Anda di halaman 1dari 5

Analisis Ekonomi

Dari hasil Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi


Indonesia pada tahun 2014, dengan tahun dasar 2010 sebesar 5,02 persen
(kumulatif kuartal I-V). Pada kenyataannya tidak sesuai dengan target
pemerintah, yang mematok pertumbuhan ekonomi sepanjang 2014 mencapai 5,5
persen.
Bila dibandingkan periode sama tahun lalu, Produk Domestik Bruto (PDB)
tumbuh 5,01 persen. PDB dengan perhitungan tahun dasar 2010 ini tercatat
mengalami perlambatan. Dengan tahun dasar sama, pertumbuhan ekonomi
pada 2010 sebesar 6,38 persen, sementara itu pertumbuhan ekonomi pada 2011
sebesar 6,17 persen. Adapun pertumbuhan ekonomi pada 2012 tercatat sebesar
5,58 persen, sedangkan pada 2014 lalu pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya
5,02 persen. Ada peningkatan pada industri makanan dan minuman dipicu
kampanye. Industri percetakan juga mengalami pertumbuhan signifikan,
termasuk industri logam, industri barang bukan logam, serta industri permesinan.
Pada tahun 2013 industri pengolahan hanya tumbuh 4,49 persen.
Pada 2014, perdagangan dengan share 13,38 persen mengalami pertumbuhan
4,48 persen. Sementara itu sektor pertanian dengan share sama, tumbuh 4,18
persen.
Pertumbuhan pertanian dibanding 2013 sedikit menurun tapi masih
stabil, dipicu subsektor perkebunan, di mana masih ada permintaan tinggi meski
harga CPO turun. Perikanan dan hortikultura masih cukup bagus.
Adapun sektor konstruksi dengan share 9,88 persen mengalami
pertumbuhan 6,97 persen pada 2014 lalu. Ini disebabkan dampak pembangunan
yang dilakukan sejak 2014 seperti hotel, pelabuhan, dan jembatan. Pertumbuhan
konstruksi meningkat dibanding 2013 yang tercatat tumbuh hanya 6,11 persen.
Sementara itu pertambangan dengan share 9,82 persen tumbuh
hanya 0,55 persen. Pertumbuhan sektor pertambangan yang rendah adalah
dampak dari implementasi Undang-Undang No.4 tahun 2009 tentang Mineral
Tambang dan Batubara. Pada 2013 lalu, sektor pertambangan masih tumbuh
1,74 persen. (Sumber: Kompas)
Selain itu, tingkat inflasi tahun 2014 tercatat sebesar 8.36 persen,
lebih tinggi dari asumsi APBN-P 2014 yang sebesar 5,3 persen. Bila dilihat dari
data statistik BI, terlihat tren inflasi mengalami peningkatan.

Pada kondisi nilai tukar, rupiah terhadap USD mengalami depresiasi dari 2012
hingga 2014.

Analisis Industri
Bila disorot lebih khusus pada industri batubara, industri batubara pada periode 5
tahun terkahir mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan data dari
indexmundi.com, bahwasanya harga saham komoditas batubara mengalami
penurunan.

Dikarenakan industri batubara lebih kearah ekspor, maka hal ini sangat
dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap USD. Bila dilihat dari data statistik BI,
nilai tukar ruapiah terhadap USD mengalami depresiasi dari yang awalnya sekitar
Rp. 9.000/USD menjadi Rp. 13.000/USD. Sehingga faktor depresiasi nilai tukar
menjadi salah satu penyebab turunnya nilai penjualan batubara.
Selain itu, implementasi atas UU No. 4 tahun 2009 memperparah pertumbuhan
komoditas batubara. Pembatasan atas impor dan penurunan pasar dalam negeri
sangat berdampak atas kondisi industri batubara.
Sehingga dapat disimpulkan, atas keputusan rencana investasi, industri batubara
untuk saat ini merupakan industri yang kurang baik bila dilihat dari sisi
fundamental.

Analisis Emiten

1. Rasio Likuiditas
- Current Ratio
Rasio lancar PT. Bumi Resources Tbk. Dari tahun 2012 hingga 2014
mengalami penurunan dari 88%, kemudian 41,2% di tahun 2013, dan
34,5% di tahun 2014. Hal ini dapat diartikan bahwa 1 rupiah hutang lancar
dari PT. Bumi Resources Tbk. Hanya dijamin 0,88, 0,412, dan 0,345
rupiah aktiva lancar. Jauh dibawah standar yang sebesar 2 hingga 3 kali
lipat hutang lancar dijamin aktiva lancar.
2. Rasio Profitabilitas
- Return on Assets
Dari paparan financial highlight PT. Bumi Resources Tbk. Besaran ROA
bernilai negatif. Dari -9,6% pada 2012 dan semakin turun sebesar -7,2%
di tahun 2014. Hal ini dikarenakan PT. Bumi Resources Tbk mengalami
kerugian tiap tahunnya. Bila dibandingkan perurasahaan lain dalam
industri yang sama seperti Adaro yang memiliki rasio sebesar 5,7% di
tahun 2012 dan terus menurun hingga 2,9% di tahun 2014 serta Pt. Berau
Coal Energy Tbk yang tidak jauh beda sekitar 4,7%. Posisi PT. Bumi
Resources Tbk. Sangat jauh dibawahnya, sekalipun besaran rasio
kemampuan ROA 2 perusahaan lain juga dapat dikatakan rendah, hal ini
dapat disebabkan karena kondisi lesunya industri tambang batubara.
- Return on Equity
Tidak jauh beda dengan kondisi rasio ROAnya, ROE PT. Bumi Resources
Tbk juga bernilai negatif dan jauh lebih buruk. -179% tahun 2012, -217%
tahun 2013, dan -63,6%.
3. Rasio Solvabilitas
- Debt to Assets
Rasio DAR menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menjamin
hutang-hutang jangka panjangnya dengan aktiva. Dimana dapat diperoleh
dari membandingkan total kewajiban dengan total asset/ aktiva. Dari
financial highlight yang disajikan oleh PT. Bumi Resources Tbk, besaran

DAR menunjukkan nilai yang tidak sesuai dimana pada tahun 2012 yang
sebesar 50,5% seharusnya 94,6%, 59,4% seharusnya 104,3% di tahun
2013, dan di tahun 2014 63,9% seharusnya 111,2%. Rata-rata dari 3
tahun diatas tiap 1 rupiah hutang jangka panjang dijamin 1 rupiah aktiva.
Sehingga dapat disimpulkan hampir seluruh asset perusahaan dibiayai
oleh hutang. Dalam kondisi ini dapat dikatakan kurang baik.
Debt to Equity
Besaran DER PT. Bumi Resources Tbk sebesar 947,1% di tahun 2012,
-1374,2% di tahun 2013, dan -566,3% di tahun 2014. Hal ini menunjukkan
perusahaan memiliki hutang jauh lebih besar dari ekuitas yang
dimilikinya. Hal ini sangat menganggu pertumbuhan kinerja perusahaanya
juga menganggu pertumbuhan harga sahamnya.

Penjualan Pt. Bumi Rsources Tbk mengalami penurunan tiap tahunnya, hal ini
salah satu sebabnya karena kondisi industri batubara sedang lesu. Dengan
penjualan yang semakin menurun, sementara besaran HPP masih besar, hal ini
akan terhindar dari konteks efisiensi biaya. Sehingga laba yang dihasilkan juga
semakin menurun. Selain itu, ekuitas serta modal kerja PT. Bumi Resources
bernilai negatif dikarenakan pembiayaannya lebih besar didapatkan dari hutang.
Sehingga imiplikasinya perusahaan akan kesulitan untuk membiayai
operasionalnya yang berdampak pada penurunan produksi perusahaan.
Kesimpulan
Dilihat dari tiap analisis, dari analisis ekonomi, industri, hingga emiten. PT. Bumi
Resources dapat dikatakan masih belum baik bila dihadapkan pada keputusan
atas rencana investasi. Hal ini tercermin dari fundamental PT. Bumi Resources
Tbk. Dimana rasio-rasio keuangan masih menunjukkan dibawah standar
perusahaan yang sehat. Kondisi Industri tambang batubara menunjukkan
penurunan akibat penurunan pasar dalam negeri dan pembatasan ekspor. Dan
kondisi perekonomian yang melambat juga salah satu pemicu melambat serta
menurunnya industri tambang batubara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai