BRONKOPNEUMONIA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Bronkopneumonia adalah pneumonia yang terdapat di daerah bronkus kanan
maupun kiri atau keduanya. Bronkopneumonia (pneumonia lobularis) adalah peradangan
pada parenkim paru yang awalnya terjadi di bronkioli terminalis dan juga dapat mengenai
alveolus
sekitarnya.
Bronkiolus
terminalis
menjadi
tersumbat
dengan
eksudat
3.)
c. Pneumonia aspirasi
1.)
2.)
2.)
2.)
2.)
3.) Pneumonia terjadi pada satu lobus atau segmen, kemungkinan dikarenakan obstruksi
bronkus misalnya : aspirasi benda asing pada anak atau proses keganasan pada orang
dewasa
b. Bronchopneumonia
1.)
2.)
3.)
4.)
2.3. Etiologi
Secara umun individu yang terserang bronkopneumonia diakibatkan oleh adanya
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang
yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ
pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia
yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
2.3.1 Faktor Infeksi
- Pada neonatus : Streptocccus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).
- Pada bayi :
Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.
1. Usia
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun,
terutama bayi kurang dari 1 tahum. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada
balita lebih rentan terkena penyakit bonkopneumonia dibandingkan orang dewasa
dikarenakan kekebalan tubuhnya masih belum sempurna.
1. Status Gizi
Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama dikenal, kedua
keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu merupakan predisposisi yang lain
(Tupasi, 1985). Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi phatogen lebih kuat
sehingga menyebabkan keseimbangan yang tergangu dan akan terjadi infeksi, sedangkan
salah satu determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status
gizi.
1. Riwayat penyakit terdahulu
Penyakit terdahulu yang sering muncul dan bertambah parah karena penumpukan sekresi
yang berlebih yaitu influenza. Pemasangan selang NGT yang tidak bersih dan tertular
berbagai mikrobakteri dapat menyebakan terjadinya bronkopneumonea.
1. Faktor Lingkungan
1. Rumah
Rumah merupakan struktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung
yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang
berguna untuk kesehatan jasmani, rohani, dan keadaanan sosialnya yang baik untuk
keluarga dan individu (WHO, 1989).
1. Kepadatan hunian (crowded)
Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat
diduga merupakan faktor resiko penularan pneumonia.
1. Status sosioekonomi
Kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah mempunyai hubungan yang
erat dengan kesehatan masyarakat.
2.5 Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi
makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan
bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi
masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai
berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh
darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2. 2.
Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran
pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora
normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan
kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit
2.7 Pemeriksaan
2.7.1 Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi / palpasi : sisi hemitoraks yg sakit tertinggal
b. Palpasi / Perkusi / Auskultasi
tanda-tanda konsolidasi : Redup, fremitus raba / suara meningkat, suara napas
bronkovesikuler bronchial, suara bisik, krepitasi
2.7.2 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan dahak
1.)
2.)
1. Sputum dicuci dg garam faali, diambil sputum yang mengandung darah dan nanah
2. kavum orofaring dibersihkan dulu dengan cara berkumur
3. aspirasi trakeal
4. memakai bronkosokopi
5. pungsi transtorakal
3.)
b. Pemeriksaan darah
1. Umumnya lekositosis ringan sampai tinggi
2. 2.
3.
4.
Kultur darah dapat positif 20-25 % pada penderita yang tidak diobati
Bila di dapatkan gejala klinis pneumonia tetapi gambaran radiologis negatif, maka
ulangan foto toraks harus diulangi dalam 24-48 jam untuk menegakkan diagnosis.
KARAKTER KLINIS
PNEUMONIA BAKTERIAL
Timbulnya gejala
Batuk
Pengecatan gram
Leukositosis
Nyeri dada
Jarang
Foto paru
2.8 Penatalaksanaan
Pengelolahan pneumonia harus berimbang dan memadai, mencakup :
1. Tindakan umum ( general suportif )
2. Koreksi kelainan tubuh yang ada
3. Pemilihan antibiotik
Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat inap dapat diobati di rumah. Juga
diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi, yaitu keadaan yang dapat meningkatkan
resiko infeksi patogen yang spesifik misalnya S. pneumoniae yang resisten terhadap
penesilin.
A.) Faktor modifikasi adalah keadaan yang dapat meningkatkan resiko infeksi dengan
kuman patogen yg spesifik. Kuman-kuman tersebut meliputi :
1. Streptococcus pneumoniae yg resisten terhadap penisilin :
a. Usia > 65 tahun
b. Mendapat tx betalaktam dlm 3 bulan terakhir
c. Pecandu alkohol
d. Penyakit gangguan imunitas (tms tx steroid)
e. Adanya penyakit ko-morbid yang lain
f. Kontak dengan anak-anak
1.
Enterik gram-negative :
1. Penghuni rumah jompo
2. Adanya dasar penyakit kardiopulmoner
3. Adanya penyakit ko-morbid yang lain
4. Pengobatan antibiotika sebelumnya
5. 3.
Pseudomonas aeruginosa :
1. Kerusakan jaringan paru (bronkiektasis)
2. Terapi kortikosteroid (>10 mg pednison/hari)
3. Pengobatan antibiotik spektrum luas lebih dari 7 hari
sebelumnya
4. Malnutrisi
B.) Faktor antibiotik diperlukan adanya pendekatan yang logis untuk memperkirakan
etiologi dan memberikan pengobatan inisial secara empiris. Pendekatan ini harus
mempertimbangkan :
1. kecenderungan epidemiologis setempat
2. usia penderita
3. penyakit penyerta / komorbid
4. faktor risiko sosial (alkohol, drug abuse, dll)
No.
Diagnosis Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
1.
Pasien mengeluh
sesak sesak nafas
Terdengar suara
grek-grek
orang tua
menyatakan kurang
paham tentang
penyakit yang
diderita anaknya
anak mencret
Data Objektif
Pernafasan cepat
dan dangkal
pernafasan cuping
H+ = 3545 nmol/L(nM)
PaO2 = 80100 mmHg
PaCO2 = 3545 mmHg
HCO3= 2226 mmol/L
Intervensi
hidung
2.
batuk berdahak
sputum purulen
penggunaan otot
Bantu nafas
bunyi nafas
bronchovesikuler
muntah malaise
penurunan nafsu
makan dan berat
badan
respirasi meningkat
3.
Intoleransi aktivitas
berhubungan dewngan
kelemahan umum.
3)
Menyarankan untuk melakukan
aktivitas secara bertahap.
4.
5.
Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
kurangnya pemahaman
terhadap informasi
1)
Memberikan penjelasan tentang
penyakit anak, pencegahan,
penatalaksanaan di rumah sakit atau yang
dapat dilakukan dirumah agar oreang tua
mengetahui dan mau aktif ikut serta dalam
setiap tindakan.
2)
Memotivasi ibu untuk
melaksanakan anjuran petugas.
6.
4)
7.
1)
Mengkaji perubahan tanda-tanda
vital.
2)
3)
4)
Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi.