Makala H
Makala H
KEPERAWATAN KOMUNITAS II
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK LANSIA
Disusun Oleh:
Maratus Sholihah
131211131009
131211131101
131211132012
Handira N Aini
131211132049
131211133035
131211133038
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Asuhan Keperawatan
Komunitas pada Kelompok Lansia.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat hambatan, akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya
karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................3
1.3 Manfaat.....................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia..........................................................................................3
2.2 Tantangan Kesehatan, Faktor Resiko dan Persoalan pada Lansia............9
2.3 Upaya Pelayaan Kesehatan terhadap Lansia............................................12
2.4 Promosi Kesehatan dan Strategi Proteksi Kesehatan Lansia
di Komunitas..............................................................................................20
2.5 Kebutuhan Promosi Kesehatan dan Proteksi Kesehatan Lansia
di Komunitas..............................................................................................21
2.6 Intervensi Berfokus Komunitas Lansia....................................................26
2.7 Pelayanan Kesehatan Lansia di Indonesia................................................26
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus.......................................................................................................34
3.2 Pengkajian...............................................................................................34
3.3 Analisa Data............................................................................................36
3.4 Diagnosa Keperawatan............................................................................37
3. 5 Intervensi.................................................................................................38
BAB VI PENUTUP
4.1Kesimpulan................................................................................................40
4.2 Saran.........................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................41
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas (Setianto, 2004). Lansia bukan suatu
penyakit, namun merupakan tahap lanjut dar suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stress lingkungan (Pudjiastuti, 2003). Lansia adalah keadaan yang ditandai
oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap
kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual
(Hawari, 2001).
Pada saat seorang individu mengalami perubahan dari dewasa akhir
menjadi lansia awal atau menua, individu akan mengalami beberapa
perubahan sistem tubuh. Perubahan sistem tubuh lansia menurut Nugroho,
2000 dibagi 2 jenis yaitu perubahan fisik dan perubahan mental. Perubahan
fisik diantaranya menurun nya sensitifitas pada sentuhan (persarafan),
menurun nya kemampuan mendengar atau presbiakusis, penurunan daya
penglihatan, daya ingat, menurunya kekuatan massa otot, dan kulit menjadi
keriput. Sedangkan pada perubahan mental seorang individu dipengaruhi oleh
perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan,
tingkat kecerdasan dan kenangan (memory). Kenangan dapat dibagi menjadi
dua yaitu kenangan jangka panjang (berjam-jam hingga berhari-hari yang
lalu) mencakup beberapa perubahan dan kenangan jangka pendek atau
seketika (0-10 menit). Lansia juga dapat mengalami perubahan psikososial.
Biasanya dialami setelah mengalami pensiun. Setelah pensiun, individu lansia
akan mengalami banyak perubahan diantaranya kehilangan sumber finansial,
kehilangan teman-teman atau relasi, berkurangnya kegiatan dan mulai
merasakan kesadaran akan kematian.
Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur
lanjut usia (aging structured population) karena mempunyai jumlah penduduk
dengan usia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%. Pulau yang mempunyai jumlah
penduduk lansia terbanyak (7%) adalah pulau Jawa dan Bali. Peningkatan
jumlah penduduk lansia ini antara lain disebabkan karena tingkat sosial
ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan di bidang pelayanan
kesehatan, dan tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat (Efendi dan
Makhfudli, 2009).
Jumlah penduduk lansia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta
jiwa dengan harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2010 jumlah lansia sebesar
23,9 juta (9,77%) dengan harapan hidup 67,4 tahun. Sedangkan pada tahun
2020 diprediksi jumlah lansia sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan harapan
hidup 7,1 tahun (Menko Kesra, 2008).
Usia harapan hidup yang semakin meningkat juga membawa
konsekuensi tersendiri bagi semua sektor yang terkait dengan pembangunan.
Tidak hanya sektor kesehtan tetpai juga sector ekonomi, sosial-budaya, serta
sektor lainnya. Oleh sebab itu, peningkatan jumlah penduduk lansia perlu
diantisipasi mulai saat ini, yang dapat dimulai dari sektor kesehatan dengan
mempersiapkan layanan keperawatan yang komprehensip bagi lansia. Latar
belakang individu lansia sangat berpengaruh terhadap cara mereka
memanfaatkan aktivitas pengalihan kerena nilai yang mereka berikan untuk
pekerjaan versus aktivitas di waktu senggang (Mattson dan McConnell, 1988).
Penduduk desa yang berusia lanjut dan kurang berpendidikan
cenderung kurang mengahrgai aktivitas di waktu senggang. Pada masyarakat
kita, pensiun biasanya berlangsung pada usia 62-70 tahun. Sebanyak 80% pria
dan 90% wanita di atas usia 65 tahun diketahui telah menjalani masa pensiun.
Hilangnya peran pekerjaan bagi laki-laki dapat menimbulkan kehampaan dan
depresi yang berkelanjutan, terutama jika tidak ada perencanaan di masa
prapensiun. Proses penuaan menjadi kaya makna jika individu memiliki
berbagai minat dan aktivitas yang telah diolah disepanjang hidup mereka
(Miller, 1999).
Jumlan lansia
yang
semakin
meningkat
membuat
mahasiswa
1.3 Manfaat
1. Dapat digunakan sebagai bahan acuan penyusunan strategi promosi
kesehatan pada kelompok lansia yang dapat dilakukan oleh Puskesmas.
2. Dapat menjadi bahan penelitian keperawatan komunitas untuk
mengembangkan intervensi primer, sekunder, dan tersier yang inovatif.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Definisi Lansia
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut
usia (lansia) apabla usianya 65 tahun ke atas (Setianti, 2004). Lansia
bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stress lingkungan (Pudjiastuti, 2003). Lansia adalah
keadaan
yang
ditandai
oleh
kegagalan
seseorang
untuk
: 45-59 tahun
: 60-74 tahun
: 75-90 tahun
: >90 tahun
: 0-1 tahun
2. Masa prasekolah
: 1-6 tahun
3. Masa sekolah
: 6-10 tahun
4. Masa pubertas
: 10-20 tahun
5. Masa dewasa
: 20-40 tahun
: >65 tahun
penyesuaian-penyesuaian
kepada
situasi
yang
dihadapinya.
2.1.3
pada
pendengaran
(presbikusis),
membran
timpani
lapang
pandang,
dan
menurunnya
daya
untuk
kasar
dan
bersisik,
menurunnya
respons
terhadap
umum,
tingkat
pendidikan,
keturunan
(hereditas),
sumber
finansial
atau
pemasukan
(income)
berkurang;
2. Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang
cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya;
3. Kehilangan teman atau relasi;
4. Kehilangan pekerjaan atau kegiatan;
5. Merasakan atau kesadaran akan kematian (sense of awareness of
2.1.4
mortality)
Keadaan Lansia di Indonesia
Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk
berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena mempunyai
jumlah penduduk dengan usia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%. Pulau
yang mempunyai jumlah penduduk lansia terbanyak (7%) adalah pulau
Jawa dan Bali. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini antara lain
disebabkan karena tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat,
Jumlah Penduduk
7.998.543
%
5,45
1990
59,8 tahun
11.277.557
6,29
2000
64,5 tahun
14.439.967
7,18
2006
2010
66,2 tahun
67,4 tahun
+ 19 juta
+ 23,9 juta
8,90
9,77
2020
71,1 tahun
+ 28,8 juta
11,34
utama untuk lansia, sering kali sangat kecil untuk menutupi biaya
promosi kesehatan dan pelayanan preventif. Tanggungan biaya dari
Medicare sering kali sulit dipahami, dan kadang-kadang lansia
dibiarkan untuk membayar pelayanan yang seharusnya menjadi
tanggung jawab Medicare. Selain itu banyak biaya terkait kesehatan
yang penting, seperti biaya obat yang diresepkan ketika rawat jalan
tidak ditanggung oleh bagian A atau B Medicare. Walaupun program
Mediacaid disediakan bagi masyarakat lansia berpenghasilan rendah,
tetapi karena persyaratan pengajuannya yang juga sulit dipenuhi,
banyak lansia tidak dapat mengakses asuransi kesehatan dari
Medicaid.
Masalah pelayanan kesehatan lansia berikutnya adalah
pelayanan preventif yang sering kali terabaikan, karena banyak
penyedia layanan tidak melihat adanya keuntungan yang dihasilkan
dari layanan ini dalam tahun-tahun terakhir dari rentang kehidupan
manusia. Selain itu, transportasi menuju sarana kesehatan adalah isu
lain yang mempengaruhi aksesibilitas lansia terhadap pelayanan
kesehatan, terlebih lagi bagi lansia yang tinggal di daerah pedesaan
2.2.2
2.2.3
10
adalah individu yang lemah, tidak manidri, berusia dia tas 70 tahun,
dan wanita. Biasanya anggota keluarga adalah pelaku penganiayaan
ini, bukan orang asing (Ham & Sloane, 1997). Dalam menangani
situasi penganiayaan, diperlukan keterlibatan lembaga pelindung dan
perlindungan hukum. Perawat komunitas perlu mengetahui dengan
2.2.4
2.2.5
kehidupan
lanjut
usia,
meningkatkan
kesehatan,
dan
memperpanjang usia.
2. Pendekatan
Menurut Word Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan
adalah sebagai berikut.
1) Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social
development).
2) Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging
3)
4)
5)
6)
7)
persons).
Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence).
Lansia turut memilih kebijakan (choice).
Memberikan perawatan di rumah (home care).
Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility).
Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the
aging).
8) Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia
(mobility).
9) Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya
(productivity).
10) Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self-help
care and family care).
3. Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan,
yaitu peningkatan (promotion), pencegahan (prevention), diagnosis dini
dan pengobatan (early diagnosis and prompt treatment), pembatasan
kecacatan (disability limitation), serta pemulihan (rehabilitation).
1) Promotif
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak
langsung untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah
penyakit. Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan
untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga profesional, dan
masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif menjadi normanorma sosial. Upaya promotif dilakukan untuk membantu orang-orang
mengubah gaya hidup mereka dan bergerak ke arah keadaan kesehatan
12
13
a) Mencegah
berkembangnya
gejala
dengan
memfasilitasi
14
15
c. Kecacatan progresif (tak bisa pulih dan tak bisa disubstitusi atau
diganti).
d. Langkah langkah yang dilakukan adalah pemeriksaan (assesment),
identifikasi
masalah
(problem
(planning),
pelaksanaan
identification),
(implementation),
dan
perencanaan
penilaian
(evaluation).
5) Rehabilitatif
a. Prinsip
a) Pertahankan lingkungan yang aman.
b) Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktivitas dan mobilitas.
c) Pertahankan kecukupan gizi.
d) Pertahankan fungsi pernapasan.
e) Pertahankan fungsi aliran darah.
f) Pertahankan kulit.
g) Pertahankan fungsi pencernaan.
h) Pertahankan fungsi saluran kemih.
i) Meningkatkan fungsi psikososial.
j) Pertahankan komunikasi.
k) Mendorong pelaksanaan tugas.
b. Pelaksanaan : tim rehabilitasi (petugas medis, petugas paramedis,
serta petugas nonmedis).
Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan penglihatan berkurang atau
tidak bisa melihat.
a. Membaca dengan jarak yang sesuai menggunakan kaca pembesar
atau kacamata baca yang cocok.
b. Jalan pada siang hari menggunakan topi besar dan kacamata hitam
agar pandangan tidak kabur karena pengaruh sinar matahari.
c. Gambar dan tulisan difotokopi untuk diperbesar agar mudah
terlihat atau terbaca.
d. Lampu ruangan dan lampu baca dengan pencahayaan yang cukup
terang.
e. Telepon dengan angka besar.
f. Memperkenalkan dan melatih berjalan di sekitar lingkungan agar
terbiasa
dengan
keadaan
yang
ada,
bisa
ditemani
atau
menggunakan tongkat.
g. Belajar menggunakan tape recorder.
h. Menggunakan peralatan yang bisa berbunyi atau berbicara.
i. Permainan di atas meja yang dimodifikasi dengan rabaan, contoh
mayo.
j. Melatih keterampilan tangan seperti menyulam.
16
menggunakan
alat
bantu
dengar,
juga
jelaskan
17
18
biaya
pengobatan
alternatif)
dari
Medicare/Mediare
20
21
mendapatkan
tempat
untuk
skrining,
tes
keseimbangan,
kewaspadaan
lansia
terhadap
terhadap
tipe-tipe
2.5.6
Keamanan Berkendara
Seiring dengan peningkatan presentase lansia, jumlah pengendara
lansia juga semakin banyak. Direkomendasikan pengendara lansia
belajar mengemudi kembali untuk mengakomodasikan perubahan
neuromuskular dan sensorik yang terjadi seiring proses menua.
Pengendara lansia dianjurka untuk mengevaluasi kembali secara
periodik kemampuan mereka dalam mengemudi, termasuk pemeriksaan
penglihatan/ pendengaran, dan evaluasi perubahan fisik lainnya yang
dapat mempengaruhi mereka dalam bekendara.
23
masalah
kesehatan
yang
dihadapi
dan
mencatat
dengan
semakin
meningkatnya
populasi
lansia,
kehidupan
keluarga
dan
masyarakat
sesuai
dengan
24
25
lansia
menjadi
meningkat,
yang
menjadi
dasar
dukungan
keluarga
untuk
mengantar
maupun
Kesehatan
di
Posyandu
lanjut
usia
meliputi
27
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai
deteksi awal adanya penyakit ginjal.
h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
i.
2.7.2
JPKM
Adapun program kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia
yang diperuntukkan khusunya bagi lansia adalah JPKM yang
merupakan salah satu program pokok perawatan kesehatan masyarakat
yang ada di puskesmas sasarannya adalah yang didalamnya ada
keluarga lansia. Perkembangan jumlah keluarga yang terus menerus
meningkat dan banyaknya keluarga yang berisiko tentunya menurut
perawat memberikan pelayanan pada keluarga secara professional.
Tuntutan ini tentunya membangun Indonesia Sehat 2010 yang salah
satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat
(JPKM). Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan yang baik
dan perhatian yang selayaknya.
Kewajiban pemerintah tersebut tertuang jelas di dalam UndangUndang No.13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia. Pada pasal 5,
dituliskan delapan hak para lansia yang harus dipenuhi pemerintah
berkaitan dengan kesejahteraan sosialnya. Diantaranya mendapatkan
perlindungan social, bantuan social dan pelayanan kesehatan.
28
2.7.3
2.7.4
usia.
Sedangkan
pemerintah,
masyarakat
dan
keluarga
30
jiwa lansia dengan komposisi 199 jiwa laki-laki dan 314 jiwa
perempuan serta sebanyak 99 jiwa masuk dalam kategori terlantar.
2.7
31
BAB 3
ASUHAN KEPERWATAN
3.1 Kasus
Pada Kelurahan A diperoleh data dengan jumlah warganya sekitar 360
orang dengan rincian usia anak < 10 tahun berjumlah 65 orang, usia remaja
11-19 tahun berjumlah 70 orang, usia dewasa 20-60 tahun berjumlah 120
orang dan usia lansia > 60 tahun berjumlah 105 orang dengan rincian 55 laki
laki dan 50 wanita. Mayoritas agama yang dianut di penduduk tersebut
adalah agama Islam (95 %) dan yang 5 % beragama Kristen. Dari hasil
wawancara dengan ketua RT bahwa 80 % lansia yang ada disana sudah tidak
bekerja lagi dikarenakan kondisi fisik yang sudah tidak kuat dan kebanyakan
dari lansia di daerah tersebut mengalamani penurunan kemampuan mengingat.
Tingkat pendidikan lansia masih rendah karena 85 % lulusan SD dan 15%
diantaranya lulusan SMP. Nilai dan norma para penduduk di kelurahan A
masih mengenal nilai kesopanan, gotong royong, dan kerukunan antar warga.
Sebanyak 70 % lansia menderita penyakit hipertensi, demensia dan sebagian
dari 40% lansia yang tidak bekerja mengalami depresi. Namun kebanyakan
dari mereka enggan untuk pergi ke puskesmas atau instansi kesehatan
setempat dengan alasan biaya pengobatan yang mahal dan juga letaknya yang
agak jauh dari lingkungan setempat. Pada kelurahan A juga belum terbentuk
posyandu Lansia, sehingga pelayanan kesehatan terdekat yang bisa didapatkan
oleh para lansia di kelurahan A tersebut adalah puskesmas.
3.2 Pengkajian
Data Inti
1. Sejarah
Kelurahan A merupakan daerah dengan mayoritas penduduk asli namun
tetap ada sedikit pendatang yang datang dari tempat yang tidak jauh dari
kelurahan A. Sebelum terbentuk kelurahan A, dahulu kelurahan A
bergabung dengan kelurahan B dan C, tetapi karena semakin banyak
penduduknya maka kelurahannya dipisah menjadi 3.
2. Demografi
32
34
35
3.25
3.26
3.28
3.18
3.19
3.20
3.21
3.22
Mengefektifka
komunitas
3.14
3.17
Tujuan
n koping
3.27
3.16
umum :
3.13
3.15
3.7 TUJUAN
Tujuan
khusus :
1. Mengembangkan
peningkatan
komunikasi dalam
anggota komunitas
2. Mengimplementasik
an strategi
penyelesaian
masalah yang efektif
digunakan
3. Lakukan pendekatan informal tokoh masyarakat,
3.9 SASARAN
3.10
MET
ODE
3.33
3.49
Disku
Anggota
Penyuluh
3.34
Anggota
si
3.50
Disku
Penyuluh
si
PKK, Karang Taruna dan kader lansia.
3.30
3.35
3.51
3.31
3.36 Tokoh
3.52 Komu
4. Diskusikan rencana penyuluhan dengan tenaga
Masyarakat,
nikasi dan
kesehatan setempat dan kader lansia berdasarkan
PKK,
Karang
Informasi
data yang diperoleh.
5. Lakukan kerjasama dengan puskesmas untuk
Taruna,
Kader
3.53
menempatkan
sdm
nya
di
tengah-tengah
Lansia
3.37
36
Tenaga
3.55
Kesehatan
lansia
3.54
3.40
si
3.38
3.56
3.39
3.57
Puskesmas
Disku
3.58
Kerja
3.23
3.24
dan efisien
3. Mengekspresikan
kekuatan untuk
mengelolah
perubahan dan
meningkatkan
fungsi komunitas
3.29
sama
3.59
3.43
3.44
Warga
3.45
3.60
3.61
3.62
3.46
nikasi,
3.47
3.48
Komu
Informasi
Kader Lansia
, dan
edukasi
3.63
3.64
Kerja
sama dan
3.65
Monit
oring
3.66
37
3.67
3.68
BAB 4
PENUTUP
3.69
4.1 Kesimpulan
3.70 Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas (Setianti, 2004). Menurut Prof. Dr.
Koesoemato Setyonegoro, masa lansia (geriatric age) dibagi menjadi tiga
batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old
(>80 tahun). Birren dan Jenner (1997) mengusulkan utuk membedakan usia
antara usia biologis, usia psikologis, dan usia social. Namun masih banyak di
antara para lansia tidak memiliki perencanaan adekuat untuk pengeluaran
medis yang sering kali menyertai penyakit kronik yang mereka alami. Lansia
sering kali mengalami keterbatsan dalam mengakses pelayanan kesehatan.
Oleh karena itu pemerintah membuat progam pelayanan kesehatan untuk para
lansia. Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan,
dan jenis pelayanan kesehatan yang diterima.
3.71
4.2 Saran
3.72 Kelompok lanjut usia memiliki masalah kesehatan, baik dari segi
fisik maupun dari segi mental. Dengan adanya makalah ini kita dapat
mengetahui dan memahami tentang pentingnya adanya pelayanan kesehatan
bagi komunitas lansia. Dan tentunya kita sebagai seorang perawat harus
mampu dan memahami peran serta fungsi kita sebagai perawat didalam tenaga
kesehatan dan mengaplikasikan asuhan keperawatan kepada klien dengan
tepat dan benar.
3.73
38
3.74
DAFTAR PUSTAKA
3.75
3.76 Anderson, Elizabeth T., Judith McFarlane. 2006. Buku Ajar Keperawatan
Komunitas : Teori dan Praktek. Jakarta : EGC.
3.77 Darmojo, B.R., dan H.H. Martono. 2004. Buku Ajar Geriatri (Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : FKUI.
3.78 Efendi, Ferry. Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
3.79 Hawari, Dadang. 2001. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta :
Gaya Baru.
3.80 http://www.indonesian-publichealth
com/2013/05/posyandu-lansia.html
39