Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)

BRONKOPNEUMONIA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bronkopneumonia adalah peradangan akut pada paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus. Bronkopneumonia merupakan penyumbang kematian balita di dunia
sekitar 1,6-2,2 juta balita dengan proporsi 19%. Masalah yang sering muncul pada klien
dengan Boncopnemonia adalah tidak efektifnya bersihan jalan napas, resiko tonggi
terhadap infeksi, klurang pengetahuan, intolerasnsi aktivitas, tidak efektifnya pola napas.
Hasil penelitian diperoleh trend kunjungan penderita bronkopneumonia berdasarkan data
tahun 2005-2009 menunjukkan penurunan dengan persamaan garis Y= 16,6-X. Proporsi
berdasarkan sosiodemografi yaitu kelompok umur 2-11 bulan 48,5%, sex ratio168%, dan
Kota Medan 71,0%. Bronkopneumonia berat 28,0%, jumlah kunjungan berulang satu kali
94,1%, gizi buruk 4,2%, imunisasi tidak lengkap 82,9%, pendidikan ayah dan ibu SLTA
dan Akademi/PT masing masing 42,9% dan 42,1%, pekerjaan ayah pegawai swasta
39,1%, ibu rumah tangga 45,5%, jumlah anak orang tua tiga 60,0%, anak ke tiga 60,0%,
lama rawatan rata-rata 4,70 hari, dan meninggal 4,8%.
Jika broncopnemonia terlambat didiagnosa atau terapi awal yang tidakmemadai pada
broncopnemonia dapat menimbulka empisema, rusaknya jalan napas, bronkitis, maka
diperlukan asuhan keperawatan secara menyeluruh yang meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Untuk itu, berdasarkan uraian diatas, kami merasa perlu membahas dan menelaah lebih
dalam mengenai penyakit broncopneumonia untuk dapat mengetahui bagaimana
melakukan asuhan keperawatan pada pasien bronkopnemonia dengan pendekatan proses
keperawatan yang benar.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan penyakit
broncopneumonia?
1.3 Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan
penyakit broncopneumonia.

1.4 Tujun Khusus


1.4.1 Untuk mengetahui secara keseluruhan mengenai penyakit broncopneumonia
1.4.2 Menambah pengetahuan mengenai berbagai penyakit pada sistem pernafasan salah
satunya broncopneumonia yang telah terjadi di masyarakat sekitar.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Bronkopneumonia adalah pneumonia yang terdapat di daerah bronkus kanan
maupun kiri atau keduanya. Bronkopneumonia (pneumonia lobularis) adalah peradangan
pada parenkim paru yang awalnya terjadi di bronkioli terminalis dan juga dapat mengenai
alveolus

sekitarnya.

Bronkiolus

terminalis

menjadi

tersumbat

dengan

eksudat

mukopurulen membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan.


Penyakit ini seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam
pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi
dan orang-orang yang lemah, pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer.
Bronkopneumonia sering disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus,
jamur dan benda asing.

2.2 Klasifikasi Pneumonia


2.2.1 Berdasarkan Sumber Infeksi
a. Pneumonia yg didapat di masyarakat (Community-acquired pneumonia.)
1.) Streptococcus pneumonia merupakan penyebab utama pada orang dewasa
2.)

Haemophilus influenzae merupakan penyebab yang sering pada anak-anak

3.)

Mycoplasma sering bisa menjadi penyebab keduanya (anak & dewasa)

b. Pneumonia yg didapat di RS (Hospital-acquired pneumonia )

1.) Terutama disebabkan kerena kuman gram negatif


2.) Angka kematiannya > daripada CAP (Community-acquired pneumonia.)
3.)

Prognosis ditentukan ada tidaknya penyakit penyerta

c. Pneumonia aspirasi
1.)

Sering terjadi pada bayi dan anak-anak

2.)

Pada orang dewasa sering disebabkan oleh bakteri anaerob

d. Pneumonia Immunocompromise host


1.) Macam kuman penyebabnya sangat luas, termasuk kuman sebenarnya mempunyai
patogenesis yang rendah
2.) Berkembang sangat progresif menyebabkan kematian akibat rendahnya pertahanan
tubuh

2.2.2 Berdasarkan Kuman Penyebab


a. Pneumonia bakterial
1.) Sering terjadi pada semua usia
2.) Beberapa mikroba cenderung menyerang individu yang peka, misal; Klebsiella pada
penderita alkoholik, Staphylococcus menyerang pasca influenza
1. Pneumonia Atipikal
1.)

Disebabkan: Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia

2.)

Sering mengenai anak-anak dan dewasa muda


1. Pneumonia yang disebabkan virus

1.) Sering pada bayi dan anak-anak


2.) Merupakan penyakit yang serius pada penderita dengan pertahanan tubuh yang lemah
1. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur atau patogen lainnya
1.)

Seringkali merupakan infeksi sekunder

2.)

Predileksi terutama pada penderita dengan pertahanan tubuh yang rendah

2.2.3 Berdasarkan Predileksi atau Tempat Infeksi


a. Pneumonia lobaris (lobar pneumonia)
1.)

Sering pada pneumonia bakterial

2.)

Jarang pada bayi dan orang tua

3.) Pneumonia terjadi pada satu lobus atau segmen, kemungkinan dikarenakan obstruksi
bronkus misalnya : aspirasi benda asing pada anak atau proses keganasan pada orang
dewasa
b. Bronchopneumonia
1.)

Ditandai adanya bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru

2.)

Dapat disebabkan bakteri maupun virus

3.)

Sering pada bayi dan orang tua

4.)

Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus

c. Pneumonia interstisialis (interstitial pneumonia


1.)

Proses terjadi mengenai jaringan interstitium daripada alevoli atau bronki

2.) Merupakan karakteristik (tipikal) infeksi oportunistik (Cytomegalovirus,


Pneumocystis carinii)

2.3. Etiologi
Secara umun individu yang terserang bronkopneumonia diakibatkan oleh adanya
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang
yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ
pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia
yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
2.3.1 Faktor Infeksi
- Pada neonatus : Streptocccus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).
- Pada bayi :
Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.

Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.


Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium
tuberculosa, Bordetella pertusis.
- Pada anak-anak :
Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
Bakteri : Pneumococcus, Mycobakterium tuberculosa.
- Pada anak besar dewasa muda :
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis
Bakteri : Pneumococcus, Bordetella Pertusis, M. tuberculosis.
2.3.2 Faktor Non Infeksi
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :
1. Bronkopneumonia hidrokarbon dapat terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan
muntah atau pemasangan selang NGT ( zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak
tanah dan bensin).
2. Bronkopneumonia lipoid dapat terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung
minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang
mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan
posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada
anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak
yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak tinggi
bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan.
Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya
Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat
seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak merupakan
faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.

2.4 Faktor Resiko


Faktor-faktor yang berperan dalam kejadian Bronkopneumonia adalah sebagai
berikut :
1. Faktor host (diri)

1. Usia
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun,
terutama bayi kurang dari 1 tahum. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada
balita lebih rentan terkena penyakit bonkopneumonia dibandingkan orang dewasa
dikarenakan kekebalan tubuhnya masih belum sempurna.
1. Status Gizi
Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama dikenal, kedua
keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu merupakan predisposisi yang lain
(Tupasi, 1985). Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi phatogen lebih kuat
sehingga menyebabkan keseimbangan yang tergangu dan akan terjadi infeksi, sedangkan
salah satu determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status
gizi.
1. Riwayat penyakit terdahulu
Penyakit terdahulu yang sering muncul dan bertambah parah karena penumpukan sekresi
yang berlebih yaitu influenza. Pemasangan selang NGT yang tidak bersih dan tertular
berbagai mikrobakteri dapat menyebakan terjadinya bronkopneumonea.
1. Faktor Lingkungan
1. Rumah
Rumah merupakan struktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung
yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang
berguna untuk kesehatan jasmani, rohani, dan keadaanan sosialnya yang baik untuk
keluarga dan individu (WHO, 1989).
1. Kepadatan hunian (crowded)
Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat
diduga merupakan faktor resiko penularan pneumonia.
1. Status sosioekonomi
Kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah mempunyai hubungan yang
erat dengan kesehatan masyarakat.

2.5 Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi
makanan dan minuman.

Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan
bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi
masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai
berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh
darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2. 2.
Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran
pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora
normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan
kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit

2.6 Manifestasi Klinis


1.) Demam mendadak, disertai menggigil, baik pada awal penyakit atau selama sakit
2.) Batuk, mula-mula mukoid lalu purulen dan bisa terjadi
hemoptisis
3.) Nyeri pleuritik, ringan sampai berat, apabila proses menjalar ke pleura (terjadi
pleuropneumonia)
4.) Tanda & gejala lain yang tidak spesifik : mialgia, pusing, anoreksia, malaise, diare,
mual & muntah.

2.7 Pemeriksaan
2.7.1 Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi / palpasi : sisi hemitoraks yg sakit tertinggal
b. Palpasi / Perkusi / Auskultasi
tanda-tanda konsolidasi : Redup, fremitus raba / suara meningkat, suara napas
bronkovesikuler bronchial, suara bisik, krepitasi
2.7.2 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan dahak
1.)

Mempunyai banyak keterbatasan

2.)

Usahakan bebas dari kontaminan dengan berbagai cara :

1. Sputum dicuci dg garam faali, diambil sputum yang mengandung darah dan nanah
2. kavum orofaring dibersihkan dulu dengan cara berkumur
3. aspirasi trakeal
4. memakai bronkosokopi
5. pungsi transtorakal
3.)

spesimen yg diperoleh lalu dilakukan pengecatan gram dan kultur

b. Pemeriksaan darah
1. Umumnya lekositosis ringan sampai tinggi
2. 2.

Hitung jenis bergeser ke kiri ( shift to the left)

3.

LED dapat juga tinggi

4.

Kultur darah dapat positif 20-25 % pada penderita yang tidak diobati

c. Foto thorax PA/lateral


1. Abnormalitas radiologis pada pneumonia disebabkan karena pengisian alveoli oleh
cairan radang berupa : opasitas / peningkatan densitas ( konsolidasi ) disertai
dengan gambaran air bronchogram
2.

Bila di dapatkan gejala klinis pneumonia tetapi gambaran radiologis negatif, maka
ulangan foto toraks harus diulangi dalam 24-48 jam untuk menegakkan diagnosis.

3. Pemeriksaan gas darah


1. Hipoksemia & hipokarbia
2. Asidosis respiratorik pada stadium lanjut
e. Tampilan klinis pneumonia dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu bacterial dan
non bacterial (atipikal)

KARAKTER KLINIS

PNEUMONIA BAKTERIAL

PNEUMONIA NON BAKTERIAL


(ATIPIKAL)

Timbulnya gejala

Mendadak sebagian besar di paru

Berangsur-angsur, sering bersifat

umum selain di paru

Batuk

Produktif dengan banyak sputum,


purulen/mukopurulen

Tidak produktif, sputum sedikit

Pengecatan gram

Sering ditemukan mikroba

Non diagnostik, baik pada


pengecatan gram maupun kultur

Leukositosis

Ada dan tinggi, leukopeni pada


kasus yang jelek

Biasanya tidak ada, atau leukopeni

Nyeri dada

Ada, bervariasi dari yang ringan


sampai berat

Jarang

Foto paru

Tanda konsolidasi lobar, segen atau Tidak mengikuti batas anatomis,


bronkopneumonia
kelainan interstitial

2.8 Penatalaksanaan
Pengelolahan pneumonia harus berimbang dan memadai, mencakup :
1. Tindakan umum ( general suportif )
2. Koreksi kelainan tubuh yang ada
3. Pemilihan antibiotik
Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat inap dapat diobati di rumah. Juga
diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi, yaitu keadaan yang dapat meningkatkan
resiko infeksi patogen yang spesifik misalnya S. pneumoniae yang resisten terhadap
penesilin.

A.) Faktor modifikasi adalah keadaan yang dapat meningkatkan resiko infeksi dengan
kuman patogen yg spesifik. Kuman-kuman tersebut meliputi :
1. Streptococcus pneumoniae yg resisten terhadap penisilin :
a. Usia > 65 tahun
b. Mendapat tx betalaktam dlm 3 bulan terakhir
c. Pecandu alkohol
d. Penyakit gangguan imunitas (tms tx steroid)
e. Adanya penyakit ko-morbid yang lain
f. Kontak dengan anak-anak
1.

Enterik gram-negative :
1. Penghuni rumah jompo
2. Adanya dasar penyakit kardiopulmoner
3. Adanya penyakit ko-morbid yang lain
4. Pengobatan antibiotika sebelumnya
5. 3.

Pseudomonas aeruginosa :
1. Kerusakan jaringan paru (bronkiektasis)
2. Terapi kortikosteroid (>10 mg pednison/hari)
3. Pengobatan antibiotik spektrum luas lebih dari 7 hari
sebelumnya
4. Malnutrisi

B.) Faktor antibiotik diperlukan adanya pendekatan yang logis untuk memperkirakan
etiologi dan memberikan pengobatan inisial secara empiris. Pendekatan ini harus
mempertimbangkan :
1. kecenderungan epidemiologis setempat
2. usia penderita
3. penyakit penyerta / komorbid
4. faktor risiko sosial (alkohol, drug abuse, dll)

5. temuan kelainan paru (pemeriksaan fisik dan radiologis)


2.8.1 Penatalaksanaan rawat jalan
a. Pengobatan suportif / simtomatik
1. Istirahat di tempat tidur
2. Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
1. Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
2. Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran
3. Pengobatan antibiotik harus diberikan ( sesuai bagan ) kurang dari 4 jam
2.8.2 Penatalaksanaan rawat inap
a. Pengobatan suportif / simtomatik
1. Pemberian terapi oksigen
2. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
3. Pemberian obat simtomatik antara laim antipiretik, mukolitik
1.
1. Pengobatan antibiotik harus diberikan ( sesuai bagan ) kurang dari 4 jam
2.8.3 Penatalaksanaan rawat inap di ruang rawat intensif
a. Pengobatan suportif / simtomatik
1. Pemberian terapi oksigen
2. Pemasangan infus untuk rehidrasi, koreksi kalori & elektrolit
3. Pemberian obat simtomatik antara lain antipiretik, mukolitik
b. Pengobatan antibiotik harus diberikan ( sesuai bagan ) kurang darti 4 jam
c. Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik.

2.9 Asuhan Keperawatan

No.

Diagnosis Keperawatan

Perencanaan

Tujuan

1.

Bersihan jalan nafas Jalan napas bersih dan


efektif setelah hari
tidak efektif
perawatan, dengan
berhubungan
dengan peningkatan criteria:
produksi sputum.
a)
Tidak ada dypsnoe,
sianosis, ronchi dan suara
Data-data:
krek-krek
Data Subjektif
b)
BGA mormal
Pasien mengeluh
pH
= 7,35 7,45
rewel

Pasien mengeluh
sesak sesak nafas

Pasien tidak mau


makan

Terdengar suara
grek-grek

orang tua
menyatakan kurang
paham tentang
penyakit yang
diderita anaknya

anak mencret

Data Objektif

Pernafasan cepat
dan dangkal

pernafasan cuping

H+ = 3545 nmol/L(nM)
PaO2 = 80100 mmHg
PaCO2 = 3545 mmHg
HCO3= 2226 mmol/L

Intervensi

1) Mengkaji frekuensi pernafasan, catat


rasio inspirasi/ ekspirasi
2) mengauskultasi bunyi nafas, catat
adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi,
krekels dan ronki.
3) Memberikan posisi semi fowler.
4) Memberikan minum hangat sedikit
sedikit tapi sering.
5) Melaksanakan tindakan delegatif :
Bronchodilator, mukolitik, untuk
mencairkan dahak sehingga mudah
dikeluarkan.

hidung

2.

ronchi dan sianosis

batuk berdahak
sputum purulen

penggunaan otot
Bantu nafas

bunyi nafas
bronchovesikuler

muntah malaise

penurunan nafsu
makan dan berat
badan

respirasi meningkat

Gangguan pertukaran gas Menunjukan fungsi paru 1)


Mengkaji frekuensi, Kedalaman dan
berhubungan dengan
yang optimal dengan
kemudahan pernafasan.
perubahan membran
kriteria sesak hilang, tidak
alveolus kapiler, gangguan ada sianosis pada kulit, 2)
Mengbsevasi warna kulit, membran
kapasitas pembawa oksigen membran mucosa dan
mucosa dan kuku apakah terdapat
darah, gangguan
kuku.
sianosis.
pengiriman oksigen
3)
Mempertahankan istirahat dan tidur.
4)
Kolaborasi pemberian oksigen
dengan benar sesuai dengan indikasi

3.

Intoleransi aktivitas
berhubungan dewngan
kelemahan umum.

Mampu toleran terhadap 1)


Membantu aktivitas anak untuk
aktivitas sesuai
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
kemampuan / kondisi
anak.
2)
Menyarankan keluarga untuk
membatasi aktivitas anak yang berlebihan
yang dapat menimbulkan kelelahan.

3)
Menyarankan untuk melakukan
aktivitas secara bertahap.

4.

Nyeri akut berhubungan


Nyeri hilang / berkurang 1)
Menentukan karakteristik nyeri
dengan inflamasi parenkim dengan kriteria :
misalnya tajam, ditusuk, dll.
paru.
Menunjukan penurunan
skala nyeri , wajah
2)
Memberikan tindakan kenyamanan
tampak rileks.
3)
Mengjarkan tekhnik relaksasi, atau
latihan nafas.
4)
Memberikan tindakan delegasi
pemberian analgetika untuk menurunkan
nyeri.

5.

Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
kurangnya pemahaman
terhadap informasi

Pengetahuan orang tua


meningkat dengan
kriteria : mampu
mengulang kembali
penjelasan yang
diberikan.

1)
Memberikan penjelasan tentang
penyakit anak, pencegahan,
penatalaksanaan di rumah sakit atau yang
dapat dilakukan dirumah agar oreang tua
mengetahui dan mau aktif ikut serta dalam
setiap tindakan.
2)
Memotivasi ibu untuk
melaksanakan anjuran petugas.

6.

Perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder
terhadap demam dan
proses infeksi.

Gangguan nutrisi tidak


1)
Mengidentifikasi faktor yang dapat
terjadi dengan kriteria
menimbulkan mual dan muntah
makanan yang disediakan
dapat dihabiskan.
2)
Memberikan makan porsi kecil tapi
sering.
3)
Menyajikan makanan dalam
keadaan hangat.

4)

7.

Kekurangan volume cairan


berhubungan dengan
kehilangan cairan yang
berlebihan , penurunan
pemasukan oral

Tidak terjadi kehilangan


volume cairan dengan
kriteria : Meningkatnya
masukan cairan , tidak
ada tanda tanda kurang
volume cairan.

Menimbang BB setiap hari

1)
Mengkaji perubahan tanda-tanda
vital.
2)

Mengkaji turgor kulit.

3)

Menyatat intake dan out put cairan.

4)
Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi.

Anda mungkin juga menyukai

  • Leaflet Cva Trombosis
    Leaflet Cva Trombosis
    Dokumen3 halaman
    Leaflet Cva Trombosis
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen3 halaman
    A
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Meningitis
    Leaflet Meningitis
    Dokumen3 halaman
    Leaflet Meningitis
    Fyan Cuapz
    0% (2)
  • A
    A
    Dokumen3 halaman
    A
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • DEFINISI
    DEFINISI
    Dokumen5 halaman
    DEFINISI
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • DEFINISI
    DEFINISI
    Dokumen5 halaman
    DEFINISI
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • CEPHALGIA
    CEPHALGIA
    Dokumen11 halaman
    CEPHALGIA
    Erfin Wawe
    Belum ada peringkat
  • Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
    Dokumen16 halaman
    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • BAB 3-Rev Yg BLM
    BAB 3-Rev Yg BLM
    Dokumen11 halaman
    BAB 3-Rev Yg BLM
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • GERONTIK
    GERONTIK
    Dokumen18 halaman
    GERONTIK
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • GERONTIK
    GERONTIK
    Dokumen18 halaman
    GERONTIK
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • BAB 1jumi New
    BAB 1jumi New
    Dokumen6 halaman
    BAB 1jumi New
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • Askep Gerontik Windra
    Askep Gerontik Windra
    Dokumen26 halaman
    Askep Gerontik Windra
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Gerontik Ny
    Asuhan Keperawatan Gerontik Ny
    Dokumen27 halaman
    Asuhan Keperawatan Gerontik Ny
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • Diabetes Mellitus
    Diabetes Mellitus
    Dokumen24 halaman
    Diabetes Mellitus
    Yuni Eun Wijaya
    Belum ada peringkat
  • BAB 1jumi New
    BAB 1jumi New
    Dokumen6 halaman
    BAB 1jumi New
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • Artikel
    Artikel
    Dokumen14 halaman
    Artikel
    Sumartini Rompas
    Belum ada peringkat
  • BAB 1jumi New
    BAB 1jumi New
    Dokumen6 halaman
    BAB 1jumi New
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • Askep Tumor Otak
    Askep Tumor Otak
    Dokumen20 halaman
    Askep Tumor Otak
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • BAB 2-Rev Yg BLM
    BAB 2-Rev Yg BLM
    Dokumen31 halaman
    BAB 2-Rev Yg BLM
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • BAB 2-Jumi
    BAB 2-Jumi
    Dokumen31 halaman
    BAB 2-Jumi
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • Askep Epilepsi
    Askep Epilepsi
    Dokumen18 halaman
    Askep Epilepsi
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • BAB 2-Rev Yg BLM
    BAB 2-Rev Yg BLM
    Dokumen31 halaman
    BAB 2-Rev Yg BLM
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • BAB 1jumi New
    BAB 1jumi New
    Dokumen6 halaman
    BAB 1jumi New
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • BAB 2-Rev Yg BLM
    BAB 2-Rev Yg BLM
    Dokumen31 halaman
    BAB 2-Rev Yg BLM
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • BAB 3-Jumi
    BAB 3-Jumi
    Dokumen10 halaman
    BAB 3-Jumi
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • BAB 1jumi New
    BAB 1jumi New
    Dokumen6 halaman
    BAB 1jumi New
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • Askep CVA
    Askep CVA
    Dokumen22 halaman
    Askep CVA
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • Askep Epilepsi
    Askep Epilepsi
    Dokumen18 halaman
    Askep Epilepsi
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat
  • ASKEP Cedera Kepala
    ASKEP Cedera Kepala
    Dokumen10 halaman
    ASKEP Cedera Kepala
    Fyan Cuapz
    Belum ada peringkat