Anda di halaman 1dari 72

Mar

17

oligohidramnion
OLIGOHIDRAMNION
A. Definisi
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari
500 cc. VAK (Volume Air Ketuban) meningkat secara stabil saat kehamilan, volumenya sekitar 30 cc pada 10
minggu dan mencapai puncaknya 1 Liter pada 34-36 minggu, yang selanjutnya berkurang. Rata-rata sekitar
800 cc pada akhir trisemester pertama sampai pada minggu ke-40. Berkurang lagi menjadi 350 ml pada
kehamilan 42 minggu, dan 250 ml pada kehamilan 43 minggu. Tingkat penurunan sekitar 150 ml/minggu
pada kehamilan 38-43 minggu.

B. Etiologi
Penyebab
pasti
terjadinya
oligohidramnion
masih
belum
diketahui.
Beberapa
keadaan berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu berhubungan dengan obstruksi saluran traktus
urinarius
janin
atau
renal
agenesis.
Adapun penyebab terjadinya oligohidramnion menurut beberapa ahli yaitu:
Fetal:

Maternal :

Kromosom

Dehidrasi

Congenital

Insufisiensi uteroplasental

Hambatan pertumbuhan janin

Preeklamsia

Kehamilan poster

Diabetes

Premature ROM (Rupture of amnioticmembranes)

Hypoxia kronis

Sumber :
From Peipert and Donnenfeld (2001)

C. Manifestasi Klinis
Beberapa gejala klinis yang timbul pada kasus oigohidramnion yaitu:
1.
Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
2.

Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.

3.

Sering berakhir dengan partus prematurus.

4.

Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.

5.

Persalinan lebih lama dari biasanya.

6.

Sewaktu his akan sakit sekali.

7.

Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.

Selain itu, terdapat beberapa factor-faktor yang sangat berisiko pada wanita yang dapat
meningkatkan insidensi kasus oligohidramnion yaitu:
1.
Anomali kongenital (misalnya : agenosis ginjal, sindrom potter).
2.

Retardasi pertumbuhan intra uterin.

3.

Ketuban pecah dini (24-26 minggu).

4.

Sindrom paska maturitas.

A. Penatalaksanaan
Penanganan oligohidramnion bergantung pada situasi klinik dan dilakukan pada fasilitas
kesehatan yang lebih lengkap mengingat prognosis janin yang tidak baik. Kompresi tali pusat selama proses
persalinan biasa terjadi pada oligohidramnion, oleh karena itu persalinan dengan sectio caesarea
merupakan pilihan terbaik pada kasus oligohidramnion. Selain itu, pertimbangan untuk melakukan SC
karena :
1.
Index kantung amnion (ICA) 5 cm atau kurang
2.

Deselerasi frekuensi detak jantung janin

3.

Kemungkinan aspirasi mekonium pada kehamilan postterm.

B. Terapi
1.

Tindakan Konservatif

2.

Tirah baring.

3.
Hidrasi.
Perbaikan nutrisi.
4.

Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp).

5.

Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.

6.

Amnion infusion.

7.

Induksi dan kelahiran

C. Pemeriksaan Penunjang
1.
USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau ginjal yang sangat
abnormal)
2.

Rontgen perut bayi

3.

Rontgen paru-paru bayi

4.

Analisa gas darah.

Definisi
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu
kurang dari 500 cc.
B. Etiologi
Etiologi belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenosis janin.
Etiologi primer lainnya mungkin oleh karena amnion kurang baik pertumbuhannya dan
etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah dini.
C. Patofisiologi
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang
berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion (cairan
ketuban yang sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana
cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak
memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan
gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit,
maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada
posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru
hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena
kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada
ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan
tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter.
-

Gejala Sindroma Potter berupa :


Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang

lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang).


- Tidak terbentuk air kemih
-

Gawat pernafasan,

D. Wanita dengan kondisi berikut memiliki insiden oligohidramnion yang tinggi.


1. Anomali kongenital (misalnya : agenosis ginjal, sindrom patter).
2. Retardasi pertumbuhan intra uterin.
3. Ketuban pecah dini (24-26 minggu).
4. Sindrom paska maturitas.

E. Gambaran Klinis
1. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
2. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
3. Sering berakhir dengan partus prematurus.
4. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.
5. Persalinan lebih lama dari biasanya.
6. Sewaktu his akan sakit sekali.
7. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:

- USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau ginjal yang
sangat abnormal)
- Rontgen perut bayi
- Rontgen paru-paru bayi
- Analisa gas darah.
.
G. Akibat Oligohidramnion
1. Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan dan
pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi partus prematurus yaitu picak
seperti kertas kusut karena janin mengalami tekanan dinding rahim.
2. Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti club-foot,
cacat bawaan karena tekanan atau kulit jadi tenal dan kering (lethery appereance).
H. Tindakan Konservatif
1. Tirah baring.
2. Hidrasi.
3. Perbaikan nutrisi.
4. Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp).
5. Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
6. Amnion infusion.
7. Induksi dan kelahiran.

Cairan ketuban adalah salah satu bagian dari sistem pendukung kehidupan bayi
yang terbentuk sekitar 12 hari setelah pembuahan. Cairan ini bisa melindungi
bayi dan membantu pertumbuhan dan perkembangan otot, kaki, paru-paru dan
sistem pencernaan bayi, menjadi bantalan untuk melindungi janin terhadap
trauma dari luar, menstabilkan perubahan suhu, pertukaran cairan, sarana yang
memungkinkan janin bergerak bebas, sampai mengatur tekanan dalam rahim.
Tak hanya itu air ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi.
Pada awalnya cairan ketuban berisi air yang berasal dari ibunya, tapi pada usia
kehamilan 20 minggu cairan ketuban berisi urin janin. Cairan ketuban ini bisa
terlalu rendah atau terlalu tinggi, jika terlalu rendah disebut dengan
oligohidramnion dan jika terlalu tinggi disebut dengan polihidramnion. Cairan
ketuban ini tidak boleh sedikit, tapi beberapa komplikasi bisa menyebabkan
cairan ketuban ibu hamil habis yang bisa membahayakan ibu hamil dan
bayinya.
Saat usia kehamilan 25-26 minggu, jumlahnya rata-rata 239 ml. Lalu meningkat
jadi+ 984 ml pada usia kehamilan 33-34 minggu dan turun jadi 836 ml saat
janin siap lahir.
Oligohidramnion adalah suatu kondisi yang memiliki cairan ketuban terlalu
sedikit. Dokter bisa mengukur jumlah cairan ini melalui beberapa metode, dan

yang paling sering adalah melalui indeks cairan ketuban (Amniotic Fluid
Index/AFI). Jika volume cairan kurang dari 500 ml pada usia kehamilan 32-36
minggu, maka akan dicurigai mengalami oligohidramnion. Kondisi ini bisa
terjadi selama masa kehamilan, tapi yang paling umum adalah saat trimester
ketiga.
Jika waktu melahirkan sudah lewat hingga dua minggu atau lebih, maka tingkat
cairan ketuban beresiko menjadi rendah karena cairan ketuban pada umumnya
akan berkurang setelah mencapai usia kehamilan 42 minggu.
Penyebab rendahnya cairan ketuban adalah:
1. Kelainan kongenital (janin) yang berhubungan dengan kelainan sistem
saluran kemih, seperti; ginjal tidak berkembang secara normal, atau terjadi
penyumbatan saluran kemih.
2. Adanya masalah pada plasenta, karena jika plasenta tidak memberikan darah
dan nutrisi yang cukup untuk bayi akan memungkinkan ia untuk berhenti
mendaur ulang cairan.
3. Ada kebocoran atau pecahnya dinding ketuban yang membuat air ketuban
keluar dari rahim.
4. Usia kehamilan sudah melewati batas, hal ini menyebabkan turunnya fungsi
plasenta yang membuat cairan ketuban berkurang.
5.
Adanya
komplikasi
pada
sang
ibu,
hipertensi, preeklamsia, diabetes dan hipoksia kronis.

misalnya

dehisrasi,

6. Proses menelan. Janin bisa menelan cairan ketuban sebanyak 20 ml per jam
atau kurang lebih setengah dari jumlah total cairan ketuban per hari. Tetapi,
jumlah cairan yang ditelan ini hampir sebanding dengan produksi urin janin
Gejala yang muncul jika cairan ketuban sedikit adalah:
1. Ibu merasakan nyeri saat janin melakukan gerakan di dalam rahim
2. Ketika ketuban pecah maka cairan yang keluar sangat sedikit atau bahkan
tidak ada sama sekali serta merasa sangat sakit pada saat kontraksi.

kelainan air ketuban ( oligohidramnion


)
Definisi

Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal,
yaitu kurang dari 500 cc.
Pada kasus-kasus yang jarang, volume ketuban dapat turun di bawah batas normal
dan kadang-kadang menyusut hingga hanya beberapa ml cairan kental. Pada
kehamilan postterm jumlah cairan ketuban yang tersisa mungkin hanya 100 sampai
200 ml atau kurang. Penyebab keadaan ini belum sepenuhnya dipahami. Secara
umum, oligohidramnion yang timbul pada awal kehamilan jarang dijumpai dan sering
memiliki prognosis buruk. Marks dan Divon menemukan oligohidramnion yang
didefinisikan sebagai indeks cairan amnion sebesar 5 cm atau kurang pada 12 persen
dari 511 kehamilan berusia 41 minggu atau lebih. Pada 121 wanita yang diteliti secara
longitudinal, terjadi penurunan rata-rata indeks cairan amnion sebesar 25 persen per
minggu setelah 41 minggu. Akibat berkurangnya cairan, risiko kompresi tali pusat, dan
pada gilirannya gawat janin, meningkat pada semua persalinan, tetapi terutama pada
kehamilan postterm.
Biasanya cairannya kental, keruh, berwarna kuning kehijau-hijauan. Sebabnya
belum diketahui, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenesis
janin. Oligohidramnion lebih sering ditemukan pada kehamilan yang sudah cukup bulan
karena Volume air ketuban biasanya menurun saat hamil sudah cukup bulan.
Ditemukan pada sekitar 12 % kehamilan yang mencapai 41 minggu. Berkurangnya
volume cairan amion dapat menimbulkan hipoksia janin sebagai akibat kompresi tali
pusat karena gerakan janin atau kontraksi rahim. Selain itu, lintasan mekonium janin
kedalam volume cairan amion yang tereduksi menghasilkan suatu suspensi tebal dan
penuh partikel yang dapat mengakibatkan gangguan pernafasan janin. Oligohidramion
berhubungan dengan keterbelakangan pertumbuhan dalam rahim pada 60 % kasus.
Bila dihubungkan dengan hubungan ultrasonik keterbelakangan pertumbuhan
asimetrik, gangguan janin sangat mungkin terjadi. Kasus-kasus itu diakibatkan oleh
ruptura membrane janin yang spontan mungkin tidak berhubungan dengan gangguan
janin sebelumnya. Oligohidramion mungkin terjadi sebagai akibat tekanan janin in
utero, sekresi hormon penekanan janin (katekolamin , vasopresin) dapat menghambat
resorbsi cairan paru-paru lewat penelanan oleh janin. Akhirnya terdapat kasus yang
berhubungan dengan berbagai jenis cacat janin, misalnya sindroma potter (aganesis
ginjal) , yang memebutuhkan pemeriksaan ultrasonik dan genetik secara rinci.
Oligohidramnion merupakan temuan signifikan yang menunjukan kehamilan
pascamatur. Apabila kondisi ini diperburuk oleh kenyataan bahwa janin menderita
retardasi pertumbuhan intrauteri, maka ada peningkatan risiko bahwa toleransi janin
terhadap persalinan buruk dan bahwa kemungkinnan pelahiran operatif harus
dilakukan.

Ada beberapa definisi istilah oligohidramnion yang biasanya dipakai diantaranya:


Berkurangnya volume air ketuban (VAK)
Volumenya kurang dari 500 cc saat usia 32-36 minggu
Ukuran satu kantong (kuadran) < 2 cm
Amniotic fluid index (AFI) < 5 cm atau < presentil kelima
Kurangnya jumlah amniotic fluid volume (AFV)
AFV < 500 ml pada usia gestasi 32-36 minggu

Single deepest pocket (SDP) < 2 cm


2.2

Klasifikasi oligohidramnion

2.2.1 Oligohidramnion awitan dini


Sejumlah keadaan dilaporkan berkaitan dengan berkurangnya cairan amnion.
Oligohidramnion hampir selalu nyata apabila terjadi obstruksi saluran kemih janin atau
agnesis ginjal. Oleh karenanya, anuria hampir pasti merupakan etiologi pada kasusksus seperti itu. Kebocoran kronik suatu defek di selaput ketuban dapat mengurangi
volume cairan dalam jumlah bermakna, tetapi seringkali kemudian segera terjadi
persalinan. Pajanan ke inhibitor enzim pengubah angiostetin (ACEI) dilaporkan
berkaitan dengan oligohidramnion. Sebanyak 15 sampai 25 persen kasus berkaitan
kasus berkaitan dengan anomali janin mampu memvisualisasikan struktur-struktur janin
pada hanya separuh dari wanita yang dirujuk untuk evaluasi ultrasonografi terhadap
oligohidramnion midtrimester. Mereka melakukan amnionfusi dan kemudian mampu
melihat 77 persen dari struktur-struktur yang dicitrakan secara rutin. Indentifikasi
anomali terkait meningkat dari 12 menjadi 13 persen.
2.2.2Oligohidramnion pada tahap lanjut
Volume cairan ketuban secara normal berkurang setelah usia gestasi 35 minggu.
Dengan menggunakan indeks cairan amnion kurang dari 5 cm, Casey dkk,
mendapatkan insidensi oligohidramnion pada 2,3 persen dari 6400 kehamilan lebih
yang menjalani sonografi setelah minggu ke-34 di Parkland hospital. Mereka
memastikan pengamatan-pengamatan sebelumnya bahwa hal ini berkaitan dengan
peningkatan resiko hasil perinatal yang merugikan. Pada kehamilan yang terpilih
karena resiko tinggi, Magann, dkk, tidak mendapatkan bahwa oligohidramnion
( indeks cairan kurang dari 5 cm ) meningkatkan resiko penyulit intrapartum seperti
mekonium kental, deselerasi variabel frekuensi denyut jantung, seksio sesarea atas
indikasi gawat janin, atau asidemia neonatus.
Chaunhan melakukan meta analisis terhadap 18 penelitian yang meliputi lebih dari
10.500 kehamilan yang indeks cairan amnion intrapartumnya kurang dari 5 cm.
Dibandingkan dengan kontrol yang indeksnya lebih dari 5 cm, wanita dengan
oligohidramnion memperhatikan peningkatan resiko bermakna untuk seksio.
2.3

Etiologi
Etiologi belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenosis janin.

Etiologi primer lainnya mungkin oleh karena amnion kurang baik pertumbuhannya dan
etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah dini.
Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim.
Anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi
abnormal disebabkan karena ruang di dalam rahim sempit. Oligohidramnion juga
menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada
saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Suatu keadaan khas yang terjadi pada bayi yang baru lahir, di mana cairan ketubannya
sangat sedikit atau tidak ada digambarkan sebagai fenotip Potter.
Adapun kemungkinan lain penyebab oligohidramnion seperti :

a.

Fetal :
Kromosom

Kongenital

Hambatan pertumbuhan janin dalam rahim

Kehamilan postterm

Premature ROM (Rupture of amniotic membranes)

Pecahnya ketuban

b.

Maternal :
Dehidrasi

Insufisiensi uteroplasental

Preeklamsia

Diabetes

Hypoxia kronis

Hipertensi

c. Plasenta
Solutio
Transfusi antar kembar
d.

Induksi Obat :
Indomethacin and ACE inhibitors

Inhibitor prostaglandin sintase

Inhibitor enzim pengubah-angiotensin


2.4

Mekanisme
2.4.1 Fisiologi Normal :
Volume Air ketuban meningkat secara bertahap pada kehamilan dengan volume

sekitar 30 mL pada kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya sekitar 1 L pada


kehamilan 34-36 minggu. Volume Air ketuban menurun pada akhir trimester pertama
dengan volume sekitar 800 mL pada minggu ke-40. Berkurang lagi menjadi 350 ml pada
kehamilan 42 minggu; dan 250 ml pada kehamilan 43 minggu. Tingkat penurunan sekitar
150 mL/minggu pada kehamilan 38-43 minggu.
Mekanisme perubahan tingkat produksi Air ketuban belum diketahui dengan pasti,
meskipun diketahui berhubungan dengan aliran keluar-masuk cairan amnion pada proses
aktif. Cairan amnion mengalami sirkulasi dengan tingkat pertukaran sekitar 3600 mL/jam.
3 faktor utama yang mempengaruhi Volume air ketuban :
1)

Pengaturan fisiologis aliran oleh fetus

2)

Pergerakan air dan larutan didalam dan yang melintasi membran

3)

Pengaruh maternal pada pergerakan cairan transplasenta

2.4.2 Patofisiologi :

Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang
berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion
(cairan ketuban yang sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir,
dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion
menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari

dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu,
karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal
atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paruparu hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana
mestinya.
Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik
karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena
penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan
tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter.
Gejala Sindroma Potter berupa :
Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung
yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang).
- Tidak terbentuk air kemih
- Gawat pernafasan,
oligohidramnion dapat menjadi tanda ada kelainan pada saluran pengeluaran atau
saluran kemih janin. Jika saluran kemih janin di dalam kandungan tidak berfungsi
dengan baik, kemungkinan besar air ketuban yang ada jumlahnya akan menjadi sedikit.
Keringnya ketuban berarti janin tidak mengeluarkan air ketuban yang ditelannya
sebagai urin. Berbeda dengan kasus kelebihan air ketuban yang berarti janin
mengalami gangguan pada saluran cernanya

2.5
Kondisi yang beresiko tinggi menyebabkan oligohidramnion :
.Anomali kongenital (misalnya : agenosis ginjal, sindrom patter).
Retardasi pertumbuhan intra uterin.
Ketuban pecah dini (24-26 minggu).
Sindrom paska maturitas.
Penyakit virus
Insufiensi uteroplacenta
Meresponi indosin sebagai suatu tokolitik
Hipoksia janin
Aspirasi mekonium dan cairan yang bercampur mekonium
Sindrom premature
2.6
Gejala
Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
Sering berakhir dengan partus prematurus.
Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.
Persalinan lebih lama dari biasanya.
Molding : uterus mengelilingi janin
Janin dapat diraba dengan mudah
Tidak ada efek pantul pada janin

Sewaktu his akan sakit sekali.


Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan hamper tidak ada yang keluar.
Gejala dan tanda tersebut di dasarkan pada fakta bahwa cairan amnion yang
ditemukan berada di bawah jumlah yang normal untuk usia kehamilan tertentu. Pada
kehamilan normal, cairan amnion wanita bervariasi dan dapat mengalami fluktuasi.
Umumnya cairan amnion meningkat hingga mencapai 1000 ml pada trimester 3
kehamilan. Menginjak usia kehamilan 34 minggu jumlah tersebut mulai berkurang
secara bertahap dan menyisakan sekitar 800ml pada usia cukup bulan. Pengukuran
volume cairan amnion dilakukan dengan cara ultrasonografi dan ini merupakan
komponen standar pada pemeriksaan ultrasonografi lengkap dengan profil biofisik.
2.7

Diagnosa
Diagnosa dibuat dengan pemeriksaan USG yaitu dengan mengukur indeks caira
ketuban (Amniotic Fluid Index= AFI). Tetapi secara klinis (dengan pemeriksaan fisik)
bisa diduga dengan : pengukuran tinggi rahim dari luar serta bagian bayi yang mudah
diraba dari luar (didinding perut ibu). Namun hal ini hanya berupa asumsi/dugaan saja,
tetap haris dikonfirmasi dengan USG.
USG juga bisa melihat anantomi janin untuk melihat kelainan seperti ginjal yang
tidak tumbuh (dengan tidak terlihatnya pipis di kandung kemih janin). Serta untuk
mengetahui adanya gangguan pertumbuhan janin. Pemeriksaan dengan spekulum
dapat dilakukan guna mendeteksi adanya kebocoran air ketuban akibat pecahnya air
ketuban.
2.8

Penatalaksanaan

Tindakan Konservatif :
1. Tirah baring.
2. Hidrasi.
3. Perbaikan nutrisi.
4. Pemantauan kesejahteraan janin ( hitung pergerakan janin, NST, Bpp ).
5. Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
6. Amnion infusion.
7. Induksi dan kelahiran
Penatalaksanaan bergantung pada usia kehamilan,pada kehamilan Pre-term :
mengevaluasi dan memonitor keadaan fetal dan maternal agar tetap dalam kondisi optimal
2.9

Prognosis

Hasil janin pada oligohidramnion awitan dini buruk. Dari sekitar 80 persen
kehamilan semacam itu dan hanya separuh dari janin-janin ini yang selamat. Dan
sekitar 34 kehamilan midtrimester yang mengalami penyulit oligohidramnion dan
didiagnosis secara ultrasonografis berdasarkan tidak adanya kantung cairan amnion
yang besarnya tidak adanya kantung cairan amnion yang besarnya lebih dari 1 cm di
semua bidang vertikal. Sembilan (26 persen) dari janin-janin ini mengalami anomali,
dan 10 dari 25 yang secara fenotipe normal mengalami abortus spontan atau lahir mati
karena hipertensi ibu yang parah, hambatan pertumbuhan janin, atau solutio plasenta.
Dari 14 bayi lahir hidup, dengan delapan lahir preterm dan tujuh meningkat meninggal.

Enam bayi yang lahir aterm tumbuh normal. Oligohidramnion sebelum minggu ke-37
pada jani yang tumbuh sesuai masa kehamilannya memperhatikan peningkatan angka
kelahiran preterm sebesar tiga kali lipat, tetapi tidak untuk hambatan pertumbuhan atau
kematian janin.
Temuan lain melaporkan otopsi pada 89 bayi dengan sekuensi oligohidramnion.
Hanya 3 persen yang memiliki saluran ginjal normal; 34 persen menderita agnesis
ginjal bilateral; 34 persen displasia kistik bilateral; 9 persen agnesis unilateral dengan
displasia; 10 persen kelainan saluran kemih minor.
Bayi yang tadinya normal dapat mengalami awitan dini yang parah. Perlekatan
antara amnion dan bagian-bagian janin dapat menyebabkan kecacatan serius
termasuk amputasi. Selain itu, akibat tekanan dari semua sisi, penampakan janin
menjadi aneh, dan kelainan otot-rangka, misalnya kaki gada (clubfoot) sering terjadi.
2.10 Komplikasi
Congenital malformation
Pulmonary hypoplasia
Fetal compression syndrome
Amniotic band syndrome
Abnormal fetal growth or IUGR
Decreased fetal blood volume, renal blood flow, and, subsequently, fetal urine output
Fetal morbidity
2.11

Resiko

1. Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan dan
pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi partus prematurus yaitu picak
seperti kertas kusut karena janin mengalami tekanan dinding rahim.
2. Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti club-foot,
cacat bawaan karena tekanan atau kulit jadi tenal dan kering ( lethery appereance ).

3. Hiploplasia paru
Insidensi hipoplasia paru saat lahir tidak banyakbanyak berubah dan berkisar dari 1,1
sampai 1,4 per 1000 bayi. Apabila cairan amnion sedikit sering terjadi hipoplasia paru.
Suatu studi kohort prospektif pada 163 kasus oligohidramnion yang terjadi pada selaput
ketuban pecah dini pada gestasi 15 sampai 28 minggu. Hampir 13 persen janin
mengalami hipoplasia paru. Penyulit ini lebih sering terjadi seiring dengan
berkurangnya usia gestasi. Kilbride mempelajari 115 wanita dengan ketuban pecah dini
sebelum minggu ke-29. Terjadi tujuh kelahiran mati dan 40 kematian neonatus
sehingga mortalitas perinatal menjadi 409 per 1000. Resiko hipoplasia paru letal adalah
20 persen. Hasil yang merugikan lebih besar kemungkinannya apabila pecah ketuban
terjadi lebih dini serta durasinya melebihi 14 hari.
Menurut Fox dan Badalian serta Launaria dkk, terdapat tiga kemungkinan yang menjadi
penyebab hipoplasia paru. Pertama, tertekannya toraks mungkin menghambat
pergerakan dinding dada dan ekspansi paru. Kedua, kurangnya gerakan napas janin
mengurangi aliran masuk ke paru. Ketiga dan model paling luas diterima adalah
kegagalan mempertahankan cairan amnion atau meningkatnya aliran keluar pada paru
yang tumbuh kembangnya terlambat.

Cukup banyaknya cairan amnion yang dihirup oleh janin normal, seperti dibuktikan oleh
deunhoelter dan Pritchard, mengisyaratkan bahwa cairan yang terhirup tersebut
berperan dalam ekspansi, dan pada gilirannya, pertumbuhan paru. Namun, Fisk dkk.
Menyimpulkan bahwa gangguan pernafasan janin tidak menyebabkan hipoplasia paru
pada oligohidramnion. Dalam suatu eksperimen, McNamara dkk melaporkan temuantemuan dari dua set kembar monoamnionik dengan anomali ginjal yang berlawanan.
Mereka menyajikan bukti bahwa volume cairan amnion yang normal memungkinkan
perkembangan paru normal walaupun terdapat obstruksi ginjal janin.

Oligohidramnion
A. Pendahuluan
Oligohidramnion sangat berkaitan dengan air ketuban. Air ketuban adalah cairan yang
dihasilkan janin dan selaput yang mengelilinginya. Air ketuban sangat penting bagi tumbuh
kembang normal seorang janin. Bila terdapat oligohidramnion atau hidramnion, maka
angka kematian dan kesakitan janin dan bayi akan meningkat. USG dapat membantu menilai
volume air ketuban baik secara subyektif maupun semikuantitatif.
1) Produksi air ketuban
Teori tentang produksi air ketuban hingga saat ini masih belum begitu memuaskan. Pada
awalnya produksi tersebut dilakukan oleh epitel selaput ketuban, kemudian pada kehamilan
selanjutnya diproduksi oleh ginjal janin (Abramovich DR, 1970; Wallenburg HCS, 1977).
Sumber lain mengatakan bahwa produksi air ketuban berasal dari:
a) Kencing janin
b) Transudat darah ibu
c) Sekret epitel ketuban
d) Campuran dari ketiganya
2) Volume normal air ketuban
Dalam keadaan normal, volume ketuban berada dalam kondisi keseimbangan yang
dinamik antara produksi dan absorbsi. Pertukaran air ketuban dapat melalui epitel ketuban, tali
pusat, kulit, saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan saluran perkemihan (Wallenburg HCS,
1977). Volume total air ketuban diperkirakan diganti setiap 24 jam. Pada kehamilan 12 minggu
jumlahnya sekitar 60 ml (Wallenburg HCS, 1977), dan meningkat secara tetap mencapai 1000
ml pada kehamilan 34 minggu kemudian menurun hingga mencapai 840 ml pada
kehamilan tua (Queenan JT, 1972) dan hanya 540 ml pada kehamilan 42 minggu (Queenan JT,
1972).
3)
a)
b)
c)
d)
e)
B.

Fungsi air ketuban


Media janin untuk tumbuh dan berkembang normal dapat bergerak bebas
Melindungi janin dari trauma
Menjaga stabilitas suhu tubuh janin
Berperan dalam proses pembesaran rongga ketuban dan rahim
Berperan dalam proses pembukaan leher rahim pada waktu persalinan (Wallenburg HCS, 1977).
Pembahasan
Oligohidramnion
1) Definisi
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu
kurang dari 500 cc.

2) Faktor penyebab
Faktor penyebab belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya denganpekembangan
ginjal janin. Faktor penyebab primer lainnya mungkin oleh karena ketuban kurang baik
pertumbuhannya dan faktor penyebab sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah dini.
3) Kejadian abnormal
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan
dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion (cairan ketuban yang
sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana
cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak
memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran
wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota
gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru sehingga pada
saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena
kegagalan pembentukan ginjal maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan
ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak
adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter.
4) Gambaran keadaan ibu hamil dengan oligohidramnion
a) Perut tampak lebih kecil dari usia kehamilan
b) Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
c) Sering berakhir dengan kelahiran prematur
d) Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.
e) Persalinan lebih lama dari biasanya.
f) Sewaktu mengejan akan sakit sekali.
g) Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.
5) Pemeriksaan Penunjang
Volume air ketuban diukur melalui pemeriksaan USG dan pengambilan air ketuban
( amniosinesis ). Diskusi dengan dokter konsul harus mencakup identifikasi, faktor penyebab
yang mendasar dari oligohidramnion dan pertimbangan tentang berbagai strategi manajemen
yang berbeda berdasarkan faktor penyebab usia kehamilan.
6) Akibat Oligohidramnion
a) Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan dan
pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi kelahiran prematur yaitu picak seperti
kertas kusut karena janin mengalami tekanan dinding rahim.
b) Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti club-foot, cacat
bawaan karena tekanan atau kulit jadi tenal dan kering.
c) Jika terjadi pada trimester pertama: berisiko menimbulkan cacat bawaan pada janin, keguguran,
kelahiran prematur atau janin meninggal
d) Jika terjadi pada trimester kedua, akan amat mengganggu tumbuh kembang janin
e) Jika terjadi menjelang persalinan, meningkatkan risiko terjadinya komplikasi selama persalinan.
Seperti tidak efektifnya kontraksi rahim akibat tekanan di dalam rahim yang tidak seragam ke
segala arah. Pada akhirnya, persalinan jadi lama atau malah berhenti
7) Tindakan yang dilakukan ibu hamil dengan oligohidramnion
a) Makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang serta tingkatkan konsumsi cairan
b) Banyak istirahat
c) Stop merokok dan atau menjadi perokok pasif
d) Amati frekuensi gerakan atau aktivitas janin
e) Laporkan segera ke dokter jika terjadi tanda-tanda kelahiran prematur seperti pendarahan atau
keluar cairan dari vagina

Sumber :
Wiknjosatro, Hanifa, Prof, dr, DSOG.1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka.
Sarwono Prawirohardjo Mansjoer, Arief.2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.
Ben, Zion Taber.1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:EGC
http://www.dkk-bpp.com
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/air.ketuban.minim/001/001/53/9/-/4
http://www.dexa-medica.com/images/publication_upload071026997350001193390257Dexa
%20Media%20Jul-Sept07.pdf

Cairan amnion sangat penting bagi tumbuh kembang normal janin, karena cairan amnion mempunyai peran yang luar biasa di intrauterin. Bila
terdapat oligohidramnion, maka angka mortalitas dan morbiditas janin dan neonatus akan meningkat. USG dapat membantu menilai volume cairan
amnion baik secara subyektif maupun semikuantitatif.
Kejadian oligohidramnion diperkirakan 1,7 7% dari seluruh kehamilan (Hobbins JC et al, 1979; Philipson EH et al, 1983). Semakin awal terjadinya
oligohidramnion, maka semakin buruk prognosisnya bagi janin. Maka dari itu, petugas kesehatan, khususnya bidan harus mampu mendeteksi dini
adanya kejadian oligohidramnion untuk mengurangi resiko bagi ibu dan janinnya.
Definisi
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc. Air ketuban berfungsi sebagai media bagi
janin untuk tumbuh dan berkembang dengan normal, penting bagi janin untuk dapat bergerak bebas, melindungi janin dari trauma atau cedera,
menjaga stabilitas suhu tubuh janin, dan berperan dalam proses pembesaran rongga amnion dan uterus. Selain itu cairan ketuban juga berperan
dalam proses pembukaan serviks pada waktu persalinan. Bila terjadi oligohidramnion pada kehamilan trimester awal, dapat terjadi deformitas
ekstremitas atau gangguan pertumbuhan janin.
Dalam keadaan normal, volume amnion berada dalam kondisi keseimbangan yang dinamik antara produksi dan absorbsi. Pertukaran cairan amnion
dapat melalui epitel amnion, umbilikus, kulit, traktus digestivus, traktus respiratorius, dan traktus urogenitalis (Wallenburg HCS, 1977). Volume total
cairan amnion diperkirakan diganti setiap 24 jam. Pada kehamilan 12 minggu jumlahnya sekitar 60 ml (Wallenburg HCS, 1977), dan meningkat secara
tetap mencapai 1000 ml pada kehamilan 34 minggu, kemudian menurun hingga mencapai 840 ml pada kehamilan aterm (Queenan JT, 1972) dan
hanya 540 ml pada kehamilan 42 minggu (Queenan JT, 1972). Selain berkaitan dengan usia gestasi, volume cairan amnion juga berhubungan
dengan berat janin dan berat plasenta.( Queenan JT, 1972). Pada trimester kedua dan ketiga dapat dilihat adanya partikel-partikel ekhogenik didalam
cairan amnion. Partikel-partikel tersebut adalah epitel-epitel yang terlepas dari tubuh janin dan verniks kaseosa (G. Weber et al, 2005).
Teori tentang produksi cairan amnion hingga saat ini masih belum begitu memuaskan. Pada awalnya produksi tersebut dilakukan oleh epitel selaput
amnion, kemudian pada kehamilan selanjutnya diproduksi oleh ginjal janin (Abramovich DR, 1970; Wallenburg HCS, 1977). Umbilikus dan selaput
amnion berperan sangat penting dalam proses pertukaran air dan elektrolit yang berkesinambungan, sedangkan proses menelan dan pembentukan
urin merupakan proses yang intermiten (Wallenburg HCS, 1977 ). Pada kehamilan 12 minggu sudah dapat dideteksi adanya urin yang bersifat
hipotonik (Lind T, 1981). Produksi urine 24 jam pada kehamilan 18 minggu sekitar 7 17 ml (Abramovich DR et al, 1979). Luaran (output) harian urine
terus meningkat sesuai dengan pertambahan usia gestasi sehingga mencapai 600 800 ml pada akhir kehamilan aterm.
Volume cairan amnion diatur melalui mekanisme proses menelan, proses aspirasi, pertukaran melalui kulit, dan volume plasma ibu. Proses menelan
merupakan faktor penting dalam regulasi volume cairan amnion, dan sudah dapat dilihat mulai kehamilan 12 minggu (Abramovich DR et al, 1979 ).
Kemampuan janin menelan meningkat sesuai usia gestasi, mencapai 200 450 ml/hari pada kehamilan aterm (Pritchard JA, 1969). Diperkirakan
sekitar 50% produksi urine harian janin dieliminasi melalui proses menelan. Volume cairan amnion juga diregulasi oleh janin melalui proses aspirasi.
Kapiler-kapiler pada kulit janin juga berfungsi sebagai sarana pertukaran zat dan proses tersebut berakhir setelah kulit mengalami keratinisasi lengkap
yaitu sekitar kehamilan 24 minggu. Pada saat tersebut, kulit menjadi tidak permeabel terhadap air dan elektrolit. Genbrane-Youmes dkk (1986)
menyatakan bahwa proses transfer melalui pembuluh darah umbilikus berperan didalam produksi cairan amnion. Goodlin dkk (1983) menemukan
bahwa produksi cairan amnion pada usia gestasi 29 36 minggu tergantung pada peningkatan volume plasma ibu dan pemberian cairan untuk
meningkatkan volume plasma ibu dapat mengatasi oligohidramnion.
Penilaian volume cairan amnion sangat penting karena berkaitan dengan adanya kelainan pada janin dan penyakit pada ibu, sehingga penilaian
secara sonografis volume cairan amnion merupakan bagian dari petunjuk adanya kelainan pada janin dan ibu (Wallenburg HCS et al, 1977).
Pemeriksaan volume cairan amnion sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pemeriksaan USG obstetri. Abnormalitas cairan amnion
diklasifikasikan atas normal, polihidramnion, oligohidramnion, dan oligohidramnion berat (G. Weber et al, 2005). Bila cairan amnion habis disebut
anhidramnion. Cara pengukuran volume cairan amnion Dikenal tiga cara pengukuran volume cairan amnion, yaitu secara subyektif, semikuantitatif
(pengukuran satu kantong), dan pengukuran empat kuadran menurut Phelan. Sayangnya tidak ada satupun metoda pengukuran volume cairan
amnion tersebut yang dapat dijadikan standar baku emas. Penilaian subyektif oleh seorang pakar dengan memakai USG real-time dapat
memberikan hasil yang baik. Penilaian subyektif volume cairan amnion didasarkan atas pengalaman subyektif pemeriksa didalam menentukan
volume tersebut berdasarkan apa yang dilihatnya pada saat pemeriksaan. Dikatakan normal bila masih ada bagian janin yang menempel pada

dinding uterus dan pada bagian lain cukup terisi oleh cairan amnion. Bila sedikit, maka sebagian besar tubuh janin akan melekat pada dinding uterus
sedangkan bila hidramnion, maka tidak ada bagian janin yang menempel pada dinding uterus. Penilaian semikuantitatif dilakukan melalui pengukuran
satu kantong (single pocket) amnion terbesar yang terletak antara dinding uterus dan tubuh janin, tegak lurus terhadap lantai. Tidak boleh ada bagian
janin yang terletak didalam area pengukuran tersebut.
Patofisiologi
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan
oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada.
Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang
khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan
terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak
berfungsi sebagaimana mestinya.
Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral)
maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas
dari sindroma Potter.
Gejala Sindroma Potter berupa:
1. Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke
belakang).
2. Tidak terbentuk air kemih
3. Gawat pernafasan
Faktor penyebab oligohidramnion
Oligohidramnion dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kelainan janin, pertumbuhan janin terhambat (PJT), dan ketuban pecah preterm.
Penyebab lainnya yang jarang terjadi adalah disfungsi plasenta dan obat penghambat enzim sintetase prostaglandin, misalnya indometasin. Pada
kelainan kongenital, penyebab tersering dari oligohidramnion adalah kelainan traktus urogenitalis, terutama agenesis renalis bilateral, displasia renalis
multikistik, ginjal polikistik infantil, obstruksi ureter dan urethra (Chamberlain PF et al, 1964; Chamberlain PF et al, 1984). Pada keadaan
oligohidramnion terdapat kesulitan didalam mencari kelainan bawaan sebagai kausa oligohidramnion, mungkin saja diperlukan infus amnion.
Komplikasi akibat oligohidramnion antara lain hipoplasia paru, deformitas skeletal dan fasial, PJT, dan peningkatan bermakna morbiditas dan
mortalitas janin (neonatus). Pada beberapa kasus, pemberian infus amnion memperbaiki prognosis janin.
Wanita dengan kondisi berikut memiliki insiden oligohidramnion yang tinggi:
1. Anomali kongenital ( misalnya : agenosis ginjal atau obstruksi saluran kencing fetus, sindrom patter ).
2. Retardasi pertumbuhan intra uterin.
3. Ketuban pecah dini ( 24-26 minggu ).
4. Sindrom paska maturitas.
Gambaran Klinis
1. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
2. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
3. Sering berakhir dengan partus prematurus.
4. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.
5. Persalinan lebih lama dari biasanya.
6. Sewaktu his akan sakit sekali.
7. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.
Pemeriksaan Penunjang
Volume cairan amnion diukur melalui pemeriksaan USG dan cara ini merupakan komponen standar profil biofisik. Diskusi dengan dokter konsul
harus mencakup identifikasi, etiologi yang mendasar dari oligohidramnion dan pertimbangan tentang berbagai strategi manajemen yang berbeda
berdasarkan etiologi usia gestasi.
1. USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau ginjal yang sangat abnormal)
2. Rontgen perut bayi
3. Rontgen paru-paru bayi
4. Analisa gas darah.
Akibat Oligohidramnion
1. Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan dan pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi
partus prematurus yaitu picak seperti kertas kusut karena janin mengalami tekanan dinding rahim.
2. Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti club-foot, cacat bawaan karena tekanan atau kulit jadi tenal dan
kering ( lethery appereance ).

3. Jika terjadi pada trimester pertama: berisiko menimbulkan cacat bawaan pada janin, keguguran, kelahiran prematur atau janin meninggal
4. Jika terjadi pada trimester kedua, akan amat mengganggu tumbuh kembang janin
5. Jika terjadi menjelang persalinan, meningkatkan risiko terjadinya komplikasi selama persalinan. Seperti tidak efektifnya kontraksi rahim akibat
tekanan di dalam rahim yang tidak seragam ke segala arah. Buntutnya, persalinan jadi lama atau malah berhenti
Tindakan Konservatif
1. Tirah baring.
2. Hidrasi.
3. Perbaikan nutrisi.
4. Pemantauan kesejahteraan janin ( hitung pergerakan janin, NST, Bpp ).
5. Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
6. Amnion infusion.
7. Induksi dan kelahiran.
Prognosis
Tidak begitu baik terutama untuk janin.
Yang penting dilakukan ibu hamil dengan oligohidramnion:
a) Makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang serta tingkatkan konsumsi cairan
b) Banyak istirahat
c) Stop merokok dan/atau jadi perokok pasif
d) Amati frekuensi gerakan atau aktivitas janin
e) Laporkan segera ke dokter jika terjadi tanda-tanda kelahiran prematur seperti pendarahan atau keluar cairan dari vagina

GANGGUAN VOLUME CAIRAN AMNION

EMBRIOLOGI KAVUM AMNION


Amnion : selaput tipis pada hasil konsepsi yang terbentuk mulai hari ke 8 pasca konsepsi dan membentuk kantung kecil
yang menutupi permukaan dorsal embryonic disc. Secara bertahap menyelubungi embrio yang tumbuh.
Cairan amnion : cairan yang berada dalam kavum amnion

DINAMIKA CAIRAN AMNION


Pengaturan volume cairan amnion adalah proses dinamis yang mencerminkan keseimbangan antara produksi dan absorbsi
cairan
PRODUKSI CAIRAN :
Pada usia < 8 minggu, cairan amnion dihasilkan oleh transudasi cairan melalui amnion dan kulit janin

Pada usia 8 minggu, janin mulai menghasilkan urine yang masuk kedalam rongga amnion. Urine janin secara
cepat menjadi sumber utama produksi cairan amnion. Saat menjelang aterm, janin menghasilkan 800 1000 ml urine

Paru janin menghasilkan sejumlah cairan 300 ml per hari saat aterm, namun sebagian besar ditelan sebelum
masuk ruang amnion.

ABSORBSI CAIRAN :

Pada usia kehamilan < 8 minggu, cairan amnion transudatif direabsorbsi secara pasif

Pada usia kehamilan 8 minggu, janin mulai melakukanproses menelan. Proses ini secara cepat akan menjadi
mekanisme utama absorbsi cairan amnion. Menjelang aterm, melalui proses menelan terjadi absorbsi cairan sebesar 500
100 mL per hari

Absorbsi cairan amnion dalam jumlah sedikit juga terjadi melalui selaput amnion dan masuk kedalam aliran
darah janin. Menjelang aterm , jalur ini melakukan absorbsi sebesar 250 ml.

Sejumlah kecil cairan amnion melintas membran amnion dan masuk ke aliran darah ibu sebesar 10 ml per hari
pada usia kehamilan menjelang aterm.
PERUBAHAN VOLUME CAIRAN AMNION SELAMA KEHAMILAN : Pada usia kehamilan 34 minggu, volume cairan
amnion mencapai maksmial ( 750 -800 mL) dan setelah itu akan menurun sehingga pada usia kehamilan 40 minggu,
volume cairan amnion 600 ml. Dan melewati usia 40 minggu, jumlah cairan amnion akan terus menurun.

FUNGSI dan PERANAN CAIRAN AMNION


1.
2.

Sebagai pelindung bagi janin terhadap trauma darim luar


Melindungi talipusat dari tekanan

3.
4.

Memungkinkan pergerakan janin secara bebas sehingga mendukung perkembangan sistem muskuloskeletal janin
Berperan dalam perkembangan paru janin

5.

Melumasi kulit janin

6.
7.

Mencegah korioamnionitis pada ibu dan infeksi janin melalui sifat bakteriostatik
Membantu mengendalikan suhu tubuh janin
PENGUKURAN VOLUME CAIRAN AMNION
Pemeriksaan dengan ultrasonografi adalah metode akurat untuk memperkirakan
volume cairan amnion dibandingkan pengukuran tinggi fundus uteri .
Penentuan AFI amniotic fluid indexadalah metode semikuantitatif untuk
memperkirakan volume cairan amnion.

AFI adalah jumlah dari kantung amnion vertikal maksimum dalam cm pada masing-masing empat kuadran uterus. AFI
normal pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu : 5 20 cm

ARTI KLINIK VOLUME CAIRAN AMNION

Volume cairan amnion merupakan penanda kesehatan janin


Volume cairan amnion normal menunjukkan bahwa perfusi uteroplasenta dalam keadaan memadai.

Jumlah volume cairan amnuion abnormal berkaitan denganoutcomeperinatal yang buruk

OLIGOHIDRAMNION
Batasan: jumlah cairan amnion yang kurang dari normal (kurang dari 300 ml) Angka kejadian: 5 8% kehamilan
Diagnosis :

Kecurigaan terjadinya oligohidramnion bila tinggi fundus uteri lebih rendah dari yang diharapkan

Ultrasonografi :

Jumlah cairan amnion < 300 ml

Ukuran kantung amnion vertikal 2 cm tidak ada

AFI < 95 persentile untuk usia kehamilan tertentu

Pada kehamilan aterm AFI < 5 cm

PENYEBAB :

ABSORBSI KURANG atau KEHILANGAN CAIRAN MENINGKAT


Ketuban Pecah Dini (50% kasus oligohidramnion)
PENURUNAN PRODUKSI AMNION

Kelainan kongenital ginjal (agenesis ginjal, displasia ginjal) dan paparan terhadap ACE inhibitor yang akan
menurunkan output ginal janin

Obstruksi orifisium urethra eksterna janin

Insufisiensi uteroplasenta (solusio plasenta, preeklampsia, sindroma postmaturitas) menurunkan perfusi ginjal
dan produksi uribne

Infeksi kongenital Defek jantung janin NTDs, sindroma twin to twin tranfusion,efek obat NSAID.

PENATALAKSANAAN:

Pilihan terapi pada masa antepartum sangat teerbatas, kecuali bila ditemukan defek struktural yang
mengindikasikan untuk dilakukan pembedahan janin intrauterin

Penentuan saat persalinan tergantung pada usia kehamilan etiologi dan kesehatan janin.

Selama proses persalinan, diberikan infus larutran kristaloid kedalam cavum amnion agar dapat

Memperbaiki pola denyut jantung janin

Menurunkan kejadian bedah SC

Meminimalisir resiko sindroma aspirasi mekonium

PROGNOSIS :
Oligohidramnion berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas pada semua usia kehamilan
KOMPLIKASI:

Amniotic Band Syndrome menyebabkan deformitas janin (amputasi atau deformitas muskuloskeletal)) a.l
Clubfoot atau sindroma Potter

SINDROMA POTTER :
Sindroma Potter dapat berbentuk clubbed feet, Hipoplasia Pulmonal dan kelainan kranium yang terkait dengan oligohidramnion

POLIHIDRAMNION
Batasan: Jumlah cairan amnion lebih dari normal
Angka Kejadian: 0.5 1.5% seluruh kehamilan
Diagnosis:

Kecurigaan terjadinya polihidramnion ditegakkan bila tinggi fundus uteri lebih dari yang diharapkan untuk usia
kehamilan tertentu

Ultrasonografi :

volume air ketuban > 2 liter

Kantung vertikal tungal > 10 cm

AFI > 20 cm pada kehamilan aterm atau > 95 persentil untuk usia kehamilan tertentu

PENYEBAB:
1.
Idiopatik (50 60% kasus)
2.
Penyebab maternal :
1.
2.

isoimunisasi yang menyebabkan hidrop fetalis imune


Diabetes Melitus

3.

Penyebab janin (10 15%):

1.
2.

Hidrop fetalis non imune


Defek jantung

3.
Kehamilan kembar
4.
Kelainan anatomis : obstruksi saluran intestin, deformitas paru, gangguan proses menelan (akalasia, obstruksi
esopagus, fistula trakeoesopagus,kelainan SP
5.
Diabetes insipidus
4.

Penyebab plasenta (jarang) : korioangioma plasta

PENATALAKSANAAN

Pilihan penatalaksanaan antepartum amat terbatas.

Obat NSAID menyebabkan penurunan produksi urine janin namun dapat menyebabkan penutupan dini duktus
arteriosus Bottali

Amniosentesis memberikan hasil yang sementara

Pada saat intrapartum, amniotomi terkendali dapat menurunkan angka kejdian dekompresi mendadak (solusio
plasenta, prolapsus talipusat)
KOMPLIKASI :

Regangan rahim berlebihan dapat menyebabkan dispnea edema tungkai bawah edema vulva

Selama persalinan, hidramnion dapat menyebabkan :

Kelainan letak,

Gangguan proses persalinan atau

Perdarahan pasca salin.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amnion manusia terdiri dari lima lapisan yang berbeda. Lapisan ini tidak

mengandung pembuluh darah maupun saraf, sehingga nutrisi disuplai melalui cairan
amnion. Lapisan paling dalam dan terdekat pada fetus ialah epithelium amniotik. Epitel
amniotik ini mensekresikankolagen tipe III dan IV dan glikoprotein non kolagen
( laminin , nidogen dan fibronectin ) dari membrane basalis, lapisan amnion disebelahnya.
Oligohidramnion mengacu pada defisiensi besar volume cairan amnion.
Berkurangnya volume cairan amnion dapat menimbulkan hipoksia janin sebagai akibat
dari kompresi taki pusat karena gerakan janin atau kontraksi rahim. Selain itu, lintasan
mekonium janin ke dalam volume cairan amnion yang tereduksi menghasilakan suatu
suspensi tebal dan penuh pertikel yang dapat menyebabkan ganguan pernapasan janin.
Oligohidramnion perlu digolongkan sesuai dengan etiologinya. Oligohidramnion
berhubungan dengan keterbelakangan pertumbuhan dalam rahim dan pada 60 persen
kasus. Bila dihungakan dengan bukti ultrasonic keterbelakangan pertumbuhan asimetrik,
gangue janin sangat mungkin terjadi, kasus-kasus itu yang diakibatkan oleh ruptura
membaran janin yang spontan mungkin tidak berhubungan dengan gangguan janin
sebelumnya. Oligohidramnion mungkin terjadi sebagai akibat tekanan janin in utero ;
sekresi hormone penekan janin (katekolamin, vasopressin) dapat menghambat resopsi
cairan paru-paru lewat penelanan oleh janin. Akhirnya, terdapat kasus yang berhubungan

dengan berbagai Janis cacat janin, misalnya sindroma Potter (agenesis ginjal), yang butuh
pemeriksaan ultarsonik dan genetic secara rinci.

B. Tujuan
Makalah ini kami buat guna memenuhi tugas mata kuliah Askeb V Patologi selain

itu juga agar para pembaca mengetahui dengan jelas bagaimanakah jenis-jenis kelaianan
yang terjadi pada oligohidramnion.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Cairan ketuban adalah salah satu bagian dari sistem pendukung kehidupan bayi
yang terbentuk sekitar 12 hari setelah pembuahan. Cairan ini bisa melindungi bayi dan
membantu pertumbuhan dan perkembangan otot, kaki, paru-paru dan sistem pencernaan
bayi, menjadi bantalan untuk melindungi janin terhadap trauma dari luar, menstabilkan
perubahan suhu, pertukaran cairan, sarana yang memungkinkan janin bergerak bebas,
sampai mengatur tekanan dalam rahim. Tak hanya itu air ketuban juga berfungsi
melindungi janin dari infeksi.
Pada awalnya cairan ketuban berisi air yang berasal dari ibunya, tapi pada usia
kehamilan 20 minggu cairan ketuban berisi urin janin. Cairan ketuban ini bisa terlalu
rendah atau terlalu tinggi, jika terlalu rendah disebut dengan oligohidramnion dan jika
terlalu tinggi disebut dengan polihidramnion. Cairan ketuban ini tidak boleh sedikit, tapi
beberapa komplikasi bisa menyebabkan cairan ketuban ibu hamil habis yang bisa
membahayakan ibu hamil dan bayinya.
Saat usia kehamilan 25-26 minggu, jumlahnya rata-rata 239 ml. Lalu meningkat
jadi+ 984 ml pada usia kehamilan 33-34 minggu dan turun jadi 836 ml saat janin siap
lahir.
Oligohidramnion adalah suatu kondisi yang memiliki cairan ketuban terlalu
sedikit. Dokter bisa mengukur jumlah cairan ini melalui beberapa metode, dan yang
paling sering adalah melalui indeks cairan ketuban (Amniotic Fluid Index/AFI). Jika
volume cairan kurang dari 500 ml pada usia kehamilan 32-36 minggu, maka akan
dicurigai mengalami oligohidramnion. Kondisi ini bisa terjadi selama masa kehamilan,
tapi yang paling umum adalah saat trimester ketiga.
Jika waktu melahirkan sudah lewat hingga dua minggu atau lebih, maka tingkat
cairan ketuban beresiko menjadi rendah karena cair.
B. Etiologi
Etiologi belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenosis janin.
Etiologi primer lainnya mungkin oleh karena amnion kurang baik pertumbuhannya dan
etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah dini.
C. Penyebab Rendahnya Cairan Ketuban
1. Kelainan kongenital (janin) yang berhubungan dengan kelainan sistem saluran kemih,
seperti; ginjal tidak berkembang secara normal, atau terjadi penyumbatan saluran kemih.
2. Adanya masalah pada plasenta, karena jika plasenta tidak memberikan darah dan nutrisi
yang cukup untuk bayi akan memungkinkan ia untuk berhenti mendaur ulang cairan.
3. Ada kebocoran atau pecahnya dinding ketuban yang membuat air ketuban keluar dari rahim.
4. Usia kehamilan sudah melewati batas, hal ini menyebabkan turunnya fungsi plasenta yang
membuat cairan ketuban berkurang.
5. Adanya komplikasi pada sang ibu, misalnya dehisrasi, hipertensi, preeklamsia, diabetes dan
hipoksia kronis.

6. Proses menelan. Janin bisa menelan cairan ketuban sebanyak 20 ml per jam atau kurang lebih
setengah dari jumlah total cairan ketuban per hari. Tetapi, jumlah cairan yang ditelan ini
hampir sebanding dengan produksi urin janin

D. Gejala Yang Muncul Jika Cairan Ketuban Sedikit Adalah :


1. Ibu merasakan nyeri saat janin melakukan gerakan di dalam Rahim
2. Ketika ketuban pecah maka cairan yang keluar sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama
sekali serta merasa sangat sakit pada saat kontraksi.
3. Ibu merasa nyeri setiap gerakan yang ditimbulkan janin.
4. Bunyi jantung janin sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas seiring
berjalannya usia kehamilan.
5. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
6. Sering berakhir dengan partus prematurus.
7. Persalinan berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
8. Saat ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.
9. Ibu merasa sakit yang amat sangat saat kontraksi.
E.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Penanganan
Tirah baring.
Hidrasi.
Perbaikan nutrisi.
Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp).
Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
Amnion infusion.
Induksi dan kelahiran.

F. Contoh SOAP
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
NY A UMUR 24 G1P0A0 TAHUN USIA KEHAMILAN 37 MINGGU DENGAN
OLIGOHIDRAMNION

I.
A.

1.

2.
3.

4.

5.

6.
a.
b.

c.

7.

Tanggal di data
: 22 Maret 2010
Jam
: 10.00 WIB
Pengkajian
Data subjekti
Biodata
Nama
: Ibu A
Nama suami : Bpk T
Umur
: 24 Tahun
Umur
: 30 Tahun
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Suku/angsa
: Bengkulu/Indonesia
Suku/angsa
: Bengkulu/Indonesia
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: S1
Pekerjaan : IRT
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: Jln.Semangka RT 12
Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.
Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri di perut ketika janin bergerak, perut ibu tidak membesar sesuai
umur kehamilan.
Riwayat menstruasi
Ibu mengatakan pertama kali haid pada usia 14 Tahun,lamanya 7 hari ,,konsistensi cair
dan menggumpal,Siklus 28 hari,jumlah cairan yang keluar normal,dan tidak ada
disminorhoe.
Riwayat kehamilan sekarang
Ibu mengatakan ini kehamilan pertamanya,usia kehamilan 37 minggu ibu sering
memeriksakan kehamilannya ke bidan teratur sesuai jadwal ,ibu merasakan gerakan
janin pertama kali umur kehamilan 20 minggu.
Keluhan selama hamil
:
TM I
: Mual, muntah, nafsu makan kurang
TM II
: Tidak ada
TM III
: sering kencing
Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular dan menahun.
Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit DM, Jantung, Hemofili dan tidak ada keturunan
kembar.
Riwayat kesehatan sekarang
Ibu tidak sedag menderita penyakit DM, Jantung , Hipertensi dan Asma.
Riwayat kontrasepsi
Ibu mengatakan sebelumnya pernah menjadi akseptor KB suntik 3 bulan selama 2 tahun

8. Riwayat pernikahan
Ibu mengatakan ini merupakan pernikahan pertamanya ,lama pernikahan
: 2
Tahun,usia saat menikah 22 tahun,suami 28tahun.
9. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
Makan
Ibu mengatakan nafsu makan Baik, makan 3-4 kali/hari, jenis makanan nasi putih, Sayur,
lauk, Pauk, Buah, Porsi makan menu seimbang.
Minum
Ibu mengatakan minum 10 Gelas /hari ,jenis minuman air putih, susu, teh.
b. Eliminasi
BAB
ibu mengatakan biasa BAB 1 kali/sehari, konsistensi lembek, warna kuning, bau khas
BAK
Ibu mengatakan biasa BAK <6 kali/sehari, warna kuning,bau khas
c. Istirahat/ tidur
Ibu biasa tidur siang 1-2 jam, malam 7-8 jam.
d. Personal Hygiene
Ibu biasa mandi 2 x sehari, mencuci rambut 3 x seminggu, menggosok gigi 2 x sehari, ganti
pakaian dalam 3 x sehari.
e. Jenis kegiatan
: PRT seperti memasak, menyapu dan mencuci.
f. Seksual
Ibu mengatakan hubungan seksual dengan suami 1 kali dalam seminggu.
g. Kebiasaan yang dapat mempengaruhi kehamilan
Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah meminum jamu, meminum alkohol, dan
merokok.
10. Keadaan Psikososial Spiritual
Ibu mengatakan sangat senang akan kehamilannya, hubungan dengan suami
harmonis, hubungan isteri dengan keluarga harmonis,
Keyakinan terhadap agama
: Ibu taat beribadah menjalankan shalat 5 Waktu
B. Data objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
TTV
TD
: 120/80 mmHg
Pols
: 80 X/ menit
RR
: 20 X/ menit
Temps
: 37 C
LILA
: 24 cm
BB sebelum hamil
:50 kg
BB sekarang
: 56 kg
TB
:160 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi

Kepala: Distribusi rambut merata,warna rambut hitam.bersih tidak ada oedema.

Muka : tidak pucat.ada cloasma gravidarum,tidak ada oedema.

Mata : Konjungtiva merah muda,sklera putih.

Hidung : bersih,tidak ada pengeluaran sekret,tidak ada oedema.

Telinga : bersih,tidak ada pengeluaran serumen,pendengaran jelas.

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada

pembesaran vena jugularis.


Dada : Bentuk dada simetris,bunyi jantung normal,bunyi paru-paru normal.

Payudara: bentuk simetris ka/ki, papila mamae menonjol ka/ki,

areola mamae

hyperpigmentasi,tidak ad luka bekas operasi,tidak ada benjolan.Colostrm (-).


Abdomen : Pembesaran lebih kecil dari umur kehamilan,tidak ada luka bekas operasi,ada
linea lipidae,dan striae nigra.

b. Palpasi
Leopold I : TFU (3 jari bawah PX) teraba bagian besar, bulat, lunak, dan tidak melenting.
Leopold II

: Bagian kanan perut ibu teraba bagian yang memanjang dari atas ke bawah

dan bagian kiri perut ibu teraba bagian- bagian kecil janin
Leopold III

: Pada bagian bawah teraba bagian besar, keras, melenting dan dapat

digoyangkan.
Leopold IV
c.

d.
e.

f.

g.

Auskultasi
DJJ

pada saat palpasi sangat jelas teraba bagian bagian dari janin.

: (+)
Punctum max.
: Dua jari dibawah pusat bag. kanan perut ibu
Kekuatan
: kuat
Irama
: teratur
Frekuensi
: 130 x/menit
Terdengar DJJ janin sangat jelas
Genitalia: Tidak ada pengeluaran,tidak ada varises, tidak ada oedema,vulva warna merah
muda.
Ekstermitas
Atas
Oedema
: tidak ada
Warna kuku
:merah muda
bawah
Oedema
: tidak ada ,varices tidak ada,reflek patella ada(+/+)
Pemerikasaan Panggul
Distantia Spinarum
: 25 cm
Distantia Cristarum : 27 cm
Distantia Truchant
: 85 cm
Conjugata eksterna : 19 cm
Pemeriksaan Penunjang
Hb
: 12 gr%
Urine
-Protein
: neg (-)
-Reduksi
: neg(-)

II. ANALISA
Ny. A, umur 24 tahun, G1P0A0, umur kehamilan 37 minggu, janin tunggal hidup, intra uterin,
presentasi kepala,dengan oligohidramnion.
Ds :
o Nyeri di perut ketika janin bergerak
o Perut ibu tidak membesar sesuai umur kehamilan
III. PENATALAKSANAAN
1. Beritahu hasil pemeriksaan dan ibu mengerti hasil pemeriksaan.
2. Anjurkan kepada ibu untuk tidak melakukan perkerjaan yang terlalu berat.
3. Anjurkan kepada ibu untuk makan makanan yang mengandung zat besi dan makan
dilakukan lebih sering dalam jumlah lebih sedikit.
4. Anjurkan kepada ibu untuk tidak melakukan perjalanan jauh.
5. Anjurkan kepada ibu untuk melakukan konsumsi vitamin setiap hari 1 tablet.
6. Anjurkan kepada ibu untuk minum obat zat besi dan asam sulfat.
7. Anjurkan kepada ibu untuk olahraga ringan di pagi hari sebelum melakukan aktivitas.
8. Anjurkan kepada ibu untuk periksa laboratorium untuk mengetahui apakah Hbnya sudah
naik atau belum.
9. Anjurkankepada ibu untuk kontrol ulang 2 minggu lagi.
10. Ibu bersedia melaksanakan semua anjuran dari bidan.
11. Mendokumentsaikan dalam bentuk SOAP.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Oligohidramnion adalah suatu kondisi yang memiliki cairan ketuban terlalu
sedikit. Dokter bisa mengukur jumlah cairan ini melalui beberapa metode, dan yang
paling sering adalah melalui indeks cairan ketuban (Amniotic Fluid Index/AFI). Jika
volume cairan kurang dari 500 ml pada usia kehamilan 32-36 minggu, maka akan
dicurigai mengalami oligohidramnion. Kondisi ini bisa terjadi selama masa kehamilan,
tapi yang paling umum adalah saat trimester ketiga.
B. Kritik dan Saran
Penulis menyadari benar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari
itu kritik dari pembaca sangat di perlukan dan penulis mengharapkan kepada pembaca
untuk bisa memberikan masukan yang membangun untuk bisa memperbaiki dalam
penulisan makalah selanjutnya.
Setelah mempelajari mengenai OLIGOHIDRAMNION maka saran yang dapat
penulis sampaikan bahwa kita khususnya sebagai seorang bidan bisa selalu meningkatkan
wawasan dan ilmu pengetahuan, supaya permasalahan yang terjadi dapat segera
diselesaikan se-efektif mungkin dan mengatasi kasus yang di hadapi
sesuai denganprosedurnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ayue,2011.Polihidramnion Dan Oligohidramnion.http://xpressionq.blogspot.com
Diar, 2010. Makalah Patologi.http://diar13-midyuin08.blogspot.com
Free Blog Template, 2006. umat, 15 September 2006.Kelainan Air Ketuban Oligohidramnion
http://askepasbid.blogspot.com
Riyan, 2009. Oligohidramnion.http://tutorialkuliah.wordpress.com
Sayuti, 2010. Oligohidramnion.http://Senyumperawat.Blogspot.Com
http://ayumarthasari.blogspot.com/2010/02/contoh-dokumentasi-menggunakanmetode.html
Diposkan 17th March 2015 oleh marko bastensius
0

Tambahkan komentar

Definisi Oligohidramnion adalah suatu


keadaan dimana air ketuban kurang dari no

Klasik

Kartu Lipat

Majalah

Mozaik

Bilah Sisi

Cuplikan

Kronologis

1.
Mar
17

oligohidramnion
OLIGOHIDRAMNION
A. Definisi
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal,
yaitu kurang dari 500 cc. VAK (Volume Air Ketuban) meningkat secara stabil saat kehamilan,
volumenya sekitar 30 cc pada 10 minggu dan mencapai puncaknya 1 Liter pada 34-36 minggu,
yang selanjutnya berkurang. Rata-rata sekitar 800 cc pada akhir trisemester pertama sampai pada
minggu ke-40. Berkurang lagi menjadi 350 ml pada kehamilan 42 minggu, dan 250 ml pada
kehamilan 43 minggu. Tingkat penurunan sekitar 150 ml/minggu pada kehamilan 38-43 minggu.

B. Etiologi
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui. Beberapa
keadaan berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu berhubungan dengan obstruksi
saluran
traktus
urinarius
janin
atau
renal
agenesis.
Adapun penyebab terjadinya oligohidramnion menurut beberapa ahli yaitu:
Fetal:

Maternal :

Kromosom

Dehidrasi

Congenital

Insufisiensi uteroplasental

Hambatan pertumbuhan janin

Preeklamsia

Kehamilan poster

Diabetes

Premature ROM (Rupture of amnioticmembranes)

Hypoxia kronis

Sumber :
From Peipert and Donnenfeld (2001)

C. Manifestasi Klinis
Beberapa gejala klinis yang timbul pada kasus oigohidramnion yaitu:
1.

Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.

2.

Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.

3.

Sering berakhir dengan partus prematurus.

4.
Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih
jelas.
5.

Persalinan lebih lama dari biasanya.

6.

Sewaktu his akan sakit sekali.

7.

Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.

Selain itu, terdapat beberapa factor-faktor yang sangat berisiko pada wanita yang dapat
meningkatkan insidensi kasus oligohidramnion yaitu:
1.

Anomali kongenital (misalnya : agenosis ginjal, sindrom potter).

2.

Retardasi pertumbuhan intra uterin.

3.

Ketuban pecah dini (24-26 minggu).

4.

Sindrom paska maturitas.

A. Penatalaksanaan
Penanganan oligohidramnion bergantung pada situasi klinik dan dilakukan pada fasilitas
kesehatan yang lebih lengkap mengingat prognosis janin yang tidak baik. Kompresi tali pusat
selama proses persalinan biasa terjadi pada oligohidramnion, oleh karena itu persalinan dengan
sectio caesarea merupakan pilihan terbaik pada kasus oligohidramnion. Selain itu, pertimbangan
untuk melakukan SC karena :
1.

Index kantung amnion (ICA) 5 cm atau kurang

2.

Deselerasi frekuensi detak jantung janin

3.

Kemungkinan aspirasi mekonium pada kehamilan postterm.

B. Terapi
1.

Tindakan Konservatif

2.

Tirah baring.

3.
Hidrasi.
Perbaikan nutrisi.
4.

Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp).

5.

Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.

6.

Amnion infusion.

7.

Induksi dan kelahiran

C. Pemeriksaan Penunjang
1.
USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau
ginjal yang sangat abnormal)
2.

Rontgen perut bayi

3.

Rontgen paru-paru bayi

4.

Analisa gas darah.

Definisi
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari
normal, yaitu kurang dari 500 cc.

B. Etiologi
Etiologi belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenosis
janin. Etiologi primer lainnya mungkin oleh karena amnion kurang baik
pertumbuhannya dan etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah
dini.

C. Patofisiologi
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang
berhubungan dengan gagal ginjal bawaan
oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit).

dan

berhubungan

dengan

Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru
lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion
menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari
dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain
itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi
abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru
(paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi
sebagaimana mestinya.
Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan,
baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun
karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air
kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari
sindroma Potter.
Gejala Sindroma Potter berupa :
-

Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal
hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang).

Tidak terbentuk air kemih

Gawat pernafasan,

D. Wanita dengan kondisi berikut memiliki insiden oligohidramnion yang tinggi.


1. Anomali kongenital (misalnya : agenosis ginjal, sindrom patter).
2. Retardasi pertumbuhan intra uterin.
3. Ketuban pecah dini (24-26 minggu).
4. Sindrom paska maturitas.

E. Gambaran Klinis
1. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
2. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
3. Sering berakhir dengan partus prematurus.
4. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih
jelas.
5. Persalinan lebih lama dari biasanya.
6. Sewaktu his akan sakit sekali.
7. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang biasa dilakukan:


- USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau
ginjal yang sangat abnormal)
- Rontgen perut bayi
- Rontgen paru-paru bayi
- Analisa gas darah.
.
G. Akibat Oligohidramnion

1. Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat
bawaan dan pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi partus
prematurus yaitu picak seperti kertas kusut karena janin mengalami tekanan
dinding rahim.
2. Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti
club-foot, cacat bawaan karena tekanan atau kulit jadi tenal dan kering
(lethery appereance).

H. Tindakan Konservatif
1. Tirah baring.
2. Hidrasi.
3. Perbaikan nutrisi.
4. Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp).
5. Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
6. Amnion infusion.
7. Induksi dan kelahiran.

Cairan ketuban adalah salah satu bagian dari sistem pendukung


kehidupan bayi yang terbentuk sekitar 12 hari setelah pembuahan.
Cairan ini bisa melindungi bayi dan membantu pertumbuhan dan
perkembangan otot, kaki, paru-paru dan sistem pencernaan bayi, menjadi
bantalan untuk melindungi janin terhadap trauma dari luar, menstabilkan
perubahan suhu, pertukaran cairan, sarana yang memungkinkan janin
bergerak bebas, sampai mengatur tekanan dalam rahim. Tak hanya itu air
ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi.
Pada awalnya cairan ketuban berisi air yang berasal dari ibunya, tapi
pada usia kehamilan 20 minggu cairan ketuban berisi urin janin. Cairan
ketuban ini bisa terlalu rendah atau terlalu tinggi, jika terlalu rendah
disebut dengan oligohidramnion dan jika terlalu tinggi disebut dengan
polihidramnion. Cairan ketuban ini tidak boleh sedikit, tapi beberapa
komplikasi bisa menyebabkan cairan ketuban ibu hamil habis yang bisa
membahayakan ibu hamil dan bayinya.
Saat usia kehamilan 25-26 minggu, jumlahnya rata-rata 239 ml. Lalu
meningkat jadi+ 984 ml pada usia kehamilan 33-34 minggu dan turun
jadi 836 ml saat janin siap lahir.
Oligohidramnion adalah suatu kondisi yang memiliki cairan ketuban
terlalu sedikit. Dokter bisa mengukur jumlah cairan ini melalui beberapa
metode, dan yang paling sering adalah melalui indeks cairan ketuban
(Amniotic Fluid Index/AFI). Jika volume cairan kurang dari 500 ml pada
usia kehamilan 32-36 minggu, maka akan dicurigai mengalami
oligohidramnion. Kondisi ini bisa terjadi selama masa kehamilan, tapi
yang paling umum adalah saat trimester ketiga.
Jika waktu melahirkan sudah lewat hingga dua minggu atau lebih, maka
tingkat cairan ketuban beresiko menjadi rendah karena cairan ketuban
pada umumnya akan berkurang setelah mencapai usia kehamilan 42
minggu.
Penyebab rendahnya cairan ketuban adalah:

1. Kelainan kongenital (janin) yang berhubungan dengan kelainan sistem


saluran kemih, seperti; ginjal tidak berkembang secara normal, atau
terjadi penyumbatan saluran kemih.
2. Adanya masalah pada plasenta, karena jika plasenta tidak memberikan
darah dan nutrisi yang cukup untuk bayi akan memungkinkan ia untuk
berhenti mendaur ulang cairan.
3. Ada kebocoran atau pecahnya dinding ketuban yang membuat air
ketuban keluar dari rahim.
4. Usia kehamilan sudah melewati batas, hal ini menyebabkan turunnya
fungsi plasenta yang membuat cairan ketuban berkurang.
5.
Adanya
komplikasi
pada
sang
ibu,
misalnya
hipertensi, preeklamsia, diabetes dan hipoksia kronis.

dehisrasi,

6. Proses menelan. Janin bisa menelan cairan ketuban sebanyak 20 ml per


jam atau kurang lebih setengah dari jumlah total cairan ketuban per hari.
Tetapi, jumlah cairan yang ditelan ini hampir sebanding dengan produksi
urin janin
Gejala yang muncul jika cairan ketuban sedikit adalah:
1. Ibu merasakan nyeri saat janin melakukan gerakan di dalam rahim
2. Ketika ketuban pecah maka cairan yang keluar sangat sedikit atau
bahkan tidak ada sama sekali serta merasa sangat sakit pada saat
kontraksi.

kelainan air ketuban


( oligohidramnion )
Definisi
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari
normal, yaitu kurang dari 500 cc.
Pada kasus-kasus yang jarang, volume ketuban dapat turun di bawah batas
normal dan kadang-kadang menyusut hingga hanya beberapa ml cairan kental.
Pada kehamilan postterm jumlah cairan ketuban yang tersisa mungkin hanya
100 sampai 200 ml atau kurang. Penyebab keadaan ini belum sepenuhnya
dipahami. Secara umum, oligohidramnion yang timbul pada awal kehamilan
jarang dijumpai dan sering memiliki prognosis buruk. Marks dan Divon
menemukan oligohidramnion yang didefinisikan sebagai indeks cairan amnion
sebesar 5 cm atau kurang pada 12 persen dari 511 kehamilan berusia 41
minggu atau lebih. Pada 121 wanita yang diteliti secara longitudinal, terjadi
penurunan rata-rata indeks cairan amnion sebesar 25 persen per minggu
setelah 41 minggu. Akibat berkurangnya cairan, risiko kompresi tali pusat, dan
pada gilirannya gawat janin, meningkat pada semua persalinan, tetapi terutama
pada kehamilan postterm.
Biasanya cairannya kental, keruh, berwarna kuning kehijau-hijauan.
Sebabnya belum diketahui, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal
agenesis janin. Oligohidramnion lebih sering ditemukan pada kehamilan yang
sudah cukup bulan karena Volume air ketuban biasanya menurun saat hamil
sudah cukup bulan. Ditemukan pada sekitar 12 % kehamilan yang mencapai 41
minggu. Berkurangnya volume cairan amion dapat menimbulkan hipoksia janin
sebagai akibat kompresi tali pusat karena gerakan janin atau kontraksi rahim.
Selain itu, lintasan mekonium janin kedalam volume cairan amion yang tereduksi
menghasilkan suatu suspensi tebal dan penuh partikel yang dapat
mengakibatkan gangguan pernafasan janin. Oligohidramion berhubungan
dengan keterbelakangan pertumbuhan dalam rahim pada 60 % kasus. Bila
dihubungkan dengan hubungan ultrasonik keterbelakangan pertumbuhan
asimetrik, gangguan janin sangat mungkin terjadi. Kasus-kasus itu diakibatkan
oleh ruptura membrane janin yang spontan mungkin tidak berhubungan dengan
gangguan janin sebelumnya. Oligohidramion mungkin terjadi sebagai akibat
tekanan janin in utero, sekresi hormon penekanan janin (katekolamin ,
vasopresin) dapat menghambat resorbsi cairan paru-paru lewat penelanan oleh
janin. Akhirnya terdapat kasus yang berhubungan dengan berbagai jenis cacat
janin, misalnya sindroma potter (aganesis ginjal) , yang memebutuhkan
pemeriksaan ultrasonik dan genetik secara rinci. Oligohidramnion merupakan
temuan signifikan yang menunjukan kehamilan pascamatur. Apabila kondisi ini

diperburuk oleh kenyataan bahwa janin menderita retardasi pertumbuhan


intrauteri, maka ada peningkatan risiko bahwa toleransi janin terhadap
persalinan buruk dan bahwa kemungkinnan pelahiran operatif harus dilakukan.

Ada beberapa definisi istilah oligohidramnion yang biasanya dipakai


diantaranya:
Berkurangnya volume air ketuban (VAK)
Volumenya kurang dari 500 cc saat usia 32-36 minggu
Ukuran satu kantong (kuadran) < 2 cm
Amniotic fluid index (AFI) < 5 cm atau < presentil kelima
Kurangnya jumlah amniotic fluid volume (AFV)
AFV < 500 ml pada usia gestasi 32-36 minggu
Single deepest pocket (SDP) < 2 cm

2.2

Klasifikasi oligohidramnion

2.2.1 Oligohidramnion awitan dini


Sejumlah keadaan dilaporkan berkaitan dengan berkurangnya cairan
amnion. Oligohidramnion hampir selalu nyata apabila terjadi obstruksi saluran
kemih janin atau agnesis ginjal. Oleh karenanya, anuria hampir pasti merupakan
etiologi pada kasus-ksus seperti itu. Kebocoran kronik suatu defek di selaput
ketuban dapat mengurangi volume cairan dalam jumlah bermakna, tetapi
seringkali kemudian segera terjadi persalinan. Pajanan ke inhibitor enzim
pengubah angiostetin (ACEI) dilaporkan berkaitan dengan oligohidramnion.
Sebanyak 15 sampai 25 persen kasus berkaitan kasus berkaitan dengan
anomali janin mampu memvisualisasikan struktur-struktur janin pada hanya
separuh dari wanita yang dirujuk untuk evaluasi ultrasonografi terhadap
oligohidramnion midtrimester. Mereka melakukan amnionfusi dan kemudian
mampu melihat 77 persen dari struktur-struktur yang dicitrakan secara rutin.
Indentifikasi anomali terkait meningkat dari 12 menjadi 13 persen.
2.2.2Oligohidramnion pada tahap lanjut

Volume cairan ketuban secara normal berkurang setelah usia gestasi 35


minggu. Dengan menggunakan indeks cairan amnion kurang dari 5 cm, Casey
dkk, mendapatkan insidensi oligohidramnion pada 2,3 persen dari 6400
kehamilan lebih yang menjalani sonografi setelah minggu ke-34 di Parkland
hospital. Mereka memastikan pengamatan-pengamatan sebelumnya bahwa hal
ini berkaitan dengan peningkatan resiko hasil perinatal yang merugikan. Pada
kehamilan yang terpilih karena resiko tinggi, Magann, dkk, tidak mendapatkan
bahwa oligohidramnion ( indeks cairan kurang dari 5 cm ) meningkatkan resiko
penyulit intrapartum seperti mekonium kental, deselerasi variabel frekuensi
denyut jantung, seksio sesarea atas indikasi gawat janin, atau asidemia
neonatus.
Chaunhan melakukan meta analisis terhadap 18 penelitian yang meliputi
lebih dari 10.500 kehamilan yang indeks cairan amnion intrapartumnya kurang dari
5 cm. Dibandingkan dengan kontrol yang indeksnya lebih dari 5 cm, wanita dengan
oligohidramnion memperhatikan peningkatan resiko bermakna untuk seksio.

2.3

Etiologi
Etiologi belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenosis janin.

Etiologi primer lainnya mungkin oleh karena amnion kurang baik pertumbuhannya
dan etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah dini.
Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding
rahim. Anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan
terpaku pada posisi abnormal disebabkan karena ruang di dalam rahim sempit.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paruparu hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana
mestinya.
Suatu keadaan khas yang terjadi pada bayi yang baru lahir, di mana cairan
ketubannya sangat sedikit atau tidak ada digambarkan sebagai fenotip Potter.
Adapun kemungkinan lain penyebab oligohidramnion seperti :
a.

Fetal :

Kromosom

Kongenital

Hambatan pertumbuhan janin dalam rahim

Kehamilan postterm

Premature ROM (Rupture of amniotic membranes)

Pecahnya ketuban

b.

Maternal :

Dehidrasi

Insufisiensi uteroplasental

Preeklamsia

Diabetes

Hypoxia kronis

Hipertensi

c.

Plasenta

Solutio

Transfusi antar kembar

d.

Induksi Obat :

Indomethacin and ACE inhibitors

Inhibitor prostaglandin sintase

Inhibitor enzim pengubah-angiotensin

2.4

Mekanisme
2.4.1 Fisiologi Normal :
Volume Air ketuban meningkat secara bertahap pada kehamilan dengan

volume sekitar 30 mL pada kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya sekitar


1 L pada kehamilan 34-36 minggu. Volume Air ketuban menurun pada akhir
trimester pertama dengan volume sekitar 800 mL pada minggu ke-40. Berkurang
lagi menjadi 350 ml pada kehamilan 42 minggu; dan 250 ml pada kehamilan 43
minggu. Tingkat penurunan sekitar 150 mL/minggu pada kehamilan 38-43 minggu.
Mekanisme perubahan tingkat produksi Air ketuban belum diketahui dengan
pasti, meskipun diketahui berhubungan dengan aliran keluar-masuk cairan amnion
pada proses aktif. Cairan amnion mengalami sirkulasi dengan tingkat pertukaran
sekitar 3600 mL/jam.

3 faktor utama yang mempengaruhi Volume air ketuban :


1)

Pengaturan fisiologis aliran oleh fetus

2)

Pergerakan air dan larutan didalam dan yang melintasi membran

3)

Pengaruh maternal pada pergerakan cairan transplasenta

2.4.2 Patofisiologi :

Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang
berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan
oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru
lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion
menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari
dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain
itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi
abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru
(paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi
sebagaimana mestinya.
Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan,
baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun
karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air
kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas
dari sindroma Potter.
Gejala Sindroma Potter berupa :
-

Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal
hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang).
-

Tidak terbentuk air kemih

Gawat pernafasan,

oligohidramnion dapat menjadi tanda ada kelainan pada saluran


pengeluaran atau saluran kemih janin. Jika saluran kemih janin di dalam

kandungan tidak berfungsi dengan baik, kemungkinan besar air ketuban yang
ada jumlahnya akan menjadi sedikit. Keringnya ketuban berarti janin tidak
mengeluarkan air ketuban yang ditelannya sebagai urin. Berbeda dengan kasus
kelebihan air ketuban yang berarti janin mengalami gangguan pada saluran
cernanya

2.5

Kondisi yang beresiko tinggi menyebabkan oligohidramnion :

.Anomali kongenital (misalnya : agenosis ginjal, sindrom patter).

Retardasi pertumbuhan intra uterin.

Ketuban pecah dini (24-26 minggu).

Sindrom paska maturitas.

Penyakit virus

Insufiensi uteroplacenta

Meresponi indosin sebagai suatu tokolitik

Hipoksia janin

Aspirasi mekonium dan cairan yang bercampur mekonium

Sindrom premature

2.6

Gejala

Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.

Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.

Sering berakhir dengan partus prematurus.

Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih
jelas.

Persalinan lebih lama dari biasanya.

Molding : uterus mengelilingi janin

Janin dapat diraba dengan mudah

Tidak ada efek pantul pada janin

Sewaktu his akan sakit sekali.

Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan hamper tidak ada yang
keluar.
Gejala dan tanda tersebut di dasarkan pada fakta bahwa cairan amnion
yang ditemukan berada di bawah jumlah yang normal untuk usia kehamilan
tertentu. Pada kehamilan normal, cairan amnion wanita bervariasi dan dapat
mengalami fluktuasi. Umumnya cairan amnion meningkat hingga mencapai 1000
ml pada trimester 3 kehamilan. Menginjak usia kehamilan 34 minggu jumlah
tersebut mulai berkurang secara bertahap dan menyisakan sekitar 800ml pada
usia cukup bulan. Pengukuran volume cairan amnion dilakukan dengan cara
ultrasonografi dan ini merupakan komponen standar pada pemeriksaan
ultrasonografi lengkap dengan profil biofisik.

2.7

Diagnosa

Diagnosa dibuat dengan pemeriksaan USG yaitu dengan mengukur indeks


caira ketuban (Amniotic Fluid Index= AFI). Tetapi secara klinis (dengan
pemeriksaan fisik) bisa diduga dengan : pengukuran tinggi rahim dari luar serta
bagian bayi yang mudah diraba dari luar (didinding perut ibu). Namun hal ini
hanya berupa asumsi/dugaan saja, tetap haris dikonfirmasi dengan USG.
USG juga bisa melihat anantomi janin untuk melihat kelainan seperti ginjal
yang tidak tumbuh (dengan tidak terlihatnya pipis di kandung kemih janin). Serta
untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan janin. Pemeriksaan dengan
spekulum dapat dilakukan guna mendeteksi adanya kebocoran air ketuban
akibat pecahnya air ketuban.

2.8

Penatalaksanaan

Tindakan Konservatif :
1. Tirah baring.
2. Hidrasi.
3. Perbaikan nutrisi.
4. Pemantauan kesejahteraan janin ( hitung pergerakan janin, NST, Bpp ).
5. Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.

6. Amnion infusion.
7. Induksi dan kelahiran
Penatalaksanaan bergantung pada usia kehamilan,pada kehamilan Pre-term :
mengevaluasi dan memonitor keadaan fetal dan maternal agar tetap dalam kondisi
optimal

2.9

Prognosis

Hasil janin pada oligohidramnion awitan dini buruk. Dari sekitar 80 persen
kehamilan semacam itu dan hanya separuh dari janin-janin ini yang selamat.
Dan sekitar 34 kehamilan midtrimester yang mengalami penyulit oligohidramnion
dan didiagnosis secara ultrasonografis berdasarkan tidak adanya kantung cairan
amnion yang besarnya tidak adanya kantung cairan amnion yang besarnya lebih
dari 1 cm di semua bidang vertikal. Sembilan (26 persen) dari janin-janin ini
mengalami anomali, dan 10 dari 25 yang secara fenotipe normal mengalami
abortus spontan atau lahir mati karena hipertensi ibu yang parah, hambatan
pertumbuhan janin, atau solutio plasenta. Dari 14 bayi lahir hidup, dengan
delapan lahir preterm dan tujuh meningkat meninggal. Enam bayi yang lahir
aterm tumbuh normal. Oligohidramnion sebelum minggu ke-37 pada jani yang
tumbuh sesuai masa kehamilannya memperhatikan peningkatan angka
kelahiran preterm sebesar tiga kali lipat, tetapi tidak untuk hambatan
pertumbuhan atau kematian janin.
Temuan lain melaporkan otopsi pada 89 bayi dengan sekuensi
oligohidramnion. Hanya 3 persen yang memiliki saluran ginjal normal; 34 persen
menderita agnesis ginjal bilateral; 34 persen displasia kistik bilateral; 9 persen
agnesis unilateral dengan displasia; 10 persen kelainan saluran kemih minor.
Bayi yang tadinya normal dapat mengalami awitan dini yang parah.
Perlekatan antara amnion dan bagian-bagian janin dapat menyebabkan
kecacatan serius termasuk amputasi. Selain itu, akibat tekanan dari semua sisi,
penampakan janin menjadi aneh, dan kelainan otot-rangka, misalnya kaki gada
(clubfoot) sering terjadi.

2.10

Komplikasi

Congenital malformation
Pulmonary hypoplasia
Fetal compression syndrome

Amniotic band syndrome


Abnormal fetal growth or IUGR
Decreased fetal blood volume, renal blood flow, and, subsequently, fetal urine
output
Fetal morbidity

2.11

Resiko

1. Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan
dan pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi partus prematurus yaitu
picak seperti kertas kusut karena janin mengalami tekanan dinding rahim.
2. Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti clubfoot, cacat bawaan karena tekanan atau kulit jadi tenal dan kering ( lethery
appereance ).

3. Hiploplasia paru
Insidensi hipoplasia paru saat lahir tidak banyakbanyak berubah dan berkisar
dari 1,1 sampai 1,4 per 1000 bayi. Apabila cairan amnion sedikit sering terjadi
hipoplasia paru. Suatu studi kohort prospektif pada 163 kasus oligohidramnion
yang terjadi pada selaput ketuban pecah dini pada gestasi 15 sampai 28
minggu. Hampir 13 persen janin mengalami hipoplasia paru. Penyulit ini lebih
sering terjadi seiring dengan berkurangnya usia gestasi. Kilbride mempelajari
115 wanita dengan ketuban pecah dini sebelum minggu ke-29. Terjadi tujuh
kelahiran mati dan 40 kematian neonatus sehingga mortalitas perinatal menjadi
409 per 1000. Resiko hipoplasia paru letal adalah 20 persen. Hasil yang
merugikan lebih besar kemungkinannya apabila pecah ketuban terjadi lebih dini
serta durasinya melebihi 14 hari.
Menurut Fox dan Badalian serta Launaria dkk, terdapat tiga kemungkinan yang
menjadi penyebab hipoplasia paru. Pertama, tertekannya toraks mungkin
menghambat pergerakan dinding dada dan ekspansi paru. Kedua, kurangnya
gerakan napas janin mengurangi aliran masuk ke paru. Ketiga dan model paling
luas diterima adalah kegagalan mempertahankan cairan amnion atau
meningkatnya aliran keluar pada paru yang tumbuh kembangnya terlambat.

Cukup banyaknya cairan amnion yang dihirup oleh janin normal, seperti
dibuktikan oleh deunhoelter dan Pritchard, mengisyaratkan bahwa cairan yang
terhirup tersebut berperan dalam ekspansi, dan pada gilirannya, pertumbuhan

paru. Namun, Fisk dkk. Menyimpulkan bahwa gangguan pernafasan janin tidak
menyebabkan hipoplasia paru pada oligohidramnion. Dalam suatu eksperimen,
McNamara dkk melaporkan temuan-temuan dari dua set kembar monoamnionik
dengan anomali ginjal yang berlawanan. Mereka menyajikan bukti bahwa
volume cairan amnion yang normal memungkinkan perkembangan paru normal
walaupun terdapat obstruksi ginjal janin.

Oligohidramnion

A. Pendahuluan
Oligohidramnion sangat berkaitan dengan air ketuban. Air ketuban adalah cairan
yang dihasilkan janin dan selaput yang mengelilinginya. Air ketuban sangat penting bagi
tumbuh kembang normal seorang janin. Bila terdapat oligohidramnion atau hidramnion,
maka angka kematian dan kesakitan janin dan bayi akan meningkat. USG dapat
membantu menilai volume air ketuban baik secara subyektif maupun semikuantitatif.

1) Produksi air ketuban


Teori tentang produksi air ketuban hingga saat ini masih belum begitu
memuaskan. Pada awalnya produksi tersebut dilakukan oleh epitel selaput ketuban,
kemudian pada kehamilan selanjutnya diproduksi oleh ginjal janin (Abramovich DR,
1970; Wallenburg HCS, 1977).
Sumber lain mengatakan bahwa produksi air ketuban berasal dari:
a) Kencing janin
b) Transudat darah ibu
c) Sekret epitel ketuban
d) Campuran dari ketiganya

2) Volume normal air ketuban


Dalam keadaan normal, volume ketuban berada dalam kondisi keseimbangan
yang dinamik antara produksi dan absorbsi. Pertukaran air ketuban dapat melalui epitel
ketuban, tali pusat, kulit, saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan saluran

perkemihan (Wallenburg HCS, 1977). Volume total air ketuban diperkirakan diganti
setiap 24 jam. Pada kehamilan 12 minggu jumlahnya sekitar 60 ml (Wallenburg HCS,
1977), dan meningkat secara tetap mencapai 1000 ml pada kehamilan 34 minggu
kemudian menurun hingga mencapai 840 ml pada kehamilan tua (Queenan JT, 1972) dan
hanya 540 ml pada kehamilan 42 minggu (Queenan JT, 1972).

3) Fungsi air ketuban


a) Media janin untuk tumbuh dan berkembang normal dapat bergerak bebas
b) Melindungi janin dari trauma
c) Menjaga stabilitas suhu tubuh janin
d) Berperan dalam proses pembesaran rongga ketuban dan rahim
e) Berperan dalam proses pembukaan leher rahim pada waktu persalinan (Wallenburg
HCS, 1977).
B. Pembahasan
Oligohidramnion
1) Definisi
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal,
yaitu kurang dari 500 cc.
2) Faktor penyebab
Faktor penyebab belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya denganpekembangan
ginjal janin. Faktor penyebab primer lainnya mungkin oleh karena ketuban kurang baik
pertumbuhannya dan faktor penyebab sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah
dini.
3) Kejadian abnormal
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang
berhubungan
dengan
gagal
ginjal
bawaan
dan
berhubungan
dengan
oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir,
dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan
bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim
menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di
dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami
kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru
sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik
karena kegagalan pembentukan ginjal maupun karena penyakit lain pada ginjal yang
menyebabkan ginjal gagal berfungsi.

Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan
tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter.
4) Gambaran keadaan ibu hamil dengan oligohidramnion
a) Perut tampak lebih kecil dari usia kehamilan
b) Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
c) Sering berakhir dengan kelahiran prematur
d) Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.
e) Persalinan lebih lama dari biasanya.
f)

Sewaktu mengejan akan sakit sekali.

g) Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.

5) Pemeriksaan Penunjang
Volume air ketuban diukur melalui pemeriksaan USG dan pengambilan air
ketuban ( amniosinesis ). Diskusi dengan dokter konsul harus mencakup identifikasi,
faktor penyebab yang mendasar dari oligohidramnion dan pertimbangan tentang berbagai
strategi manajemen yang berbeda berdasarkan faktor penyebab usia kehamilan.

6)

Akibat Oligohidramnion

a) Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan dan
pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi kelahiran prematur yaitu picak
seperti kertas kusut karena janin mengalami tekanan dinding rahim.
b) Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti club-foot,
cacat bawaan karena tekanan atau kulit jadi tenal dan kering.
c) Jika terjadi pada trimester pertama: berisiko menimbulkan cacat bawaan pada janin,
keguguran, kelahiran prematur atau janin meninggal
d) Jika terjadi pada trimester kedua, akan amat mengganggu tumbuh kembang janin
e) Jika terjadi menjelang persalinan, meningkatkan risiko terjadinya komplikasi selama
persalinan. Seperti tidak efektifnya kontraksi rahim akibat tekanan di dalam rahim yang
tidak seragam ke segala arah. Pada akhirnya, persalinan jadi lama atau malah berhenti
7) Tindakan yang dilakukan ibu hamil dengan oligohidramnion
a) Makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang serta tingkatkan konsumsi cairan
b) Banyak istirahat
c) Stop merokok dan atau menjadi perokok pasif
d) Amati frekuensi gerakan atau aktivitas janin

e) Laporkan segera ke dokter jika terjadi tanda-tanda kelahiran prematur seperti


pendarahan atau keluar cairan dari vagina

Sumber :
Wiknjosatro, Hanifa, Prof, dr, DSOG.1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka.
Sarwono Prawirohardjo Mansjoer, Arief.2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta:
Media Aesculapius.
Ben, Zion Taber.1994. Kapita
Jakarta:EGC

Selekta

Kedaruratan

Obstetri

dan

Ginekologi.

http://www.dkk-bpp.com
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/air.ketuban.minim/001/001/53/
9/-/4
http://www.dexamedica.com/images/publication_upload071026997350001193390257Dexa%20Media
%20Jul-Sept07.pdf

Cairan amnion sangat penting bagi tumbuh kembang normal janin, karena cairan amnion mempunyai peran yang luar biasa di intrauterin.
Bila terdapat oligohidramnion, maka angka mortalitas dan morbiditas janin dan neonatus akan meningkat. USG dapat membantu menilai
volume cairan amnion baik secara subyektif maupun semikuantitatif.

Kejadian oligohidramnion diperkirakan 1,7 7% dari seluruh kehamilan (Hobbins JC et al, 1979; Philipson EH et al, 1983). Semakin awal
terjadinya oligohidramnion, maka semakin buruk prognosisnya bagi janin. Maka dari itu, petugas kesehatan, khususnya bidan harus
mampu mendeteksi dini adanya kejadian oligohidramnion untuk mengurangi resiko bagi ibu dan janinnya.

Definisi

Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc. Air ketuban berfungsi sebagai
media bagi janin untuk tumbuh dan berkembang dengan normal, penting bagi janin untuk dapat bergerak bebas, melindungi janin dari
trauma atau cedera, menjaga stabilitas suhu tubuh janin, dan berperan dalam proses pembesaran rongga amnion dan uterus. Selain itu
cairan ketuban juga berperan dalam proses pembukaan serviks pada waktu persalinan. Bila terjadi oligohidramnion pada kehamilan
trimester awal, dapat terjadi deformitas ekstremitas atau gangguan pertumbuhan janin.

Dalam keadaan normal, volume amnion berada dalam kondisi keseimbangan yang dinamik antara produksi dan absorbsi. Pertukaran
cairan amnion dapat melalui epitel amnion, umbilikus, kulit, traktus digestivus, traktus respiratorius, dan traktus urogenitalis (Wallenburg
HCS, 1977). Volume total cairan amnion diperkirakan diganti setiap 24 jam. Pada kehamilan 12 minggu jumlahnya sekitar 60 ml
(Wallenburg HCS, 1977), dan meningkat secara tetap mencapai 1000 ml pada kehamilan 34 minggu, kemudian menurun hingga
mencapai 840 ml pada kehamilan aterm (Queenan JT, 1972) dan hanya 540 ml pada kehamilan 42 minggu (Queenan JT, 1972). Selain
berkaitan dengan usia gestasi, volume cairan amnion juga berhubungan dengan berat janin dan berat plasenta.( Queenan JT, 1972). Pada
trimester kedua dan ketiga dapat dilihat adanya partikel-partikel ekhogenik didalam cairan amnion. Partikel-partikel tersebut adalah epitelepitel yang terlepas dari tubuh janin dan verniks kaseosa (G. Weber et al, 2005).

Teori tentang produksi cairan amnion hingga saat ini masih belum begitu memuaskan. Pada awalnya produksi tersebut dilakukan oleh
epitel selaput amnion, kemudian pada kehamilan selanjutnya diproduksi oleh ginjal janin (Abramovich DR, 1970; Wallenburg HCS, 1977).
Umbilikus dan selaput amnion berperan sangat penting dalam proses pertukaran air dan elektrolit yang berkesinambungan, sedangkan
proses menelan dan pembentukan urin merupakan proses yang intermiten (Wallenburg HCS, 1977 ). Pada kehamilan 12 minggu sudah
dapat dideteksi adanya urin yang bersifat hipotonik (Lind T, 1981). Produksi urine 24 jam pada kehamilan 18 minggu sekitar 7 17 ml
(Abramovich DR et al, 1979). Luaran (output) harian urine terus meningkat sesuai dengan pertambahan usia gestasi sehingga mencapai
600 800 ml pada akhir kehamilan aterm.

Volume cairan amnion diatur melalui mekanisme proses menelan, proses aspirasi, pertukaran melalui kulit, dan volume plasma ibu.
Proses menelan merupakan faktor penting dalam regulasi volume cairan amnion, dan sudah dapat dilihat mulai kehamilan 12 minggu
(Abramovich DR et al, 1979 ). Kemampuan janin menelan meningkat sesuai usia gestasi, mencapai 200 450 ml/hari pada kehamilan
aterm (Pritchard JA, 1969). Diperkirakan sekitar 50% produksi urine harian janin dieliminasi melalui proses menelan. Volume cairan
amnion juga diregulasi oleh janin melalui proses aspirasi. Kapiler-kapiler pada kulit janin juga berfungsi sebagai sarana pertukaran zat dan
proses tersebut berakhir setelah kulit mengalami keratinisasi lengkap yaitu sekitar kehamilan 24 minggu. Pada saat tersebut, kulit menjadi
tidak permeabel terhadap air dan elektrolit. Genbrane-Youmes dkk (1986) menyatakan bahwa proses transfer melalui pembuluh darah
umbilikus berperan didalam produksi cairan amnion. Goodlin dkk (1983) menemukan bahwa produksi cairan amnion pada usia gestasi 29
36 minggu tergantung pada peningkatan volume plasma ibu dan pemberian cairan untuk meningkatkan volume plasma ibu dapat
mengatasi oligohidramnion.

Penilaian volume cairan amnion sangat penting karena berkaitan dengan adanya kelainan pada janin dan penyakit pada ibu, sehingga
penilaian secara sonografis volume cairan amnion merupakan bagian dari petunjuk adanya kelainan pada janin dan ibu (Wallenburg HCS
et al, 1977). Pemeriksaan volume cairan amnion sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pemeriksaan USG obstetri.
Abnormalitas cairan amnion diklasifikasikan atas normal, polihidramnion, oligohidramnion, dan oligohidramnion berat (G. Weber et al,
2005). Bila cairan amnion habis disebut anhidramnion. Cara pengukuran volume cairan amnion Dikenal tiga cara pengukuran volume
cairan amnion, yaitu secara subyektif, semikuantitatif (pengukuran satu kantong), dan pengukuran empat kuadran menurut Phelan.
Sayangnya tidak ada satupun metoda pengukuran volume cairan amnion tersebut yang dapat dijadikan standar baku emas. Penilaian
subyektif oleh seorang pakar dengan memakai USG real-time dapat memberikan hasil yang baik. Penilaian subyektif volume cairan
amnion didasarkan atas pengalaman subyektif pemeriksa didalam menentukan volume tersebut berdasarkan apa yang dilihatnya pada
saat pemeriksaan. Dikatakan normal bila masih ada bagian janin yang menempel pada dinding uterus dan pada bagian lain cukup terisi
oleh cairan amnion. Bila sedikit, maka sebagian besar tubuh janin akan melekat pada dinding uterus sedangkan bila hidramnion, maka
tidak ada bagian janin yang menempel pada dinding uterus. Penilaian semikuantitatif dilakukan melalui pengukuran satu kantong (single
pocket) amnion terbesar yang terletak antara dinding uterus dan tubuh janin, tegak lurus terhadap lantai. Tidak boleh ada bagian janin
yang terletak didalam area pengukuran tersebut.

Patofisiologi

Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan
dengan oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit).

Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada.
Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran
wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau
mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.

Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru
tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal
bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.

Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran
yang khas dari sindroma Potter.

Gejala Sindroma Potter berupa:

1. Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang
tertarik ke belakang).

2. Tidak terbentuk air kemih

3. Gawat pernafasan

Faktor penyebab oligohidramnion

Oligohidramnion dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kelainan janin, pertumbuhan janin terhambat (PJT), dan ketuban pecah
preterm. Penyebab lainnya yang jarang terjadi adalah disfungsi plasenta dan obat penghambat enzim sintetase prostaglandin, misalnya
indometasin. Pada kelainan kongenital, penyebab tersering dari oligohidramnion adalah kelainan traktus urogenitalis, terutama agenesis
renalis bilateral, displasia renalis multikistik, ginjal polikistik infantil, obstruksi ureter dan urethra (Chamberlain PF et al, 1964; Chamberlain
PF et al, 1984). Pada keadaan oligohidramnion terdapat kesulitan didalam mencari kelainan bawaan sebagai kausa oligohidramnion,
mungkin saja diperlukan infus amnion. Komplikasi akibat oligohidramnion antara lain hipoplasia paru, deformitas skeletal dan fasial, PJT,
dan peningkatan bermakna morbiditas dan mortalitas janin (neonatus). Pada beberapa kasus, pemberian infus amnion memperbaiki
prognosis janin.

Wanita dengan kondisi berikut memiliki insiden oligohidramnion yang tinggi:

1. Anomali kongenital ( misalnya : agenosis ginjal atau obstruksi saluran kencing fetus, sindrom patter ).

2. Retardasi pertumbuhan intra uterin.

3. Ketuban pecah dini ( 24-26 minggu ).

4. Sindrom paska maturitas.

Gambaran Klinis

1. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.

2. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.

3. Sering berakhir dengan partus prematurus.

4. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.

5. Persalinan lebih lama dari biasanya.

6. Sewaktu his akan sakit sekali.

7. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.

Pemeriksaan Penunjang

Volume cairan amnion diukur melalui pemeriksaan USG dan cara ini merupakan komponen standar profil biofisik. Diskusi dengan dokter
konsul harus mencakup identifikasi, etiologi yang mendasar dari oligohidramnion dan pertimbangan tentang berbagai strategi manajemen
yang berbeda berdasarkan etiologi usia gestasi.

1. USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau ginjal yang sangat abnormal)

2. Rontgen perut bayi

3. Rontgen paru-paru bayi

4. Analisa gas darah.

Akibat Oligohidramnion

1. Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan dan pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa
terjadi partus prematurus yaitu picak seperti kertas kusut karena janin mengalami tekanan dinding rahim.

2. Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti club-foot, cacat bawaan karena tekanan atau kulit jadi
tenal dan kering ( lethery appereance ).

3. Jika terjadi pada trimester pertama: berisiko menimbulkan cacat bawaan pada janin, keguguran, kelahiran prematur atau janin
meninggal

4. Jika terjadi pada trimester kedua, akan amat mengganggu tumbuh kembang janin

5. Jika terjadi menjelang persalinan, meningkatkan risiko terjadinya komplikasi selama persalinan. Seperti tidak efektifnya kontraksi rahim
akibat tekanan di dalam rahim yang tidak seragam ke segala arah. Buntutnya, persalinan jadi lama atau malah berhenti

Tindakan Konservatif

1. Tirah baring.

2. Hidrasi.

3. Perbaikan nutrisi.

4. Pemantauan kesejahteraan janin ( hitung pergerakan janin, NST, Bpp ).

5. Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.

6. Amnion infusion.

7. Induksi dan kelahiran.

Prognosis

Tidak begitu baik terutama untuk janin.

Yang penting dilakukan ibu hamil dengan oligohidramnion:

a) Makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang serta tingkatkan konsumsi cairan

b) Banyak istirahat

c) Stop merokok dan/atau jadi perokok pasif

d) Amati frekuensi gerakan atau aktivitas janin

e) Laporkan segera ke dokter jika terjadi tanda-tanda kelahiran prematur seperti pendarahan atau keluar cairan dari vagina

GANGGUAN VOLUME CAIRAN AMNION

EMBRIOLOGI KAVUM AMNION


Amnion : selaput tipis pada hasil konsepsi yang terbentuk mulai hari ke 8 pasca konsepsi dan membentuk
kantung kecil yang menutupi permukaan dorsal embryonic disc. Secara bertahap menyelubungi embrio yang
tumbuh.
Cairan amnion : cairan yang berada dalam kavum amnion

DINAMIKA CAIRAN AMNION


Pengaturan volume cairan amnion adalah proses dinamis yang mencerminkan keseimbangan antara produksi
dan absorbsi cairan
PRODUKSI CAIRAN :
Pada usia < 8 minggu, cairan amnion dihasilkan oleh transudasi cairan melalui amnion dan kulit janin

Pada usia 8 minggu, janin mulai menghasilkan urine yang masuk kedalam rongga amnion. Urine janin
secara cepat menjadi sumber utama produksi cairan amnion. Saat menjelang aterm, janin menghasilkan 800
1000 ml urine

Paru janin menghasilkan sejumlah cairan 300 ml per hari saat aterm, namun sebagian besar ditelan
sebelum masuk ruang amnion.

ABSORBSI CAIRAN :

Pada usia kehamilan < 8 minggu, cairan amnion transudatif direabsorbsi secara pasif

Pada usia kehamilan 8 minggu, janin mulai melakukanproses menelan. Proses ini secara cepat akan
menjadi mekanisme utama absorbsi cairan amnion. Menjelang aterm, melalui proses menelan terjadi absorbsi
cairan sebesar 500 100 mL per hari

Absorbsi cairan amnion dalam jumlah sedikit juga terjadi melalui selaput amnion dan masuk kedalam
aliran darah janin. Menjelang aterm , jalur ini melakukan absorbsi sebesar 250 ml.

Sejumlah kecil cairan amnion melintas membran amnion dan masuk ke aliran darah ibu sebesar 10 ml
per hari pada usia kehamilan menjelang aterm.

PERUBAHAN VOLUME CAIRAN AMNION SELAMA KEHAMILAN : Pada usia kehamilan 34 minggu, volume
cairan amnion mencapai maksmial ( 750 -800 mL) dan setelah itu akan menurun sehingga pada usia kehamilan
40 minggu, volume cairan amnion 600 ml. Dan melewati usia 40 minggu, jumlah cairan amnion akan terus

menurun.

FUNGSI dan PERANAN CAIRAN AMNION


1.

Sebagai pelindung bagi janin terhadap trauma darim luar

2.

Melindungi talipusat dari tekanan

3.
Memungkinkan pergerakan janin secara bebas sehingga mendukung perkembangan sistem
muskuloskeletal janin
4.

Berperan dalam perkembangan paru janin

5.

Melumasi kulit janin

6.

Mencegah korioamnionitis pada ibu dan infeksi janin melalui sifat bakteriostatik

7.

Membantu mengendalikan suhu tubuh janin


PENGUKURAN VOLUME CAIRAN AMNION
Pemeriksaan dengan ultrasonografi adalah metode akurat untuk
memperkirakan volume cairan amnion dibandingkan pengukuran tinggi
fundus uteri .
Penentuan AFI amniotic fluid indexadalah metode semikuantitatif untuk
memperkirakan volume cairan amnion.

AFI adalah jumlah dari kantung amnion vertikal maksimum dalam cm pada masing-masing empat kuadran uterus.
AFI normal pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu : 5 20 cm

ARTI KLINIK VOLUME CAIRAN AMNION

Volume cairan amnion merupakan penanda

kesehatan janin

Volume cairan amnion normal menunjukkan bahwa perfusi uteroplasenta dalam keadaan memadai.

Jumlah volume cairan amnuion abnormal berkaitan denganoutcomeperinatal yang buruk

OLIGOHIDRAMNION
Batasan: jumlah cairan amnion yang kurang dari normal (kurang dari 300 ml) Angka kejadian: 5 8%
kehamilan
Diagnosis :

Kecurigaan terjadinya oligohidramnion bila tinggi fundus uteri lebih rendah dari yang diharapkan

Ultrasonografi :

Jumlah cairan amnion < 300 ml

Ukuran kantung amnion vertikal 2 cm tidak ada

AFI < 95 persentile untuk usia kehamilan tertentu

Pada kehamilan aterm AFI < 5 cm

PENYEBAB :

ABSORBSI KURANG atau KEHILANGAN CAIRAN MENINGKAT


Ketuban Pecah Dini (50% kasus oligohidramnion)
PENURUNAN PRODUKSI AMNION

Kelainan kongenital ginjal (agenesis ginjal, displasia ginjal) dan paparan terhadap ACE inhibitor yang
akan menurunkan output ginal janin

Obstruksi orifisium urethra eksterna janin

Insufisiensi uteroplasenta (solusio plasenta, preeklampsia, sindroma postmaturitas) menurunkan


perfusi ginjal dan produksi uribne

Infeksi kongenital Defek jantung janin NTDs, sindroma twin to twin tranfusion,efek obat NSAID.

PENATALAKSANAAN:

Pilihan terapi pada masa antepartum sangat teerbatas, kecuali bila ditemukan defek struktural yang
mengindikasikan untuk dilakukan pembedahan janin intrauterin

Penentuan saat persalinan tergantung pada usia kehamilan etiologi dan kesehatan janin.

Selama proses persalinan, diberikan infus larutran kristaloid kedalam cavum amnion agar dapat

Memperbaiki pola denyut jantung janin

Menurunkan kejadian bedah SC

Meminimalisir resiko sindroma aspirasi mekonium

PROGNOSIS :
Oligohidramnion berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas pada semua usia kehamilan
KOMPLIKASI:

Amniotic Band Syndrome menyebabkan deformitas janin (amputasi atau deformitas muskuloskeletal))
a.l Clubfoot atau sindroma Potter

SINDROMA POTTER :
Sindroma Potter dapat berbentuk clubbed feet, Hipoplasia Pulmonal dan kelainan kranium yang terkait dengan
oligohidramnion

POLIHIDRAMNION
Batasan: Jumlah cairan amnion lebih dari normal
Angka Kejadian: 0.5 1.5% seluruh kehamilan
Diagnosis:

Kecurigaan terjadinya polihidramnion ditegakkan bila tinggi fundus uteri lebih dari yang diharapkan
untuk usia kehamilan tertentu

Ultrasonografi :

volume air ketuban > 2 liter

Kantung vertikal tungal > 10 cm

AFI > 20 cm pada kehamilan aterm atau > 95 persentil untuk usia kehamilan tertentu

PENYEBAB:
1.

Idiopatik (50 60% kasus)

2.

Penyebab maternal :

3.

1.

isoimunisasi yang menyebabkan hidrop fetalis imune

2.

Diabetes Melitus

Penyebab janin (10 15%):


1.

Hidrop fetalis non imune

2.

Defek jantung

3.

Kehamilan kembar

4.
Kelainan anatomis : obstruksi saluran intestin, deformitas paru, gangguan proses
menelan (akalasia, obstruksi esopagus, fistula trakeoesopagus,kelainan SP
5.
4.

Diabetes insipidus

Penyebab plasenta (jarang) : korioangioma plasta

PENATALAKSANAAN

Pilihan penatalaksanaan antepartum amat terbatas.

Obat NSAID menyebabkan penurunan produksi urine janin namun dapat menyebabkan penutupan dini
duktus arteriosus Bottali

Amniosentesis memberikan hasil yang sementara

Pada saat intrapartum, amniotomi terkendali dapat menurunkan angka kejdian dekompresi mendadak
(solusio plasenta, prolapsus talipusat)
KOMPLIKASI :

Regangan rahim berlebihan dapat menyebabkan dispnea edema tungkai bawah edema vulva

Selama persalinan, hidramnion dapat menyebabkan :

Kelainan letak,

Gangguan proses persalinan atau

Perdarahan pasca salin.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Amnion manusia terdiri dari lima lapisan yang berbeda. Lapisan ini tidak
mengandung pembuluh darah maupun saraf, sehingga nutrisi disuplai melalui
cairan amnion. Lapisan paling dalam dan terdekat pada fetus ialah epithelium
amniotik. Epitel amniotik ini mensekresikankolagen tipe III dan IV dan
glikoprotein non kolagen ( laminin , nidogen dan fibronectin ) dari membrane
basalis, lapisan amnion disebelahnya.
Oligohidramnion mengacu pada defisiensi besar volume cairan amnion.
Berkurangnya volume cairan amnion dapat menimbulkan hipoksia janin sebagai
akibat dari kompresi taki pusat karena gerakan janin atau kontraksi rahim. Selain
itu, lintasan mekonium janin ke dalam volume cairan amnion yang tereduksi
menghasilakan suatu suspensi tebal dan penuh pertikel yang dapat menyebabkan
ganguan pernapasan janin.

Oligohidramnion perlu digolongkan sesuai dengan etiologinya.


Oligohidramnion berhubungan dengan keterbelakangan pertumbuhan dalam
rahim dan pada 60 persen kasus. Bila dihungakan dengan bukti ultrasonic
keterbelakangan pertumbuhan asimetrik, gangue janin sangat mungkin terjadi,
kasus-kasus itu yang diakibatkan oleh ruptura membaran janin yang spontan
mungkin tidak berhubungan dengan gangguan janin sebelumnya. Oligohidramnion
mungkin terjadi sebagai akibat tekanan janin in utero ; sekresi hormone penekan
janin (katekolamin, vasopressin) dapat menghambat resopsi cairan paru-paru
lewat penelanan oleh janin. Akhirnya, terdapat kasus yang berhubungan dengan
berbagai Janis cacat janin, misalnya sindroma Potter (agenesis ginjal), yang butuh
pemeriksaan ultarsonik dan genetic secara rinci.

B. Tujuan

Makalah ini kami buat guna memenuhi tugas mata kuliah Askeb V
Patologi selain itu juga agar para pembaca mengetahui dengan jelas bagaimanakah
jenis-jenis kelaianan yang terjadi pada oligohidramnion.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Cairan ketuban adalah salah satu bagian dari sistem pendukung kehidupan
bayi yang terbentuk sekitar 12 hari setelah pembuahan. Cairan ini bisa melindungi
bayi dan membantu pertumbuhan dan perkembangan otot, kaki, paru-paru dan
sistem pencernaan bayi, menjadi bantalan untuk melindungi janin terhadap
trauma dari luar, menstabilkan perubahan suhu, pertukaran cairan, sarana yang
memungkinkan janin bergerak bebas, sampai mengatur tekanan dalam rahim. Tak
hanya itu air ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi.
Pada awalnya cairan ketuban berisi air yang berasal dari ibunya, tapi pada
usia kehamilan 20 minggu cairan ketuban berisi urin janin. Cairan ketuban ini bisa
terlalu rendah atau terlalu tinggi, jika terlalu rendah disebut dengan
oligohidramnion dan jika terlalu tinggi disebut dengan polihidramnion. Cairan
ketuban ini tidak boleh sedikit, tapi beberapa komplikasi bisa menyebabkan cairan
ketuban ibu hamil habis yang bisa membahayakan ibu hamil dan bayinya.
Saat usia kehamilan 25-26 minggu, jumlahnya rata-rata 239 ml. Lalu
meningkat jadi+ 984 ml pada usia kehamilan 33-34 minggu dan turun jadi 836 ml
saat janin siap lahir.
Oligohidramnion adalah suatu kondisi yang memiliki cairan ketuban terlalu
sedikit. Dokter bisa mengukur jumlah cairan ini melalui beberapa metode, dan
yang paling sering adalah melalui indeks cairan ketuban (Amniotic Fluid
Index/AFI). Jika volume cairan kurang dari 500 ml pada usia kehamilan 32-36
minggu, maka akan dicurigai mengalami oligohidramnion. Kondisi ini bisa terjadi
selama masa kehamilan, tapi yang paling umum adalah saat trimester ketiga.
Jika waktu melahirkan sudah lewat hingga dua minggu atau lebih, maka
tingkat cairan ketuban beresiko menjadi rendah karena cair.
B. Etiologi
Etiologi belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenosis
janin. Etiologi primer lainnya mungkin oleh karena amnion kurang baik
pertumbuhannya dan etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah dini.

C. Penyebab Rendahnya Cairan Ketuban


1. Kelainan kongenital (janin) yang berhubungan dengan kelainan sistem saluran kemih,
seperti; ginjal tidak berkembang secara normal, atau terjadi penyumbatan saluran
kemih.
2. Adanya masalah pada plasenta, karena jika plasenta tidak memberikan darah dan
nutrisi yang cukup untuk bayi akan memungkinkan ia untuk berhenti mendaur ulang
cairan.
3. Ada kebocoran atau pecahnya dinding ketuban yang membuat air ketuban keluar dari
rahim.
4. Usia kehamilan sudah melewati batas, hal ini menyebabkan turunnya fungsi plasenta
yang membuat cairan ketuban berkurang.
5. Adanya komplikasi pada sang ibu, misalnya dehisrasi, hipertensi, preeklamsia,
diabetes dan hipoksia kronis.
6. Proses menelan. Janin bisa menelan cairan ketuban sebanyak 20 ml per jam atau
kurang lebih setengah dari jumlah total cairan ketuban per hari. Tetapi, jumlah cairan
yang ditelan ini hampir sebanding dengan produksi urin janin

D. Gejala Yang Muncul Jika Cairan Ketuban Sedikit Adalah :


1. Ibu merasakan nyeri saat janin melakukan gerakan di dalam Rahim
2.

Ketika ketuban pecah maka cairan yang keluar sangat sedikit atau bahkan tidak ada
sama sekali serta merasa sangat sakit pada saat kontraksi.

3. Ibu merasa nyeri setiap gerakan yang ditimbulkan janin.


4.

Bunyi jantung janin sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas
seiring berjalannya usia kehamilan.

5.

Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.

6. Sering berakhir dengan partus prematurus.


7.

Persalinan berlangsung dalam waktu yang cukup lama.

8. Saat ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.
9. Ibu merasa sakit yang amat sangat saat kontraksi.

E. Penanganan
1. Tirah baring.
2. Hidrasi.
3. Perbaikan nutrisi.
4. Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp).
5. Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
6. Amnion infusion.
7. Induksi dan kelahiran.

F. Contoh SOAP
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
NY A UMUR 24 G1P0A0 TAHUN USIA KEHAMILAN 37 MINGGU DENGAN
OLIGOHIDRAMNION

I.

Tanggal di data

: 22 Maret 2010

Jam

: 10.00 WIB

Pengkajian

A. Data subjekti
1. Biodata
Nama

: Ibu A

Nama suami

: Bpk T

Umur

: 24 Tahun

Umur

: 30 Tahun

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Suku/angsa
:
Bengkulu/Indonesia
Pendidikan

: SMA

Pekerjaan : IRT
Alamat

Bengkulu/Indonesia

Pendidikan
Pekerjaan

Suku/angsa

: S1
: PNS

: Jln.Semangka RT 12

2. Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri di perut ketika janin bergerak, perut ibu tidak membesar
sesuai umur kehamilan.
4. Riwayat menstruasi

Ibu mengatakan pertama kali haid pada usia 14 Tahun,lamanya 7 hari ,,konsistensi
cair dan menggumpal,Siklus 28 hari,jumlah cairan yang keluar normal,dan tidak
ada disminorhoe.
5. Riwayat kehamilan sekarang
Ibu mengatakan ini kehamilan pertamanya,usia kehamilan 37 minggu ibu sering
memeriksakan kehamilannya ke bidan teratur sesuai jadwal ,ibu merasakan
gerakan janin pertama kali umur kehamilan 20 minggu.
Keluhan selama hamil

TM I

: Mual, muntah, nafsu makan kurang

TM II

: Tidak ada

TM III

: sering kencing

6. Riwayat kesehatan
a.

Riwayat kesehatan yang lalu


Ibu tidak pernah menderita penyakit menular dan menahun.

b. Riwayat kesehatan keluarga


Tidak ada keluarga yang menderita penyakit DM, Jantung, Hemofili dan tidak ada
keturunan kembar.
c.

Riwayat kesehatan sekarang


Ibu tidak sedag menderita penyakit DM, Jantung , Hipertensi dan Asma.

7. Riwayat kontrasepsi
Ibu mengatakan sebelumnya pernah menjadi akseptor KB suntik 3 bulan selama
2 tahun
8. Riwayat pernikahan
Ibu mengatakan ini merupakan pernikahan pertamanya ,lama pernikahan
Tahun,usia saat menikah 22 tahun,suami 28tahun.
9. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a.

Nutrisi
Makan

:2

Ibu mengatakan nafsu makan Baik, makan 3-4 kali/hari, jenis makanan nasi putih,
Sayur, lauk, Pauk, Buah, Porsi makan menu seimbang.
Minum
Ibu mengatakan minum 10 Gelas /hari ,jenis minuman air putih, susu, teh.
b. Eliminasi
BAB
ibu mengatakan biasa BAB 1 kali/sehari, konsistensi lembek, warna kuning, bau
khas
BAK
Ibu mengatakan biasa BAK <6 kali/sehari, warna kuning,bau khas
c.

Istirahat/ tidur
Ibu biasa tidur siang 1-2 jam, malam 7-8 jam.

d. Personal Hygiene
Ibu biasa mandi 2 x sehari, mencuci rambut 3 x seminggu, menggosok gigi 2 x
sehari, ganti pakaian dalam 3 x sehari.
e.
f.

Jenis kegiatan

: PRT seperti memasak, menyapu dan mencuci.

Seksual
Ibu mengatakan hubungan seksual dengan suami 1 kali dalam seminggu.

g. Kebiasaan yang dapat mempengaruhi kehamilan


Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah meminum jamu, meminum alkohol,
dan merokok.
10. Keadaan Psikososial Spiritual
Ibu mengatakan sangat senang akan kehamilannya, hubungan dengan suami
harmonis, hubungan isteri dengan keluarga harmonis,
Keyakinan terhadap agama
B. Data objektif
1. Pemeriksaan Umum

: Ibu taat beribadah menjalankan shalat 5 Waktu

Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

TTV
TD

: 120/80 mmHg

Pols

: 80 X/ menit

RR

: 20 X/ menit

Temps

: 37 C

LILA

: 24 cm

BB sebelum hamil

:50 kg

BB sekarang

: 56 kg

TB

:160 cm

2. Pemeriksaan Fisik
a.

Inspeksi

Kepala: Distribusi rambut merata,warna rambut hitam.bersih tidak ada oedema.

Muka : tidak pucat.ada cloasma gravidarum,tidak ada oedema.

Mata : Konjungtiva merah muda,sklera putih.

Hidung : bersih,tidak ada pengeluaran sekret,tidak ada oedema.

Telinga : bersih,tidak ada pengeluaran serumen,pendengaran jelas.

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada pembesaran vena jugularis.

Dada : Bentuk dada simetris,bunyi jantung normal,bunyi paru-paru normal.

Payudara: bentuk simetris ka/ki, papila mamae menonjol ka/ki, areola mamae
hyperpigmentasi,tidak ad luka bekas operasi,tidak ada benjolan.Colostrm (-).

Abdomen : Pembesaran lebih kecil dari umur kehamilan,tidak ada luka bekas
operasi,ada linea lipidae,dan striae nigra.

b. Palpasi

Leopold I : TFU (3 jari bawah PX) teraba bagian besar, bulat, lunak, dan tidak
melenting.
Leopold II

: Bagian kanan perut ibu teraba bagian yang memanjang dari atas ke

bawah dan bagian kiri perut ibu teraba bagian- bagian kecil janin
Leopold III

: Pada bagian bawah teraba bagian besar, keras, melenting dan

dapat digoyangkan.
Leopold IV
c.

pada saat palpasi sangat jelas teraba bagian bagian dari janin.

Auskultasi

DJJ

: (+)

Punctum max.

: Dua jari dibawah pusat bag. kanan perut ibu

Kekuatan

: kuat

Irama

: teratur

Frekuensi

: 130 x/menit

Terdengar DJJ janin sangat jelas


d. Genitalia: Tidak ada pengeluaran,tidak ada varises, tidak ada oedema,vulva warna
merah muda.
e.

Ekstermitas
Atas
Oedema
Warna kuku

: tidak ada
:merah muda

bawah
Oedema
f.

: tidak ada ,varices tidak ada,reflek patella ada(+/+)

Pemerikasaan Panggul

Distantia Spinarum

: 25 cm

Distantia Cristarum

: 27 cm

Distantia Truchant

: 85 cm

Conjugata eksterna

: 19 cm

g. Pemeriksaan Penunjang

Hb

: 12 gr%

Urine
-Protein

: neg (-)

-Reduksi

: neg(-)

II. ANALISA
Ny. A, umur 24 tahun, G1P0A0, umur kehamilan 37 minggu, janin tunggal hidup, intra
uterin, presentasi kepala,dengan oligohidramnion.
Ds :
o Nyeri di perut ketika janin bergerak
o Perut ibu tidak membesar sesuai umur kehamilan
III. PENATALAKSANAAN
1. Beritahu hasil pemeriksaan dan ibu mengerti hasil pemeriksaan.
2. Anjurkan kepada ibu untuk tidak melakukan perkerjaan yang terlalu berat.
3. Anjurkan kepada ibu untuk makan makanan yang mengandung zat besi dan makan
dilakukan lebih sering dalam jumlah lebih sedikit.
4. Anjurkan kepada ibu untuk tidak melakukan perjalanan jauh.
5. Anjurkan kepada ibu untuk melakukan konsumsi vitamin setiap hari 1 tablet.
6. Anjurkan kepada ibu untuk minum obat zat besi dan asam sulfat.
7. Anjurkan kepada ibu untuk olahraga ringan di pagi hari sebelum melakukan aktivitas.
8. Anjurkan kepada ibu untuk periksa laboratorium untuk mengetahui apakah Hbnya
sudah naik atau belum.
9. Anjurkankepada ibu untuk kontrol ulang 2 minggu lagi.

10. Ibu bersedia melaksanakan semua anjuran dari bidan.


11. Mendokumentsaikan dalam bentuk SOAP.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Oligohidramnion adalah suatu kondisi yang memiliki cairan ketuban terlalu
sedikit. Dokter bisa mengukur jumlah cairan ini melalui beberapa metode, dan
yang paling sering adalah melalui indeks cairan ketuban (Amniotic Fluid
Index/AFI). Jika volume cairan kurang dari 500 ml pada usia kehamilan 32-36
minggu, maka akan dicurigai mengalami oligohidramnion. Kondisi ini bisa terjadi
selama masa kehamilan, tapi yang paling umum adalah saat trimester ketiga.

B. Kritik dan Saran


Penulis menyadari benar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
maka dari itu kritik dari pembaca sangat di perlukan dan penulis mengharapkan
kepada pembaca untuk bisa memberikan masukan yang membangun untuk bisa
memperbaiki dalam penulisan makalah selanjutnya.
Setelah mempelajari mengenai OLIGOHIDRAMNION maka saran yang
dapat penulis sampaikan bahwa kita khususnya sebagai seorang bidan bisa selalu
meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan, supaya permasalahan yang terjadi
dapat segera diselesaikan se-efektif mungkin dan mengatasi kasus yang di hadapi
sesuai denganprosedurnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ayue,2011.Polihidramnion Dan Oligohidramnion.http://xpressionq.blogspot.com


Diar, 2010. Makalah Patologi.http://diar13-midyuin08.blogspot.com
Free Blog Template, 2006. umat, 15 September 2006.Kelainan Air Ketuban
Oligohidramnion http://askepasbid.blogspot.com
Riyan, 2009. Oligohidramnion.http://tutorialkuliah.wordpress.com
Sayuti, 2010. Oligohidramnion.http://Senyumperawat.Blogspot.Com

http://ayumarthasari.blogspot.com/2010/02/contoh-dokumentasi-menggunakanmetode.html

Anda mungkin juga menyukai