Anda di halaman 1dari 4

perdarahan sisa plasenta pada ibu nifas

Posted on January 7, 2014 by tarmudilosari Posted in gangguan reproduksi, nifas patologis


Leave a comment
1. 1.
a.

Perdarahan Sisa Plasenta


Definisi

Perdarahan sisa plasenta adalah perdarahan yang terjadi akibat tertinggalnya kotiledon dan
selaput kulit ketuban yang menggangu kontraksi uterus dalam menjepit pembuluh darah dalam
uterus sehingga mengakibatkan perdarahan (Winkjosastro, 2008).
Perdarahan sisa plasenta adalah perdarahan yang melebihi 500 cc setelah bayi lahir karena
tertinggalnya sebagian sisa placenta termasuk selaput ketuban (Saifudin, 2002).
Tertinggalnya bagian plasenta dalam uterus yang dapat menimbulkan perdarahan post partum
primer atau perdarahan post partum sekunder (Sujiyatini, 2011).
1. b.

Bentuk perdarahan

1)
Perdarahan pasca partus berkepanjangan sehingga pengeluaran lochea disertai darah >7-10
hari.
2)

Dapat terjadi perdarahan baru setelah partus pengeluaran lochea normal.

3)

Dapat berbau akibat plasenta rest


1. c.

1)

Etiologi

Perdarahan yang sudah pada kala III

Hal ini disebabkan oleh pemijatan rahim yang tidak merata. Pijatan sebelum plasenta lepas,
pemberian uterotonika dan lain-lain.
2)

Tindakan pengeluaran plasenta dengan cara Brandt Andew

a)
Hal ini disebabkan karena tarikan pada tali pusat pada saat melahirkan plasenta (achadiat,
2004).
b)
Karena cara menekan dan mendorong uterus yang terlalu dalam sedangkan plasenta belum
terlepas dari uterus (Winkjosastro, 2008).
3)

Perdarahan dari tempat implantasi plasenta (Winkjosastro, 2008).

Kotiledon atau selaput ketuban tersisa

Plasenta susenturiata

Plasenta akreta, inkreta, perkreta

1. d.

Patofisiologi

Tertinggalnya plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus sehingga masih ada
pembuluh darah yang tetap terbuka (Saifuddin, 2002).

Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat
berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan (Sujiyatini, 2011).

1. e.
1)

Tanda dan Gejala

Perdarahan terus menerus

Pada palpasi didapatkan fundus uteri masih dapat teraba yang lebih besar dari yang diperkirakan.
2)

Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang (Sujiyatini, 2011)

3)

Plasenta tidak lengkap/utuh saat dilahirkan (Obgynacea, 2009)

4)

Adanya tanda-tanda syok (Wirakusumah, 2002)

a)

Mual

b)

Gelisah

c)

Peningkatan nadi

d)

Penurunan tekanan darah

5)

Evaluasi pemeriksaan dalam

a)

Terdapat pembukaan dan masih dapat diraba sisa plasenta atau membrannya.

b)

Sub involusio uteri karena infeksi dan menimbulkan perdarahan terlambat.


1. f.

1)

Diagnosis

Untuk mengkaji adanya sisa plasenta perlu dilakukan palpasi uterus.

2)
Memeriksa kontraksi uterus, jika terdapat perdarahan dengan indikasi sisa plasenta uterus
berkontraksi tetapi tinggi fundus uteri tidak berkurang.
3)

Perdarahan segera setelah persalinan primer.

4)
Untuk mengkaji adanya sisa plasenta perlu dilakukan penilaian klinik yaitu dengan
memeriksa kelengkapan plasenta (Saifuddin, 2002).
5)

Perdarahan pasca persalinan 500 ml selama 24 jam pertama.

6)

Ditemukan tanda-tanda syok.

7)

Dilakukan pemeriksaan inspekulo (Wirakusumah, 2002).


1. g.

1)

Penatalaksanaan

Tindakan penanganan

Pasang infus

Berikan antibiotik adekuat

Berikan uterotonika : oksitosin/metergin

Tindakan definitif : kuretase dan diperiksakan Sp.OG

2)

Menurut Nugroho, 2010 penatalaksanaan sisa plasenta, yaitu :

Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan melakukan pemeriksaan


kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan
pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi ke tempat bersalin
dengan keluhan perdarahan setelah beberapa hari pulang ke rumah dan subinvolusi
uterus.

Berikan antibiotika karena perdarahan juga merupakan gejala metritis. Antibiotika yang
dipilih adalah Ampisilin dosis awal 1 gr IV dilanjutkan 31 gr oral dikombinasi dengan
Metronidazol 1 gr suppositoria dilanjutkan 3500 mg oral

Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau
jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta
dengan dilatasi dan kuretase

Bila kadar Hb < 8 g/dL berikan transfusi darah

Bila kadar Hb > 8 gr/dL, berikan Sulfas Ferrous 600 mg/hari selama 10 hari.
3)
Menurut Achadiat, 2004 penatalaksaaan sisa plasenta, yaitu bila hanya sisa plasenta (rest
placentae), pengeluaran dilakukan secara digital/manual ataupun dengan menggunakan kuret
besar dan tajam secara hati-hati.
4)

Menurut buku Obgynacea, 2009 penatalaksanaan retensi sisa plasenta, yaitu :

Berikan antibiotika kombinasi :

Ampisilin 1 gr IV, dilanjutkan dengan ampisilin 31 gr per oral

Metronidazol 1 gr suppositoria, dilanjutkan Metronidazol 3500 mg per oral

Jika serviks terbuka : lakukan eksplorasi digital untuk mengeluarkan bekuan darah atau
jaringan.

Jika serviks hanya dapat dilalui instrumen : lakukan evakuasi sisa plasenta dengan AVM atau
kuretase

Jika kadar Hb <8 gr% berikan transfusi darah

Jika kadar Hb 8 gr% Sulfas Ferrous 600 mg/hari per oral selama 10 hari.
5)

Menurut Saifuddin, 2002 penatalaksanaan sisa plasenta yaitu :

Raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta. Eksplorasi manual uterus
menggunakan teknik yang serupa dengan teknik yang digunakan untuk mengeluarkan
plasenta yang tidak keluar.

Keluarkan sisa plasenta dengan tangan, cunam ovum atau kuret besar.

Catatan : jaringan yang melekat dengan kuat, mungkin merupakan plasenta akreta. Usaha untuk
melepaskan plasenta yang melekat kuat dapat mengakibatkan perdarahan berat atau perforasi
uterus, yang biasanya membutuhkan tindakan histerektomi.

Jika perdarahan berlanjut, lakukan uji pembekuan darah dengan menggunakan uji
pembekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya bekuan darah setelah 7 menit atau
terbentuknya bekuan darah yang lunan yang mudah hancur menunjukkan adanya
kemungkinan koagulopati.

1. h.

Komplikasi plasenta restan

1)

Sumber infeksi dan perdarahan potensial

2)

Terjadi plasenta polip

3)

Degenerasi karsio carcinoma

4)

Dapat menimbulkan gangguan pembekuan darah (Manuaba, 2008).

Anda mungkin juga menyukai