Anda di halaman 1dari 15

I.

JUDUL PERCOBAAN
: Reaksi-reaksi Ion Logam Transisi.
II. HARI/TANGGAL PERCOBAAN : Selasa/28 Oktober 2014 Pukul 13:00 WIB.
III. SELESAI PERCOBAAN
: Selasa/28 Oktober 2014 Pukul 16:00 WIB.
IV. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari reaksi-reaksi garam logam transisi.
Mengenal pembentukan ion kompleks logam transisi.
Mengamati perubahan warna karena perubahan bilangan oksidasi dari senyawa logam
transisi.
V. KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Unsur-unsur Transisi
Unsur-unsur transisi adalah:
a. Terletak antara unsur golongan alkali tanah dan golongan boron
b. Merupakan unsur logam
c. Merupakan unsur-unsur blok d dalam sistem periodik
Salah satu yang menarik pada logam transisi adalah kemampuanlogam-logam transisi
untuk membentuk senyawa koordinasi. Selain itu karena senyawakompleks dapat membentuk
warna-warna. Senyawa kompleks dapat berwarna karena senyawatersebut menyerap energi
pada daerah sinar tampak. Penyerapan energi tersebut digunaan untukmelakukan promosi atau
transisi elektronik pada atom pusat. Pada kompleks yang berkarakter d 1-d9merupakan
kompleks yang memiliki warna dikarenakan adanya transisi elektronik pada orbital d. Bila
kedua orbital molekul yang memungkinkan transisi memiliki karakter utama d, transisinya
disebut transisi d-d.
Pada orbital d terjadi pembelahan atau splitting orbital yang akan menghasilkan dua
tingkat energi yaitu egdan t2gpada oktahedral. Pada kompleks d0dan d10memiliki keistimewaan
karena terdapat senyawa dari kompleks ini yang menghasilkan warna. Hal ini dikarenakan
adanya transisi transfer muatan (Charge Transfer). Transisi transfer muatan diklasifikasikan
atas transfer muatan logam ke ligan [metal (M) to ligand (L) charge transfers(MLCT)]dan
transfer muatan ligan ke logam (LMCT).
Energi elektron dalam orbital (n-1)d isi selalu lebih rendah dibanding dengan energi elektron
dalam orbital ns2, dengan perkecualian stabilitas lebih tinggi pada konfigurasi penuh atau
setengah penuh. Peran orbital (n-1)d ini menentukan tingkat oksidasi yang bervariasi,
pembentukan senyawa kompleks, sifat magnetik spesies yang bersangkutan. Unsur transisi
berperan sebagai katalisator baik dalam bentuk unsurnya maupun dalam bentuk senyawa

kompleksnya. Sifat magnetik senyawa transisi berkaitan dengan elektron nirpasangan dalam
orbital d. Sifat magnetik dibedakan dalam dua macam yaitu diamagnetik dan paramagnetik.

Sifat Unsur-unsur Transisi


1) Biloks yang bervariasi.

Salah satu sifat logam transisi adalah memiliki biloks yang bervariasi. Walaupun ada
unsur yang bukan logam transisi juga dapat memiliki biloks bervariasi, misalnya S, N, Cl.
Tetapi sifat ini tidak umum untuk logam selain transisi (misal gol IA dan IIA).
2) Sifat-sifat yang khas dari unsur transisi:
a. Mempunyai berbagai bilangan oksidasi
b. Kebanyakan senyawaannya bersifat paramagnetik
c. Kebanyakan senyawaannya berwarna
d. Unsur transisi dapat membentuk senyawa kompleks
Dalam bentuk logam umumnya bersifat:
a. Keras, tahan panas
b. Penghantar panas dan listrik yang baik
c. Bersifat inert
Beberapa pengecualian:
a. Tembaga (Cu) bersifat lunak dan mudah ditarik
b. Mangan (Mn) dan besi (Fe): bersifat sangat reaktif, terutama dengan oksigen,
halogen, sulfur, dan non logam lain (Seperti dengan karbon dan boron)
3) Sifat Fisik
a. Pada suhu kamar berupa padatan (kecuali merkuri)
b. Memiliki titik didih, titik leleh, kerapatan dan kekuatan rentang yang tinggi.
c. Umumnya bersifat paramagnetik (sifat yang disebabkan oleh adanya elektron
tunggal)
4) Sifat Umum
a. Jari-jari atom berkurang dari Sc ke Zn, hal ini berkaitan dengan semakin
bertambahnya elektron pada kulit 3d, maka semakin besar pula gaya tarik intinya,
Sehingga jarak elektron pada kulit terluar ke inti semakin kecil.

b. Energi ionisasi cenderung bertambah dari Sc ke Zn. Walaupun terjadi sedikit


fluktuatif, namun secara umum Ionization Energy (IE) meningkat dari Sc ke Zn.
Kalau kita perhatikan, ada sesuatu hal yang unik terjadi pada pengisian elektron pada
logam transisi. Setelah pengisian elektron pada subkulit 3s dan 3p, pengisian
dilanjutkan ke kulit 4s tidak langsung ke 3d, sehingga kalium dan kalsium terlebih
dahulu dibanding Sc. Hal ini berdampak pada grafik energi ionisasinya yang
fluktuatif dan selisih nilai energi ionisasi antar atom yang berurutan tidak terlalu
besar. Karena ketika logam menjadi ion, maka elektron pada kulit 4s lah yang
terlebih dahulu terionisasi.
c. Kecuali unsur Cr dan Cu, semua unsur transisi periode keempat mempunyai elektron
pada kulit terluar 4s2, sedangkan pada Cr dan Cu adalah 4s1.
Senyawa-senyawa koordinasi terbentuk antara atom logam atau ion logam dan molekul
dengan satu atau lebih pasangan elektron bebas yang disebut ligan. Ligan diklasifikasikan
berdasarkan jumlah pasangan atom donor yang dimilikinya dibedakan menjadi:
a. Ligan monodentat, yaitu ligan yang mendonorkan satu pasang elektron bebasnya
kepada logam atau ion logam.Contoh: NH3, H2O, NO2-, dan CN-.
b. Ligan bidentat, yaitu ligan yang mendonorkan dua pasang elektronnya kepada
logam atau ion logam. Contoh: etyhlendiamine, NH2CH2CH2NH2.
Namun demikian, molekul netral seperti H2O dan NH3 dan anion seperti F-,Cl-,Br-,CNdapat bertindak sebagai ligan. Apabila satu atau lebih molekul netral berkoordinasi dengan ion
logam akan menghasilkan spesies ion logam transisi yang bermuatan disebut ion kompleks.
Misalnya ion-ion logam transisi sebagian besar membentuk ion kompleks dengan molekulmolekul air ketika di dalam larutan air, misalnya [Co(H 2O)6]3+ dan [Ni(H2O)6]2+. Jika satu atau
lebih anion berkoordinasi dengan ion logam, dihasilkan ion kompleks yang bermuatan
negatif, contohnya [Co(NO2)6]3- dan [Fe(CN)6]4-.
Logam-logam Golongan Transisi
1. Besi (Fe)
Besi (Fe) adalah unsur yang cukup melimpah di kerak bumi (sekitar 6,2% massa
kerak bumi). Besi jarang ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Besi umumnya ditemukan
dalam bentuk mineral (bijih besi), seperti hematite (Fe2O3), siderite (FeCO3), dan magnetite
(Fe3O4).
Reaksi ion besi dalam larutan:
Ion heksaaquobesi(II) [Fe(H2O)6]2+.

Ion heksaaquobesi(III) [Fe(H2O)6]3+.


Keduanya bersifat asam, tetapi ion besi(III) lebih kuat sifat asamnya.
Reaksi ion besi dengan ion hidroksidadapat menghilangkan ion hidrogen dari

ligan air dan kemudian melekat pada ion besi. Setelah ion hidrogen dihilangkan, maka
diperoleh kompleks yang bermuatan kompleks netral. Kompleks netral ini tidak larut
dalam air dan terbentuk endapan.
Pada kasus besi(II):

Pada kasus besi(III):

Pada kasus besi(II):

Besi sangat mudah di oksidasi pada kondisi yang bersifat basa. Oksigen di udara
mengoksidasi endapan besi(II) hidroksida menjadi besi(III) hidroksida terutama pada
bagian atas tabung reaksi. Warna endapan yang menjadi gelap berasal dari efek yang
sama.Pada kasus besi (III):

Reaksi ion besi dengan larutan amoniaAmonia dapat berperan sebagai basa atau
ligan.

Pada kasus besi(III):

Logam Besi bereaksi dengan larutan asam klorida menghasilkan gas hidrogen. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:
Fe(s) + 2 H+(aq) > Fe2+(aq) + H2(g)
Larutan asam sulfat pekat dapat mengoksidasi logam Besi menjadi ion Fe 3+. Sementara
larutan asam nitrat pekat akan membentuk lapisan oksida Fe3O4 yang dapat
menghambat reaksi lebih lanjut. Umumnya, Besi dijumpai dalam bentuk senyawa
dengan tingkat oksidasi +2 dan +3. Beberapa contoh senyawa Besi (II) antara lain FeO
(hitam), FeSO4. 7H2O (hijau), FeCl2(kuning), dan FeS (hitam). Ion Fe 2+dapat dengan
mudah teroksidasi menjadi ion Fe3+ bila terdapat gas oksigen yang cukup dalam
larutan Fe2+. Sementara itu, senyawa yang mengandung ion Besi (III) adalah
Fe2O3(coklat-merah) dan FeCl3(coklat).
2. Kromium (Cr)
Kromium adalah elemen yang secara alamiah ditemukan dalam konsentrasi yang
rendah di batuan, hewan, tanaman, tanah, debu vulkanik dan juga gas. Kromium terdapat di
alam dalam beberapa bentuk senyawa yang berbeda. Kromium di alam berada dalam bentuk
senyawa: kromik sulfat, kromik oksida, kromik klorida, kromik trivalent, kalsium kromat,
timbale kromat, kalium dikromat, natrium dikromat, seng kromat.

Ion yang paling sederhana dalam bentuk krom dalam larutan adalah ion
heksaaquokrom(III) [Cr(H2O)6]3+. Ion Cr3+ sendiri berwarna hijau. Ion bereaksi dengan
molekul air dalam larutan. Ion hidrogen terlepas dari salah satu ligan molekul air sesuai
dengan persamaan berikut:

Ion kompleks berperan sebagai asam dengan memberikan ion hidrogen kepada
molekul air dalam larutan. Air, sudah tentu, berperan sebagai basa yang menerima ion
hidrogen.
Karena keberadaan air ada berasal dari dua sumber yang berbeda cukup
membingungkan (dari ligan dan larutan), maka lebih mudah menyederhanakannya seperti
berikut ini:

Reaksi ion heksaaquokrom(III) dengan ion hidroksida.


Ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air kemudian
didempetkan pada ion krom. Ion hidrogen dapat dihilangkan dari tiga molekul air,
maka akan memperoleh kompleks yang tidak bermuatan (komplek netral). Kompleks
netral ini tidak larut dalam air dan endapan terbentuk.

Tetapi proses tidak berhenti sampai disini. Ion hidrogen yang lebih benyak akan
dihilangkan untuk menghasilkan ion seperti [Cr(H2O)2(OH)4]- dan [Cr(OH)6]3-.
Sebagai contoh:

Endapan larut kembali karena ion tersebut larut dalam air. Pada tabung reaksi,
perubahan warna yang terjadi adalah:

Reaksi ion heksaaquokrom(III) dengan larutan amonia.


Amonia dapat berperan sebagai basa maupun sebagai ligan. Dengan jumlah amonia
yang sedikit, ion hidrogen tertarik oleh ion heksaaquo seperti pada kasus ion
hidroksida untuk menghasilkan kompleks netral yang sama.

Endapan tersebut larut secara luas jika ditambahkan amonia berlebih (terutama jika
amonianya pekat). Amonia menggantikan air sebagai ligan untuk menghasilkan ion
heksaaminkrom(III).

Reaksi ion heksaaquokrom(III) dengan ion karbonat.


Jika ditambahkan larutan natrium karbonat pada larutan ion heksaaquokrom(III), maka
akan memperoleh endapan yang sama jika menambahkan larutan natrium hidroksida
atau larutan amonia. Pada saat seperti ini, ion karbonat ion yang menghilangkan ion
hidrogen.
Berdasarkan pada proporsi ion karbonat dan ion heksaaqua, maka akan memperoleh
salah satu diantara ion hidrogenkarbonat atau gas karbon dioksida dari reaksi antara
ion hidrogen dan ion karbonat.
Persamaan hasil bagi menunjukkan lebih memungkinkan terjadinya pembentukan
karbon dioksida:

3. Mangan (Mn)
Mangan berwarna putih keabu-abuan, dengan sifat yang keras tapi rapuh. Mangan
sangat reaktif secara kimiawi, dan terurai dengan air dingin perlahan-lahan. Mangan
digunakan untuk membentuk banyak alloy yang penting. Dalam baja, mangan meningkatkan
kualitas tempaan baik dari segi kekuatan, kekerasan,dan kemampuan pengerasan.
Dengan aluminum dan bismut, khususnya dengan sejumlah kecil tembaga,
membentuk alloy yang bersifat ferromagnetik. Logam mangan bersifat ferromagnetik setelah
diberi perlakuan. Logam murninya terdapat sebagai bentuk allotropik dengan empat jenis.
Salah satunya, jenis alfa, stabil pada suhu luar biasa tinggi; sedangkan mangan jenis gamma,
yang berubah menjadi alfa pada suhu tinggi, dikatakan fleksibel, mudah dipotong dan
ditempa.
Ion yang paling sederhana dalam bentuk mangan dalam larutan adalah ion
heksaaquomangan(II) [Mn(H2O)6]2+.
Reaksi ion heksaaquomangan(II) dengan ion hidroksida.
Ion hidroksidadapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air dan kemudian melekat
pada ion mangan.Setelah ion hidrogen dihilangkan dari dua molekul air, maka akan
dipeeroleh kompleks tidak bermuatan kompleks netral. Kompleks netral ini tidak
larut dalam air dan terbentuk endapan.

Reaksiion heksaaquomangan(II) dengan larutan amonia.


Amonia dapat berperan sebagai basa maupun sebagai ligan. Pada gambar dibawah ini,
pada konsentrasi laboratorium yang biasa, amonia berperan sebagai basa dapat
menghilangkan ion hidrogen dari kompleks aquo.

4. Kobalt (Co)
Reaksi ion heksaaquokobalt(II) dengan ion hidroksida.
Ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air dan kemudian melekat
ke ion kobal. Setelah ion hidrogen dihilangkan dari dua molekul air, maka akan
diperoleh kompleks tidak bermuatan kompleks netral. Kompleks ini tidak larut
dalam air dan terbentuk endapan.

Reaksi-reaksi ion heksaaquokobalt(II) dengan larutan amonia.


Amonia dapat berperan sebagai basa maupun ligan. Dengan jumlah kecil amonia, ion
hidrogen ditarik ion heksaaquo dengan tepat seperti pada kasus perubahan ion
hidroksida menjadi kompleks netral.

Endapan tersebut melarut jika kamu menambahkan amonia berlebih. Amonia


menggantikan air sebagai ligan untuk menghasilkan ion heksaaminkobal(II).

Perubahan warna yang terjadi adalah:

Kompleks heksaaminkobal(II) sangat mudah teroksidasi menjadi kompleks kobal(III)


yang bersesuaian. Pada tabung reaksi kompleks ini terlihat berubah gelap dengan cepat
sampai larutan menjadi merah-coklat tua. Faktanya ion heksaaminkobal(II) berwarna
kuning. Apa yang kita lihat adalah campuran dari ion ini dengan berbagai ion
kobal(III) lain yang melibatkan reaksi pertukaran ligan antara molekul air dengan ion
negatif yang terdapat dalam larutan.
Oksidasi ion heksaaquokobal(II) yang lain:
dengan larutan amonia dan hidrogen peroksida.
Kita dapat memperoleh endapan dengan bermacam-macam warna dari kompleks
kobal(II) hidroksida ketika kamu menambahkan larutan natrium hidroksida.
Penambahan hidrogen peroksida menghasilkan banyak gelembung oksigen dan
endapan coklat tua.

Reaksi Ion Kobalt (II) dalam air.


Ion yang paling sederhana dalam bentuk kobal dalam larutan adalah ion berwarna
merah muda heksaaquokobal(II) [Co(H2O)6]2+. Reaksi ion heksaaquokobal(II)
dengan ion hidroksida Ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air
dan kemudian melekat ke ion kobal. Setelah ion hidrogen dihilangkan dari dua
molekul air, maka akan memperoleh kompleks tidak bermuatan kompleks netral.
Kompleks ini tidak larut dalam air dan terbentuk endapan.

Dalam tabung reaksi, perubahan warna yang terjadi adalah:

Reaksi ion heksaaquokobal(II) dengan ion karbonat.


Diperoleh dengan mudah endapan kobal(II) karbonat

Reaksi pertukaran ligan yang melibatkan ion klorida


Jika menambahkan asam klorida pekat ke dalam larutan yang mengandung ion
heksaqauakobal(I), larutan berubah warna dari merah muda menjadi biru. Enam
molekul air digantikan oleh empat ion klorida.

Reaksi yang terjadi berlangsung reversibel.

5. Nikel (Ni)
Sifat Kimia dari logam Nikel (Ni):
Pada suhu kamar, reaksi dengan udara lambat
Jika dibakar reaksi berlangsung cepat membentuk oksida NiO
Dengan Cl2 membentuk klorida (NiCl2)
Dengan steam H2O membentuk oksida NiO
Dengan HCl encer dan asam sulfat encer, reaksi berlangsung lambat
Dengan asam nitrat dan akuades, Ni segera larut
Tidak bereaksi dengan basa alkali
Bereaksi dengan H2S menghasilkan endapan hitam
Dalam larutan akuatik [Ni(H2O)6]2+ berwarna hijau
Nikel memiliki ciri-ciri atom dengan bilangan oksidasi 2 dan 3. Kemudian nikel
memiliki struktur kristal cubic face centered.
Dengan larutan natrium hidroksida
Apabila ditambahkan dalam larutan garam Ni menghasilkan endapan hijau nikel (II)
hidroksida, Ni(OH)2.
Ni2+ + 2OH- Ni(OH)2
Endapan tak larut dalam reagensian berlebih. Tak terjadi endapan jika serta tartrat atau
sitrat, karena terbentuk kompleks.
Dengan larutanamonia
Apabila ditambahkan dalam larutan garam Ni menghasilkan endapan hijau nikel (II)
hidroksida, Ni(OH)2
Ni2+ + 2NH3+ 2OH- Ni(OH)2 + 2NH4+
yang larut dalam reagensia berlebih

Ni(OH)2 + 6NH3 [Ni(NH3)6]2+ + 2OHLarutan berubah menjadi biru tua. Jika ada serta garam amonium tak terjadi
pengendapan, tetapi kompleks tersebut langsung terbentuk dengan segera.
6. Cuprum (Cu)
Reaksi ion hekasaquotembaga(II) dengan ion hidroksida
Ion hidroksida menggantikan ion hidrogen dari ligan air dan kemudian melekat pada
ion tembaga. Hal ini dapat dilihat pada persamaan reaksi berikut:
[Cu(H2O)6]2+ + 2OH- [Cu(H2O)4(OH)2] + 2H2O

ion heksaaquotembaga(II) dengan larutan amonia membentuk senyawa kompleks yang


memiliki warna tertentu. Dan timbulnya warna tersebut akibat digantikannya molekul
H2O oleh amonia. Hal tersebut dapat dilihat pada reaksi di bawah ini
[Cu(H2O)6]2+ + 2NH3 [Cu(H2O)4(H2O)2] + 2NH4+
Kemudian amonia menggantikan H2O sebagai ligan untuk menghasilkan ion
tetraamindiaquo tembaga(II). Dengan catatan hanya 4 dari 6 molekul air yang
digantikan. Persamaan reaksinya sebagai berikut:
[Cu(H2O)6]2+ + 4NH3 [Cu(NH3)4(H2O)2]2+ + 4H2O

7. Zink (Zn)
Zink merupakan logam dari golongan transisi yang sangat reaktif dan strukturnya
lunak. Kemudian garam Zink merupakan garam yang larut dalam air, larutan kompleks ion Zn
merupakan larutan yang tak berwarna. Kemudian, umumnya padatan garamnya terhidrat.
Selanjutnya penambahan basa menyebabkan terbentuknya endapan putih gelatin zink
hidroksida: [Zn(H2O)3(OH)]+ + OH- Zn(OH)2+3H2O
Tetapi endapan ini larut kembali dalam basa berlebih oleh karena sifat amfoterik
dengan membentuk ion kompleks: Zn(OH)2 + 2OH- [Zn(OH)4]2Endapan zink hidroksida juga larut dalam amonia membentuk ion kompleks menurut
persamaan berikut: Zn(OH)2 + 4NH3 [Zn(NH3)4]2+ +2OH Reaksi Kompleks
a. Reaksi substitusi ligan: LnMX + Y LnMY + X
Sangat penting untuk preparasi berbagai turunan kompleks.
b. Reaksi konversi ligan
c. Redoks logam
Bilangan oksidasi logam dalam senyawa logam transisi dapat bervariasi dari rendah ke
tinggi. Bilangan oksidasi ini adapt berubah dengan reaksi redoks. Hal ini
mengakibatkan, jarak ikatan dan sudut ikatan antara logam dan unsure yang
terkoordinasi, atau antar logam, berubah pada saat tertentu. Keseluruhan struktur
kompleks dapat terdistorsi atau senyawa dapat terdekompisisi. Rekasi senyawa logam
transisi dengan berbagai zat pengoksidasi atau pereduksi juga penting dalam sintesis.
Khususnya reaksi reduksi yang digunakan dalam preparasi senyawa organologam,
misalnya senyawa kluster atau karbonil logam.
Perubahan bilangan oksidasi ditunjukkan oleh perubahan warna larutan. Sebagai
contoh, saat ion Cr+7 direduksi menjadi ion Cr3+, warna larutan berubah dari orange
(jingga) menjadi hijau.
Cr2O72-(aq)+ 14 H+(aq) + 6 e- > 2 Cr3+(aq) + 7 H2O(l)

Anda mungkin juga menyukai