Anda di halaman 1dari 2

KEWENANGAN, ATRIBUSI, DELEGASI DAN MANDAT

I.

Kewenangan
Kewenangan merupakan suatu kekuasaan hukum penyelenggara pemerintah
dalam melaksanakan tindakan hukum publik. Suwoto Mulyosudarmo dengan
menggunakan istilah kekuasaan mengemukakan ada dua macam pemberian
kekuasaan, yaitu perolehan kekuasaan yang sifatnya atributif dan perolehan kekuasaan
yang sifatnya derivatif. Perolehan kekuasaan secara derivatif dibedakan antara
delegasi dan mandat. Kekuasaan yang diperoleh secara atribusi (atributie van macht)
bersumber pada UUD atau Konstitusi melalui asas-asas pembagian kekuasaan.
Kekuasaan derivatif yang terdiri atas delegasi dan mandat bersumber dari pelimpahan
kekuasaan.
Contoh :
Dalam Pasal 33 (3) UUD 1945 disebutkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesarbesarnya untuk kemakmuran rakyat. Dari kata dikuasai oleh negara terlihat bahwa
kewenangan di bidang pertanahan dilaksanakan oleh Negara yang dalam
pelaksanaannya dilakukan oleh Pemerintah Pusat. Berdasarkan kewenangan yang
bersumber pada konstitusi tersebut maka kemudian diterbitkan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 yang mengatur masalah keagrariaan atau pertanahan sebagai
bagian dari bumi. Kewenangan tetap dipegang oleh Negara tetapi BPN disebagai
pelaksananya.

II.

Atribusi
Atribusi adalah wewenang untuk membuat keputusan yang langsung
bersumber kepada Undang-undang dalam arti materiil. Dari pengertian tersebut
nampaknya kewenangan yang didapat melalui cara atribusi oleh institusi pemerintah
merupakan kewenangan asli. Atribusi juga merupakan wewenang untuk membuat
keputusan (besluit) yang langsung bersumber kepada undang-undang dalam arti
materiil. Jadi wewenang yang diperoleh secara atribusi merupakan suatu
pembentukan wewenang tertentu oleh suatu organ yang berwenang berdasarkan
peraturan Perundang-Undangan yang diberikan kepada organ tertentu. Wewenang
yang diperoleh secara atribusi menyebabkan munculnya suatu wewenang baru,
dimana wewenang tersebut sebelumnya tidak dimiliki oleh organ pemerintah yang
bersangkutan.
Contoh :
Dalam rangka pelaksanaan kewenangan dalam bidang pertanahan tersebut,
Presiden sebagai Kepala Pemerintahan membentuk Lembaga Pemerintahan non
departemen yaitu BPN dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 26 tahun
1988, tanggal 19 Juli 1988 tentang BPN. BPN dipimpin oleh seorang kepala. Hal ini
berarti adanya suatu penyerahan wewenangan dari Presiden kepada kepala BPN.
Delegasi

III.

Delegasi adalah penyerahan wewenang untuk membuat besluit oleh pejabat


pemerintahan kepada pihak lain dalam artian adanya perpindahan dari pemberi
delegasi (delegans) kepada penerima delegasi (delegetaris).
Pada delegasi, terjadilah pelimpahan suatu wewenang yang telah ada oleh
badan atau jabatan tata usaha negara yang telah memperoleh wewenang pemerintahan
secara atributif kepada badan atau jabatan tata usaha negara lainnya. Jadi suatu
delegasi selalu didahului oleh adanya suatu atribusi wewenang.
Contoh :
Dalam Keputusan Kepala badan Pertanahan Nasional Nomor : 2 tahun 1989
tentang pendelegasian wewenangan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian
PNS dalam lingkungan BPN. Kepala BPN memberikan delegasi wewenang kepada
Kepala Kantor Wilayah BPN provinsi untuk menetapkan mutasi kepegawaian.
IV.

Mandat
Mandat merupakan opdracht/suruhan kepada suatu alat perlengkapan (organ)
untuk melaksanakan kompetensi sendiri maupun berupa tindakan hukum oleh
pemegang suatu wewenang dengan diberikan kekuasaan penuh kepada suatu objek
lain untuk melaksanakan kompetensi si pemberi mandat atas nama si pemberi mandat.
Pada mandat tidak terjadi pelimpahan apapun dalam arti pemberian
wewenang, akan tetapi, yang diberi mandat bertindak atas nama pemberi mandat.
Dalam pemberian mandat, pejabat yang diberi mandat menunjuk pejabat lain untuk
bertindak atas nama mandator (pemberi mandat).
Mandat itu dapat berupa opdracht (suruhan) pada suatu alat perlengkapan
(organ) untuk melaksanakan kompetensinya sendiri ataupun untuk melaksanakan
kompetensi yang dimiliki oleh pemberi mandat atas nama si pemberi mandat. Jadi
sumber wewenang yang diperoleh secara mandat, yaitu penerima mandat (mandataris)
hanya bertindak untuk dan atas nama pemberi mandat, dimana dalam hal ini penerima
mandat bukan merupakan pihak lain dari pemberi mandat, dengan kata lain biasanya
terlihat dalam hubungan antara atasan dan bawahan.
Contoh :
Kewenangan untuk melaksanakan dan menandatangani naskah dinas yang
tidak bersifat keputusan/kebijakan dapat diserahkan/dilimpahkan kepada pimpinan
unit organisasi di setiap tingkat eselon atau pejabat lain yang diberi kewenangan
dalam lingkungan BPN. Sekretaris Utama, Inspektur Utama, Deputi, dapat
memperoleh pelimpahan kewenangan penandatangangan surat menyurat tentang
pelaksanaan tugas dan fungsi sesuai dengan bidang masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai