Anda di halaman 1dari 12

Selanjutkan dilakukan urutan masalah berdasarkan prosentase yang memiliki bobot

<75% dan diperoleh data sebagai berikut :


Berdasarkan hasil kuesioner kedua yang didapatkan, terdapat beberapa jenis pertanyaan yang
dapat menjadi masalah :
1.
-

Kondisi rumah :
Luas ventilasi rumah terhadap Luas Lantai Rumah
Penilaian kriteria sebagai rumah tidak sehat
2.
Pengetahuan
Pengetahuan tentang definisi, penyebab, cara penularan, pencegahan penyakit
TB
3.
Perilaku :
Perilaku membuka jendela kamar tidur dan ruang keluarga
Perilaku membuang dahak di wadah khusus
Perilaku tidak memisahkan alat makan
Perilau tidak tidur terpisah
Perilaku tidak memakai masker ketika batuk
Menutup mulut ketika batuk
Berada di lingkungan keluarga yang memiliki kebiasaan merokok

LINGKUNGAN

HOST

Pengetahuan tentang definisi,

Kebiasaan merokok

penyebab, cara penularan,

Perilaku membuka jendela kamar

tidur dan ruang keluarga


Perilaku tidak memakai masker

ketika batuk
Perilaku membuang dahak di

wadah khusus
Menutup mulut ketika batuk
Perilaku tidak memisahkan alat

makan
Perilaku tidak tidur terpisah

pencegahan penyakit TB

Penilaian kriteria sebagai


rumah tidak sehat (Luas
ventilasi rumah terhadap Luas
Lantai <10% )

AGENT

Mycobacterium Tb

1. LINGKUNGAN
Pengetahuan tentang definisi, penyebab, cara penularan, pencegahan penyakit
TB
Jawaban
batuk dengan gatal di tenggorokan
penyakit batuk-batuk akibat merokok
penyakit batuk berdahak bercampur darah
Total

Frequency Percent
26
43.3
7
11.7
27
45.0
60
100.0

Hanya 45,5% responden yang tahu bahwa penyakit TB paru adalah penyakit batuk berdahak
bercampur darah.
Jawaban
Guna-guna
debu, asap & udara kotor
kuman/bakteri
Total

Frequency Percent
0
0.0
22
36.7
38
63.3
60
100.0

Telah banyak responden yang tahu (63,3%) bahwa penyebab TB paru adalah kuman/bakteri.
Jawaban
sudah ada dari masih kandungan
bicara berhadap-hadapan dengan penderita TB
terhirup percikan ludah atau dahak penderita TB
Total

Frequency Percent
1
1.7
40
66.7
19
31.7
60
100.0

Masih sedikit responden (31,7%) tentang cara penularan Tb paru yang benar, sebagian
(66,7%) mengganggap bahwa penularan Tb paru ke anggota keluarga lain adalah melalui
bicara berhadap-hadapan dengan penderita TB.
Jawaban
tidak bisa dicegah dg imunisasi

Frequency Percent
16
26.7

ya dengan imunisasi apa saja


30
50.0
ya dengan imunisasi BCG
14
23.3
Total
60
100.0
Sebagian responden (50,0%) tahu bahwa tb paru dapat dicegah dengan jenis imunisasi
apapun, masih banyak responden (26,7%) yang beranggapan tb paru tidak dapat dicegah
dengan imunisasi, dan hanya 23,3% responden yang tahu bahwa pencegahan tb paru dapat
dilakukan dengan imunisasi BCG. Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara
tingkat

pengetahuan,

status

ekonomi

dan

kebiasaan

merokok

dengan

kejadian

tuberkulosis paru pada orang dewasa di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat, dari tingkat
pengetahuan ternyata memperoleh nilai p=0,026 < 0,05 berarti ada hubungan yang
bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kejadian tuberkulosis paru pada orang dewasa.
Besarnya risiko dari hasil output diperoleh nilai RR=1,857 lebih besar dari 1 (95% CI:
1,062-3,446) yang nilainya tidak mencakup angka 1, artinya bahwa orang dengan
tingkat pengetahuan yang rendah akan meningkatkan risiko untuk terkena TB sebesar 1,857
kali lebih besar dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Junita (2012) yang menyatakan ada
hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan meminum obat anti
tuberculosis pada pasien tuberculosis paru (p<0,05). Penelitian lain yang dilakukan Astuti
(2013) menyatakan ada hubungan yang sedang antara pengetahuan dan upaya pencegahan
penyakit

tuberculosis

(p<0,05,

coefficient

correlation

0,541).

Notoadmodjo

(2002)mengatakan, dengan adanyapengetahuan manusia dapat menjawab permasalahan dan


memecahkan masalah yang dihadapi. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik dan
tinggi,maka ia akan mampu untuk berfikir lebih kritis dalam memahami segala sesuatu.
Seseorang yang berpengetahuan baik tidak menjamin akan mempunyai sikap dan perilaku
yang positif. Karena seseorang dalam menentukan sikap dan perilaku yang utuh selain
ditentukan oleh pengetahuan, juga dipengaruhi oleh pikiran, keyakinan dan emosi yang
memegang peranan penting (Notoadmodjo, 2010). Kesadaran dan pengetahuan seseorang ata

masyarakat sudah tinggi tentang kesehatan, namun tidak sepenuhnya mendukung kesadaran
keinginan untuk melakukan tindakan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Penilaian kriteria sebagai rumah tidak sehat (Luas ventilasi rumah terhadap
Luas Lantai Rumah)
Deskripsi ventilasi rumah
Jawaban
tidak ada
ada, lubang ventilasi dapur < 10% dari luas lantai
ada, lubang ventilasi dapur > 10% dari luas lantai
Total

Frequency Percent
4
6.7
41
68.3
15
25.0
60
100.0

Sebagian besar responden (68,3%) belum memiliki ventilasi rumah yang memadai karena
lubangnya <10% dari luas lantai dapur.
Hal ini sesuai dengan penelitian Gultom (2015) chisquare diperoleh nilai p = 0,004 yang
menyatakan ada pengaruh ventilasi yang tidak memenuhi syarat terhadap kejadian
tuberkulosis paru (p =0,004). Ventilasi rumah berfungsi untuk mengeluarkan udara yang
tercemar (bakteri, CO2) di dalam rumah dan menggantinya dengan udara yang segar
dan bersih atau untuk sirkulasi udara tempat masuknya cahaya ultra violet.
Azwar (1999) mengemukakan bahwa ventilasi mempunyai fungsi yaitu : 1) menjaga agar
aliran udara di dalam rumah tetap segar, sehingga keseimbangan O 2 yang diperlukan oleh
penghuni rumah tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O 2 di
dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi
meningkat; 2) menjaga agar udara di ruangan rumah selalu tetap dalam kelembaban
(humidity) yang optimum. Kelembaban yang optimal (sehat) yaitu sekitar 40 70%
kelembaban yang lebih dari 70% akan berpengaruh terhadap kesehatan penghuni rumah.
Kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari
kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri

patogen (penyebab penyakit); 3) membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama


bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang
terbawa oleh udara akan selalu mengalir; 4) lingkungan perokok akan menyebabkan udara
mengandung nitrogen oksida sehingga menurunkan kekebalan pada tubuh terutama pada
saluran napas karena berkembang menjadi makrofag yang dapat menyebab infeksi.
Beberapa penelitian telah dilakukan yang menegaskan bahwa ventilasi bisa menjadi salah
satu faktor penyebab (faktor risiko) Tb paru seperti yang dilakukan Sumarjo (2004) di
Kabupaten Banjarnegara memperoleh hasil yaitu adanya hubungan antara ventilasi rumah
dengan kejadian Tb paru dengan nilai p sebesar 0,003 dan OR = 6,176. Hal ini berarti
individu yang tinggal di rumah dengan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat memiliki
risiko terkena Tb paru sebesar 6,2 kali dibandingkan mereka yang memiliki luas ventilasi
yang memenuhi syarat. Selanjutnya, Tobing (2009) menyatakan bahwa dalam penelitian yang
dilakukannya diperoleh hasil yatu nilai p sebesar 0,037 dan nilai OR sebesar 2,4 (9% CI1,04-5.8). Selanjutnya, Darsoni (2005) yang melaksanaan penelitian di Desa Padang
memperoleh hasil yaitu bahwa adanya hubungan antara luas ventilasi rumah dengan kejadian
Tb paru dimana nilai p = 0,001 dan OR sebesar 10,8.
2. HOST
Perilaku membuang dahak di wadah khusus

Deskripsi Perilaku (TB paru)


Tabel 4.43 Deskripsi perilaku terkait dengan Tb paru
Perilaku
Membuang dahak di wadah khusus

Ya
9 (15,0%)

Perilaku negatif yang ditunjukkan oleh responden antara lain tidak membuang dahak di
wadah khusus, tidak menggunakan alat makan terpisah dari anggota keluarga lain, tidak tidur
terpisah dengan anggota keluarga lain, tidak menjemur kasur pada terik matahari setiap hari,

tidak elalu memakai masker jika batuk, dan berada di lingkungan keluarga yang memiliki
kebiasaan merokok.
Paru merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam angka kejadian TB
paru.

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan

Teku (2010) di Puskesmas Rewangga

ditemukan 50% penderita tuberkulosis masih membuang dahak bukan pada tempatnya. Ini
menunjukan perilaku penderita dalam hal membuang dahak masih rendah. Ini berarti
berbanding terbalik dengan upaya-upaya yang telah dilakukan puskesmas. Bakteri TB paru
bersifat aerob dan lambat tumbuh. Suhu optimum bagu pertumbuhan bakteri TB 37-38 oC.
Bakteri TB paru cepat mati pada

paparan sinar matahari langsung tapi dapat bertahan

beberapa jam pada tempat yang gelap dan lembab serta dapat bertahan hidup 8-10 hari pada
sputum kering yang melekat pada debu. Sumber infeksi yang terpenting adalah dahak
penderita TB paru positif. Penularan terjadi melalui percikan dahak (droplet infection) saat
penderita batuk, bicara atau meludah. Bakteri TB paru dari percikan tersebut melayang di
udara, jika terhirup oleh orang lain akan masuk ke Penularan penyakit TB paru juga tak
terlepas dari faktor sosial budaya, terutama berkaitan dengan pengetahuan, sikap, dan
perilaku higine salah satunya adalah perilaku membuang dahak pada wadah khusus (Yulfira,
2011) Perilaku membuang dahak pada wadah khusus pada pasien dengan TB dalam sistem
respirasi dan selanjutnya bakteri mmenyebar dari bagian paru-paru ke bagian tubuh lainnya
melalui peredaran darah, sistem saluran limpa, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke
organ lainnya (Suryo, 2010). Penderita TB paru positif dapat menyebabkan bakteri ke udara
dalam bentuk percikan dahak, yang dalam istilah kedokteran sendiri disebut droplet nuclei.
Sekali batuk dapat menghasilkan 3000 percikan dahak. Melalui udara yang tercemar oleh
mikobakteriu tuberkulosis yang dilepaskan/dikeluarkan oleh penderita TB paru saat batuk.
Jadi jika seseorang penderita TB paru postif membuang dahak sembarang tempat, maka
kuman TB dalam jumlah besar berada di udara (Achmadi,2011). Pemberian cairan sabun atau
karbol merupakan cara untuk mematikan bakteri tuberkulosis, karena bakteri tuberkulosis

dapat mati bila terkena sinar matahari, cairan sabun, lisol, dan karbol. Sehingga diharapkan
dengan pemberian cairan desinfektan dalam wadah tertutup dapat mematikan kuman
tuberkulosis paru.
Perilaku membuka jendela kamar tidur dan ruang keluarga
Perilaku penghuni
Membuka jendela kamar tidur
Membuka jendela ruang keluarga

Tidak

Kadang-

Setiap hari

pernah
7 (11,7%)
15 (25,0%)

kadang
39 (65,0%)
29 (48,3%)

14 (23,3%)
16 (26,7%)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Adawiyah dkk (2014) menyatakan ada hubungan
antara kebiasaan membuka jendela terhadap kejadian TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas
Cigeureung dengan analisis data menggunakan uji statistik Chi-Square didapatkan hasil P <
0,05 (P value= 0.012). Berdasarkan uji statistik diperoleh bahwa nilai OR= 5.333 ini berarti
responden yang tidak melakukan kebiasaan menutup jendela memiliki risiko 5.333 kali
tertular penyakit TB paru dibandingkan dengan individu yang biasa membuka jendela rumah.
Penelitian yang dilakukan Rukmini (2010) menunjukkan bahwa kebiasaan membuka jendela
yang dilakukan respondenya 77.1% dan yang menutup jendela rumahnya 22.9%, selain itu
pada penelitian ini hanya melihat pengaruh kebiasaan membuka jendela rumah dengan
kejadian TB paru. Jendela dibuka pada siang hari agar cahaya matahari dapat masuk dan
udara dapat berputar sehingga akan memperkecil resiko penularan penyakit infeksi. Upaya
memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara optimal sebaiknya jendela kamar
tidur menghadap ke timur. Luas jendela yang baik paling sedikit mempunyai luas 10-20%
dari luas lantai. Luas jendela melebihi 20% dapat menimbulkan kesilauan dan panas,
sedangkan sebaliknya kalau terlalu kecil dapat menimbulkan suasana gelap dan pengap
Ventilasi bermanfaat bagi sirkulasi/pergantian udara dalam rumah serta mengurangi
kelembaban. Keringat manusia juga dikenal mempengaruhi kelembaban, semakin banyak
manusia dalam satu ruangan kelembaban semakin tinggi, karena uap air baik dari pernafasan

maupun keringat. Kelembaban dalam ruang tertutup dimana banyak terdapat manusia di
dalamnya lebih tinggi dibanding kelembaban diluar ruangan. Hal tersebut dapat dipahami,
karena pengaruh buruk berkurangnya ventilasi adalah, berkurangnya kadar oksigen,
bertambahnya gas CO2, adanya bau pengap, suhu udara ruangan naik, dan kelembaban udara
bertambah. Kecepatan aliran udara penting untuk mempercepat pembersih udara ruangan.
Kecepatan udara dikatakan sedang jika gerak udara 5-20 cm per detik atau pertukaran udara
bersih antara 25-30 mf (cubic feet per minute) untuk setiap yang berada didalam ruangan
(Arfiansyah, 2011). Penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari
langsung dapat membunuh bakteri. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam
keadaan yang gelap dan lembab.
Kebiasaan merokok
Perilaku
Keberadaan anggota keluarga yang merokok

Ya
50 (83,3%)

Perilaku negatif yang ditunjukkan oleh responden antara lain berada di lingkungan keluarga
yang memiliki kebiasaan merokok.
Kebiasaan merokok dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi angka
kejadian TB. Kebiasaan merokok dapat mengganggu kesehatan, tidak dapat dipungkiri lagi
banyak penyakit yang terjadi akibat dari kebiasaan merokok. Menurut Purnamasari (2010)
kebiasaan merokok dapat menyebabkan rusaknya pertahanan paru serta merusak mekanisme
mucuciliary clearence, selain itu asap rokok juga akan meningkatkan airway resistance serta
permeabilitas epitel paru dan merusak gerak sillia, makrofag meningkatkan sintesis elastase
dan menurunkan produksi antiprotease. Menurut Putra (2012) daya tahan tubuh yang lemah,
virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam
terjadinya infeksi TB paru.

Menghisap rokok dalam jumlah yang banyak dapat memperparah penyakit TB, serta
meningkatkan resiko kekambuhan dan kegagalan dalam pengobatan TB (Purnamasari, 2010).
Penelitian yang dilakukan Lin dan timnya dari Harvard School of Public Health (2009)
membuktikan ada hubungan antara kebiasaan merokok, perokok pasif dan polusi udara dalam
ruangan dari kayu bakar dan batu bara terhadap risiko infeksi, penyakit, dan kematian akibat
TB paru, dari 100 orang yang diteliti 33 orang diantaranya menderita TB paru akibat
merokok tembakau. Penelitian yang dilakukan Zainul (2009) juga menunjukkan hubungan
antara kebiasaan merokok dengan aktif tidaknya penyakit tuberculosis, serta faktor resiko
terjadinya tuberkulosis paru pada dewasa muda, dan terdapat dose-response relationship
dengan jumlah rokok yang dihisap perharinya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiarni
(2009) juga didapat ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian
tuberkulosis paru pada orang dewasa. dengan nilai (p=0,011). Hasil statistik juga didapat nilai
RR=2,407 yang berarti orang yang mempunyai kebiasaan merokok meningkatkan resiko
terkena TB sebanyak 2,407 kali dibandingkan orang yang tidak merokok.
Perilaku membuang dahak di wadah khusus
Perilaku
Membuang dahak di wadah khusus

Ya
9 (15,0%)

Bakteri TB paru bersifat aerob dan lambat tumbuh. Suhu optimum bagu pertumbuhan bakteri
TB 37-38oC. Bakteri TB paru cepat mati pada paparan sinar matahari langsung tapi dapat
bertahan beberapa jam pada tempat yang gelap dan lembab serta dapat bertahan hidup 8-10
hari pada sputum kering yang melekat pada debu. Sumber infeksi yang terpenting adalah
dahak penderita TB paru positif. Penularan terjadi melalui percikan dahak (droplet infection)
saat penderita batuk, bicara atau meludah. Bakteri TB paru dari percikan tersebut melayang
di udara, jika terhirup oleh orang lain akan masuk ke Penularan penyakit TB paru juga tak
terlepas dari faktor sosial budaya, terutama berkaitan dengan pengetahuan, sikap, dan
perilaku higine salah satunya adalah perilaku membuang dahak pada wadah khusus (Yulfira,

2011) Perilaku membuang dahak pada wadah khusus pada pasien dengan TB dalam sistem
respirasi dan selanjutnya bakteri mmenyebar dari bagian paru-paru ke bagian tubuh lainnya
melalui peredaran darah, sistem saluran limpa, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke
organ lainnya (Suryo, 2010). Penderita TB paru positif dapat menyebabkan bakteri ke udara
dalam bentuk percikan dahak, yang dalam istilah kedokteran sendiri disebut droplet nuclei.
Sekali batuk dapat menghasilkan 3000 percikan dahak. Melalui udara yang tercemar oleh
mikobakteriu tuberkulosis yang dilepaskan/dikeluarkan oleh penderita TB paru saat batuk.
Jadi jika seseorang penderita TB paru postif membuang dahak sembarang tempat, maka
kuman TB dalam jumlah besar berada di udara (Achmadi,2011). Pemberian cairan sabun atau
karbol merupakan cara untuk mematikan bakteri tuberkulosis, karena bakteri tuberkulosis
dapat mati bila terkena sinar matahari, cairan sabun, lisol, dan karbol. Sehingga diharapkan
dengan pemberian cairan desinfektan dalam wadah tertutup dapat mematikan kuman
tuberkulosis paru.
Perilaku tidak memisahkan alat makan
Perilaku
Perilaku tidak memisahkan alat makan

Ya
9 (15,0%)

P < 0,05 (P value= 0.000) yang berarti ada hubungan antara kebiasaan menggunakan alat
makan bersama terhadap kejadian TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Cigeureung.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Adawiyah dkk (2014) menyatakan ada hubungan
antara kebiasaan menggunakan alat makan bersama terhadap kejadian TB paru di Wilayah
Kerja Puskesmas Cigeureung (P < 0,05 (P value= 0.000). Berdasarkan uji statistik diperoleh
bahwa nilai OR= 20.810 ini berarti responden yang melakukan kebiasaan menggunakan alat
makan bersama memiliki risiko 20.810 kali tertular penyakit TB paru dibandingkan dengan
responden yang tidak menggunakan alat makan bersama.Mycobacterium tuberculosis dapat
tahan hidup di udara kering maupun dalam keadaan dingin, atau dapat hidup bertahun-tahun

dalam lemari es. lni dapat terjadi apabila bakteri berada dalam sifat dormant (tidur). Pada
sifat dormant ini bakteri tuberkulosis suatu saat dimana keadaan kemungkinkan untuk dia
berkembang, bakteri ini dapat bangkit kembali (Hiswani, 2004). Kebiasaan penggunaan
barang atau alat secara bersamaan. Semua barang yang digunakan penderita TB harus
terpisah dan tidak boleh digunakan oleh orang lain baik itu teman bahkan anak, istri dan
keluarga. Perlu dingat dan diperhatikan bahwa mereka yang sudah mengalami terkena
penyakit infeksi TB paru dan menjadi penderita kemudian diobati dan sembuh kemungkinan
bisa terserang infeksi kembali jika tidak melalukan pencegahan TB paru dan menjaga
kesehatan tubuh. Kebiasaan menggunakan alat makan bersama merupakan faktor risiko
karena sifat dormant dari bakteri TB yang dapat hidup kembali pada seseorang dengan sistem
imum yang rendah.

Perilaku menutup mulut dan tidak memakai masker ketika batuk


Perilaku
Selalu memakai masker ketika batuk

Ya
7 (11,7%)

Menutup mulut ketika batuk

41(68,3%)

Bakteri akan bertebaran di udara, dapat menular jika penderita bersin atau batuk. Kuman
yang bertebaran di udara terhisap melalui saluran pernapasan dan masuk kedalam paru,
kemudian masuk lagi ke saluran limfe paru (Kristanti, 2013).
Perilaku tidak tidur terpisah
Perilaku
Tidur terpisah dengan anggota keluarga lain

Ya
19 (31,7%)

Penelitian yang dilakukan oleh Rusnoto, dkk (2006) menyatakan Riwayat penularan anggota
keluarga jika ada yang menderita TB paru akan mampu menularkan 79,781 kali dari keluarga
yang tidak ada yang menderita TB paru. Riwayat kontak penderita dalam satu keluarga

dengan anggota keluarga yang lain yang sedang menderita TB paru merupakan hal yang
sangat penting karena kuman Mycobacterium tuberculosis sebagai etiologi. TB paru memiliki
ukuran yang sangat kecil, bersifat aerob dan mampu bertahan hidup dalam sputum yang
kering atau ekskreta lain dan sangat mudah menular melalui ekskresi inhalasi baik melalui
nafas, batuk, bersin ataupun berbicara (droplet infection). Sehingga adanya anggota keluarga
yang menderita TB paru aktif, maka seluruh anggota keluarga yang lain akan rentan dengan
kejadian TB paru termasuk juga anggota keluarga dekat . Riwayat kontak anggota keluarga
yang serumah dan terjadi kontak lebih dari atau sama dengan 3 bulan berisiko untuk
terjadinya TB paru terutama kontak yang berlebihan melalui penciuman, pelukan, berbicara
langsung. Hasil penelitian didapatkan sebesar 63,8% yang terdeteksi menderita TB paru yang
berasal dari kontak serumah dengan keluarga atau orang tua yang menderita TB paru.
(Fauziah, 2010)

3. AGENT

Anda mungkin juga menyukai