Anda di halaman 1dari 4

(tugas UAS: Manajemen Keuangan Publik)

Irsat
20151040036
Sistem pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel, sudah menjadi kebutuhan
dalam rangka terciptanya good governance dan clean government

yang menjadi simbol

reformasi pemerintahan secara umum. Untuk itu upaya percepatan terhadap keberhasilan
pembaruan (reformasi) manajemen keuangan bagi pemerintah daerah sudah selayaknya
mendapat perhatian serius. Pengelolaan keuangan daerah sering menghadapi masalah ketika
perencanaan dan penganggaran tidak dilakukan dan berjalan dengan baik.
Jelaskan, mengapa hal-hal di bawah ini sering menjadi masalah dalam perencanaan dan
penganggaran daerah.
1. Intervensi hak budget DPRD yang terlalu kuat:
Jawab:
Anggota DPRD sering mengusulkan kegiatan-kegiatan yang menyimpang jauh dari
usulan masyarakat yang dihasilkan dalam Musrenbang. Jadwal reses DPRD dengan proses
Musrenbang yang tidak match misalnya Musrenbang sudah dilakukan, baru DPRD reses
mengakibatkan banyak usulan DPRD yang kemudian muncul dan merubah hasil
Musrenbang. Intervensi legislative ini kemungkinan didasari motif politis yakni kepentingan
untuk mencari dukungan konstituen sehingga anggota DPRD berperan seperti membagi-bagi
proyek. Selain itu ada kemungkinan juga didasari motif ekonomis yakni membuat proyek
untuk mendapatkan tambahan income bagi pribadi atau kelompoknya dengan mengharap
bisa intervensi dalam aspek pengadaan barang (procurement) atau pelaksanaan kegiatan.
Intervensi hak budget ini juga seringkali mengakibatkan pembahasan RAPBD memakan
waktu panjang untuk negosiasi antara eksekutif dan legislative. Salah satu strategi dari pihak
eksekutif untuk menjinakkan hak budget DPRD ini misalnya dengan memberikan alokasi
tertentu untuk DPRD missal dalam penyaluran Bantuan Sosial (Bansos) ataupun pemberian
Dana Aspirasi yang bisa digunakan oleh anggota DPRD secara fleksibel untuk menjawab
permintaan masyarakat. Di salah satu kabupaten di Kaltim, dana aspirasi per anggota DPRD
bisa mencapai 2 milyar rupiah per tahun.
Beberapa faktor-faktor intervensi hak budget DPRD yang dapat menjadi penghambat
dalam penyusunan APBD, adalah:
1

a. Usulan dari DPRD yang terkadang tidak sesuai dengan hasil kesepakatan pada saat
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)
b. Unsur politis dalam rangka mewujudkan kepentingan tertentu
c. Motif pada saat pelaksanaan proyek di lapangan dalam rangka mencari keuntungan
pribadi
d. Adanya istilah sinterklas(bagi-bagi proyek) kepada oknum anggota DPRD atau
pejabat daerah
Di samping itu keterlibatan DPRD dalam penyusunan APBD terlalu jauh sampai jenis
kegiatan, besaran anggaran, dan lokasi program. terjadinya tarik ulur kepentingan politik
lokal. Anggota DPRD yang menghendaki kepentingan politiknya (dan juga kepentingan
pribadinya) terakomodasi mendesak kepada Pemda untuk dimasukkan dalam APBD. Tak
jarang, kepentingan tersebut sebenarnya belum urgen untuk direalisasikan. Pemda akhirnya
menghadapi dilema. Jika

menolak maka terjadilah ketegangan yang mengakibatkan

pembahasan APBD menjadi berlarut-larut. Jika dituruti berarti mengorbankan kepentingan


sebagian rakyat lain.
2. Pendekatan partisipatif dalam perencanaan melalui mekanisme musrenbang masih
menjadi retorika, karena faktanya, terlalu banyak order dalam proses perencanaan.
Jawab:
Perencanaan pembangunan masih didominasi oleh: Kebijakan kepala daerah, hasil reses
DPRD dan Program dari SKPD. Kondisi ini berakibat timbulnya akumulasi kekecewaan di
tingkat desa dan kecamatan yang sudah memenuhi kewajiban membuat rencana tapi
realisasinya sangat minim. Perencanaan pembangunan di bidang apapun sebagian besar
masih didominasi oleh berbagai kepentingan yang berkaitan dengan kebijakan kepala daerah,
hasil reses DPRD, program dan kegiatan SKPD itu sendiri bahkan kepentingan dari elemen
elemen masyarakat. Hal ini telah banyak terlihat buktinya di lapangan, bahwa apa yang
sudah di buat perencanaannya sesuai matrix dan usulan yang berasal dari masayarakat
(bottom up) dengan sebelumnya telah melalui proses penyusunan usulan program dan
kegiatan di tingkat kelurahan dan kecamatan misalnya ternyata realisasinya sangatlah minim.
Kondisi ini membuat pelaksanaan musrenbang menjadi acara rutinitas dan formalitas belaka
sehingga menjadi kurang diminati oleh pihak-pihak yang selayaknya mengikuti kegiatan
tersebut.
3. Proses perencanaan kegiatan yang terpisah dari penganggaran, sehingga sering terjadi
ketersediaan dana yang tidak tepat waktu.
Jawab:
2

Karena ketidak jelasan informasi besaran anggaran, proses Musrenbang kebanyakan


masih bersifat menyusun daftar belanja (shopping list) kegiatan. Banyak pihak seringkali
membuat usulan sebanyak-banyaknya agar probabilitas usulan yang disetujui juga semakin
banyak. Ibarat memasang banyak perangkap, agar banyak sasaran yang terjerat.
4. Breakdown RPJPD ke RPJMD dan RPJMD ke RKPD seringkali tidak nyambung
(match), karena kualitas RPJPD, RPJM Daerah dan Renstra SKPD seringkali belum
optimal.
Jawab:
Ada kecenderungan dokumen RPJP ataupun RPJM/Renstra SKPD seringkali tidak dijadikan
acuan secara serius dalam menyusun RKPD/Renja SKPD. Kondisi ini muncul salah satunya
disebabkan oleh kualitas tenaga perencana di SKPD yang terbatas kuantitas dan kualitasnya.
Dalam beberapa kasus ditemui perencanaan hanya dibuat oleh Pengguna Anggaran dan
Bendahara, dan kurang melibatkan staf program sehingga banyak usulan kegiatan yang
sifatnya copy paste dari kegiatan yang lalu dan tidak visioner.
Masih sering ditemui kelemahan dalam dokumen perencanaan yang seringkali tidak
sinkron dengan indikator capaian kinerjanya dan sulit untuk diukur. Hal ini dapat dijelaskan
karena dalam penyusunan indikator capaian kinerja tersebut terkadang menggunakan
asumsi dalam bentuk kalimat-kalimat yang tidak jelas ukurannya, di samping data
pendukung yang kurang valid disertai analisa yang kurang tajam. Hal iniakan sangat
berpengaruh pada target yang akan dicapai.
Indikator kinerja menunjukkan tingkat yang dicapai dari pelaksanaan program dan
kebijaksanaan untuk mewujudkan visi, misi, sasaran, tujuan dari organisasi sektor
publik. Indikator kinerja memiliki peran penting karena indikator ini berguna dalam
penentuan kinerja yang dicapai dari pelaksanaan APBD dan perlu diingat pula bahwa
APBD disusun dengan berbasiskan pada kinerja. Indikator kinerja terdiri dari input,
output, efisiensi,kualitas, dan outcome. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
menentukan indikator kinerja yang tepat adalah standar pelayanan minimum, ketersediaan
sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan, kelanjutanprogram, tingkat inflasi,

tingkat

efisiensi, kendala di masa akan datang, dan dasar untuk menetapkan prioritas anggaran.
Selain faktor-faktor di atas dalam menentukan indikator kinerja terdapat kriteria yang
harus dipenuhi. Indikator kinerja harus memenuhi kriteria yangterdiri dari spesifik,
dapat diukur,

relevan,

dan

tidak

bias.

Penentuan

indikator

kinerja

dalam

penyusunan APBD bukanlah hal yang mudah. Tahapan penentuan indikator kinerja
3

merupakan proses komplek dan harus dilakukan secara sungguh-sungguh. Tanpa adanya
fasilitas dan sarana yang memadai maka penentuan indikator kinerja dapat menjadi sulit
dan membutuhkan waktu yang lama yang berpengaruh pada ketepatan waktu APBD untuk
ditetapkan.
5. Koordinasi antar SKPD untuk proses perencanaan masih lemah, sementara SKPD
yang mempunyai alokasi anggaran besar misal Dinas Pendidikan dan Dinas PU
seringkali tidak mempunyai tenaga perencana yang memadai.
Jawab:
Koordinasi yang masih sangat minim dilakukan diantara SKPD yang dapat berpengaruh
terjadinya

masalah dalam penganggaran, misalnya alokasi anggaran menjadi double

account atau tumpang tindih dengan program dan kegiatan


berbeda. Hal

ini

sering

terjadi dikarenakan

beberapa

yang sama pada SKP yang


faktor

antara

egosektoral yang masih sering ada pada masing-masing SKPD Keterpaduan,

lain

adalah

konsistensi

dan sinkronisasi tidak hanya antara aspek perencanaan dengan penganggaran, tetapi
juga antar SKPD. Hal ini perlu diperhatikan karena target capaian program dan atau
target hasil (outcome) sebuah kegiatan dan atau visi daerah dapat dicapai melalui sinergi
program dan kegiatan antar SKPD.

Anda mungkin juga menyukai