INFLAMASI/RADANG
Penyaji
: ihut Hamonangan
(15-095)
Moderator
Anggota
Inflamasi/ Radang
Respon peradangan adalah salah satu mekanisme pertahanan alam paling
penting, dan sunggunh-sungguh merupakan respon tubuh terhadap luka jaringan. Hal
ini diawali oleh sejumlah agen atau rangsang dan terjadi dibagian tubuh manapun,
tetapi
ciri
dasarnya
selalu
sama,
apapun
penyebab
dan
dimanapun
1.2.1Rubor
Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang
mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang
mensuplai darah ke daerah peradangan. (Abrams, 1995; Rukmono, 1973).
1.2.2 Kalor
Kalor atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan yang
hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari 37
C yaitu suhu di dalam tubuh. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari
sekelilingnya sebab darah yang disalurkan tubuh kepermukaan daerah yang terkena lebih
banyak daripada yang disalurkan kedaerah normal. (Abrams, 1995; Rukmono, 1973).
1.2.3 Dolor
Dolor atau rasa sakit, dari reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan berbagai cara.
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujungujung saraf. (Abrams, 1995; Rukmono, 1973).
1.2.4 Tumor
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh
pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial.
Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat
meradang. (Abrams, 1995; Rukmono, 1973).
1.2.5 Functio Laesa
Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002).
Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum
diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang
(Abrams, 1995).
1.3 Gambaran Mikroskopik dari Inflamasi/radang dan Gejala Klinis
1.3.1 Gambaran Makroskopik
Merupakan Tanda-tanda
utama
dari
celcus
yang
meliputi
tumor
(pembengkakan),rubor(kemerahan),kalor(panas setempat berlebihan) dan dolor (rasa
sakit). Selain itu pula terjadi functiolaesa (holangnya fungsi).
1.3.2 Tahap-tahap mikroskopis
Berkaitan dengan perubahan-perubahan dinamis dalam pembuluh darah,aliran darah
dan aktivitas lekosit, biasanya terjadi :
bila tanda-tanda dan gejala klinik terlihat berada ditengah, diantara radang akut dan
kronis.
1.5 RADANG AKUT
Ini adalah awal atau perubahan dini, terjadi dalam beberapa jam atau hari, dan
menunjukkan usaha tubuh untuk menghancurkan atau menetralkan agen penyebab.
1.5.1 Penyebab-penyebab
1. Bakteri
Organisme
2. Parasit
3. virus
Trauma Mekanis
1.Terpotong
2.Terbentur
1. Anoerganik (Asamasam kuat,alkali kuat)
Zat-zat kimia
2. Organik : Cairan tubuh
yang dikeluarkan (misal:
urine,empedu)
Radiasi
Perbedaan
temperatur yang
besar
1. Pengionan
2. Ultraviolet
1. Dingin
2. Panas
Kehilangan suplai
1. infraksi
darah
Reasi Imunologis
1. Kompleks Imun
2. Treponema (sifilis)
3. Fungi (jamur)
4. Parasit (msal Schisostoma)
1. industri
Benda Asing
2. jahitan luka
3. Silika
4.Abses
1. Tuberkulosis
Hipersensitifitas
seluler
2. Sarkoidosis
3. Penyakit Autoimun
(Misal,ulkus varikosa)
zat kimia
(misal,ulkus peptikus)
Hilangnya email
Keretakan tipis pada email.
Gambaran Radiologi :
Gambaran Radiologi :
Fraktur dentin tanpa terbukanya pulpa
Gambaran radiologi :
Seperti diatas bebas dari gejala atau peka bila terkena dengan suhu yang ekstrim
Hilangnya jaringan gigi dipermukaan oklusal dan insisal , tonjol mejadi datar, tepi
insisal terkikis dan titik kontak antara gigi lebih datar.
Kerusakan yang terjadi sesuai dengan permukaan gigi yang berkontak saat
pemakaian.
Permukaan enamel yang rata dengan dentin.
Kemungkinan terjadinya fraktur pada tonjol gigi atau
1.7.2.3 Erosi
Hilangnya jaringan gigi akibat proses / bahan kimiawi yang tidak melibatkan bakteri.
Penyebab yang sering ditemukan adalah asam, yang menyebabkan hilangnya matriks
anorganik
Gambaran klinis erosi adalah sebagai berikut:
a. Bentuk lesi cekung yang luas dan permukaan email yang licin.
b. Permukaan oklusal yang melekuk (insisal yang beralur) dengan permukaan dentin
yang terbuka.
c. Meningkatnya translusensi pada insisal (Gambar 5).
d. Rusaknya karakteristik email pada gigi anak- anak.
Gambar 7. Abrasi pada gigi C dan P pasien. Pasien tersebut memiliki kecenderungan
menyikat giginya dengan kuat. Resesi ringan terjadi pada gingiva dan semento-email
yang mengalami keauasan tampak sebagai lesi abrasi pada permukaan prominensia akar
gigi (tanda panah)
(Gandara BK. J Contemp Dent Pract 1999; 1(1): 4)
1.7.2.4 Abfraksi
Penyebab dari abfraksi adalah tekanan kunyah yang berlebihan, keausan gigi yang
parah dan dapat juga terjadi karena menderita bruxism. Abfraksi ditandai dengan
pembentukan retakan yang dangkal dan takik pada gigi.
Gambaran klinis :
Gambaran klinis abfraksi adalah sebagai berikut:
a. Kelainan ditemukan pada daerah servikal labial/bukal gigi
b. Berupa parit yang dalam dan sempit berbentuk huruf V
c. Pada umumnya hanya terjadi pada satu gigi yang mengalami tekanan eksentrik pada oklusal
yang berlebihan atau adanya halangan yang mengganggu oklusi
Lesi abfraksi sering ditemukan pada orang dewasa, dan bahkan pada individu yang
menggertakkan gigi, yang menempatkan tekanan berulang kali pada gigi. Gigi dengan
lesi abfraksi tidak mudah untuk membusuk dan dapat diobati dengan
mengisi(penambalan gigi) atau menempatkan alat pelindung saat mengigit.
TatoAmalgam
Gambaran klinis :
Tato amalgam terlihat berupa makula yang lembut, tidak nyeri, tidak berulkus,
berwarna biru/abu-abu/kehitaman tanpa adanya reaksi eritematus di
sekelilingnya.
Lesi ini banyak ditemukan pada gusi atau mukosa alveolar dan lebih banyak
terdapat pada wanita dan usia lanjut.
Beberapa pasien dapat mengalami respon inflamasi dalam waktu lama dimana
terdapat papul kecil atau patch yang luas akibat adanya makrofag.
Gambaran histopatologi :
Gambaran Radiologi
Gambaran histopatologi :
1.8.4.Sialolith
Sialolith adalah batu kelenjar saliva. Sialolith terjadi pada kelenjar saliva mayor dan
minor dan terbentuk dari pengendapan kalsium garam disekitar bagian tengah. Ketika
sialolith terjadi pada kelenjar saliva minor, nodul keras berukuran biji kacang dapat
dipapasi pada jaringan lunak. Sialolith dapat menyebabkan obstruksi kelenjar saliva yang
terlibat. Ketika sialolith terjadi pada dasar mulut, sialolith dapat terlihat seperti stuktur
radiopark pada oklusan atau radiografi panoramik.
Gambaran klinis :
Rasa sakit dan adanya pembengkakakn secara intermiten didaerah kelenjar ludah
mayor keadaan ini trambah parah pada waktu makan dan kembali hilang setelah
makan.
Gambaran histopatologi :
Gambaran Radiolusen :
Gambaran Klinis :
Lesi biasanya terletak pada forniks atau lipatan mukobukal dan gingiva. Area
yang terluka berbentuk ireguler, berwarna putih, dilapisi pseudomembran, dan
sangat sakit.
Trauma Radiasi
Ulser intraoral juga biasanya muncul selama proses terapi radiasi untuk kanker di
area kepala dan leher. Keganasan (paling sering karsinoma sel skuamosa) memerlukan
dosis radiasi yang besar (60-70 Gy). Ulser selalu muncul pada daerah yang tersorot sinar
radiasi secara langsung. Untuk keganasan seperti lymphoma dengan dosis radiasi lebih
rendah (40-50 Gy) bersifat tumorisidal, ulser yang muncul serupa namun tidak separah
terapi dengan dosis radiasi 60-70 Gy dan durasinya lebih pendek. Ulser akibat radiasi
akan bertahan selama proses terapi radiasi. Apabila daerah ulserasi dijaga kebersihannya,
spontan healing akan muncul tanpa scar. Sama seperti terapi radiasi, ulser juga akan
muncul selama proses kemoterapi, dengan etiologi utama efek samping dari terapi yang
mereduksi regenerasi sel basal, sehingga mengakibatkan atrofi mukosa dan ulserasi. Pada
kemoterapi, mukosa yang terkena adalah mukosa nonkeratinisasi, seperti mukosa bukal,
ventrolateral lidah, palatum mole, dan dasar mulut. Lesi awal berwarna keputihan dengan
sedikit deskuamasi pada keratin, yang kemudian menimbulkan atrofi pada mukosa
dengan gambaran edematous dan eritematous. Selanjutnya ulkus akan ditutupi oleh
membran fibrinopurulen. Ulkus terasa nyeri dengan sensasi rasa terbakar, serta tidak
nyaman Manifestasi oral akibat terapi radiasi adalah oral mucositis yang timbul pada
minggu kedua setelah terapi, dan akan sembuh perlahan 2-3 minggu setelah terapi
dihentikan.
1.9 Peradangan Lesi Periapikal
KLASIFIKASI LESI PERIAPIKAL
1.9.1 Normal Periapical Tissues
Kondisi ini menggambarkan keadaan klinis dan radiografik dimana gigi memiliki
jaringan periapikal normal. Dengan tes perkusi dan palpasi tidak menunjukkan adanya
gejala sensitivitas yang abnormal. Pada keadaan ini, gigi masih memiliki struktur
lamina dura dan ligamen periodontal yang normal.
Terdapatnya agen iritan seperti mediator inflamasi dari inflamasi pulpa yang
irreversibel
Keluarnya toksin bakteri dari pulpa yang nekrosis
Zat kimia seperti zat irigasi dan disinfecting agents
Restorasi kurang baik yang menyebabkan adanya maloklusi
Overinstrumentasi pada saluran akar
Adanya rasa sakit dan tidak nyaman dari sedang sampai berat yang dirasakan saat
dilakukan tes perkusi dan penekanan dengan ujung jari
Jika merupakan perkembangan dari pulpitis, maka akan terdapat respon pada
rangsang panas, dingin, dan listrik
Jika disebabkan karena adanya nekrosis pulpa maka tidak berespon terhadap tes
vitalitas pulpa.
Terdapat adanya penebalan periodontal ligament space (hanya pada bagian apikal,
namun bagian lain masih normal dan lamina dura masih intact)
Gambaran histologi :
-
Sel PMN dan makrofag terlihat pada bagian apikal dari pulpa
Terdapat abcess kecil
Resorpsi tulang dan akar dapat terlihat secara histologis tetapi tidak secara
radiografis
1.9.3.Asymptomatic Apical Periodontitis
Etiologi
Nekrosis pulpa
Kelanjutan dari Symptomatic Apical Periodontitis
Karena pulpa sudah mengalami nekrosis, maka tidak berespon ketika diberikan
stimulus termal atau elektrik
Pada tes perkusi menghasilkan sedikit atau tidak ada rasa sakit
Pada tes palpasi terasa sedikit sensitif mengindikasikan adanya perubahan pada
tulang kortikal dan perluasan sampa ke jaringan lunak
Pada gambaran radiografik terlihat adanya gangguan pada lamina dura dan destruksi
yang ekstensif pada jaringan periapikal dan interradikuler
Gambaran histologi :
-
Penyebaran lesi yang berasal dari pulpa yang menghancurkan jaringan periradikular
Respon inflamasi berat terhadap mikroba dan iritan nonbakterial dari pulpa yang
nekrosis
Gambaran histologi :
-
Lesi destruktif lokal atau nekrosis yang mengandung sel PMN, debris, sisa sel, dan
eksudat purulen
Etiologi
-
Adanya long-standing lesion yang berwujud abses meliputi tulang dan jaringan
lunak membentuk sinus tract stoma pada oral mukosa
Chronic apical abscess dapat juga menjalar ke jaringan periodonsium sampai ke
sulkus dan dapat menyerupai abses periodontal atau poket periodontal
Biasanya asimptomatis kecuali ada penutupan pada sinus pathway yang dapat
menyebabkan rasa sakit.
Gambaran Klinis
Gambaran raduolusen
Gambaran radiografi :
1.9.8.Granuloma Periapikal
Gambaran klinis :
1.9.9 Osteomielitis
Gambaran klinis :
Gambar klinis :
Etiologi tonsilitis
Penyebab tonsilitis bermacam macam, diantaranya adalah yang tersebut
dibawah ini yaitu :
(1)
(2)
(3)
(4)
Gambar klinis :
Etiologi
Penyebab pulpitis yang paling sering ditemukan adalah pembusukan gigi,
penyebab kedua adalah cedera. Pulpa terbungkus dalam dinding yang keras sehingga
tidak memiliki ruang yang cukup untuk membengkak ketika terjadi peradangan.
Yang terjadi hanyalah peningkatan tekanan di dalam gigi. Peradangan yang ringan,
jika berhasil diatasi, tidak akan menimbulkan kerusakan gigi yang permanen.
(Medicastore, 2010).
Gambaran histopatologi :
Kronik :
Akut irreverseble
Akut Reversible
Patofisiologi
Pulpitis dapat terjadi karena adanya jejas, jejas tersebut dapat berupa kuman
beserta produknya yaitu toksin, dan dapat juga karena faktor fisik dan kimia (tanpa
kuman). Namun pada praktek sehari-hari pulpitis biasanya terjadi diawali dengan
karies yang tebentuk karena kerusakan email akibat dari fermentasi karbohidrat oleh
bakteri-bakteri penghasil asam (pada umumnya Streptococus mutans) yang
menyebabkan proses demineralisasi lebih cepat dari proses mineralisasi.
Bila karies sudah terbentuk dan tidak mendapat perawatan, maka proses
demineralisasi terus berlanjut dan menyebabkan karies semakin meluas ke dalam
gigi sehingga menembus lapisan-lapisan email, dentin dan pada akhirnya akan
mencapai ke dalam ruang pulpa. Bila karies sudah mencapai ke dalam ruang pulpa
maka bakteri akan masuk kedalam ruangan tersebut dan mengakibatkan peradangan
pada jaringan pulpa. Jika peradangan hanya sebagian (pada cavum dentis) maka
disebut pulpitis akut parsial,dan jika mengenai seluruh jaringan pulpa maka disebut
pulpitis akut totalis (Zainuri, 2010).
1.10.3 Gingivitis
Gingivitis adalah peradangan pada gusi (gingiva) yang terjadi pada jaringan epitel
mukosa di sekitar cervical gigi dan prosesus alveolar (emedicine, 2010). Gingivitis
sering terjadi dan bisa timbul kapan saja setelah tumbuhnya gigi (Nurasiah, 2009).
Gambaran klinis :
Gusi yang mudah berdarah adalah salah satu tanda-tanda dari radang gusi
(gingivitis).Gingivitis biasanya ditandai dengan gusi bengkak, warnanya merah
terang, dan mudah berdarah dengan sentuhan ringan (Dharma, 2009).
Gambar Gingivitis
Gambar Gingivitis
Etiologi
Gingivitis hampir selalu terjadi akibat penggosokan dan flosing (membersihkan
gigi dengan menggunakan benang gigi) yang tidak benar, sehingga plak tetap ada di
sepanjang garis gusi. Plak merupakan suatu lapisan yang terutama terdiri dari
bakteri. Plak lebih sering menempel pada tambalan yang salah atau di sekitar gigi
yang terletak bersebelahan dengan gigi palsu yang jarang dibersihkan. Jika plak tetap
melekat pada gigi selama lebih dari 72 jam, maka akan mengeras dan membentuk
karang gigi. Plak merupakan penyebab utama dari gingivitis. Faktor lainnya yang
akan semakin memperburuk peradangan adalah:
(1) kehamilan
(2) pubertas
(3) pil KB. (Medicastore, 2010)
Obat-obat tertentu bisa menyebabkan pertumbuhan gusi yang berlebihan sehingga
plak sulit dibersihkan dan terjadilah gingivitis. Obat-obatan tersebut adalah:
(1) fenitoin (obat anti kejang)
(2) siklosporin (diminum oleh penderita yang menjalani pencangkokan organ)
(3) calcium channel blockers (misalnya nifedipin, obat untuk mengendalikan
tekanan darah dan kelainan irama jantung)
(4) pil atau suntikan KB. (Medicastore, 2010)
Gambaran histopatologi :
Patogenesis
Gingivitis dapat disebabkan beberapa hal, diantaranya kebersihan mulut yang buruk,
penumpukan karang gigi (kalkulus/tartar), dan efek samping dari obat-obatan tertentu
yang diminum secara rutin. Sisa-sisa makanan yang tidak dibersihkan secara seksama
menjadi tempat pertumbuhan bakteri. Dengan meningkatnya kandungan mineral dari air
liur, plak akan mengeras menjadi karang gigi (kalkulus). Karang gigi dapat terletak di
leher gigi dan terlihat oleh mata sebagai garis kekuningan atau kecoklatan yang keras dan
tidak dapat dihilangkan hanya dengan menyikat gigi. Kalkulus juga dapat terbentuk di
bagian dalam gusi (saku gusi/poket). Kalkulus adalah tempat pertumbuhan yang baik
bagi bakteri, dan dapat menyebabkan radang gusi sehingga gusi mudah berdarah
(Dharma, 2009).
Daftar Pustaka
Lumerman,L Harry dan Robert B Bowe.Atlas
Histopatology.2012.China:Wolters Kluwer.
of
oral
and
Maxillofacial