Oleh:
Mutiara Khalida, S.Ked
04084821517021
04084821517008
Pembimbing:
Drg. Purwandito Pujoraharjo
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul Suspect Kandidiasis Oral Pada Pasien Diabetes Mellitus sebagai salah
satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di bagian Gigi dan
Mulut Universitas Sriwijaya.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada drg. Purwandito Pujoraharjo
selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan
penyusunan laporan kasus ini, serta semua pihak yang telah membantu hingga
selesainya laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunanlaporan
kasus ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan kasus ini dapat memberi
manfaat bagi yang membacanya.
Penulis
HALAMAN PENGESAHAN
Presentasi Kasus
Judul
Oleh:
04084821517036
04084821517008
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik di Bagian Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Univesitas Sriwijaya Rumah
Sakit Mohammad Hoesin Palembang
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv
BAB I. STATUS PASIEN................................................................................. 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 12
2.2. Fokal Infeksi..................................................................................... 12
2.2. Hubungan DM Dengan Penyakit Peridontal.................................... 49
2.3 Kandidiasis oral................................................................................ 56
BAB III. ANALISIS KASUS........................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 66
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
4
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Bangsa
Pekerjaan
Pendidikan
Ruangan
MRS
Sukarame
: Islam
: Indonesia
: Ibu Rumah Tangga
: SD
: RC/ Yasmin B
: 20-04-2016
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien dikonsulkan dari bagian atau Departemen Penyakit Dalam RSMH
untuk dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut untuk mengevaluasi dan
tatalaksana adakah tanda-tanda fokal infeksi.
Keluhan Tambahan: Tidak ada
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien dirawat di bagian penyakit dalam RSMH dengan diagnosis
Diabetes mellitus tipe 2 Normo-weight uncontrolled, Hemorroid Interna Tipe
I, Syndrome Dyspepsia (perbaikan), DLI (perbaikan), Hipertensi terkontrol,
CVD lama, Susp. Polineuropati DM. Pasien diindikasikan untuk melakukan
endoskopi, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut untuk
melihat ada tidaknya fokal infeksi, sebelum melakukan endoskopi tersebut.
Pasien tidak memiliki keluhan sakit gigi, ngilu saat makan makanan
panas/dingin (), mulut terasa kering (-), gusi berdarah (-). Pasien selama ini
tidak pernah memeriksakan gigi ke dokter gigi.
Riwayat Penyakit atau Kelainan Sistemik
Penyakit atau Kelainan
Ada
Disangkal
Sistemik
Alergi : debu, dingin
Penyakit Jantung
Penyakit Tekanan Darah Tinggi
terkontrol
sejak 6 tahun yang lalu,
terkontrol
Penyakit Hepatitis
A/B/C/D/E/F/G/H
Kelainan Hati Lainnya
HIV/ AIDS
Penyakit Pernafasan/paru
Kelainan Pencernaan
Syndrome Dispepsia
(perbaikan), hemorroid tipe I
Penyakit Ginjal
Penyakit / Kelainan Kelenjar ludah
Epilepsy
Rujukan
Sensorium
Berat Badan
Tinggi Badan
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Tekanan Darah
BSS
c. Temporo-mandibula Joint
Mukosa bukal
Mukosa palatum
Mukosa labial
Palatum
Torsus palatines
: Tidak ada
Torsus mandibularis
: Tidak ada
Lidah
Dasar mulut
Ginggiva
Malposisi
: Tidak ada
Maloklusi
: (-)
Plak
: Tidak ada
Kalkulus
Debris
: (-)
Hubungan rahang
: Ortognatia
Missing teeth
: (+), 1 7, 2 7
D. Status Lokalis
Gigi Lesi
46
D6
Sondase
-
CE
Tidak
Dilakukan
Perkusi
-
Palpasi
-
Diagnosis
Nekrosa
Pulpa
D4
Tindakan
ProEkstraksi
D4
IV
III
II
II
III
IV
IV
III
II
II
III
IV
D6
D5
ODONTOGRAM
IV. TEMUAN MASALAH
- Calculus di semua kuadran atau regio
- Suspect candidiasis lidah
- Radiks pada gigi 1 7, 2 7
- Nekrosa Pulpa pada gigi 4 6, dengan luksasi derajat I
V. RENCANA TERAPI
- Calculus di semua kuadran atau region
- Suspect candidiasis lidah
- Nekrosa Pulpa pada gigi 4 6
: Scalling
: Swab lidah
: Pro ekstrasi dengan
luksasi derajat I
VI. PROGNOSIS
Gigi 4 6 Quo ad Vitam & fungsionam
: Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. FOKAL INFEKSI1,2,3,4
2.1.1. Definisi
Fokal infeksi adalah suatu infeksi lokal yang biasanya dalam jangka
waktu cukup lama (kronis), dimana hanya melibatkan bagian kecil dari
tubuh, yang kemudian dapat menyebabkan suatu infeksi atau kumpulan
gejala klinis pada bagian tubuh yang lain. Contohnya, tetanus yang
disebabkan oleh suatu pelepasan dari eksotoksin yang berasal dari infeksi
lokal. Teori tentang fokal infeksi sangat erat hubungannya dengan bagian
gigi, dimana akan mempengaruhi fungsi sistemik seseorang seperti sistem
sirkulasi, skeletal dan sistem saraf. Hal ini disebabkan oleh penyebaran
mikroorganisme atau toksin yang dapat berasal dari gigi, akar gigi, atau
gusi yang terinfeksi.1,2
Menurut W.D Miller (1890), seluruh bagian dari sistem tubuh yang
utama telah menjadi target utama dari infeksi yang berasal dari mulut,
terutama bagian pulpa dan periodontal.
beberapa
cara,
yaitu
transmisi
melalui
sirkulasi
darah
vena
emisaria.
Karena
10
perubahan
tekanan
dan
edema
Sumber infeksi
Gingiva bawah
Jaringan subkutan bibir bawah
KGB regional
Submaksila
Submaksila, submental,
servikal profunda
Submaksila
bawah
Gingiva dan palatum atas
Pipi bagian anterior
Pipi bagian posterior
Servikal profunda
Parotis
Submaksila, fasial
Banyaknya
hubungan
antara
berbagai
kelenjar
getah
bening
mengenai kepala atau leher atau melalui duktus torasikus dan vena
subklavia ke bagian tubuh lainnya.3 Weinmann mengatakan bahwa
inflamasi gingiva yang menyebar sepanjang sisi krista alveolar dan
sepanjang jalur pembuluh darah ke sumsum tulang. Ia juga menyatakan
bahwa inflamasi jarang mengenai membran periodontal. Kapiler berjalan
beriringan dengan pembuluh limfe sehingga memungkinkan absorbsi dan
penetrasi toksin ke pembuluh limfe dari pembuluh darah.3
3. Peluasan langsung infeksi dalam jaringan
Hippocrates pada tahun 460 sebelum Masehi menyatakan bahwa
supurasi yang berasal dari gigi ketiga lebih sering terjadi daripada gigi-gigi
lain dan cairan yang disekresikan dari hidung dan nyeri juga berkaitan
dengan hal tersebut, dengan kata lain infeksi antrum. Supurasi peritonsilar,
faringeal, adenitis servikal akut, selulitis, dan angina Ludwig dapat
disebabkan oleh penyakit periodontal da infeksi prikoronal sekitar molar
ketiga. Parotitis, keterlibatan sinus kavernosus, noma, dan gangren juga
dapat disebabkan oleh infeksi gigi. Osteitis dan osteomyelitis seringkali
merupakan perluasan infeksi dari abses alveolar dan pocket periodontal.
Keterlibatan bifurkasio apikal pada molar rahang bawah melalui infeksi
periodontal
merupakan
faktor
yang
penting
yang
menyebabkan
12
cara, yaitu:
Perluasan di dalam tulang tanpa pointing
Area yang terkena terbatas hanya di dalam tulang, menyebabkan
osteomyelitis. Kondisi ini terjadi pada rahang atas atau yang lebih sering
pada rahang bawah. DI rahang atas, letak yang saling berdekatan antara
sinus maksila dan dasar hidung menyebabkan mudahnya ketelibatan
peritonsilar.
Perluasan sepanjang bidang fasial
Menurut HJ Burman, fasia memegang peranan penting karena fungsinya
yang membungkus berbagai otot, kelenjar, pembuluh darah, dan saraf,
serta karena adanya ruang interfasial yang terisi oleh jaringan ikat longgar,
sehingga infeksi dapat menurun.
Di bawah ini adalah beberapa fasia dan area yang penting, sesuai dengan
klasifikasi dari Burman:
Lapisan superfisial dari fasia servikal profunda
Regio submandibula
Ruang (space) sublingual
Ruang submaksila
Ruang parafaringeal
Penting untuk diingat bahwa kepala, leher, dan mediastinum
dihubungkan oleh fasia, sehingga infeksi dari kepala dapat menyebar
hingga ke dada. Infeksi menyebar sepanjang bidang fasia karena mereka
resisten dan meliputi pus di area ini. Pada regio infraorbita, edema dapat
13
pneumonia. Absorbsi
limfogenik
dari
fokus
infeksi
dapat
14
A
B
S
E
S
N
PE
K
U
R
L
O
P
SI I
S
T
PI
U
S
L P
A
P
E
R
K
O
R
O
N
I T
I S
F
O
K
U
S
I
I N
F
E
K
S
K
A
R
I
E
S
I
P
L
A
K
K
A
L
K
U
L
U
S
2.1.3
Etiologi
Infeksi odontogenik dapat disebabkan karena trauma, infeksi postoperasi dan sekunder dari infeksi jaringan periodontal atau perikoronal.
Bakteri penyebab infeksi umumnya bersifat endogen dan bervariasi berupa
bakteri aerob, anaerob maupun infeksi campuran bakteri aerob dan
anaerob. Disebutkan mikroba penyebab tersering yaitu Streptococcus
mutans dan Lactobacillus sp yang memiliki aktivitas produksi asam yang
tinggi.2 Disebutkan bahwa etiologi dari infeksi odontogenik berasal dari
bakteri komensal yang berproliferasi dan menghasilkan enzim. Pada saat
bayi baru dilahirkan, proses kolonisasi bakteri dimulai dan dikatakan
predominan terdiri atas Streptococcus salivarius. Pada saat gigi pertama
tumuh, yaitu pada saat bayi berusia 6 bulan, komunitas bakteri berubah
menjadi predominan S.sanguis dan S.mutans dan pada saat gigi selesai
tumbuh terdapat komunitas heterogen antara bakteri aerobik dan
anaerobik. Diperkirakan terdapat 700 spesies bakteri yang berkolonisasi di
mulut dimana 400 dari spesies tersebut dapat ditemukan pada area
subgingival.
Infeksi odontogenik merupakan suatu infeksi polimikrobial dan
campuran. Infeksi tersebut merupakan hasil dari perubahan bakteri,
15
Jumlah pasien
Persentase (%)
penyebab
Aerobik
28
7
Anaerobik
133
33
Aerobik-Anaerobik
243
60
Sumber: Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery, 3rd ed, 1998
Tabel 3. Mikroorganisme penyebab infeksi odontogenik3
Mikroorganisme penyebab
Aerobik
Coccus gram(+):
Streptococcus spp.
Streptococcus spp.(grup D)
Stafilococcus spp.
Eikenella spp.
Persentase (%)
25
85
90
2
6
2
2
3
Coccus gram(-):
Neisseria spp.
Batang gram(-):
Haemophillus spp.
Lainnya
Anaerobik
75
30
33
65
4
Coccus gram(+):
Streptococcus spp.
Peptostreptococcus spp.
14
Coccus gram(-):
Viellonella spp.
Batang gram(+):
50
75
25
6
Eubacterium spp.
Lactobacillus spp.
Actinomyces spp.
Clostridia spp.
Batang gram(-):
16
2.1.4
Lainnya
Sumber: Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery, 3rd ed, 1998
17
sebagian lesi periapikal yang aktif tidak dapat dideteksi dengan sinar-X
karena berukuran kurang dari 0.1 mm2. Jika respon imun host
menyebabkan akumulasi dari netrofil maka akan menyebabkan abses
periapikal yang merupakan lesi destruktif pada jaringan. Namun jikan
respon imun host lebih didominasi mediasi oleh makrofag dan sel limfosit
T, maka akan berkembang menjadi granuloma apikal, ditandai dengan
reorganisasi jaringan melebihi destruksi jaringan. Perubahan pada status
imun host ataupun virulensi bakteri dapat menyebabkan reaktivasi dari
silent periapical lessions.3-5
Infeksi odontogenik juga dapat berasal dari jaringan periodontal.
Ketika bakteri subgingival berkembang dan membentuk kompleks dengan
bakteri periodontal patogen yang mengekspresikan faktor virulensi, maka
akan memicu respon imun host yang secara kronis dapat menyebabkan
periodontal bone loss. Abses periodontal dapat berasal dari eksaserbasi
periodontitis kronik, defek kongenital yang dapat memfasilitasi invasi
bakteri(fusion dari akar, development grooves, dll), maupun iatrogenik
karena impaksi dari kalkulus pada epitel periodontal pocket selama
scaling. Beberapa abses akan membentuk fistula dan menjadi kronik yang
pada umumnya bersifat asimptomatik ataupun paucisimptomatik. Bentuk
khusus dari abses periodontal rekuren adalah perikoronitis yang
disebabkan oleh invasi bakteri pada coronal pouch selama erupsi molar.4,5
2.1.5
Gambar 2. Kalkulus
19
gigi
mengandung
banyak
bakteri-bakteri
yang
dapat
20
infeksi dari gigi, ini disebut infeksi fokal. Penyakit infeksi otot jantung
(miokarditis) termasuk penyakit yang dapat disebabkan oleh infeksi fokal.
Penanganan
Tidak seperti plak gigi yang bisa dibersihkan dengan sikat gigi, karang
gigi hanya bisa dibersihkan oleh praktisi kesehatan gigi (dokter gigi).
Pembersihan karang gigi memerlukan alat-alat manual maupun elektrik
kedokteran gigi. Pembersihan karang ini biasa dinamakan scaling.
Pencegahan
21
obat
kumur,
mengandung
clorhexidine
yang
: Host
: Environmet
22
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Gizi
4) Keturunan
5) Hormonal
6) Suku bangsa
7) Letak geografis / Lingkungan
8) Kultur sosial penduduk
bakteri yang tumbuh adalah jenis kokus dan basil fakultatif (Neisseria,
Nocardia dan Streptococcus), dari keseluruhan populasi 50% terdiri dari
Streptococcus mutans. Dengan adanya perkembangbiakan bakteri maka
lapisan plak bertambah tebal karena adanya hasil metabolisme dan adesi
bakteri pada permukaan luar plak, lingkungan dibagian dalam plak
berubah menjadi anaerob. Setelah kolonisasi pertama oleh Streptococcus
mutans berbagai jenis mikroorganisme lain memasuki plak, hal ini
dinamakan Phenomena of succession, pada keadaan ini dengan
bertambahnya umur plak, terjadi pergeseran bakteri di dalam plak.
Pada tahap kedua, dihari kedua sampai keempat apabila kebersihan
mulut diabaikan, kokus gram negatif dan basil bertambah jumlahnya (dari
7% menjadi 30%) dimana 15% diantaranya terdiri dari basil yang bersifat
anaerob. Pada hari kelima Fusobacterium, Actinomyces, dan Veillonella
yang aerob bertambah jumlahnya. Pada saat plak matang dihari ketujuh
ditandai dengan munculnya bakteri jenis Spirochaeta, Vibrio, dan jenis
filamen terus bertambah, dimana peningkatan paling menonjol pada
Actinomyces naeslundi. Pada hari ke-28 dan ke-29 jumlah Streptococcus
terus berkurang.
Lactobasilus
25
26
yang kemudian menjadi fokal infeksi bagi jaringan sekitar gigi dan organ
lain.
Klasifikasi Karies Berdasarkan Kedalamannya
Menurut ICDAS, karies terbagi atas 6, yaitu:
1) D1 : Dalam keadaan gigi kering, terlihat lesi putih pada permukaan
gigi.
2) D2 : Dalam keadaan gigi basah, sudah terlihat adanya lesi putih pada
permukaan gigi.
3) D3 : Terdapat lesi minimal pada permukaan email gigi.
4) D4 : Lesi email lebih dalam. tampak bayangan gelap dentin atau lesi
sudah mencapai bagian dentino enamel Junction (DEJ).
5) D5 : Lesi telah mencapai dentin.
6) D6 : Lesi telah mencapai pulpa.
b.
c.
27
Gigi terasa sakit terus menerus sifatnya tiba tiba atau muncul dengan
sendirinya. Rasa sakit akan hilang sejenak apabila diberi obat pengurang
rasa sakit.
Karies Superfisialis
dimana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena.
b. Karies Media
dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah
dentin.
c. Karies Profunda
dimana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadangkadang sudah mengenai pulpa.
2.2.
HUBUNGAN
DIABETES
MELITUS
DENGAN
PENYAKIT
PERIDONTAL13
2.2.1. Komplikasi Oral pada Diabetes
Penyakit periodontal telah dilaporkan sebagai komplikasi ke-enam
diabetes, bersama dengan neuropati, nefropati, retinopati dan penyakit
mikro dan makrovaskular. Beberapa penelitian yang dipublikasikan telah
menjelaskan keterkaitan antara diabetes dan penyakit periodontal.
Berbagai studi telah memberikan bukti bahwa pengontrolan infeksi
periodontal dapat memberikan dampak positif terhadap kontrol glikemik,
28
periodontal.
Infeksi
tersebut
kemudian
mengakibatkan
pembentukan kantong antara gigi dan gusi dan ini merupakan tanda
kerusakan apparatus periodontal dan tulang. Beberapa pasien juga dapat
mengalami halitosis berulang (bau mulut) atau rasa tidak enak pada mulut.
Jaringan di sekitar gigi pada sepanjang permukaan akar juga dapat
berkerut, sehingga mengekspos akar gigi dan mengakibatkan gigi terlihat
lebih panjang.
Tujuan terapi pada penatalaksanaan penyakit periodontal dan gingivitis
pada pasien diabetes meliputi pengobatan infeksi melalui pembersihan
plak dan kalkulus, penurunan respon inflamasi dan pemeliharaan kontrol
29
glikemik. Gigi harus dibersihkan secara teratur setiap 6 bulan oleh petugas
medis yang berlisensi dan juga harus dilakukan secara rutin oleh pasien
sendiri (misalnya, menyikat gigi dan flossing). Beberapa penelitian telah
membandingkan efektivitas dari berbagai metode menyikat gigi (manual,
oscillating atau sonic) dan menemukan bahwa cara menyikat gigi dapat
mempengaruhi jumlah plak yang tertinggal. Berbagai studi telah
menemukan bahwa metode oscillating atau sonic merupakan metode yang
paling efektif. The American Dental Association menganjurkan penyikatan
gigi minimal dua kali sehari dan flossing tiap hari. Kebanyakan orang
menyikat gigi pada pagi dan malam hari karena sesuai dengan kehidupan
seharian mereka. Sikat gigi harus diganti setiap 3-4 bulan dan pada anakanak perlu diganti lebih sering.
Selain itu, ada terdapat beberapa obat over-the-counter dan obat kumur
antibakteri yang bisa mengurangi jumlah bakteri, sehingga memudahkan
penyembuhan
dan
perbaikan
jaringan.
Konsil
American
Dental
31
32
33
34
35
yang
dikonsumsi
oleh
pasien
mengurangi
populasi
Bintik-
perokok.
c. Median Rhomboid Glositis
Median Rhomboid Glositis adalah daerah simetris kronis di anterior lidah
ke papila sirkumvalata, tepatnya terletak pada duapertiga anterior dan
sepertiga posterior lidah. Gejala penyakit ini asimptomatis dengan daerah
tidak berpapila.
2.3.5. Tatalaksana
Penatalaksanaan kandidiasis oral yaitu dengan menjaga kebersihan
rongga mulut, memberi obat-obatan antifungal baik lokal maupun
sistemik, dan berusaha menanggulangi faktor predisposisi, sehingga
infeksi jamur dapat dikurangi.Bila karena pemakaian protese, perlu
melepas protese setiap hari, terutama pada malam hari saat tidur dan
mencuci dengan antiseptik seperti khlorheksidin. Selama pengobatan tidak
dianjurkan merokok, karena akan menghambat reaksi adekuat terhadap
pengobatan.Terdapat dua jenis obat antifungal, yaitu pemberian obat
antifungal secara topikal dan sistemik.
Penanggulangan faktor predisposisi meliputi pembersihan dan
penyikatan gigi tiruan secara rutin dengan menggunakan cairan pembersih,
seperti Klorheksidin, mengurangi rokok dan konsumsi karbohidrat,
mengunyah permen karet bebas gula untuk merangsang pengeluaran
saliva, menunda pemberian antibiotik dan kortikosteroid, menangani
penyakit
yang
dapat
memicu
kemunculan
Candidiasis
seperti
37
Bekerja melalui pengikatan pada sterol dalam membran sel jamur dan
mengubah permeabilitas membran sel, tidak diserap pada saluran pencernaan
sehingga dianjurkan pemberian secara topikal. Sediaan:
- Suspensi oral 100 mg / ml
- Salep 3%
- Lozenge 10 mg
3. Mikonazol.
Ini sejenis Imidazole dapat digunakan sebagai aplikasi lokal dalam mulut, akan
tetapi pemakaian dengan cara ini terbatas karena efek samping seperti muntah
dan diare. Obat lain yang termasuk kelompok ini klotrimazol dan ketokonazol.
Sediaan: Gel oral 25mg/ml, krem 2%, tablet 250 mg.
Pengobatan diteruskan sampai 2 hari sesudah gejala tidak tampak.
4. Solusio gentian violet 1 2% :
Masih sangat berguna, tetapi memberi warna biru yang tidak menarik.Dapat
dipertimbangkan untuk kasus sulit dan kekambuhan.Dioleskan 2 x / hari
selama 3 hari.
Obat antifungal sistemik:
1. Ketokonazol 200 mg 400 mg / hari selama 2 4 minggu, untuk infeksi
kronis perlu 3 5 minggu
2. Itrakonazol 100 200 mg / hari selama 4 minggu
3. Flukonazol 50 200 mg / hari selama 1- 2 minggu
4. Vorikonazol Adalah triazole yang memiliki struktur kimia seperti
flukonazol, menjadi salah satu pilihan bila kurang sensitive terhadap
flukonazol.
38
BAB III
ANALISIS MASALAH
Ny. EH, 52 Tahun dirawat di bagian Penyakit Dalam RSMH Palembang
dengan diagnosis
yang didapatkan hasil lesi mencapai D6 (pulpa), pemeriksaan sondase (-) pada gigi
4 6.
Dari anamnesis dan pemeriksaan ekstra oral dan intra oral didapatkan tandatanda fokal infeksi berupa Calculus di semua kuadran atau regio, Suspect
candidiasis lidah, Nekrosa Pulpa pada gigi 4 6 dan Radix pada gigi 1 7, 2 7.
Dimana tanda fokal infeksi tersebut sangat berhubungan dengan adanya pengaruh
penyakit diabetes mellitus tipe 2 yang dididerita pasien sejak 6 tahun yang lalu.
Dimana keadaan hiperglikemia akan menyebabkan terbentuknya stress oksidatif
berupa AGEs dan ROS yang menimbulkan berkurangnya osteoblast dan
meningkatkan osteoclast serta mediator imflamasi (TNF) sehingga menyebabkan
defek atau ganggungan pada tulang termasuk gigi dan jaringan periodontal
lainnya. Keadaan hiperglikemia dapat menyebabkan terjadinya kandidiasis oral
karena keadaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya disfungsi aliran saliva
akibat kehilangan cairan dari tubuh dalam jumlah yang banyak, sehingga aliran
saliva juga berkurang.
Rencana terapi yang diberikan pada pasien ini adalah pro ekstraksi pada gigi
yang mengalami nekrosa pulpa dengan luksasi derajat 1. kemudian juga dilakukan
pro scaling dan swab lidah untuk membersihkan calculus serta untuk menegakkan
diagnosis candidiasis lidah. Selain dilakukan beberapa rencana tindakan juga
dilakukan perawatan dengan menjaga oral hygiene pasien. Mengedukasikan
kepada pasien mengenai oral hygiene untuk mengatasi adanya komplikasi yang
lebih lanjut. Edukasi juga dilakukan pada pasien dalam pemilihan makanan
seperti menghindari makanan yang keras, terlalu panas dan yang mengandung
banyak gula seperti yang dikonsumsi dalam intensitas sering dan jumlah yang
banyak, pasien juga diajarkan cara menyikat gigi yang benar dan teratur serta
pentingnya memberitahu kepada pasien mengenai kunjungan ke dokter gigi setiap
6 bulan.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Cawson RA, Odell E.W. Cawsons Essential of oral pathology and oral
medicine. 7th edition. Churcill livingstone.2002.p.82-3
2. Jean-Louis Sixou et al, Microbiology of mandibular third molar
pericoronitis: Incidence of -lactamase-producing bacteria. Oral surgery,
Oral medicine, Oral pathology, Oral radiology, and endodontology Vol,
Issue 6, p. 655-9
3. Pantera E. Endodontic disease. In: Schuster G, editor. Oral microbiology
and infectious disease. 3rd ed. Philadelphia. BC Decker inc; 1990. p554-5
4. Neville, B.W., D. Damm, C. Allen, J. Bouquot. Oral & Maxillofacial
Pathology. Second edition. 2002.
5. Robertson A, Andreasen F, Bergenholtz G, Andreasen J, Norn J.Incidence
of pulp necrosis subsequent to pulp canal obliteration from trauma of
permanent incisors. Abstract. J Endod. 1996 Oct;22(10):557-60.
6. Poul V, Anders N. Pulp sensibility and pulp necrosis after Le Fort I
osteotomy. Abstract. Journal of Cranio-maxillofacial Surgey. 1989 May;17
(4): 167-171.
7. Shafer William G, Hine Maynard K, Levy Barnet M. A textbook of oral
pathology, chapter 9. P. 463-77. Philadelphia: W.B. Saunders. 1974.
8. Lix, Kolltveit, Tronstad L, Olsen I. Systemic diseases caused by oral
infection. Clinical Microbiology Reviews 2000 Oct; 547-58.
9. Sandler
NA.
Odontogenic
infections.
Diunduh
dari
dari
http://www1.umn.edu/dental/courses/oral_surg_seminars/
odontogenic_ infections.pdf).
10. Peterson
LJ.
Odontogenic
infections.
Diunduh
http://famona.erbak.com/OTOHNS/Cummings?cumm069.pdf,).
11. Sonis ST, Fazio RC, Fang L. Principles and practice of oral medicine. 2 nd
ed. Philadelphia: WB Saunders Company; 1995. p.399-415.
12. Ghom, AG. Infections of Oral Cavity. Textbook of Oral Medicine, 2nd ed.
New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. 2010. Hal.484-486
41