PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang
sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang
terjadi dalam tubuh. Dalam pelaksanaannya, tenaga medis memiliki tanggung jawab dalam
keamanan obat dan pemberian secara langsung kepada pasien. Hal ini semata-mata hanya
untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Farmakologi menjadi penting karena mempelajari tentang efek dari obat, sehingga
diharapkan mampu mengevaluasi efek pegobatan. Pada efek obat, ada beberapa istilah yang
penting kita ketahui diantaranya: nama generik merupakan nama pertama dari pabrik yang
sudah mendapatkan lisensi, kemudian ada nama resmi yang memiliki arti nama dibawah
lisensi salah satu publikasi yang resmi, nama kimiawi merupakan nama yang berasal dari
susunan zat kimianya seperti acethylsalicyic acid atau aspirin, kemudian nama dagangnya
(trade mark) merupakan nama yang keluar sesuai dengan perusahaan atau pabrik dalam
menggunakan simbol seperti ecortin, bufferin, empirin, analsik, dan lain-lain.
Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi standar persyaratan obat, diantaranya
kemurnian, yaitu suatu keadaan yang dimiliki oleh obat karena unsur keasliannya, tidak ada
campuran dan standar potensi yang baik. Selain kemurnian, obat juga harus memiliki
bioaviabilitas berupa keseimbangan obat, keamanan, dan efektivitas. Standar-standar
tersebut harus dimiliki obat agar manghasilkan efek yang baik akan obat itu sendiri.
Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh, obat akan bekerja sesuai
dengan proses kimiawi melalui suatu reaksi obat. Reaksi obat dapat dihitung dalam satuan
waktu paruh, yakni suatu interval waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses
eliminasi, sehingga terjadi pengurangan konsentrasi setengah dari kadar puncak obat dalam
tubuh.
Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya:
oral, parenteral, rektal, vaginal, kulit, mata, telinga, dan hidung. Dalam pemberian obat
kepada pasien, ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan untuk menjamin keamanan
Page 6
dalam pemberian obat, diantaranya: tepat obat, tepat dosis, tepat pasien, tepat jalur
pemberian, tepat waktu dan tepat dokumentasi.
Dalam pelaksanaannya, pemberian obat atau medikasi mempunyai prosedur tetap yang
dilakukan secara teoritis yang merupakan tindakan keperawatan yang memerlukan strategi
pelaksanaan.
Dalam pemberian cairan intravena pun merupakan pemberian cairan melalui alat
intravena untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, obat-obatan, pemantauan
hemodinamik, serta mempertahankan fungsi jantung dan ginjal (Schaffer, dkk, 2004). Pasien
yang mendapat cairan intravena di rumah sakit mencapai 50% dari total seluruh pasien yang
dirawat setiap tahunnya (Schaffer, dkk, 2006). Penggunaan alat intravaskuler banyak
menimbulkan komplikasi lokal maupun sistemik (Smeltzer & Bare, 2001). Kondisi yang
sering ditemukan adalah flebitis. Flebitis merupakan daerah bengkak, kemerahan, panas,
dan nyeri pada kulit sekitar tempat kateter intravaskular dipasang yang terjadi pada kulit
bagian luar (Tietjen, dkk, 2004). Flebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik
oleh iritasi kimia maupun mekanik (Smeltzer & Bare, 2004). Insiden flebitis banyak
dijumpai seiring banyaknya pasien yang mendapatkan terapi cairan intravena (Schaffer, dkk,
2006). Di Indonesia belum ada angka yang pasti tentang prevalensi flebitis pada pasien yang
mendapat terapi intravena, angka standar flebitis yang direkomendasikan oleh INS (Infusion
Nurses Society) adalah 5% (INS, 2008)
Pemberian cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah
cairan ke dalam tubuh, melalui jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
masalahnya
dibatasi pada :
1. Apa yang dimaksud dengan pemberian obat injeksi parenteral via intravena ?
2. Apa jenis pemberian obat injeksi parenteral via intravena ?
3. Apa indikasi pemberian obat injeksi parenteral via intravena ?
FARMAKOLOGI PEMBERIAN OBAT INJEKSI PARENTERAL VIA INTRAVENA
Page 6
4.
5.
6.
7.
8.
Page 6
intravena, dan standar operasional prosedur dalam pemberian obat injeksi parenteral via
intravena.
BAB III : PENUTUP, yang terdiri dari kesimpulan, kritik dan saran serta daftar pustaka.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Pemberian Obat Injeksi Parenteral Via Intravena
Pemberian obat injeksi parenteral via intravena adalah pemasukan atau pemberian
obat melalui jalur pembuluh darah vena kedalam tubuh, diantaranya melalui vena media
cubitus/chepalica (daerah lengan), vena saphenous (tungkai), vena jugularis (leher), vena
frontalis/temporalis di daerah frontal dan temporal dari temporal, vena basilica, dan lainlain.
Pemberian obat intravena dapat dilakukan dengan cara infus continue, infus
intermitten ataupun dalam bentuk bolus. Formulasi untuk ketiga cara pemberian ini tidak
dapat saling dipertukarkan, karena akan berakibat fatal pada pasien.
2.2 Jenis Pemberian Obat Injeksi Parenteral Via Intravena
2.2.1 Infus Intravena Continue
Pemberian obat melalui infus yang continue bertujuan untuk menghasilkan dan
mempertahankan konsentrasi obat yang konstan dalam darah, misalnya pada
pemberian Oksitosin (Syntosinon). Obat tersebut diberikan sebagai larutan yang
encer untuk mengurangi iritasi vena. Akan tetapi kita harus yakin bahwa larutan
obat yang disuntikkan lewat infus dapat bercampur dengan larutan infusnya.
Sebagai contoh, Frusemid (Furosemid) tidak dapat bercampur dengan larutan
2.2.2
Glukose/Dextrose.
Infus intermittent
Page 6
Beberapa obat dapat diberikan sebagai infus selama 20 menit hingga 1 jam atau
cara pelaksanaannya bergantung pada, apakah sudah ada infus yang terpasang atau
hanya obat tersebut yang akan diberikan melalui infus. Bila ada infus yang harus
diberikan bersamaan, kedua obat tersebut harus kompantibel dan digunakan twoway-tap. Bila hanya obat tersebut yang akan di infuskan, kanula tersebut harus
dibilas sebelum dan setelah pemberian obat. Pemberian infus intermitten dapat
menyebabkan konsentrasi obat tersebut dalam plasma berfluktuasi, dan dapat turun
diatas atau dibawah kisaran terapeutik. Keadaan ini dapat menimbulkan intoksikasi
(keracunan) maupun kegagalan terapi. Konsentrasi yang berfluktuasi tersebut
dapat terjadi, misalnya pada wanita yang mendapatkan terapi antibiotik atau
heparin intravena.
Karena penyerapan obat-obat intravena berlangsung sangat cepat, maka
pemberiannya harus benar-benar tepat waktu penyuntikan yang terlambat atau
pemberian yang terlalu dekat antara yang satu dengan yang lainnya akan
menyebabkan fluktuasi pada konsentrasi obat.
Ketika menambahkan obat kedalam botol cairan infus, berikut ini adalah hal hal
yang harus diperhatikan :
Tidak menusuk botol pada saat memasukkan obat.
Label tambahan harus dipasang dengan mencantumkan nama obat, dosis, nama
Contoh obat yang diberikan dengan cara infus intermitten: Flagyl IV, Larutan inf.
0,5% x 100 ml.
2.2.3
Page 6
Page 6
2.6 Keuntungan dan Kerugian Pemberian Obat Injeksi Parenteral Via Intravena
2.6.1 Keuntungan Pemberian Obat Injeksi Parenteral Via Intravena
Tidak mengalami tahap absorbsi, maka kadar obat dalam darah diperoleh secara
cepat, tepat, dan dapat disesuaikan langsung dengan respon penderita. Larutan
tertentu yang iriatif hanya dapat diberikan dengan cara ini karena dinding pembuluh
darah relatif tidak sensitif dan bila disuntikan perlahan lahan obat segera diencerkan
2.6.2
oleh darah.
Kerugian Pemberian Obat Injeksi Parenteral Via Intravena
Efek toksik mudah terjadi karena keadaaan obat yang tinggi segera mencapai darah
dan jaringan. Disamping itu, obat yang disuntikkan tidak dapat ditarik kembali.
Obat dalam larutan minyak yang mengendapkan konstituen darah dan yang
menyebabkan hemolisis.
Page 6
b. Kontraindikasi
hati.
Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
Obat yang baik dan benar.
Pasien yang akan di berikan injeksi tidak langsung adalah pasien yang tepat
dan benar.
f. Dosis yang diberikan harus tepat.
g. Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi tidak langsung harus tepat dan
benar.
4. Indikasi dan kontra indikasi
a.Indikasi
Page 6
penekanan.
i. Ambil spuit yang berisi obat.
j. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan
ke pembuluh darah.
k. Lakukan aspirasi, bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan
langsung semprotkan hingga habis.
l. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik secara perlahan-lahan dan
lakukan massage pada daerah penusukan dengan kapas alcohol, spuit yang
2.8.2
Page 6
e. Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol pada kantung atau botol dan kunci
aliran infuse.
f. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus
bagian tengah dan masukkan obat secara perlahan-lahan ke dalam
kantong/botol infuse/cairan.
g. Setelah selesai, tarik spuit dan campur larutan dengan membalikkan kantung
cairan dengan perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung yang lain.
h. Ganti wadah atau botol infuse dengan cairan yang sudah di injeksikan obat
di dalamnya. Kemudian gantungkan pada tiang infuse.
i. Periksa kecepatan infuse.
j. Cuci tangan.
k. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu dan dosis pemberian.
Page 6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemberian obat injeksi parenteral via intravena adalah pemasukan atau pemberian
obat melalui jalur pembuluh darah vena kedalam tubuh, diantaranya melalui vena media
cubitus/chepalica (daerah lengan), vena saphenous (tungkai), vena jugularis (leher), vena
frontalis/temporalis di daerah frontal dan temporal dari temporal, vena basilica, dan lainlain.
Pemberian obat intravena dapat dilakukan dengan cara infus continue, infus
intermitten ataupun dalam bentuk bolus. Formulasi untuk ketiga cara pemberian ini tidak
dapat saling dipertukarkan, karena akan berakibat fatal pada pasien.
1. Jenis Pemberian Obat Injeksi Parenteral Via Intravena
a. Infus Intravena Continue
b. Infus intermittent
c. Pemberian secara bolus
2. Indikasi Pemberian Obat Injeksi Parenteral Via Intravena
a. Pasien yang membutuhkan agar obat yang diberikan dapat diberikan dengan cepat;
b. Pasien yang terus menerus muntah;
c. Pasien yang tidak diperkenankan memasukan apapun juga lewat mulutnya;
d. Pasien dengan diagnosa Typoid;
e. Pasien dengan sesak napas;
f. Pasien dengan epilepsi atau kejang-kejang.
3. Tujuan Pemberian Obat Injeksi Parenteral Via Intravena
a. Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada dengan injeksi
parenteral lain;
b. Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan;
c. Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar.
4. Bahaya Pemberian Obat Injeksi Parenteral Via Intravena
a. Pasien alergi terhadap obat. Misalnya: menggigil, urticaria, shock, collaps, dan lainlain;
b. Pada bekas suntikan dapat terjadi apses, nekrose atau hematoma;
c. Dapat menimbulkan kelumpuhan.
5. Keuntungan dan Kerugian Pemberian Obat Injeksi Parenteral Via Intravena
a. Keuntungan Pemberian Obat Injeksi Parenteral Via Intravena
Tidak mengalami tahap absorbsi, maka kadar obat dalam darah diperoleh secara
cepat, tepat, dan dapat disesuaikan langsung dengan respon penderita. Larutan
tertentu yang iriatif hanya dapat diberikan dengan cara ini karena dinding pembuluh
Page 6
darah relatif tidak sensitif dan bila disuntikan perlahan lahan obat segera diencerkan
oleh darah.
b. Kerugian Pemberian Obat Injeksi Parenteral Via Intravena
Efek toksik mudah terjadi karena keadaaan obat yang tinggi segera mencapai darah
dan jaringan. Disamping itu, obat yang disuntikkan tidak dapat ditarik kembali.
Obat dalam larutan minyak yang mengendapkan konstituen darah dan yang
menyebabkan hemolisis.
6. Cara Pemberian Obat Injeksi Parenteral Via Intravena terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Cara Pemberian Obat Injeksi Parenteral Via Intravena Langsung
b. Cara Pemberian Obat Injeksi Parenteral Via Intravena Tidak Langsung
3.2 Kritik dan Saran
Semoga makalah ini dapat ikut andil dalam memberikan informasi bagi masyarakat
dan bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan bermanfaat juga bagi yang
membacanya.
Page 6