode
yang biasanya digunakan untuk mengukur daya muat kelembapan; yaitu dengan
menggunakan microwave atau dengan pengukuran reflektansi dari material
terhadap sinar infrared (Dunn, 2005).
Microwave absorption oleh uap air adalah metode yang digunakan untuk
mengukur kelembapan dalam suatu material. Microwave (1 hingga 100 GHz)

diserap oleh uap air dalam material. Amplitudo relatif dari yang tertransmisi dan
microwave yang melewati material diukur. Perbandingan amplitudo tersebut
adalah ukuran dari daya muat kelembapan dari material (Dunn, 2005).
Infrared absorbtion menggunakan sinar infrared menggantikan microwave.
Kedua metode ini mirip. Untuk kasus infrared, pengukuran didasarkan pada
kemampuan material untuk menyerap dan menghamburkan radiasi infrared
(reflektansi). Reflektansi bergantung pada komposisi kimiawi dan daya muat
kelembapan. Suatu sinar infrared dipancarkan pada material dan energi dari sinar
yang dipantulkan diukur. Panjang gelombang yang terukur dan amplitudo dari
sinar yang dipantulkan dibandingkan dengan panjang gelombang dan amplitudo
incident (sumber); perbedaan antara keduanya berhubungan dengan daya muat
kelembapan (Dunn, 2005).
Metode yang lain adalah dengan perubahan warna oleh penyerapan
kelembapan dari bahan kimia tertentu dan pengukuran perubahan massa, refleksi
neutron, atau resonansi magnetik inti (nuclear) (Dunn, 2005).
Pertimbangan aplikasi kelembapan. Meskipun, bola basah dan kering adalah
standard untuk melakukan pengukuran kelembapan relatif, yang lebih up to date
dan lebih mudah untuk membuat metode elektris seperti alat kapasitansi dan
resistivitas saat ini telah tersedia dan bakal digunakan secara praktis. Alat-alat ini
kecil, bandel, terpercaya, dan akurat dengan daya tahan tinggi, dan jika
dibutuhkan dapat dikalibrasi oleh National Institute of Standards and Technology
(NIST) dengan metode hygrometer gravimetrik yang diterima. Dengan
menggunakan metode-metode tersebut, uap air pada suatu gas yang diabsorbsi
oleh bahan-bahan kimia yang ditimbang sebelum dan sesudah untuk menentukan
jumlah uap air yang diserap dalam suatu volume gas dari kelembapan relatif yang
bisa diukur (Dunn, 2005).

2.2. Densitas dan Bobot Jenis (Specific Gravity)


2.2.1. Istilah-istilah Dasar
Densitas material didefinisikan sebagai massa per satuan volume. Satuan
densitas adalah pounds (slug) per kaki kubik [lb(slug)/ft3] atau kilogram per meter
kubik (kg/m3) (1 kaki = 0.3048 meter. 1 pound massa = 1 lbm = 0.45359237 kg. 1
slug = 1 lb sekon2/kaki) (Dunn, 2005).
Specific weight didefinisikan sebagai berat per satuan volume dari
material, yaitu pounds per kaki kubik (lb/ft3) atau newton per meter kubik (N/m3).
Specific gravity (SG) dari suatu cairan atau padatan didefinisikan sebagai
densitas material dibagi dengan densitas air atau specific weight material dibagi
dengan specific weight air pada suhu yang ditetapkan. Specific gravity gas adalah
densitasnya/specific weight dibagi dengan densitas/specific weight udara pada
60oF dan tekanan 1 atmosfer (14.7 psia) (Dunn, 2005).
Hubungan antara densitas dan specific weight yaitu (Dunn, 2005):
=g
(2.6)
di mana g adalah percepatan gravitasi 32.2 ft/s2 atau 9.8 m/s2 yang tergantung
pada satuan yang digunakan.
Contoh 2.7 Berapa densitas suatu material yang specific weight nya 27
kN.m3 ?

27 kN
m3
kg
=g=
=27.5 10 3 3
m
m
9.8 3
s

Tabel 2.1 menunjukkan daftar densitas dan specific weight dari beberapa
material yang umum.

Tabel 2.1 Densitas dan Specific Weights

2.2.2. Alat-alat Pengukur Densitas


Hidrometer adalah alat yang paling sederhana untuk mengukur specific weight
atau densitas dari liquid. Alat tersebut terdiri dari tabung gelas berskala, dengan
suatu pemberat di salah satu ujungnya, yang menyebabkan alat mengambang ke
atas. Alat tersebut tenggelam dalam liquid hingga titik kesetimbangan antara
beratnya dan daya apungnya dicapai. Specific weight atau densitas kemudian
dapat dibaca secara langsung dari skala pada tabung. Alat tersebut digambarkan
dalam gambar 2.7a (Dunn, 2005).

Gambar 2.7 (a) Hidrometer dasar (b) hidrometer induksi


Bagian-bagian hidrometer yaitu batang hidrometer yang berfungsi untuk
pengangan awal sebelum hidrometer dicelupkan pada cairan, serta sebagai tempat
skala hidrometer, skala hidrometer yang merupakan ukuran massa jenis cairan
yang akan diukur, kaca bohlam tempat tertampungnya udara, dan beban yang
terbuat dari timbal berfungsi untuk memposisikan hidrometer tegak lurus dengan
permukaan air (Afandi, 2014).

Termohidrometer adalah kombinasi dari hidrometer dan termometer,


sehingga specific weight/densitas dan suhu keduanya dapat direkam dan specific
weight/densitas dikoreksi dari tabel lookup pada perubahan suhu untuk
meningkatkan akurasi pembacaan (Dunn, 2005).
Hidrometer induksi digunakan untuk mengkonversi specific weight atau
densitas liquid menjadi suatu sinyal listrik. Pada kasus ini, suatu volume tetap
liquid yang diatur oleh tabung yang penuh digunakan pada set tipe yang
ditunjukkan dalam gambar 2.7b, alat yang bergerak, atau hidrometer, mengandung
besi halus atau mirip tempelan mata logam. Mata ini diletakkan pada suatu koil
yang membentuk bagian dari suatu rangkaian jembatan. Karena densitas/specific
weight liquid berubah, gaya apung pada alat yang bergerak berubah. Pergerakan
ini dapat diukur dengan koil dan dikonversi menjadi pembacaan densitas (Dunn,
2005).
Sensor getaran adalah suatu metode alternatif untuk pengukuran densitas
fluida (lihat gambar 2.8a). Fluida dilewatkan pada suatu tabung U yang memiliki
bantalan yang fleksibel sehingga ia dapat bervibrasi ketika digerakkan dari suatu
sumber yang ada di luar. Amplitudo dari getaran berkurang oleh specific weight
atau densitas dari penambahan fluida, sehingga dengan mengukur amplitudo
getaran, specific weight/densitas dapat dihitung (Dunn, 2005).

Gambar 9.8 Metode alternatif untuk pengukuran densitas (a) sensor getaran dan
(b) sistem bubbler
Tekanan pada dasar kolom liquid pada tinggi yang diketahui (h) dapat
diukur untuk menentukan densitas dan specific gravity liquid. Densitas liquid
diberikan (Dunn, 2005)

p
(2.7)
gh
Specificweight diberikan
p
=
(2.8)
h
Contoh 2.8 berapa tekanan pada dasar kolom liquid jika ketinggian kolom
=

adalah 298 cm dan densitas liquid nya adalah 1.26 103 kg/m3 ?
298
p=gh=1.26 9.8
=36.8 Pa
100
Berat dari suatu volume liquid yang diketahui dapat digunakan untuk
menentukan densitas, yaitu suatu wadah dari volume yang diketahui dapat diisi
dengan suatu liquid dan keadaan penuh dan kosong ditimbang. Perbedaan berat
memberikan berat liquid, yang dari densitas tersebut dapat dikalkulasi
menggunakan persamaan berikut (Dunn, 2005):
W W c
= f
g Vol
di mana Wf = berat wadah + liquid
Wc = berat wadah
Vol = volume dari wadah

(2.9)

Differential bubblers dapat digunakan untuk mengukur densitas atau


specific weight liquid. Gambar 2.8b menunjukkan set yang menggunakan sistem
bubbler. Dua suplai udara digunakan untuk menyuplai dua tabung yang ujungnya
pada kedalaman yang berbeda dalam liquid, perbedaan tekanan udara antara dua
suplai udara secara langsung berhubungan denga densitas liquid dengan
persamaan berikut (Dunn, 2005):
p
=
(2.10)
gh
di mana p adalah perbedaan tekanan dan h adalah perbedaan ketinggian dari
bawah dua tabung.
Contoh 2.9 Berapa densitas liquid pada sistem gelembung jika tekanan 500
Pa dan 23kPa diukur pada ketinggian 15 cm dan 6.5 m, berurut-urut?
23500/ 1000
230.5
3
3
=
=
=0.36 10 kg/ m
( 6.515/ 100 ) 9.8 (6.50.15) 9.8
Sensor densitas radiasi terdiri dari suatu sumber radiasi yang bertempat pada
salah satu sisi pipa dari wadah dan suatu sensing device pada sisi yang lain.

Sensor yang dikalibrasi dengan pipa atau wadah kosong, dan kemudian diisi.
Setiap perbedaan pada pengukuran radiasi disebabkan oleh densitas liquid yang
kemudian dapat dihitung (Dunn, 2005).
Densitas gas normalnya diukur oleh sensing frekuensi vibrasi suatu balingbaling di udara, atau oleh penimbangan suatu volume gas dan membandingkannya
dengan berat pada volume udara yang sama (Dunn, 2005).
2.2.3. Penerapan yang Berkaitan dengan Densitas
Idealnya, ketika pengukuran densitas suatu liquid, harusnya terdapat beberapa
pergolakan untuk memastikan densitas yang seragam seluruh liquid. Hal ini untuk
menghindari gradien-gradien densitas yang diakibatkan oleh gradien suhu pada
liquid dan pencampuran yang belum rampung dari liquids pada suhu yang
berbeda. Pergolakan yang berlebih harus dihindari (Dunn, 2005).
Peralatan pengukur densitas tesedia untuk suhu dan tekanan ekstrem, seperti
dari 150 hingga 600oF dan pada tekanan lebih dari 1000 psi. Ketika mengukur
liquids yang bersifat korosif, abrasif, mudah menguap, dan semacamnya alat-alat
(alat ukur yang hendak digunakan) hendaknya disesuaikan (Dunn, 2005).

Gambar 2.9 Ilustrasi (a) aliran laminar Newtonian (b) drag-type viskometer
2.3. Viskositas
2.3.1.
Istilah-istilah Dasar
Viskositas dalam fluida adalah suatu hambatan pada perubahan bentuknya, yang
disebabkan gaya tarik molekuler pada liquid yang menghambat setiap pergerakan
pada aliran atau gerakan. Ketika suatu gaya diterapkan pada fluida pada keadaan
diam, lapisan molekular pada fluida cenderung tergelincir ke atas yang lainnya
seperti pada gambar 2.9a. Gaya F yang menghambat pergerakan dalam fluida
yaitu (Dunn, 2005)
AV
F=
y
di mana A = luas batas yang digerakkan
V = kecepatan dari pergerakan batas
y = jarak antar batas
= koefisien viskositas, atau viskositas dinamik

(2.11)

Satuan dari pengukuran harus konsisten.


Sheer stress adalah gaya per satuan luas dan dinyatakan dalam rumus:
y
=
V
(2.12)
di mana adalah sheer stress atau gaya per satuan luas.
Jika F adalah dalam punds, A dalam kaki kuadrat, V dalam kaki per sekon,
dan y dalam kaki, maka adalah dalam pound sekon per kaki kuadrat. Dimana,
jika F dalam newton, A dalam meter kuadrat, V dalam meter per sekon, dan y

dalam meter, maka adalah dalam newton sekon per meter kuadrat. Daftar
sederhana dari viskositas fluida disajikan dalam tabel 2.2 (Dunn, 2005)
Tabel 2.2 Viskositas dinamis, pada 68oF dan tekanan atmosfer standard

Satuan standard viskositas adalah poise, di mana satu centipoise (poise/100)


adalah viskositas air pada 68.4oF. Konversi disajikan di tabel 7.1. (1 centipoise =
2.09 10-5 lb s/ft2) (Dunn, 2005).
Ketika suhu suatu benda bertambah, semakin banyak energi yang diberikan
pada atom yang membuat mereka semakin aktif dan hal tersebut secara efektif
mengurangi gaya tarik molekuler. Pertukaran ini mengurangi gaya tarik antara
lapisan-lapisan fluida yang mengurangi viskositas, yaitu viskositas berkurang oleh
bertambahnya suhu (Dunn, 2005).
Fluida Newtonian adalah fluida yang memperlihatkan hanya aliran laminar
seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.9a dan konsisten dengan suhu. Hanya
fluida newtonian yang akan digunakan (Dunn, 2005).
2.3.2.
Instrumen-instrumen Pengukur Viskositas
Viskometer atau viskosimeter digunakan untuk mengukur hambatan
pergerakan pada liquid dan gas. Beberapa tipe instumen yang berbeda telah
didesain untuk mengukur viskositas, seperti inline falling-cylinder viscometer, the
drag-type viscometer, dan the Saybolt universal viscometer. Angka kenaikan
gelembung-gelembung pada liquid dapat juga digunakan untuk suatu ukuran
viskositas liquid (Dunn, 2005).
The falling-cylinder viscometer menggunakan prinsip di mana suatu objek
ketika dijatuhkan ke liquid akan turun ke dasar bejana pada angka yang
ditetapkan; angka dari turunnya ditentukan oleh ukuran, bentuk, densitas objek,
dan densitas serta viskositas liquid. Semakijn tinggi viskositas, semakin lama
objek akan mencapai dasar bejana. Alat The falling-cylindermengukur angka

turun dari suatu silinder di dalam liquid dan mengkorelasikan angka turun pada
viskositas liquid (Dunn, 2005).
Rotating disc viscometer adalah suatu alat bertipe drag. Alat terdiri dari dua
silinder konsentris (memiliki pusat yang sama) dan jarak antara kedua silinder
diisi dengan liquid yang akan diukur, seperti pada gambar 2.9b. bagian dalam
silinder digerakkan oleh suatu motor listrik dan gaya pada luar silinder diukur
dengan mencatat pergerakannya melawan suatu torsion spring; viskositas liquid
kemudian dapat ditentukan (Dunn, 2005).
Saybolt instrument mengukur waktu pada sejumlah fluida tertentu untuk
mengalir melalui suatu lubang ukuran standard atau tabung kapiler dengan suatu
bor yang akurat. Waktu diukur pada Saybolt dalam sekon, yang secara langsung
berhubungan dan bisa secara mudah dikonversi ke satuan viskositas lainnya
(Dunn, 2005).
Contoh 2.10 Dua plat paralel dipisahkan sejauh 0.45 in diisi dengan liquid
dengan viskositas 7.6 10-4 lb s/ft2. Berapakah gaya yang bekerja pada 1
kaki2 pada plat, jika plat yang lain diberi kecepatan 4.4 ft/s ?
7.6 104 lb s 1 f t 2 4.4 ft 12
F=
=0.089 lb
2
ft 0.45 ft s
2.4. Pengukuran pH
2.4.1.
Istilah-istilah Dasar
Pada banyak pengoperasian proses, air murni dan netral dibutuhkan untuk
membersihkan atau mencairkan bahan kimia lain, yaitu air yang tidak
mengandung asam atau basa. Air mengandung ion-ion hidrogen dan ion-ion
hidroksil. Ketika ion-ion tersebut ada dalam perbandingan yang benar air bersifat
netral. Kelebihan ion hidrogen menyebabkan air menjadi asam dan ketika di situ
kelebihan ion hidroksil, air menjadi basa. pH (power of hydrogen) dari air diukur
kadar keasaman atau kebasaannya; air netral memiliki nilai pH 7 pada 77oF
(25oC). Ketika air menjadi asam nilai pH berkurang. Sebaliknya, ketika air
menjadi basae nilai pH bertambah. Nilai pH menggunakan log pada basis skala
10, yaitu perubahan 1 pH satuan berarti bahwa konsentrasi ion hidrogen
bertambah (atau berkurang) oleh faktor 10 dan perubahan 2 pH satuan berarti
konsentrasi berubah oelh faktor 100. Nilai pH didapatkan dari (Dunn, 2005)
pH =log 10 [1/konsentrasiion hidrogen]
(2.13)

Nilai pH liquid dapat berkisar dari 0 hingga 14. Konsentrasi ion hidrogen
adalah dalam gram per liter, yaitu pH 4 berarti bahwa konsentrasi ion hidrogen
adalah 0.0001 g/l pada 25oC. Asam hidroklorik atau sulfurik kuat akan memiliki
pH antara 0 sampai 1 (Dunn, 2005).

Contoh 2.11 Ion hidrogen yang dikandung dalam air berubah dari 0.15 g/L ke
0.00025 g/L. Berapa banyak pH berubah?

2.4.2.
Alat-alat pengukur pH
pH normalnya diukur dengan suatu indikator kimia atau pH meter. Warna akhir
dari indikator kimia bergantung pada konsentrasi ion hidrogen; keakuratannya
hanya 0.1 hingga 0.2 pH satuan. Untuk indikasi asam, basa, atau air netral, kertas
lakmus digunakan; ia berubah menjadi pink ketika asam, biru ketika basa, dan
tetap putih ketika netral (Dunn, 2005).

Gambar 2.10 Menunjukkan rangkaian (A) suatu sensor pH dan (b) elektroda pH
sensing
Suatu sensor pH normalnya terdiri dari sensing electrode dan reference
electrode yang dicelupkan pada larutan uji yang membentuk sel elektrolitik,
sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar 2.10a. salah satu elektrode
mengandung potasium klorida jenuh (basa) larutan yang bekerja sebagai referensi;
elektroda dihubungkan secara elektris pada larutan uji melalui jembatan liquid.
Elektroda yang lain mengandung suatu buffer yang mengatur elektroda kontak
dengan sampel liquid. Elektroda dihubungkan ke differential amplifier, yang
menguatkan perbedaan tegangan di antara elektroda, menghasilkan tegangan
output yang sebanding dengan pH larutan. Gambar 0.10b menunjukkan pH
sensing electrode (Dunn, 2005).
2.4.3.
Penerapan yang Berkaitan dengan pH
pH air netral bervariasi dengan suhu, yaitu air netral memiliki pH sekitar 7.5 pada
32oF dan sekitar 6 pada 212oF. Sistem pH normalnya diseimbangkan suhu secara
otomatis. Peralatan uji pH harus dijaga tetap bersih dan bebas dari kontaminasi.
Kalibrasi dari alat uji dilakukan secara komersial dengan larutan buffer yang ada
dengan nilai pH yang diketahui. Sekali lagi, kebersihan antara setiap pembacaan
adalah perlu untuk mencegah kontaminasi (Dunn, 2005).

BAB III
PENUTUP
Bab ini mengenalkan kelembapan, hubungannya dengan titik embun, dan suhu.
Diagram psychrometric ditunjukkan dan instruksi diberikan untuk bagaimana
membaca diagram. Istilah kelembapan dan instrumen dijelaskan. Densitas,
specific weight, dan specific gravity didefinisikan bersama dengan instrumen
pengukuran. Viskositas dan pH telah dikenalkan dengan definisi dan alat-alat
ukur.
Poin utama yang dibahas dalam bab ini antara lain:
1. Definisi dan hubungan antara kelembapan spesifik, kelembapan relatif,
dan titik embun
2. Menggunakan diagram psychrometric untuk mendapatkan titik embun,
dan bobot uap air yang hancur dalam atmosfer dari data suhu
3. Macam-macam tipe instrumen yang digunakan untuk pengukuran
kelembapan langsung dan tidak langsung
4. Densitas, specific weight, dan specific gravity didefinisikan dengan
contoh dalam satuan inggris dan SI. Instrumen pengukur specific weight
dan specific gravity telah dijelaskan
5. Instrumen yng digunakan dalam pengukuran densitas dan specific
weight
6. Istilah dasar dan definisi yang digunakan dalam viskositas, hubungannya
dengan aliran dengan contoh, dan instrumen yang digunakan untuk
pengukuran viskositas
7. Pengenalan istilah pH, nilainya ketika menentukan keasaman atau ke
basaan, dan instrumen yang digunakan untuk mengukur pH.

DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Y. 2014. Alat Ukur Hidrometer. Sumber: https://yusufaffandi11.
wordpress.com/2014/03/07/hidrometer/
Dunn, W.C. 2005. Fundamentals of Indusrial Instrumentation and Process
Control. New York: McGraw Hill
Gunarsih. 2001. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman.
Jakarta: Bina Aksara

Anda mungkin juga menyukai