Asam urat adalah produk akhir metabolisme purin yang terjadi di dalam tubuh manusia.
Semakin tinggi kadar purin maka semakin tinggi pula kadar asam urat yang terbentuk. Dari
dua per tiga dari total asam urat yang berada dalam tubuh dihasilkan secara endogen
sementara sisanya melalui makanan yang dikonsumsi (eksogen). Sedangkan 70% dari asam
urat yang terbentuk, dikeluarkan melalui ginjal (air seni) dan sisanya melalui sistem
pencernaan.
Yang terjadi jika terkena penyakit asam urat adalah adanya pembengkakan sendi karena
penumpukan kristal asam urat di sendi (artritis gout), selain itu adanya batu ginjal. Namun
keadaan ini tidak terjadi pada setiap orang yang memiliki kadar asam urat yang tinggi. Hanya
sekitar 20% dari populasi dengan hiperurisemia yang mengalami keadaan ini.
Gejala yang timbul pada penderita hiperurisemia adalah adanya rasa nyeri di daerah
pinggang dan menjalar ke arah belakang atau perut bagian bawah disertai nyeri saat buang air
kecil. Keluhan ini biasanya mengarah pada terbentuknya batu ginjal.
Sementara artritis gout terjadi jika timbul pembengkakan sendi pada ibu jari kaki disertai
rasa nyeri, kemerahan dan rasa hangat bila disentuh.
Secara umum faktor penyebab tingginya kadar asam urat dalam darah adalah :
1.
Peningkatan
produksi
asam
urat
yang
dihasilkan
oleh
purin.
2. Fungsi ginjal yang menurun sehingga tidak bisa memetabolisme dan mengeluarkan asam
urat
dengan
baik
dari
dalam
tubuh.
3. Kondisi penyakit yang diderita sebelumnya seperti penyakit kanker, diabetes melitus dan
gagal
ginjal.
4. Obat-obatan tertentu yang secara rutin dikonsumsi.
Untuk mencegah terjadinya hiperurisemia, yang harus dilakukan adalah memiliki pola hidup
yang sehat seperti olahraga secara teratur, menjaga berat badan seimbang, mengurangi
konsumsi kafein dan alkohol, istirahat yang cukup, dan mengkonsumsi makanan yang
mengandung kadar purin yang rendah. Makanan yang mengandung kadar purin rendah
diantaranya adalah sereal, pasta, susu, telur, salada, tomat, sayuran hijau, buah-buahan dan
minuman berkarbonasi sementara makanan yang mengandung kadar purin tinggi antara lain
jeroan (contoh: hati, usus, paru), daging, minuman beralkohol, asparagus, melinjo, bayam,
kembang kol, jamur, kacang polong, ikan asin dan ikan sarden.
Lalu, berapa kadar purin yang terdapat pada melinjo?
Kadar purin melinjo 50-150 mg per 100 gram bahan. Melinjo aman dikonsumsi jika
dikonsumsi tidak secara berlebihan. Konsumsi yang berlebihan dari melinjo atau dari minyak
goreng yang digunakan untuk menggoreng emping (hasil olahan melinjo) yang dapat
menyebabkan kadar asam urat meningkat. Jadi bukan melinjo itu sendiri yang menyebabkan
asam urat, karena apabila disiapkan dalam bentuk makanan lain tanpa minyak dan tidak
dikonsumsi secara berlebihan tidak akan meningkatkan asam urat.
O, begitu. Terus ada ga khasiat dalam melinjo?
Banyak. Melinjo ternyata sangat berkhasiat sebagai antioksidan. Tri Agus Siswoyo PhD,
peneliti di Pusat Penelitian Biologi Molekuler, Universitas Jember, Jawa Timur menguji
aktivitas antioksidan ekstrak akar, daun, biji dan batang melinjo untuk menangkal radikal
bebas. Ternyata semua bagian tanaman itu bersifat antioksidan. Kemampuannya adalah:
Ekstrak akar : 37,27 mg VCEAC (Vitamin C Equivalent Antioxidant Capacity)
Ekstrak daun : 36,66 mg VCEAC
Ekstrak biji : 34,08 mg VCEAC
Ekstrak batang : 32,52 mg VCEAC
Menurut Siswoyo, ekstrak melinjo mengandung 9-11% protein yang berpotensi sebagai
antioksidan. Kandungan protein utama dalam melinjo berukuran 30 kilo dalton efektif
mengusir radikal bebas. Radikal bebas adalah salah satu penyebab utama timbulnya kanker
dan mempercepat proses penuaan.
Oleh karena itu, melinjo berpeluang sebagai sumber nutraseutikal-substansi yang bermanfaat
bagi kesehatan, termasuk mencegah dan mengobati penyakit.
Kesadaran akan khasiat melinjo ini ternyata sudah diketahui oleh sebagian besar masyarakat
Jepang. Di Jepang, melinjo bahkan dibikin tepung untuk bahan baku aneka makanan seperti
kue dan roti, tidak seperti di Indonesia yang terbatas hanya dibikin emping dan sebagai bahan
untuk sayur. Bahkan sebagian masyarakat Jepang ada yang mempunyai kebiasaan
mencampurkan tepung melinjo dalam minuman teh. Mereka ingin memperoleh khasiat
melinjo saat menyeruput teh. Takarannya adalah setengah sendok teh. Menurut mereka
penambahan tepung melinjo pada teh mereka membuat teh mereka menjadi kental dan
nikmat. Selain itu, tepung melinjo di Jepang juga sering dibuat untuk saus salad.
Masyarakat Jepang menyukai melinjo karena setelah diadakan uji khasiat stilbenoid dari biji
melinjo yang dilakukan Yuji Tokunaga, di University of Fukui Jepang, melinjo dapat
menangkal radikal bebas, menghambat aktivitas enzim lipase dan amilase serta sebagai
antimikroba.
Stilbenoid dari biji melinjo terbukti mampu menghambat kerja enzim lipase, sehingga
berpotensi menekan penumpukan dan penyerapan lemak dalam tubuh. Stilbenoid dari biji
melinjo juga dapat menghalangi aktivitas enzim amilase. Akibatnya, perombakan karbohidrat
menjadi glukosa terhambat. Sehingga melinjo berpotensi sebagai pengontrol kadar gula darah
bagi penderita diabetes. Sebagai antimikroba, ekstrak melinjo efektif membunuh
mikroorganisme jahat.
Penelitian Tokunaga memperlihatkan salad yang diberi ekstrak melinjo lebih awet ketimbang
yang tidak diberi ekstrak melinjo. Karena pertumbuhan bakteri pada salad yang diberi ektrak
melinjo jadi lebih sedikit. Penelitian itu dilakukan selama tiga hari. Hal itu mengindikasikan
bahwa
ekstrak
melinjo
dapat
menekan
pertumbuhan
bakteri.