Anda di halaman 1dari 104

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP MOTIVASI

TENTANG PENGGUNAANAPD (HANDSCOON DAN


MASKER)DALAM UPAYAPENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI
PADA PERAWAT DI PUSKESMAS GONDANGLEGI KECAMATAN
GONDANGLEGI KABUPATEN MALANG

Oleh :
PUTRI MAYASARI FAUZIE
12.20.068

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
MALANG
1

2016
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP MOTIVASI TENTANG
PENGGUNAANAPD (HANDSCOON DAN MASKER)DALAM UPAYAPENCEGAHAN
PENULARAN INFEKSI PADA PERAWAT DI PUSKESMAS GONDANGLEGI
KECAMATAN GONDANGLEGI KABUPATEN MALANG

TUGAS AKHIR ILMIAH


Diajukan Untuk Menempuh Ujian Skripsi pada Program
S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen

Oleh :
PUTRI MAYASARI FAUZIE
12.20.068

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2

MALANG
2016
LEMBAR PERSETUJUAN
MENGIKUTI UJIAN SIDANG SKRIPSI

Bahwa Skripsi ini :


Nama

: PUTRI MAYASARI FAUZIE

NIM

: 12.20.068

Judul Skripsi

: Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Motivasi tentang Penggunaan APD


(Handscoon dan Masker) dalam Pencegahan Penularan Infeksi pada perawat di
Puskesmas Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang

Telah disetujui untuk di ujikan dihadapkan Dewan Penggunaan Skripsi


Pada
Kepanjen, Agustus 2016

Pembimbing I

Pembimbing II

Tri Nurhudi Sasono, M.Kep

Inu Martina, S.ST

NIK.200811005

NIK. 201103013

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi Oleh :
Nama

: Putri Mayasari Fauzie

NIM

: 12.20.068

Judul Skripsi

: Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Motivasi tentang Penggunaan APD


(Handscoon dan Masker) dalam Pencegahan Penularan Infeksi pada perawat di
Puskesmas Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang

Telah di Uji dan disetujui oleh Tim Penguji pada Ujian Sidang di Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen
Pada Tanggal

TIM PENGUJI
Tanda Tangan
Ketua

dr.Abdurrachman , M.Kes

Anggota

1. Tri Nur Hudi Sasono, M.Kep

2. Inu Martina, S.ST

Mengetahui,
Ketua Program S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen
4

Tri Nurhudi Sasono, M.Kep


NIK.200811005

SURAT PERNYATAAN
PROPOSAL PENELITIAN BUKAN JIPLAKAN

Sebagai bentuk pertanggung jawaban saya sebagai mahasiswa program


Sarjana 1 Keperawatan Sekolah Tingggi Ilmu Kesehatan Kepanjen dalam rangka
penyusunan poposal penelitian dengan ini menyatakan bahwa saya:
Nama

: Putri Mayasari Fauzie

NIM

: 12.20.068

Judul Skripsi

: Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Motivasi tentang


Penggunaan APD

(Handscoon

dan

Masker)

dalam

Pencegahan Penularan Infeksi pada Perawat di Puskesmas


Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang.
Menyatakan bahwa skripsi penelitian sebagaimana judul tersebut diatas
adalah betul-betul bukan skripsi penelitian milik orang lain, dengan demikian bila
nanti ada yang membuktikan secara syah adalah jiplakan, maka saya bersedia
menerima sanksi gugur dan wajib membuat kembali dengan judul baru dan bila
diketahui setelah saya lulus UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional siap dicabut gelar/ijasahnya
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan agar dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Yang membuat pernyataan


Mahasiswa

PUTRI MAYASARI FAUZIE


NIM. 12.20.068

CURICULUM VITAE

Nama

: Putri Mayasari Fauzie

NIM

: 12.20.068

Program Studi

: Strata 1 Keperawatan

Tempat, Tanggal Lahir

: Malang, 12 September 1994

Agama

: Islam

Alamat

: RT 05 RW 011 Talok, Kecamatan Turen

Riwayat Pendidikan
Tahun 2006

: Lulus SDN 03TALOK

Tahun 2009

: Lulus MTsN TUREN

Tahun 2012

: Lulus SMA AL- Rifaie Gondanglegi

Tahun 2012

: Terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi S1


Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kepanjen Kabupaten Malang

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Tingkat
Pengetahuan terhadap Motivasi

tentang Penggunaan APD ( Handscoon dan

Masker) dalam Upaya Pencegahan Penularan Infeksi pada Perawat di Puskesmas


Gondanglegi.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan,
dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang
sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Abdurrachman, M. Kes. sebagai Ketua STIKes Kepanjen.
2. Bapak Tri Nurhudi Sasono, M.Kep selaku Ketua prodi S1 Keperawatan
STIKes Kepanjen dan juga sebagai pembimbing I yang telah memfasilitasi
dalam pelaksanaan skripsi ini dan berkenan menyediakan waktu dan
memberikan masukan masukan yang berharga dalam penyelesaian
proposal ini.
3. Ibu Inu Martina SST sebagai pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan selalu sabar untuk
membimbing dan mengarahkan penulis.
4.
5.
6.
7.

Direktorat Jendral Badan Kesatuan Banga dan Politik Kabupaten Malang.


Ketua Dinas Kesehatan Kabupaten Malang
Kepala Camat Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang
Kepala UPTD Puskesmas Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi
Kabupaten Malang yang merupakan tempat dilakukannya penelitian.

8. Seluruh responden yang telah bersedia meluangkan waktu dan menjadi


responden dalam penelitian ini.
9. Kapten, suami, kakak and myhousemate saya tercintah Mualimin yang
selalu longside terus tiap hari terima kasih for all support and everything.
10. Kedua orang tua saya terima kasih untuk beberapa tahun kebelakang dan
semuanya.
11. Ibu Mertua yang selalu mensuplai sambel goreng.
12. Emak tercinta yang selalu menjadi tempat singgah sebelum berangkat
kemanapun dan terima kasih untuk setiap doanya.
13. Yang selalu ada, Anggraini Puspitasari (the jumilah) dan Asrotul mufidah
(bude).
14. Serta semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Malang, Mei 2016


Penulis

DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
HALAMAN BELAKANG............................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................
HALAMAN PERNYATAAN BUKAN JIPLAKAN.....................................

i
ii
iii
iv

10

CURICULUM VITAE...................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
ABSTRAK.....................................................................................................
ABSTRACT...................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
DAFTAR TABEL..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
DAFTAR SINGKATAN................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................
............................................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................
1.4 Manfaat penelitian......................................................................
1.4.1 Bagi institui pendidikan.....................................................
1.4.2 Bagi masyarakat................................................................
1.4.3 Bagi tenaga kesehatan.......................................................
1.4.4 Bagi mahasiswa keperawatan............................................
1.4.5 Bagi peneliti......................................................................
1.5 Batasan penelitian.......................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep pengetahuan...................................................................
2.1.1 Pengertian pengetahuan.....................................................
2.1.2 Tingkat pengetahuan..........................................................
2.1.3 Cara memperoleh pengetahuan.........................................
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan...............
2.1.5 Pengukuran pengetahuan...................................................
2.1 Konsep motivasi.........................................................................
2.1.1 Pengertian motivasi...........................................................
2.2.2 Teori- tepri motivasi..........................................................
2.2.3 Metode peningkatan motivasi...........................................
2.2.4 Alat motivasi......................................................................
2,2,5 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi.....................
2.2.6 Cara mengukur motivasi...................................................
2.3 Konsep alat perlindungan diri....................................................
2.3.1 Pengertian alat perlindungan diri......................................
2.3.2 Macam- macam alat perlindungan diri..............................
2.4 Konsep pencegahan infeksi........................................................
2.4.1 Tindakan pencegahan infeksi............................................
2.4.2 Pedoman pencegahan infeksi............................................
2.4.3 Pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi.........................
2.5 Kerangka konseptual hubungan tingkat pengetahuan terhadap
motivasi tentang penggunaan APD (handscoon dan masker)

v
vi
vii
viii
ix
x
xi
xii
xiii
1
1
5
5
6
6
6
6
6
6
7
7
8
8
9
10
13
15
15
18
26
26
28
30
33
34
35
35
38
38
39
40

11

dalam pencegahan penularan infeksi pada perawat .................


2.6 Konsep hubungan tingkat pengetahuan terhadap motivasi
tentang penggunaa APD (handscoon dan masker) dalam
pencegahan penularan infeksi pada perawat..............................
2.7 Hipotesis.....................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain penelitian....................................................................
3.2 Waktu dan tempat penelitian..................................................
3.3 Kerangka kerja.......................................................................
3.4 Desain sampling.....................................................................
3.4.1 Populasi.......................................................................
3.4.2 Sampel.........................................................................
3.4.3 Sampling......................................................................
3.5 Identifikasi variabel...............................................................
3.5.1 Variabel dependent......................................................
3.5.2 Variabel independent...................................................
3.6 Definisi operasional...............................................................
3.7 Pengumpulan data..................................................................
3.7.1 Pengumpulan data.......................................................
3.8 Metode analisa data................................................................
3.8.1 Analisa data.................................................................
3.8.2 Tehnik analisa data......................................................
3.8.3 Penyajian data..............................................................
3.9 Etika penelitian......................................................................
3.9.1 Persetujuan (Informed cousenr)..................................
3.9.2 Tanpa nama (Anonimity)..............................................
3.9.3 Kerahasiaan ( Confidentially)......................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil penelitian......................................................................
4.1.1 Karakteristik penelitian.................................................
4.1.2 Data umum....................................................................
4.1.3 Data khusus...................................................................
4.2 Pembahasan............................................................................
4.2.1 Pengetahuan tentang penggunaan APD (handscoon
Dan masker) dalam pencegahan penularan infeki
pada perawat................................................................
4.2.2 Motivasi tentang penggunaanAPD (handscoon dan
masker) dalam pencegahan penularan infeksi pada
perawat........................................................................
4.2.3 Hubungan tingkat pengetahuan terhadap motivasi
tentang penggunan APD (handscoon dan masker)
dalam pencegahan penularan infeksi pada perawat......
4.3 Keterbatasan penelitian..........................................................
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................

41
42
43
44
44
45
46
46
46
46
46
46
47
48
50
50
53
53
58
59
60
60
61
61
62
62
64
67
72
72
73
74
75
76

12

5.2 Saran.......................................................................

78

DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1 Definisi operasional hubungan tingkat pengetahuan terhadap
motivasi tentang penggunaan APD (handscoon dan masker)
dalam pencegahan penularan infeksi pada perawat ......................49
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia responden

13

Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4

Tabel 4.5

Tabel 4.6

di Puskesma Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi


Kabupaten Malang.........................................................................64
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin
responden di Puskesmas Gondanglegi Kecamatan
Gondanglegi Kabupaten Malang...................................................65
Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan
responden di Puskesma Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi
Kabupaten Malang.........................................................................66
Distribusi frekuensi pengetahuan tentang penggunaan APD
(handcoon dan masker) dalam pencegahan penularan infeksi
pada perawat di Puskesma Gondanglegi Kecamatan
Gondanglegi Kabupaten Malang...................................................67
Distribusi frekuensi motivasi tentang penggunaan APD
(handcoon dan masker) dalam pencegahan penularan infeksi
pada perawat di Puskesma Gondanglegi Kecamatan
Gondanglegi Kabupaten Malang.................................................68
Distribusi hubungan tingkat pengetahuan terhadap motivasi
tentang penggunaan APD (handcoon dan masker) dalam
pencegahan penularan infeksi pada perawat di Puskesma
Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang............69

DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap
Motivasi tentang Penggunaan APD (handscoon dan masker)
dalam Pencegahan Penularan Infeksi pada Perawat di Puskesmas
Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang..............42

14

Gambar 3.1 Kerangka kerja................................................................................. 46

DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5

Lembar Informed Consent...............................................................80


Lembar Persetujuan Responden......................................................81
Kuesioner Pengetahuan dan Motivasi.............................................82
Kunci Jawaban Kuesioner...............................................................88
Master Tabel....................................................................................91

15

Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14

Hasil Uji Statistik............................................................................93


Surat Permohonan Ijin Penelitian ke Badan Bangsa dan Politik
Kabupaten Malang..........................................................................94
Surat Balasan Ijin Penelitian dari Badan Bangsa dan Politik
Kabupaten Malang..........................................................................95
Surat Permohonan Ijin Penelitian ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Malang..........................................................................96
Surat Balasan Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Malang..........................................................................97
Surat Permohonan Ijin Penelitian ke Puskesmas Gondanglegi
Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang..................................98
Surat Balasan Ijin Penelitian dari Puskesmas Gondanglegi
Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang..................................99
Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian di Puskesmas
Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang..........100
Kalerder Skripsi.............................................................................101

DAFTAR SINGKATAN
APD

: Alat Perlindungan Diri

SOP

: Standart Operasional Prosedure

AIDS :Acquired Immunodeficiency Syndrome


WHO :Word
UGD : Unit Gawat Darurat
TAT

: Thematic Apperception Test

KB

: Keluarga Berencana

16

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Belakangan ini pencegahan penularan infeksi menjadi perhatian public
mengingat infeksi nosocomialmerupakan masalah utama di sebagian negara
berkembang ,terutama dihampir semua fasilitas kesehatan. Salah satu cara untuk
mengurangi penularan infeksi adalah dengan menggunakan Alat Perlindungan
Diri (APD). Secara umum penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD) digunakan
secara bertahun-tahun untuk melindungi tenaga kesehatan khususnya perawat dari
mikroorganisme yang menyebabkan penularan infeksi. Dimana fasilitas kesehatan
seperti rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya beresiko menjadi tempat

17

terjadinya penularan infeksi. Penularan infeksi tidak hanya beresiko terjadi pada
orang yang sakit atau pasien yang sedang dirawat dirumah sakit saja namun juga
tenaga kesehatan seperti perawat. Untuk itu perlu adanya upaya pencegahan
penularan infeksi agar baik resiko maupun kasus terjadinya penularan infeksi
khususnya infeksi nosocomil dapat dikontrol. Pencegahan penularan infeksi
sendiri tentu tidak terlepas dari sarana dan tenaga kesehatan dari suatu fasilitas
kesehatan itu sendiri.Angka kejadian infeksi nosocomial dapat menurunkan citra
dan mutu pelayanan karena program pengendalian infeksi nosocomial merupakan
salah satu tolak ukur kendali mutu pelayanan. Oleh karena itu sebuah fasilitas
kesehatan harus menerapkan standart pencegahan penularan infeksi agar bisa
mengontrol terjadinya penularan infeksi baik dengan sarana yang memadai dan
juga tenaga kesehatan yang berkompeten(Burke J,2003).
Tenaga kesehatan yang berada di dalam area seperti ruang operasi, instalasi
gawat darurat dan laboratorium sangat rentan dan memiliki resiko tinggi untuk
terekspose pada penularan penyakit akibat infeksi virus atau bakteri. Di antara 35
juta tenaga kesehatan di seluruh dunia, terdapat sekitar 3 juta tenaga kesehatan
yang mengalami infeksi virus akibat luka pada jaringan kulit (per cutaneous)
setiap tahunnya, dengan kriteria sebanyak 2 juta tenaga kesehatan terinfeksi oleh
virus HBV, 0,9 juta tenaga kesehatan terinfeksi virus HCV dan 170.000 tenaga
kesehatan terinfeksi virus HIV. Dimana akibat infeksi virus tersebut, sebanyak
15.000 tenaga kesehatan menderita penyakit Hepatitits C, 70.000 tenaga
kesehatan menderita penyakit Hepatitis B dan sebanyak 1.000 tenaga kesehatan
menderita penyakit AIDS dan perlu diketahui pula, lebih dari 90% kasus infeksi
ini terjadi di negara berkembang. Penyebaran dan penularan penyakit terhadap

18

tenaga kesehatan sebenarnya dapat dicegah dan strategi untuk melindungi para
tenaga kesehatan dari paparan virus berbahaya adalah meliputi implementasi
mengenai tindakan kewaspadaan universal, pemberian vaksin Hepatitis B dan
kemampuan serta kesadaran diri sendiri untuk melindungi diri dari paparan infeksi
virus (WHO, 2010).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Unit Gawat Darurat (UGD)
Puskesmas Gondanglegi ,diantara 2 perawat yang jaga pada shif pagi rata-rata
memiliki motivasi untuk melakukan pencegahan penularan infeksi namun tidak
menggunakannya dalam setiap tindakan keperawatan. Disamping itu juga mereka
masih menganggap bahwa hal itu sangat membutuhkan waktu karena untuk
melakukan

pencegahan

infeksi

mereka

perlu

menggunaan APD

(Alat

Perlindungan Diri).Kemudian standart ruangan dan juga alat yang tersedia untuk
melakukan tindakan masih sangat kurang, hanya terdapat dua sekat pembatas dan
2 tempat tidur untuk melakukan pemeriksaan.
Penerapan pencegahan penularan

infeksi tidak terlepas dari peran

masingmasing pihak yang terlibat didalamnya yaitu pimpinan termasuk staf


administrasi, staf pelaksana pelayanan termasuk staf pengunjungnya dan juga para
pengguna jasa yaitu pasien dan pengunjung. Program ini hanya dapat berjalan
apabila masingmasing pihak menyadari dan memahami peran dan kedudukan
masingmasing. Kinerja individu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain faktor individu (pengetahuan, kemampuan, keterampilan, latar belakang, dll),
faktor psikologis (persepsi, sikap, motivasi, dan kepribadian), dan faktor
organisasi (sumber daya, kepemimpinan, dan supervisi). Pengetahuan merupakan
pembentuk tindakan seseorang. Pengetahuan mempunyai pengaruh yang

19

signifikan terhadap pencegahan infeki nosocomial. Motivasi atau dorongan dalam


melakukan suatu pekerjaan memiliki kontribusi terhadap kinerja perawat.
Dukungan dan supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana
sangat dibutuhkan dalam upaya pencegahan infeksi nosocomial. Supervisi
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan perawat pelaksana dalam
melakukan tindakan pencegahan infeksi nosocomial (Notoatmodjo , 2010).
Namun pada kenyataan di lapangan sendiri masih banyak pemahaman
terhadap pencegahan infeksi pada sebagian besar tenaga kesehatan kurang
diperhatikan, ini disebabkan oleh banyak faktor. Dari beberapa hasil studi
pendahuluan yang penulis lakukan sebelumnya terhadap perawat yang bekerja di
Rumah Sakit khususnya di Ruang bedah didapatkan hasil wawancara dengan 5
orang perawat mengungkapkan bahwa mereka tidak memperhatikan kewaspadaan
universal karena kurangnya motivasi perawat dalam melaksanakan universal
precaution.

Kurangnya

motivasi

tersebut

disebabkan

karena

kurangnya

pemahaman perawat mengenai universal precaution, menurut pemahaman


perawat universal precaution hanya memakan banyak waktu, meski mengetahui
universal precaution penting agar tidak terkontaminasi oleh penyakit. Sedangkan
3 orang perawat lainnya mengatakan belum melakukan universal precaution
secara benar karena sarana dan prasarana yang tersedia di rumah sakit tidak
tersedia.
Tenaga kesehatan harus selalu mendapatkan perlindungan dari resiko
tertular penyakit, untuk dapat bekerja secara maksimal. Pimpinan rumah sakit
berkewajiban menyusun kebijakan mengenai kewaspadaan umum, memantau dan
memastikan dengan baik. Pimpinan juga bertanggung jawab atas perencanaan

20

anggaran dan ketersediaan sarana untuk menunjang kelancaran pelaksanaan


kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dan orang lain serta
bertanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan yang ditetapkan rumah sakit.
Tenaga kesehatan juga bertanggung jawab dalam menggunakan sarana yang
disediakan dengan baik dan benar serta memelihara sarana agar selalu siap dipakai
dan dapat dipakai selama mungkin. Pelaksanaan pencegahan infeksi disuatu unit
pelayanan kesehatan akan tergantung pada sikap petugas kesehatan, tersedianya
alat dan sarana yang dibutuhkan untuk menerapkan pencegahan infeksi, serta
pembinaandan pengawasan untuk melakukan kewaspadaan. Dinegara yang
sedang berkembang sering dirasakan hambatan utama yang dirasakan adalah
kurangnya biaya untuk pengadaan peralatan kedokteran dan sarana untuk
menerapakan pencegahan infeksi. Tenaga kesehatan harus mempunyai motivasi
dalam segala macam tindakannya, untuk melakukan kewaspadaan universal.
Tenaga kesehatan memiliki motivasi yang besar agar tidak terkena infeksi atau
tertular infeksi dari berbagai macam penyakit. Disamping motivasi yang tinggi
tentunya setiap tenaga kesehatan juga harus memilik ilmu pengetahuan dan
keterampilan

agar apapun setiap tindakan yang mereka lakukan selalu

mempunyai dan mengikuti standart yang telah ditentukan oleh setiap rumah sakit
(Depkes, 2003).

Dari

uraian

diatas

peneliti

ingin

mengetahui

hubungan

tingkat

pengetahuan terhadap motivasi penggunaan APD (Handscoon dan Masker) dalam


pencegahan penularan infeksi
Kabupaten Malang.
1.2 Rumusan Masalah

pada perawat di Puskesmas Gondanglegi

21

Apakah ada Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Motivasi


Penggunaan APD (Handscoon dan Masker) Pencegahan Penularan Infeksi pada
perawat di Puskesmas Gondanglegi ?.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui

hubungan

tingkat

pengetahuan

terhadap

motivasi

penggunaan APD (Hanscoon dan Masker ) dalam pencegahan penularan


infeksi pada perawat di Puskesmas GondanglegiKecamatan Gondanglegi
Kabupaten Malang.

1.3.2. Tujuan Khusus.


a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan penggunaan APD (Handscoon
dan Masker) dalam pencegahan penularan infeksi pada perawat di
Puskesmas GondanglegiKecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang.
b. Untuk mengetahui tentang motivasipenggunaan APD (Handscoon dan
Masker) dalampencegahan penularan infeksi pada perawat di
Puskesmas GondanglegiKecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang.
c. Untuk menganalisis tingkat pengetahuan terhadap motivasi perawat
tentang penggunaan APD (Handscoon dan Masker) dalam pencegahan
penularan infeksi pada perawat di Puskesmas GondanglegiKecamatan
Gondanglegi Kabupaten Malang.

22

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1 Institusi Pendidikan


Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi tambahan bagi institusi
pendidikan dalam proses belajar mengajar.
1.4.2 Bagi Tenaga Keperawatan
Dapat

menambah

referensi

dalam

memperkaya

khasanah

ilmu

pengetahuan dan dapat dijadiikan salah satu bacaan bagi penelitian


selanjutnya.
1.4.3 Bagi Mahasiswa Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan
mahasiswa

kesehatan

khususnya

mahasiswa

keperawatan

pengetahuan terhadap motivasi penggunaan APD

tentang

(Handscoon dan

Masker) dalam pencegahan penularan infeksi pada perawat.


1.4.4Bagi peneliti selanjutnya
Selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pedoman atau
gambaran awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
1.5 Batasan Penelitian
Penelitian ini hanya dibatasi pada seluruh perawat yang bekerja di Puskesmas
Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang.

23

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan


2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu . Pngindraan
terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera pengelitan ,

24

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan


manusia diperoleh melalui mata dan telanga (Notoatmodjo, 2003).
Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif
terhadap suatu hasil pengenalan atas suatu pola. Menurut pendekatan
konstruktif, pengetahuan bukanlah fakta dari suatu kenyatan yang
sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang
yang setiap suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang
yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahamanpemahaman baru (Budiman &Riyanto ,2013).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan


Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkat antara lain :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah.Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan,
dan sebagainnya.

25

2. Memahami (comprehension)
Suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui, dan dapat meninterpretasi materi tersebut
secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya)
4. Analisis (analysis )
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
5. Sintesis (synthesis)
Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian

dalam

suatu

bentuk

keseluruhan

yang

baru.Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan dapat


meringkaskan, dapat menyelesaikan dan sebagainnya, terhadap
suatu teori atau rumusan rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation )
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi
atau objek penelitian

itu berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau mengguanakan kriteria kriteria yang


telah ada (Notoatmodjo, 2003).
2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) cara memperoleh pengetahuan
dibagi menjadi dua, antara lain :

26

1. Cara tradisional atau non ilmiah yaitu tanpa melakukan


penelitian ilmiah . terjadi menjadi :
a. Cara Coba Salah (Trial and Error )
Dilakukan dengan mengguanakan beberapa kemungkinan
dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan
tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain
sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
b. Secara Keseluruhan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh orang yang bersangkutan.
c. Cara Kekuasan atau otoritas
Pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan

pada

pemegang otoritas, yaitu orang yang mempunyai wibawa /


kekuasaan, baik secara tradisi, otoritas, pemerintah,
otoritas pemimpin agama, maupun ahli pengetahuan atau
ilmuwan.
d. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang diperbolehkan dalam memecahkan masalah yang
dihadapi di pada masa lalu.
e. Cara Akal Sehat (Common Sense)
Akal sehat atau common sense kadang kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran. Pemberian hadiah /
hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak
orang untuk mensiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
f. Kebenaran Melalui Wahyu
Ajaran atau dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi . Kebenaran ini

27

harus diterima dan diyakini oleh para pengikutnya.


Terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak
g. Kebenaran secara institutif
Diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses
diluar kesadaran, tanpa melalui proses penalaran / berfikir
dan berdasarkan instuisi atau bisikan hati saja.
h. Melalui Jalan Pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikirannya.Melalui pernyataan
pernyataan

yang

dikemukakan,

kemudian

dicari

hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.


i. Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan kesimpulan
yang dimulai dari pernyataan pernyataan khusus ke
pernyataan yang bersifat umum. Proses berfikir induksi itu
beranjak dari hasil pengamatan indra atau hal hal yang
nyata.
j. Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan
pernyataan umum ke khusus. Proses berfikir deduksi
berlku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum
pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada
semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk
dalam kelas itu.
k. Cara modern atau cara ilmiah yaitu melalui proses
penelitian.Cara

ini

disebut

juga

metode

penelitian

ilmiah(scientific research method), atau lebih popular


disebut metodelogi penelitian.

28

2.1.4 Faktor faktor Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut (Budiman & Riyanto , 2013), Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan, yaitu :
1. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk

mmperoleh

mengulang

kembali

kebenaran

pengetahuan

pengetahuan

yang

memecahkan yang dihadapi masa lalu.


2. Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk

dengan

diperoleh

cara
dalam

mengembangkan

kepribadian dan kemampuan didalam dan di luar sekolah (baik


formal

maupun

informal),

berlangsung

seumur

hidup.Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan


dimana di harapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, orang
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
3. Informasi
Informasi adalah suatu yang dapat diketahui, namun ada pula
yang

mengartikn

informasi

sebagai

transfer

pengetahuan.Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan


formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka
pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan.
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun social.Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam
individu yang pada lingkungan tersebut.
5. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap

dan

pola

pikir

seseorang.Semakin bertambahnya pula daya tangkap dan pola

29

pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin


membanyak.
6. Sosial , budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
pelantara apa yang dilakukan baik atau buruknya.Dengan
demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun
tidak

melakukan.Status

ekonomi

seseorang

juga

akan

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk


kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.

2.1.5 Pengukuran Pengetahuan


Menurut Skinner , pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancra atau angket yang menanyakan tentan isi materi yang
diukur

dari

subjek

penelitian

atau

responden.Dalam

menukur

pengetahuan harus diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan menurut


tahapan pengetahuan.
Menurut Arikunto 2006 (dalam Budiman) cara membuat
kategori tingkat pengetahuan sesorang menjadi tiga tingkatan yaitu
didasarkan pada nilai presentase.Pengetahuan dinyatakan baik jika
nilainya > 75% cukup jika nilainya 56-74 % dan kurang jika nilainya
55 %.
2.2 Konsep Motivasi

30

2.2.1 Pengertian Motivasi


Berasal dari kata latin moreve yang berarti dorongan dari dalam
diri manusia untuk bertindak atau berperilak. Pengertian motivasi tidak
terlepas dari kata kebutuhan atau needs atau want.Kebutuhan adalah
suatu potensi dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau
direspon.Tanggapan terhadap kebutuhan tersebut diwujudkan dalam
bentuk tindakan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut, dan hasilnya
adalah orang yang bersangkutan merasa atau menjadi puas.Apabila
kebutuhan tersebut belum direspon ( baca : dipenuhi ) maka akan selalu
berpotensi untuk muncul kembali sampai dengan terpenuhinya
kebutuhan yang dimaksud. Misalnya, seorang yang telah lulus sarjana,
akan menimbulkan kebutuhan mencari pekerjaan, dan sekaligus
sebagai pemenuhan kebutuhan fisik (makan).Untuk pemenuhan
kebutuhan tersebut ia mencari pekerjaan dan selam pekerjaan belum
diperoleh maka kebutuhan tersebut akan selalu muncul sampai
didapatnya pekerjaan.
Motivasi adalah suatu usaha yang di sadari untuk mempengaruhi
tingkah laku seseorang agar ia bergerak hatinya untuk bertindak
melakukan suatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.Di
kalangan para ahli muncul berbagai pendapat tentang motivasi.
Meskipun demikian, ada juga semacam kesamaan pendapat yang dapat
ditarik mengenai pengertian motivasi, yaitu: dorongan dari dalam diri
seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut melakukan kegiatankegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Yang dapat diamati

31

adalah kegiatan atau mungkin alasan-alasan tindakan tersebut (Noto


Atmodjo, 2010).
Banyak batasan pengertian tentang motivasi ini diantara lain sebagai berikut
ini, Pengertian motivasi seperti yang dirumuskan oleh Terry G
(1986):
1. Mendorongnya untuk melakukan perbuatan perbuatan, tindakan,
2.

tingkah laku atau perilaku.


Sedangkan Stooner(1992) mengidentifikasikan bahwa motivasi adalah
sesuatu hal yang menyebabkan dan yang mengandung tindakan atau

perilaku seseorang.
3. Dalam konteks pengembangan organisasi, Flippo (1984) merumuskan
bahwa motivasi adalah suatu arahan pegawai dalam suatu organisasi.
4. Dalam konteks yang sama (pengembangan organisasi), Duncan (1981)
mengemukakan bahwa motivasi adalah setiap usaha yang didasarkan
untuk mempengaruhi perilaku seseorang dalam meningkatkan rujukan
organisasi semaksimal mungkin.
5. Knootz (1972) merumuskan bahwa motivasi mengacu pada dorongan
dan usaha untuk memuaskan kebutuhan atau suatu tujuan (Motivation
refers to the drive and efford to satisfy a want or goal).
6. Berbeda dengan Hasibuan (1995) yang merumuskan bahwa motivasi
adalah suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak
kemauan yang akhirnya seseorang bertindak atau berperilaku.Ia
menambahkan bahwa setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang
ingin dicapai.
Dari berbagai batasan dan dalam konteks yang berbeda seperti
tersebut diatas, dapat disimpilkan bahwa motivasi pada dasarnya

32

merupakan

interaksi

seseorang

dengan

situasi

tertentu

yang

dihadapinya. Didalam objek di luar seseorang tersebut menghubungkan


antar kebutuhan dengan situasi diluar objek tersebutdalam rangka
memenuhi kebutuhan yang dimaksud.Oleh sebab itu, motivasi adalah
suatu alasan (reasoning) sesorang untuk bertindak dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya.

2.2.2 Teori Teori Motivasi


Banyak para ahli dari berbagai disiplin ilmu meruuskan konsep
atau teori tentang motivasi.Diantara banyak konsep tentang motivasi dari
berbagai ahli tersebut, dibawah ini penulis kemukakan beberapa konsep
sebagai dasar motivasi.
a. Teori McClelland
Menurut McClelland yang dikutip dan diterjemahkan oleh Sahlan
Asnawi (2002), mengatakan bahwa diri manusia ada dua motivasi,
yakni motif yang tidak dipelajari, dan motif sekunder atau motif
primer yang dipelajari melalui pengalaman serta interaksi dengan
orang lain. Oleh karena motif sekunder timbul karena interaksi dengan
orang lain, maka motif ini sering juga disebut motif sosial.Motif
primer atau motif yang tidak dipelajari ini secara alamiah timbul pada
setiap manusia secara bioligis.Motif ini mendorong sesorang untuk
terpenuhinya kebutuhan biologisnya misalnya makan,minum ,seks dan
kebutuhan kebutuhan biologis yang lain.

33

Sedangkan motif sekunder adalah motif yang ditimbulkan karena


dorongan dari luar akibat interaksi dengan orang lain atau interaksi
social.Selanjutnya motif social ini oleh McClelland yang dikutip oleh
Isnanto Bachtiar Senoadi (1984), dibedakan menjadi 3 motif, yakni :
a. Motif untuk berprestasi (need for achievement).
Berprestasi adalah suatu dorongan yang ada pada setiap
manusia untuk mencapai hasil kegiatannya atau hasil kerjanya
secara maksimal.Secara naluri setiap orang mempunyai kebutuhan
untuk mengerjakan atau melakukan kegiatannya lebih baik dari
orang lain. Namun dalam realitasnya, untuk berprestasi atau
mencapai hasil kegiatannya lebih baik dari sebelumnya, atau lebih
baik dari orang lain itu tidak mudah, banyak kendalanya. Justru
kendala yang dihadapi dalam mencapai prestasi inilah yang
mendorongnya untuk berusaha mengatasinya serta memelihara
semangat yang tinggi, dan bersaing mengungguli orang lain. Oleh
karena itu, maka motif berprestasi adalah sebagai dorongan untuk
sukses dalam situasi kompetensi yang didasarkan kepada ukuran

34

keunggulan dibanding dengan standar ataupun kemampuan


orang lain.
Di dalam dunia pendidikan motif berprestasi diwujudkan
dalam usaha atau semangat belajar yang tinggi, dan selalu ingin
mencapai skors yang tinggi.Sedangkan dalam dunia kerja atau
organisasi, motif berprestasi ini ditampakkan atau diwujudkan
dalam perilaku kerja atau kinerja yang tinggi, selalu ingin bekerja
lebih baik dari sebelumnya atau lebih baik dari orang lain, serta
mampu mengatasi kendala dalam kehidupan sehari-hari antara lain
sebagai berikut:
1) Berani mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan
perbuatannya.
2) Selalu mencari umpan balik terhadap keputusan atau tindakantindakannya yang berkaitan dengan tugasnya.
3) Selalu berusaha melaksanakan pekerjanya atau tugasnya seharihari dengan cara-cara baru atau inovatif dan kreatif.
4) Senantiasa tidak atau belum puas terhadap setiap pencapaian
kerja atau tugas, dan sebagainya.
b. Motif untuk berafiliasi (need for affiliation ).
Manusia adalah makhluk social, oleh sebab itu manusia
menjadi bermakna dalam interaksinya dengan manusia yang lain
(sosial). Dengan demikian, secara naluri kebutuhan atau dorongan
untuk berafiliasi dengan sesama manusia adalah melekat pada
setiap orang. Agar kebutuhan berfiliasi dengan orang lain ini
terpenuhi, atau dengan kata lain diterima oleh orang lain atau

35

lebih positif lagi supaya disukai oleh orang lain, ia harus menjaga
hubungan baik dengan orang lain. Untuk mewujudkan disenangi
orang lain maka setiap perbuatannya atau perilakunya adalah
merupakan alat atau media untuk membentuk, memelihara,
diterima, dan bekerja sama dengan orang lain.
Pencerminan motif berfiliasi di dalam perilaku sehari-hari dalam
organisasi kerja, antara lain sebagai berikut :
1) Senang menjalin pertemuan atau persahabatan dengan orang
lain terutama dengan peer group-nya.
2) Dalam melakukan pekerjaan atau tugas lebih mementingkan
team work daripada bekerja sendiri.
3) Dalam melakukan tugas atau pekerjaan lebih merasa efektif
bekerja sama dengan orang lain daripada sendiri.
4) Setiap pengambilan keputusan berkaitan dengan tugas
cenderung minta persetujuan atau kesepakatan orang lain atau
kawan sekerjanya, dan sebagainya.
c. Motif untuk berkuasa (need for power ).
Manusia mempunyai kecenderungan untuk mempengaruhi dan
menguasai orang lain, baik dalam kelompok sosial kecil maupun
kelompok social besar. Motif untuk mempengaruhi dan menguasai
orang lain ini oleh McClelland disebut motif berkuasa. Motif
berkuasa ini adalah berusaha mengarahkan perilaku seseorang
untuk mencapai kepuasan melalui tujuan tertentu, yakni kekuasaan
denagn jalan mengontrol atau menguasai orang lain.
Pencerminan motif berkuasa ini dalam kehidupan sehari-hari
antara lain seperti tersebut dibawah ini:

36

1) Selalu ingin mendominasikan pembicaraan-pembicaraan


dalam pergaulan dengan orang lain terutama dalam
kelompok.
2) Aktif dalam menentukan atau pengambilan keputusan terkait
dengan kegiatan kelompok atau pekerjaan.
3) Senang membantu atau membarikan pendapat kepada pihak
lain ,meskipun tidak diminta.
4) Senang menjadi anggota suatu organisasi atau perkumpulan
yang dapat mencerminkan prestasi, dan sebagainya.
2. Teori McGregor
Berdasarkan penelitiannya, McGregor menyimpulkan teori
motivasi itu dalam teori X dan Y. Teori ini didasarkan pada
pandangan konvensional atau klasik ( teori X ) dan pandangan baru
atau modern (teori Y).Teori X yang bertolak dari pandangan klasik
ini bertolak dari anggapan bahwa :
a) Pada umumnya manusia itu tidak senang bekerja.
b) Padaumumnya manusia cenderung sedikit

mungkin

melakukan aktivitas atau bekerja.


c) Pada umumnya manusia kurang berambisi.
d) Pada umumnya manusia kurang senang apabila diberi
tanggung jawab , melainkan suka diatur atau diarahkan.
e) Pada umumnya manusia bersifat egois dan kurang acuh
terhadap organisasi. Oleh karena itu, dalam melakukan
pekerjaan harus diawasi dengan ketat dan harus dipaksa
untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.

37

Sedangkan teori Y yang bertumpu pada pandangan atau


pendekatan baru ini beranggapan bahwa:
a) Pada dasarnya manusia itu tidak pasif, tetapi aktif.
b) Pada dasarnya manusia itu tidak malas kerja, tetapi suka
bekerja.
c) Pada dasarnya manusia dapat berprestasi dalam menjalankan
pekerjaannya.
d) Pada umumnya manusia selalu berusaha mencapai sasaran
atau tujuan organisasi.
e) Pada umumnya manusia itu selalu mengembangkan diri
untuk mencapai tujuan tahu sasaran.
Mendasarkan teori McGregor ini, para pimpinan atau manajer
atau pemimpin organisasi, lembaga tau institusi mempunyai
keyakinan bahwamereka dapat mengarahkan para anggotanya atau
bawahannya untuk mencapai produktivitas atau tujuan tujuan
organisasi mereka. Oleh karena itu, para pimpinan tersebut
dipermudah dalam memotivasi bawahan untuk bekerja sama
dengan mencapai tujuan tujuan organisasi, Dengan tercapainya
tujuan-tujuan organisasi, maka tujuan-tujuan perorangan dalam
organisasi juga akan tercapai.

3. Teori Herzberg

38

Frederik Herzberg adalah seorang ahli psikologi dari


Universitas Cleveland, Amerika Serikat. Pada tahun 1950 telah
mengembangkan teori motivasi Dua Faktor (Herzbergs Two
Factors Motivation Theory). Menurut teori ini, ada dua faktor
yang mempengaruhi seseorang dalam kegiatan, tugas atau
pekerjaannya, yakni:
a. Faktor faktor penyebab kepuasan (satisfier) atau faktor
motivasional.
Faktor penyebab kepuasan ini menyangkut kebutuhan
psikologis seseorang, yang meliputi serangkaian kondisi
instrinsik. Apabila kepuasan dicapai dalam kegiatannya
atau pekerjaan , maka akan menggerakkan tingkat motivasi
yang kuat bagi seseorang untuk bertindak atau bekerja, dan
akhirnya dapat menghasilkan kinerja yang tinggi.
Faktor motivasional (kepuasan) ini mencakup antara
lain:
1)
2)
3)
4)
5)

Prestasi ( Achievement).
Penghargaan (recognition).
Tanggung jawab (responsibility).
Kesempatan untuk maju (possibility of growth).
Pekerjaan itu sendiri (work).

b. Faktor-faktor penyebab ketidakpuasan (dissatisfaction) atau


faktor hygiene.
Faktor-faktor

ini

menyangkut

kebutuhan

akan

pemeliharaan atau maintenance factor yang merupakan


hakikat

manusia

yang

ingin

memperoleh

kesehatan

badaniyah. Hilangnya faktor-faktor ini akan menimbulkan


ketidakpuasan bekerja (dissatisfaction). Faktor higienis yang

39

menimbulkan ketidakpuasan melakukan kegiatan, tugas atau


pekerjaan ini antara lain:
1) Kondisi kerja fisik (physical environment).
2) Hubungan interpersonal (interpersonal relationship).
3) Kebijakan dan administrasi perusahaan (Company and
administration policy).
4) Pengawasan ( supervision).
5) Gaji (salary).
6) Keamanan kerja (job security ).
Dari teori Herzberg ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa:
1) Faktor-faktor yang dapat meningkatkan atau memotivasi
seseorang dalam meningkatkan kinerjanya adalah kelompok
faktor-faktor motivasional (satisfiers).
2) Perbaikan gaji, kondisi kerja, kebijakan organisasi dan
administrasi tidak akan menimbulkan kepuasan, melainkan
menimbulkan

ketidakpuasan.Sedangkan

faktor

yang

menimbulkan kepuasan adalah hasil kegiatan atau hasil kerja


itu sendiri.
3) Perbaikan faktor hygiene kurang dapat mempengaruhi
terhadap sikap melakukan kegiatan atau kerja yang positif.
2.2.3 Metode Peningkatan Motivasi
Dilihat

dari

orientasi

cara

peningkatan

motivasi,

para

ahli

mengelompokkannya ke dalam suatu model-model motivasi, yakni :


a. Model Tradisional
Model ini menekankan bahwa untuk memotivasi masyarakat agar
mereka berperilaku sehat, perlu pemberian insentif berupa materi bagi
anggota masyarakat yang mempunyai prestasi dalam berperilaku hidup

40

sehat. Anggota masyarakat yang mempunyai prestasi makin baik


dalam berperilaku sehat, maka makin banyak atau makin sering
anggota masyarakat tersebut mendapat insentif.
b. Model Hubungan Manusia
Model ini menekankan bahwa untuk meningkatkan motivasi
berperilaku sehat, perlu dilakukan pengakuan atau memperhatikan
kebutuhan sosial mereka, meyakinkan kepada masyarakat bahwa
setiap orang adalah penting dan berguna bagi masyarakat. Oleh sebab
itu, model ini lebih menekankan memberikan kebebasan berpendapat,
berkreasi, dan berorganisasi, dan sebagainnya bagi setiap orang,
ketimbang memberikan insentif materi.
c. Model Sumber Daya Manusia
Model ini mengatakan bahwa banyak hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan motivasi. Disamping uang, atau kepuasan, tetapi juga
kebutuhan hidup akan keberhasilan (kesuksesan hidup). Menurut
model ini setiap manusia cenderung untuk mencapai kepuasan dari
prestasi yang dicapai , dan prestasi yang baik tersebut merupakan
tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu,
menurut

menurut

model

sumber

daya

manusia

ini,

untuk

meningkatkan motivasi hidup sehat, perlu memberikan tanggung


jawab dan kesempatan yang seluas luasnya bagi mereka. Motivasi
akan meningkat jika kepada mereka diberikan kepercayaan dan
kesempatan untuk membuktikan kemampuannya dalam memelihara
kesehatan.
Memberikan reward atau penghargaan dan punishmen atau
hukuman oleh pimpinn masyarakat atau organisasi kepada anggota

41

masyarakat bawahan juga dapat dipandang dari segi ini, maka motivasi
dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
1. Motivasi positif (insentif positif)
Adalah pimpinan masyarakat atau oraganisasi memberikan
hadiah atau reward kepada anggota atau bawahan yang berprestasi
atau berperilaku sehat. Dengan hadiah yang diberikan ini akan
meningkatkan semangat berperilaku sehat atau kerja para anggota
masyarakat atau anggota yang akhirnya kan memacu perilaku
mereka lebih meningkat. Hadiah atau reward ini dapat berupa
uang, barang atau nonmeteriil, misalnya piagam, atau sekedar
pujian berupa kata-kata lisan.
2. Motivasi negatif (Insentif negalahative )
Adalah pimpinan memberikan hukuman (punishment)
kepada anggotanya atau bawahannya yang kurang berpretasi atau
perilakunya kurang baik. Dengan teguran-teguran atau kalau perlu
hukuman, akan mempunyai efek takut pada anggota atau
karyawan akan adanya sanksi atau hukuman, dan sebagainya.
Oleh karena sanksi atau hukuman, maka ia akan dapat
meningkatkan semangat kerjanya atau perilakunya. Kedua jenis
motivasi tersebut diatas dalam praktiknya dapat diterapkan oleh
pimpinan masyarakat atau organisasi tetapi harus tepat dan
seimbang agar dapat meningkatkan semangat berkarya atau
berperilaku. Perlu diingat bahwa untuk memperoleh efek jangka
panjang, maka motivasi positif yang lebih tepat digunakan.
Sedang insentif negative, hanya cocok untuk meningkatkan
motivasi jangka pendek saja.

42

2.2.4 Alat Motivasi


Upaya peningkatan motivasi seperti tersebut, dengan memberikan
sesuatu kepada masyarakat dipandang sebagai cara atau metode untuk
meningkatkan motivasi berperilaku hidup sehat.Tetapi apabila dilihat dari
apa yang diberikan kepada orang atau masyarakat, yang akhirnya dapat
meningkatkan motivasi, maka apa yang diberikan tersebut dapat
dikatakan sebagai alat motivasi.
Apabila hal ini dapat dikategorikan sebagai alat motivasi, maka
dapat dikelompokkan menjadi 3, yakni :
a. Materiil
Alat motivasi materiil adalah apa yang diberikan kepada
masyarakat dapat memenuhi kebutuhan untuk hidup sehat,
yang berupa uang atau barang yang merupakan faktor
pemungkin ( enablinh factors) untuk melakukan hidup sehat.
b. Nonmateri
Alat motivasi nonmateri adalah pemberian tersebut tidak
dapat dinilai dengan uang, tetapi pemberian sesuatu yang hanya
memberikan kepuasan atau kebanggaan kepada orang atau
masyarakat . Misalnya pemberian penghargaan kepada peserta
KB berupa : medali, piagam, piala, bintang, penghargaan dan
sebagainya.
c. Kombinasi materi dan nonmateri
Alat motivasi ini adalah kedua-duanya , baik materiil
maupun nonmateri. Disamping fasilitas yang diterima, bonus
yang diterima, masyarakat juga memperileh penghargaan
berupa piagam atau medali, dan sebagainya.

43

2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi


Menurut Handoko (1998) dan Widayatun (1999), ada dua faktor yang
mempengaruhi motivasi yaitu faktor internal dan eksternal.
a.

Faktor internal
Faktor internal adalah motivasi yang berasal dari dalam diri
manusia, biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi
kebutuhan sehingga menjadi puas. Faktor internal meliputi:
1) Faktor fisik
Faktor fisik adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan kondisi fisik misal status kesehatan pasien. Fisik
yang

kurang

sehat

dan

cacat

yang

tidak

dapat

disembuhkan berbahaya bagi penyesuaian pribadi dan


sosial. Pasien yang mempunyai hambatan fisik karena
kesehatannya buruk sebagai akibat mereka selalu frustasi
terhadap kesehatannya.
2) Faktor proses mental
Motivasi merupakan suatu proses yang tidak terjadi
begitu saja, tapi ada kebutuhan yang mendasari
munculnya motivasi tersebut. Pasien dengan fungsi
mental yang normal akan menyebabkan bias yang

44

positif terhadap diri. Seperti halnya adanya kemampuan


untuk mengontrol kejadian-kejadian dalam hidup yang
harus dihadapi, keadaan pemikiran dan pandangan
hidup yang positif dari diri pasien dalam reaksi terhadap
perawatan akan meningkatkan penerimaan diri serta
keyakinan diri sehingga mampu mengatasi kecemasan
dan selalu berpikir optimis untuk kesmbuhannya.
3) Faktor herediter
Bahwa manusia diciptakan dengan berbagai macam
tipe kepribadian yang secara herediter dibawa sejak
lahir. Ada tipe kepribadian tertentu yang mudah
termotivasi atau sebaliknya. Orang yang mudah sekali
tergerak perasaannya, setiap kejadian menimbulkan
reaksi perasaan padanya. Sebaliknya ada yang hanya
bereaksi apabila menghadapi kejadia-kejadian yang
memang sungguh penting.
4) Keinginan dalam diri sendiri
Misalnya

keinginan

untuk

lepas

dari

keadaan sakit yang mengganggu aktivitasnya


sehari-hari, masih ingin menikmati prestasi yang
masih dipuncak karir, merasa belum sepenuhnya
nebgembangkan potensi-otensi yang dimiliki.

45

5) Kematangan usia
Kematangan usia akan mempengaruhi pada proses
berfikir

dan

melakukan

pengambilan
pengobatan

keputusan
yang

dalam

menunjang

kesembuhan pasien.
b.

Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor motivasi yang berasal dari luar diri
seseorang yang merupakan pengaruh dari orang lain atau
lingkungan. Faktor eksternal ini meluputi:
1) Faktor lingkungan
Lingkungan adalah suatu yang berada disekitar pasien baik
fisik,

psikologis,

maupun

sosial.

Lingkungan

sangat

berpengaruh terhadap motivasi pasien kusta untuk melakukan


pengobatan (Notoatmodjo, 2010).
2) Dukungan sosial
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari
anggota keluarga yang lain, teman, waktu dan uang
merupakan faktor faktor penting dalam kepatuhan terhadap
program medis.
3) Fasilitas (sarana dan prasarana)

46

Ketersediaan fasilitas yang menunjang kesembuhan pasien


tersedia, mudah terjangkau menjadi motivasi pasien untuk
sembuh. Termasuk dalam fasilitas adanya pembebasan biaya
berobat untuk pasien kusta.
4) Media
Media merupakan sarana untuk menyampaikan pesan atau
info kesehatan (Sugiono, 1999). Dengan adanya media ini
pasien kusta akan menjadi lebih tahu tentang penyakit kusta
dan pada akhirnya akan menjadi motivasi untuk melakukan
pengobatan.
2.2.6 Cara pengukuran motivasi
Menurut Notoatmodjo (2005) ada beberapa cara untuk mengukur motivasi
yaitu :
a. Tes proyektif
Apa yang dikatakan merupakan cerminan dari apa yang ada dalam
diri kita. Dengan demikian untuk memahami apa yang diberikan orang
lain, maka kita beri stimulasi yang harus di interpretasikan. Salah satu
tehnik proyektif yang banyak dikenal adalah Thematic Apperception
Test (TAT).
b. Kuisioner
Salah satu cara untuk mengukur motivasi melalui kuisisoner
adalah dengan memina klien untuk mengisi kuisioner yang berisi
pertanyaan- pertanyaan yang dapat memancing motivasi klien.

47

Pada penelitian ini pengukuran motivasi menggunakan kuisioner


dengan memakai skala likert.skala likert ini dibuat seperti checklist
terdiri dari pertanyaan positif dengan 4 pilihan jawaban. Interpretasi
penilaiannya adalah sebagai berikut :
Pernyataan positif :
Iya nilainya adalah 1
Tidak
nilainya adalah 0
Pernyataan negatif :
Iya
nilainya adalah 0
Tidak
nilainya adalah 1
2.3 Konsep Alat Perlindungan Diri
2.3.1 Pengertian Alat Perlindungan Diri
Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD) merupakan salah
satubagian dalam pencegahan penularan infeksi yang memerlukan
pengawasan karena dengan menggunakan APD yang tidak tepat akan
meningkatkan resiko penularan infeksi.Alat Perlindungan Diri (APD)
adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja khususnya
tenaga kesehatan untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya
terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya kerja dan bertujuan untuk
melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan darah,
semua jenis cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan
selaput lender pasien. Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD) yang
benar oleh petugas kesehatan dapat mencegah transmisi mikroorganisme
dari pasien kepetugas kesehatan.

48

2.3.2 Macam- macam Alat Perlindungan Diri (APD)


1.

Handscoon
Sarung tangan berguna untuk melindungi tangan dari kontak dengan
darah , semua jenis cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh
dan selaput lender pasien dan benda yang terkontaminasi.
Jenis handscoon :
a. Handscoon bersih
b. Handscoon steril
c. Handscoon rumah tangga
Prosedur pemakaian handscoon
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Lakukan kebersihan tangan sesuai prosedur


Pakai handscoon pada kedua tangan
Ganti handscoon apabila tampak rusak / kotor
Segera lepas handscoon jika setelah selesai tindakan
Buang handscoon ketempat pembuangan sampah sesuai prosedur
Lakukan kebersihan tangan sesuai prosedur.

Hal yang harus diperhatikan pada penggunaan handscoon


1. Kebersihan tangan sebelum memakai dan sesudah melepas
2.
3.
4.
5.
2.

handscoon
Gunakan handscoonberbeda untuk setiap pasien
Hindari jamahan pada benda-benda lain
Uji kebocoran saat proses pencucian
Tehnik memakai dan melepaskan sarung tangan harus dipahami
Masker
Masker berguna untuk mencegah tansmisi melalui udara baik

secara droplet maupun airbone.Penggunaan dan pemilihan masker


tergantung pada kondisi pasien dan cara transmisinya.Pada kondisi
penyebaran secara droplet ataupun airbone diharapkan menggunakan

49

masker yang lebih kedap seperti masker N95.Pada penggunaanya,


masker harus menutupi hidung dan mulut, sampai ke pipi dan bawah
dagu.
3.

Topi atau penutup kepala


Tujuan pemakaian topi atau penutup kepala adalah mencegah

jatuhnya mikroorganisme yang ada dirambut dan kulit kepala petugas


terhadap alat-alat daerah steril dan juga sebaliknya untuk melindungi
kepala /rambut petugas dari percikan bahan-bahan dari pasien.

4.

Kaca mata atau pelindung wajah


Tujuan pemakaian kaca mata atau pelindung wajah adalah
melindungi petugas dari kemungkinan percikan darah atau cairan
tubuh lainnya yang dapat mengenai mata atau wajah petugas.

3.

Baju kerja (gaun)


Tujuan pemakaian baju kerja adalah melindungi petugas
dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan tubuh
lainnya yang dapat mencemari baju.Jenis-jenis baju kerja :
a. Gaun pelindung tidak kedap air
b. Gaun pelindung kedap air
c. Gaun steril
d. Gaun non steril
Pemilihan baju kerja tergantung pada kondisi pasien, jika
diperkirakan akan terpapar oleh cairan sebaiknya digunakan yang

50

kedap air atau jika dibutuhkan kondisi yang steril maka harus
digunakan gaun yang steril.
6.

Sepatu boot
Tujuan pemakaian sepatu boot adalah melindungi kaki
petugas dari tumpahan /percikan darah atau cairan tubuh lainnya
dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau
kejatuhan alat kesehatan. Sepatu boot yang digunakan berupa
sepatu karet atau plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak
kaki. Sepatu perlindungan harus digunakan selama di dalam ruang
dan tidak boleh dipakai ke luar. Bisa digunakan boot dari bahan
kulit atau plastic sepatu harus bersih dan sepenuhnya menutup kaki
sehingga dapat melindungi petugas kesehatan. Sandal, sepatu
terbuka dan telanjang kaki dianjurkan karena akan membahayakan
petugas kesehatan.

2.4 Konsep Pencegahan Infeksi


Di masa lalu, fokus utama penanganan masalah infeksi dalam
pelayanan kesehatan adalah mencegah infeksi, meskipun infeksi serius pasca
bedah masih merupakan masalah di beberapa Negara, terutama dengan
munculnya penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dan
Hepatitis B yang masih belum ditemukan obatnya. Saat ini, perhatian utama
ditujukan untuk mengurangi risiko perpindahan penyakit, tidak hanya
terhadap pasien, tetapi juga terhadap pemberi pelayanan kesehatan dan

51

karyawan, termasuk pekarya, yaitu orang yang bertugas membersihkan dan


merawat ruang bedah.
2.4.1 Tindakan Pencegahan Infeksi
Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat dilakukan adalah:
1. Aseptik , yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan.
Istilah ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan
untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang
kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah
mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada
permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan
dapat dengan aman digunakan.
2. Antiseptik , yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan
tubuh lainnya.
3. Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat
ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas
pembersihan medissebelum pencucian dilakukan. Contohnya adalah
meja pemeriksaan, alat-alat kesehatan, dan sarun tangan yang
terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh di saat prosedur
bedah/tindakan dilakukan.
4. Pencucian, yaitu tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh,
atau setiapa benda asing seperti debu dan kotoran.
5. Sterilisasi, tindakan menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri,
jamur, parasit, dan virus ) termasuk bakteri endospore dari benda mati.
6. Desinfeksi, yaitu tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak semua)
mikrooragnisme penyebab penyakit dari benda mati. Disinfeksi tingkat

52

tinggi dilakukan dengan merebus atau menggunakan larutan kimia.


Tindakan ini dapat menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali
beberapa bakteri endospora.

2.4.2 Pedoman Pencegahan Infeksi


Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang lain ke
orang atau dari peralatan ke orang dapat dilakukan dengan meletakkan
penghalang di antara mikroorganisme dan individu (pasien atau petugas
kesehatan). Penghalang ini dapat berupa fisik, mekanik, ataupun kimia,
meliputi.
1. Pencucian tangan.
2. Penggunaan handscoon (kedua tangan), baik pada saat melakukan
tindakan, maupun saat memegang benda yang terkontaminasi (alat
kesehatan/ alat tenun bekas pakai).
3. Penggunaan cairan antiseptik untuk membersihkan luka pada kulit.
4. Pemrosesan alat bekas pakai (dekontaminasi, cuci dan bilas, desinfeksi
tingkat tinggi atau sterilisasi).
5. Pembuangan sampah.
2.4.2 Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi
1. Cara Mencuci Tangan
Mencuci kedua tangan merupakan prosedur awal yang dilakukan
perawat dalam memberikan tindakan keperawatan yang bertujuan

53

membersihkan tangan dari segala kotoran, mencegah terjadinya infeksi


silang melalui tangan, dan mempersiapkan bedah atau tindakan
pembedahan.
2. Cara Menggunakan Handscoon
Sarung tangan digunakan dalam melakukan prosedur tindakan
keperawatan dengan mencegah terjadinya penularan kuman dan
mengurangi risiko tertularnya penyakit.
3. Cara Menggunakan Masker
Tindakan pengamanan dengan menutup

hidung

dan

mulut

mengguanakan masker bertujuan mencegah atau mengurangi transmisi


droplet mikroorganisme saat merawat pasien.

2.5 Kerangka Konseptual hubungan tingkat motivasi terhadap perilaku tentang

penggunaan Alat Perlindungan Diri (Handscoon dan Masker) dalam

54

pencegahan penularan infeksi pada perawat di Puskesmas Gondanglegi


Kabupaten Malang
Faktor yang mempengaruhi
motivasi :
a.Faktor internal
1.Faktor Fisik
2.Faktor proses mental
3.Keinginan dalam diri
sendiri
b.Faktor Eksternal
1.Lingkungan
Faktor- faktor yang
mempengaruhi pengetahuan:

2.Fasilitas

Perawat

3.Sarana

1. Pengalaman
2. Tingkat pendidikan
3. Informasi
4. Lingkungan

Pengetahuan tentang Alat


Perlindungan Diri (APD):

5. Sosial , budaya, ekonomi

Motivasi dan Perilaku


dalam penggunaan APD
(Handscoon dan Masker)

6. Usia
Tingkat Pengetahuan:

Keterangan :

C1 (Tahu), C2 (Paham), C3
(Aplikasi)

Penggunaan APD
(Handscoon dan Masker)

: Diteliti
: Tidak diteliti
: Ada hubungan

2.5.1 Kerangka Konsep

C4 (Analisa), C5 (Sintesis),
C6 (Evaluasi)

Pencegahan penularan
penyakit infeksi

55

Perawat adalah orang yang di didik menjadi tenaga paramedik


untuk menyelenggarakan perawatan bagi orang sakit. Dalam korteks
kerjanya perawat harus mengetahui bagaimana cara-cara pencegahan
penularan infeksi salah satunya yakni tentang penggunaan APD
(Handscoon dan Masker). Pengetahuan tentang Meskipun semua perawat
mengerti tentang penggunaan APD (Handscoon dan Masker) namun pada
aplikasi lapangan sendiri masih sedikit yang memiliki motivasi dan juga
mau untuk menggunakannya. Pengetahuan sendiri dipengaruhi oleh
pengalaman , tingkat pendidikan , informasi, lingkungan, social, budaya,
ekonomi, dan usi. Kemudian untuk pengetahuan sendiri dibagi menjadi 6
tingkatan yaitu C1 sampai C6 namun penelitian ini hanya dibatasi hanya
dari C1 sampai C3. Sedangkan motivasi sendiri dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri atas
faktor

fisik, faktor proses mental, dan keinginan dalam diri sendiri,

sedangkan

faktor eksternal motivasi terdiri atas lingkungan, fasilitas,

sarana, dan media.

2.5.2 Hipotesis

56

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.


Hipotesis berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian, artinya hipotesis ini
merukan pertanyaan yang harus dibuktikan (Notoatmodjo, 2010).
Hipotesis dari penelitian adalah:
Ho : tidak ada hubungan tingkat pengetahuan terhadap motivasitentang
penggunaan Alat Perlindungan Diri dalam pencegahan penularan infeksi
pada perawat.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian merupakan hasil dari suatu tahap keputusan yang dibuat
oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa
ditetapkan.Desain sangat erat hubungannya dengan kerangka konsep
penelitian sebagai petunjuk perencanaan pelaksanaan suatu penelitian
( Nursalam,2011).
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis korelasi dengan pendekatan cross sectional.Penelitian korelasi adalah
penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi
atau sekelompok objek (Notoatmodjo , 2012).
Penelitian ini bertujuan mencari hubungan tingkat pengetahuan terhadap
motivasi perawat di Puskesmas Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi
Kabupaten Malang.Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner.
3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 23 April 2016
dilaksanakan di Puskesmas Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi Kabupaten
Malang selama 4 hari.

57

3.3 Kerangka Kerja ( Frame Work )


Populasi

Sampel

Semua perawat yang bekerja di Puskesmas


Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi Kabupaten
Malang sebanyak 15 orang

Semua perawat yang bekerja di Puskesmas


Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi
Kabupaten Malang sebanyak 15 orang

Sampling
Total Sampling

Desain Penelitian
Korelasi dengan pendekatan Cross Sectional

Identifikasi Variabel Independen Tingkat


PengetahuanPerawat

Pengukuran Kuesioner Closeended

Identifikasi Variabel Dependen


Motivasi Perawat Terhadap Penggunaan
APD dalam Pencegahan Pencegahan
Infeksi
Pengukuran Kuesioner Closeended

Analisa Data
Editing , Coding , dan Tabulating , Uji Hipotesa dengan metode Spearmen Rank dengan
menggunakan SPSS versi SPSS 16 for Windows
Penarikan Kesimpulan

Jika P < 0,05 ,maka Ho ditolak artinya ada hubungan


Jika P > 0,05 , maka H1 diterima artinya tidak ada hubungan

Gambar 3.1 Kerangka kerja Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Motivasi Penggunaan
Alat Perlindungan Diri ( Handscoon dan Masker) dalam Upaya Pencegahan
Penularan Infeksi pada Perawat di Puskesmas Gondanglegi Kecamatan
Gondanglegi Kabupaten Malang.

3.4 Desain Populasi ,Sampel , Sampling


3.4.1 Populasi

58

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bekerja di


Puskesmas Gondanglegi sebanyak 15 responden.
3.4.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bekerja di
Puskesmas Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang
sebanyak15 responden.
3.4.3 Sampling
Sampling adalah proses penyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
dengan jenis total sampling yaitu pengambilan sampel dengan semua
jumlah populasi yang ada yaitu responden (Nursalam,2003).
3.5Identifikasi Variabel
Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh penetian
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013).
3.5.1Independen Variabel
Variabel

yang

mempengaruhi

atau

yang

menjadi

sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono ,2010).


Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat motivasi tentang
penggunaan APD (Handscoon dan Masker) dalam upaya pencegahan
penularan infeksi pada perawat di Puskesmas Gondanglegi Kabupaten
Malang.
3.5.2 Dependent Variabel

59

Variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain atau variabel


yang dipengaruhi variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah tingkat motivasi perawat terhadap perilaku tentang pencegahan
infeksi di Puskesmas Gondanglegi(Notoatmodjo , 2010).
3.6 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi untuk membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel-variabel diamati atau diteliti dan mengarah kepada
pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan
serta pengembangan instrument ( alat ukur) ( Notoatmodjo, 2010).

3.7 Definisi Operasional

No

Variabel

Definisi
Operasional

Indikator
Variabel

60

Cara dan Alat Ukur

Hasil Ukur

1.

Variabel
Dependen :
Pengetahua
n terhadap
penggunaan
APD dalam
pencegahan
penularan
infeksi pada
perawat

Perawat
mengetahui dan
memahami sesusi
dengan materi yang
telah dipelajari
pada kondisi yang
sebenarnya

1. Mengerti
tentang
prinsip
pencegahan
infeksi
2. Mengerti
tentang
penggunaan
APD

2.

Variabel
Independen
: Motivasi
terhadap
penggunaan
APD dalam
upaya
pencegahan
penularan
infeksi pada
perawat

Motivasi adalah
suatu usaha yang di
sadari untuk
mempengaruhi
tingkah laku
seseorang agar ia
bergerak hatinya
untuk bertindak
melakukan suatu
sehingga mencapai
hasil atau tujuan
tertentu

1. Tingkat
pengetahuan
2. sikap
3.Standart
penggunaan
APD
4, Fasilitas

Kuesioner dengan
menggunakan 15
pertanyaan
Dengan ketentuan skor
jawaban :
Untuk pertanyaan
positif
Iya : 1
Tidak : 0
Untuk pertanyaan
negatif
Iya : 0
Tidak : 1
Kuesioner dengan
menggunakan 15
pertanyaan
Dengan ketentuan skor
jawaban:
positif
Iya : 1
Tidak : 0
Untuk pertanyaan
negatif
Iya : 0
Tidak : 1

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap


Motivasi Penggunaan Alat Perlindungan Diri ( Handscoon dan
Masker) dalam Upaya Pencegahan Penularan Infeksi pada Perawat
di Puskesmas Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi Kabupaten
Malang.

61

-Kategori baik
, jika hasil >
75%- 100% ,
-Kategori
Cukup , jika
hasil 56 %74%
,
Kategori
Kurang baik ,
jika hasil <
55%

Skor antara 10
40 untuk
kepentingan
deskriptif
ditentukan :
Motivasi
tinggi :
Skor antara 25
40
Motivasi
rendah :
Skor antara 10
- 24

3.8 Pengumpulan Data


3.8.1 Pengumpulan Data
1. Proses Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data langsung dilakukan dengan meminta ijin
penelitian kepada:
1. Direktorat Jendral Badan Kesatuan Banga dan Politik Kabupaten
2.
3.
4.
5.

Malang.
Ketua Dinas Kesehatan Kabupaten Malang
Ketua Stikes Kepanjen Kabupaten Malang.
Kepala Camat Kecamatan Gondanglegi
Kepala Puskesmas Gondanglegi yang

merupakan

tempat

dilakukannya penelitian.
Penelitian dilaksanakan pada hari senin tanggal 23 Mei
26 Mei 2016 selama 4 hari. Hal pertama yakni melakukan
informed consent terlebih dahulu, kemudian menjelaskan prosedur
pengisian kuesioner. Dalam menjawab kuesioner tidak boleh
diwakilkan. Jika responden mengalami kesulitan dalam membaca,
memahami kuesioner atau ada responden yang tidak kooperatif,
maka peneliti dapat mendampingi

dan membimbing dengan

membacakan tiap pertanyaan, sehingga proses pengisian kuesioner


dapat

berjalan

dengan

lancar.Setiap

responden

rata-rata

memerlukan waktu 30 menit untuk mengisi kuesioner tersebut.


Selanjutnya dikarenakan ada 1 responden sedang berhalangan
hadir karena sedang mengambil cuti, pada hari ke 2 peneliti
melakukan door to doorke responden yang bersangkutan.
6. Instrumen Pengumpulan Data

62

Instrumen penelitian adalah alat alat yang akan digunakan


untuk pengumpulan data. Untuk melakukan pengumpulan data
peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa pernyataan
atau kuesioner yang dibuat peneliti dengan mengacu pada teori dan
konsep. Isi kuesioner berisi data tingkat pengetahuan terhadap
motivasi tentang penggunaan APD (Handscoon dan Masker)
terhadap pencegahan penularan infeksi pada perawat dengan
menggunakan kuesioner closedended (kuesioner tertutup) yaitu
kuesioner dimana peneliti sudah menyediakan jawabannya
sehingga responden tinggal memilih. Kuesioner yang dibuat untuk
mengukur tingkat pengetahuan perawat sejumlah 15 soal
sedangkan pengumpulan data untuk motivasi perawat penggunaan
APD (Handscoon dan Masker) sejumlah 15 soal. Sebelumnya
penelitian memberi penjelasan pada responden dan menunjukkan
lembar persetujuan responden untuk menjadi responden setelah itu
peneliti mulai dipersilahkan untuk menjawab pertanyaan yang ada
di dalam lembar kuesioner (Arikunto,2006).

7. Uji Validitas dan Rehabilitas Instrumen


1) Uji Validitas
Validitas merupakan indeks yang menunjukkan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur.Demikian pula
kuesioner sebagai alat ukur, perlu diuji dengan korelasi antara
skor total item tersebut.Apabila telah memiliki validitas

63

berarti semua item (pertanyaan) yang ada didalam kuesioner


itu mengukur konsep yang kita ukur ( Notoatmodjo, 2005 ).
Untuk melakukan uji validitas pada penelitian ini
dilakukan di Puskesmas Gondanglegi dengan jumlah perawat
15 responden

metode yang digunakan adalah dengan

mengukur korelasi antara butir-butir pernyataan sejumlah 30


soal dengan

dengan skor pertanyaan secara keseluruhan

dengan menggunakan program SPSS 16 For Window. Taraf


signifikansi yang dapat dipakai dalam uji validitas ini adalah
sebesar 5 % (0,05) ( Sugiyono, 2013).
2) .Uji Reliabilitas
Rehabilitas adalah indek yang menunjukan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.Hal
ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap
konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran itu tetap
knsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih tethadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur
yang sama (Notoatmodjo, 2005).
Uji rehabilitas dalam penelitian ini dengan instrument satu
kali saja tapi ada beberapa pertanyaan yang perlu diubah
kemudian hasil yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu
untuk menguji reliabilitas instrument dibantu menggunakan
program SPSS 16 For Window. Instrumen dinyatakan reliabel

64

jika memiliki nilai alpha minimal 0,6. Setelah melalui


perhitungan, dalam tingkat pengetahuan terhadap motivasi
perawat tentang penggunaan APD (Handscoon dan masker)
dalam pencegahan penularan infeksi.Hal ini menunjukkan
bahwa instrument reliabel dapat digunakan dalam penelitian
(Budiman , 2013).
3.9 Metode Analisa Data
3.9.1 Analisa Data
a. Editing
Seluruh data yang dianggap memenuhi syarat dipakai
sebagai data dalam penetian dan siap diolah.Data memenuhi dan
siap diolah .Data memenuhi syarat bila semua kuesionar diisi
sesuai dengan petunjuk pengisian.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode jawaban atau
kode tertentu sehingga mudah dan sederhana. Hal ini dimaksudkan
untuk mempermudah waktu tabulai, perhitungkan jumlah dan
analisa.( Arikunto,2006)
1. Jenis kelamin :
L : Untuk laki-laki
P : Untuk Perempuan
2. Usia : U
Kode U1 jika > 20 thn
Kode U2 jika usia 30- 40 thn
Kode U3 jika usia >40 thn
3. Tingkat pendidikan : P
P1 : SPK
P2 :D3
P3 : D4
P4 : S1
c. Tabulasi

65

Setelah data terkumpul melalui angket, kemudian ditabulasi


dan dikumpulkan sesuai dengan variabel yang diteliti. Tabulating
dilakukan dengan menggunakan table distribusi frekuensi yang
nantinya akan tampak jumlah dan persentasenya(Arikunto,2006).

1) Skoring
Memberikan skor terhadap item-item yang perlu diberi skor
, memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor.
Pengolahan data dilakukan dengan memberikan penilaian
pada jawaban responden mengenai pengetahuan :
Pertanyaan positif
Iya
nilainya 1
Tidak nilainya 0
Pertanyaan negative
Iya
nilainya 0
Tidak nilainya 1
Sedangkan untuk penilaian motivasi :
Pertanyaan positif
Iya
nilainya 1
Tidak nilainya 0
Pertanyaan negative
Iya
nilainya 0
Tidak nilainya 1
2) Penilaian
Setelah melalui tahap skoring, kemudian dilakukan melalui
penilaian terhadap jawaban pada lembar kuesioner yang telah
diisi

oleh

responden

kemudian

diberi

pembobotan,

66

dijumlahkan dan dibandingkan dengan skor tertinggi lalu


dikalikan 100% dan hasilnya berupa prosentase. Adapun
rumus yang digunakan adalah

N=

sp
100
sm

3)

Keterangan :
N : nilai yang didapat
Sp : skor yang didapat
Sm : skor maksimal
Klasifikasi
Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasi data
variabel penelitian adapun untuk menilai secara kuantitatif
status motivasi perawat tentang pencegahan penuluran
infeksi di Puskesmas Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi
Kabupaten Malang dan menginterpretasikan berdasarkan
presentase menjadi :
a. Kategori baik , jika hasil > 75%- 100%
b. Kategori Cukup , jika hasil 56 %- 74%
c. Kategori Kurang baik , jika hasil < 55%
Sedangakan untuk status motivasi perawat tentang
penggunaan APD (Handscoon dan Masker) dalam
pencegahan penularan infeksi di Puskesmas Gondanglegi
Kecamatan

Gondanglegi

Kabupaten

Malang

dan

menginterpretasikan berdasarkan observasi menjadi :

d. Interpretasi Data
Interpretasi hasil presenting yang diinterpretasikan sebagai
berikut :
100 %

: Seluruhnya dari hasil jumlah responden

67

80% - 90%

51%- 79%

: Hampir seluruh dari hasil responden yang


Diteliti

: Sebagian besar dari jumlah responden yang

diteliti
50%
: Setengahnya dari responden yang diteliti
26%- 49% : Hampir setengah dari responden yang
Diteliti
1% - 25 % : Sebagian kecil dari jumlah responden yang
Diteliti
1% - 25 %
yang
0%

: Sebagian kecil dari jumlah responden

diteliti
: Tidak satupun dari responden yang

diteliti

3.9.2Teknik Analisa Data


Teknik pengolahan data pada penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan
Perawat Terhadap MotivasiPenggunaan APD (Handscoon dan masker)
Dalam Pencegahan Penularan Infeksi di Puskesmas Gondanglegi
dilakukan dengan tahap sebagai berikut :
A. Analisa univariat
Analisa univariat dilakukan bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel baik variabel bebas
maupun variabel terikat yang disajikan dalam nilai minimal
,maksimal , mean , standart deviasi dari distribusi frekuensi.
B. Analisa bivariate

68

Analisa bivariate merupakan anaslisis untuk mengetahui interaksi


dua variabel yaitu variabel bebas tingkat pengetahuan dengan variabel
terikat motivasi untuk melaksanakan penggunaan APD (Handscoon
dan masker) dalam pencegahan penularan infeksi pada perawat. Pada
analisis bivariate ini menggunakan metode analisis Spearman Rank
(rs) karena analisis ini merupakan analisis statistik nonparametrik
dengan menggunakan skala ordinal dan ordinal.
3.9.3Penyajian Data
Setelah mengalami proses penyajian data hasil penelitian Hubungan
Tingkat Pengetahuan Perawat Terhadap Motivasi Terhadap Penggunaan
APD (Handscoon dan masker) Dalam Pencegahan Penularan Infeksi pada
Perawat di Puskesmas Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi Kabupaten
Malang, data akan disajikan dalam bentuk Cross Tabel dan narasi.
1. Uji statistik
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan berbagai uji statistik atau
rumus sesuai dengan masalah atau metode yang digunakan. Uji statistik
yang digunaka adalah tehnik uji korelasi Spearmen Rank. Uji ini
dilakukan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antar variabel
yang berskala ordinal. Dalam uji statistik ini peneliti dibantu dengan
menggunakan program SPSS 16 For Windows .
Setelah semua data terkumpul , kemudian di analisis menggunakan
uji Spearman Rank ( ) dengan tingkat kemaknaan

= 0,05. Uji

69

Spearman Rank ( yaitu untuk menganalisis adakah terdapat


hubungan antara dua variabel dengan skala data ordinal.
2 1
N
N
6. d 2
=1

Keterangan :

: Spearman Rank
N
: jumlah data
D
: beda antara ranking pasangannya
2. Cara menarik kesimpulan
Perilaku kesimpulan merupakan langkah akhir dalam pengujian
data yang didasarkan pada peneriamaan dan penolakan hipotesis nol
(Ho). Dengan demikian jika p< 0,05 maka hipotesis ditolak yang
artinya terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji.
Jika p < 0,05 maka hipotesis diterima yang artinya tidak terdapat
korelasi yang bermakana antara dua variabel yng diuji (Dahlan, 2012).
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang
ditemukn besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera
pada table berikut:
Interval Koefisien
0,00 0,19

Tingkat Hubungan
Sangat Rendah

0,20- 0,39

Rendah

0,40- 0,59

Sedang

0,60- 0,79

Kuat

0,80- 1,00
Tabel untuk menentukan tingkat hubungan korelasi

Sangat Kuat

3.10 Etika Penelitian


70

3.10.1 Persetujuan ( Informed Consent)


Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara penelitian
dengan respon peneliti dengan memberikan lembar persetujuan sebelum
dilakukan penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka responden
harus menandatangani lembar persetujuan.
3.9.2 Tanpa nama ( Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, penelitian tidak
mencantumkan nama responden secara lengkap pada lembar
pengumpulan data (lembar observasi), tetapi diganti dengan inisial
nama.
3.9.3 Kerahasiaan ( Confidentially)
Confidentially merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, hanya kelompok data tertentu
yang akan dilaporkan pada hasil riset.

71

72

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Pada bab IV akan dibahas hasil penelitian dengan judul hubungn
tingkat pengetahuan terhadap motivasi tentang penggunaan APD
(Handscoon dan Masker) dalam pencegahan penularan infeksi di
Puskesmas Gondanglegi Kabupaten Malang, pada tanggal 23 Mei 2016
dengan jumlah responden 15. Hasil penelitian berisi data umum dan data
khusus. Data umum akan menampilkan karakteristik responden
berdasarkan usia, pendidikan, sedangkan data khusus akan menguraikan
hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap motivasi tentang
penggunaan APD dalam pencegahan penularan infeksi pada perawat di
Puskesmas Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang
yang mencakup data pengetahuan terhadap motivasi tentang penggunaan
APD (Handscoon dan Masker) dalam pencegahan penularan infeksi.
4.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas Gondanglegi yang berada
diwilayah Desa Gondanglegi Kulon Kecamatan Gondanglegi Kabupaten
Malang. Puskesmas Gondanglegi sendiri

bisa ditempuh dari ibukota

Kabupaten Malang 23 Km dan waktu tempuh 45 menit dengan


kendaraan bermotor. Adapun di sekitar Puskesmas Gondanglegi juga
terdapat beberapa sarana kesehatan lain diantaranya terdapat Rumah Sakit

73

Islam Gondanglegi ,Puskesmas Ketawang , 2 Puskesmas Pembantu, 1


Pondok Bersalin Desa, 2 Pondok Kesehatan desa, 1 Puskesmas keliling, BP
PMI, 9 Dokter Umum Praktek Swasta, 1 Dokter gigi praktek swasta, 2
Dokter spesialis praktek swasta, 7 Bidan Praktek swasta, 3 Apotek, dan 62
Posyandu.
Data ketenagaan Puskesmas Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi
Kabupaten Malang meliputi dokter umum 2 orang, dokter gigi 1 orang,
bidan puskesmas 5 orang, bidan desa 6 orang, bidan pustu 2 orang, perawat
6 orang, perawat ponkesdes 5 orang, perawat gigi 1 orang, petugas gizi (DIII) 1 orang, farmasi (D-III) 1 orang, promkes 1 orang, analisis
laboratorium 1 orang, dan tenaga penunjang 8 orang.
Kemudian data sarana kesehatan yang terdapatdi Puskesmas
Gondanglegi terdiri atas ruang tunggu, UGD 24 jam, poli KIA, poli KB,
Imunisasi, rawat inap bersalin dn rawat inap umum, poli sanitasi, poli gizi,
poli VCT, poli IMS, poli TB, poli Terapi Rumatan Metadon (PTRM), dan
layanan jarum suntik steril (LJSS)

74

4.1.2 Data Umum


1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Table 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia responden di
Puskesmas Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi Kabupaten
Malang
N

Usia (Tahun)

o
1
2
3
4

< 20
20-30
31-40
>40
Jumlah
15
(Sumber : Data Kuesioner Penelitian, 2016)

Frekuensi

Prosentasi %

0
9
4
2

0%
60%
27%
13%
100%

Berdasarkan table 4.1 didapatkan data bahwa karakteristik


responden penelitian ditinjau dari tingkat usia adalah hampir seluruh
(60%) berusia 20-30 tahun berjumlah 9 responden, kemudian hampir
setengah (27%) berusia 31-40 tahun berjumlah 4 responden dan sebagian
kecil (13%) berusia > 40 tahun berjumlah 2 responden.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Table 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin
responden di Puskesmas Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi
Kabupaten Malang.
No
1

Jenis Kelamin
Laki Laki

Frekuensi
8

Prosentasi %
53%

75

Perempuan
Jumlah
(Sumber : Data Penelitian, 2016)

7
15

47%
100%

Berdasarkan table 4.2 didapatkan data bahwa karakteristik


responden penelitian ditinjau dari jenis kelamin adalah sebagian besar
(53%)

berjenis

menunjukkan

kelamin

laki-laki

dibuktikan

dengan

data

yang

jumlah responden laki-laki berjumlah 8 responden dan

hampir setengah (47%) berjenis kelamin perempuan dibuktikan dengan


data yang menunjukkan

jumlah responden perempuan berjumlah 7

responden.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Table 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendiddikan
responden di Puskesmas Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi
Kabupatn Malang.

N
o
1
2
3
4

Pendidikan
SPK
D3
D4
S1
Jumlah

Frekuensi
2
11
0
2
15

Prosentase
%
13%
74%
0%
13%
100%

( Sumber : Data Penelitian, 2016)

76

Berdasarkan table 4.3 didapatkan data Primer Kuesioner bahwa


karakteristik responden penelitian ditinjau dari tingkat pendidikan terakhir
adalah hampir seluruh (74 %), lulusan Diploma Keperawatan dibuktikan
dengan data yang menunjukan perawat lulusan Diploma Keperawatan
berjumlah 11 responden, sedangkan sebagian kecil(13%) perawat tingkat
pendidikan S1 Keperawatan berjumlah 2 responden dan perawat tingkat
pendidikan SPK berjumlah 2 responden.

4.1.3 Data Khusus


1. Tingkat pengetahuan tentang penggunaan APD (Handscoon dan
Masker) dalam pencegahan penularan infeksi berdasarkan tingkat
pendidikan.
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang APD
(Handscoon dan Masker) berdasarkan tingkat pendidikan

No

1
2
3

Tingkat
Pendidikan

SPK
D3
S1
Jumlah

Frekuensi tingkat
pengetahuan tentang APD
(Handscoon dan Masker)
berdasarkan tingkat
pendidkan
Baik
Cukup
Kurang
0
1
0
0
1
0
13
15

Prosentase
%

7%
7%
87%
100%

77

(Sumber Data : Penelitian,2016)


Berdasarkan table 4.4 diketahui bahwa hasil penelitian tentang
pengetahuan perawat terhadap penggunaan APD (Handscoon
dan Masker ) dalam pencegahan penularan infeksi, dari hasil
pengumpulan data yang didapatkan kebanyakan pengetahuan
perawat tentang penggunaan APD (Handscoon dan Masker)
dikatakan sebagian kecil (7%) ber pengetahuan cukup berjumlah
2 responden yakni berpendidikan SPK dan D3, sedangkan
sebagian besar (87%) berpengetahuan baik berjulah 13
responden yakni berpendidikan S1.

2. Tingkat pengetahuan tentang penggunaan APD (Handscoon


dan Masker) dalam pencegahan penularan infeksi pada
perawat
Table 4.5 Distribusi frekuensi pengetahuan perawat tentang
penggunaan APD (Handscoon dan Masker) di
Puskesmas Gondanglegi Kabupaten Malang
No
1
2
3

Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah

Frekuensi
13
2
0
15

Prosentase
%
87%
13%
0
100%

(Sumber Data : Penelitian,2016)


Berdasarkan table 4.4 diketahui bahwa hasil penelitian
tentang pengetahuan perawat terhadap penggunaan APD

78

(Handscoon dan Masker ) dalam pencegahan penularan infeksi.


Dari hasil pengumpulan data yang didapatkan kebanyakan
pengetahuan perawat tentang penggunaan APD (Handscoon dan
Masker) dikatakan sebagian kecil (13%) memiliki pengetahuan
cukup sebanyak 2 responden dan sebagian besar (87%) memiliki
pengetahuan baik sebanyak 13 responden.

3. Tingkat motivasi Perawat tentang Penggunaan APD


(Handscoon dan Masker)dalam pencegahan penularan
infeksi pada perawat
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi hubungan tingkat motivasi tentang
APD (Handscoon dan Masker) berdasarkan tingkat
pendidikan
No

Tingkat
Pendidika
n

Frekuensi tingkat
motivasi tentang APD
(Handscoon dan Masker)
berdasarkan tingkat
pendidkan
Baik

Cuku
p
1
SPK
0
2
2
D3
0
1
3
S1
12
0
Jumlah
15
(Sumber : Data Penelitian, 2016)

Prosentase
%

Kurang
0
0
0

13%
7%
80%
100%

Berdasarkan table 4.6, diketahui bahwa hasil


penelitian tentang motivasi perawat terhadap penggunaan APD
(Handscoon dan Masker ) dalam pencegahan penularan infeksi,

79

dari hasil pengumpulan data yang didapatkan kebanyakan


pengetahuan perawat tentang penggunaan APD (Handscoon dan
Masker) dikatakan sebagian kecil (7%) ber bermotivasi cukup
berjumlah 3 responden yakni berpendidikan SPK berjumlah 2
responden dan D3 seorang responden, sedangkan sebagian besar
(80a%) berpengetahuan baik berjulah 13 responden yakni
berpendidikan S1.
Table 4.5 Distribusi frekuensi motivasi perawat terhadap penggunaan APD
(Handscoon dan Masker) dalam pencegahan penularan infeksi di
Puskesmas Gondanglegi Kabupaten Malang.

No

Motivasi

1
2
3

Tinggi
Sedang
Rendah
Jumlah

Frekuensi
12
3
0
15

Prosentase
%
80%
20%
0
100%

(Sumber : Data Penelitian, 2016)


Berdasarakan table 4.5 diketahui bahwa hasil penelitian tentang
motivasi perawat terhadap penggunaan APD (Handscoon dan Masker)
daam pencegahan penularan infeksi. Dari hasil pengumpulan data yang
didapatkan sebagian kecil (20%) memiliki motivasi cukup sebanyak 3
responden dan sebagian besar (80%) memiliki motivasi baik sebanyak 12
responden.

80

4. Hubungan pengetahuan terhadap motivasi tentang penggunaan APD


(Handscoon dan Masker) dalam pencegahan penulran infeksi
Table 4.6 Hubungan tingkat pengetahuan terhadap motivasi tentang
penggunaan APD (Handscoon dan Masker) dalam pencegahan
penularan infeksi di Puskesmas Gondanglegi Kecamatan
Gondanglegi Kabupaten Malang.

Hubungan tingkat
pengetahuan

Hubungan
tingkat
motivasi
0,840

P
N

0,01
15

(Sunber : Data Penelitian, 2016)


Berdasarkan table 4.6 diketahui bahwa sebagian besar responden
memilki pengetahuan yang baik dengan tingkat motivasi tinggi sebanyak
12 responden, pengetahuan baik dengan motivasi sedang sebanyak 1
responden. Pengetahuan cukup dengan motivasi sedang sebanyak 2
responden.
Dari hasil analisa data yang dilakukan dengan menggunakan uji
statistik Spearrman Rho dengan taraf signifikasi 0.05. Diperoleh hasil
signifikasi (p) yang besarnya 0.011 ,maka P < 0,05, sehingga H1 diterima
artinya ada hubungan tinkat pengetahuan perawat terhadap motivasi
tentang penggunaan APD (Handscoon dan Masker) dalam pencegahan

81

penularan infeksi. Apabila nilai penguji dalam kriteria signifikan, maka


pada coefficient correlation akan terdapat tanda 0,840 seperti hasil di atas
dengan hasil di atas dengan hasil yang menunjukkan bahwa arah korelasi
positif dengan kekuatan korelai yang sangat kuat.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengetahuan perawat tentang penggunaan APD (Handscoon dan
Masker) dalam pencegahan penularan infeksi.
Dari hasil penelitian yang didapatkan di Puskesmas Gondanglegi
Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang bahwa pengetahuan perawat
tentang penggunaan APD (Handscoon dan Masker) dalam pencegahan
penularan infeksi,sebagian besar (87%) memiliki pengetahuan baik
sebanyak 13 responden. Dan sebagian kecil (13%) memiliki pengetahuan
cukup sebanyak 2 responden.
Pengetahuan perawat berkaitan erat dengan

pendidikan yang

sebagian besar(73%) berjumlah 11 responden berpendidikan D3,


kemudian sebagian kecil dari responden yang diteliti (13,3%) berjumlah 2
responden berpendidikan SPK

Dan berjumlah 2 responden (13,3%)

berpendidikan S1. Hal ini selarasnya dengan Budiman dan Riyanto (2013),
salah satu faktor yang pengetahuan yaitu tingkat pendidikan. Pengetahuan
sangat erat hubungannya mempengaruhi dengan pendidikan dimana
diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, orang tersebut akan
semakin baik pula pengetahuannya.

82

Pengetahuan perawat berkaitan erat dengan usia yang sebagian


responden berusia 20- 30 tahun berjumlah 9 responden (60%) dan berusia
31-40 tahun berjumlah 4 responden (27%) dan usia >40 tahun berjumlah 2
responden (13%)Selain tingkat pendidikan, usia juga mempengaruhi daya
tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan
yang

diperoleh

semakin

banyak.

Menurut

Notoadmodjo,

2003

pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya


motivasi seseorang. Setelah dilakukan

penelitian bisa diketahui

kebanyakan perawat memiliki pengetahuan yang baik, tetapi dalam


pelaksanaan penggunaan APD dalam pencegahan penularan infeksi saat
kontak dengan pasien belum sepenuhnya memahami yang benar.
4.2.2 Motivasi terhadap penggunaan APD (Handscoon dan Masker) dalam
pencegahan penularan infeksi pada perawat
Dari hasil penelitian didapatkan di Puskesmas Gondanglegi
Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang bahwa motivasi perawat
tentang penggunaan APD (Handscoon dan Masker) dalam pencegahan
penularan infeksi,sebagian kecil (20%) memiliki motivasi cukup sebanyak
3 responden dan sebagian besar (80%) memiliki motivasi baik sebanyak
12 responden.
Motivasi adalah suatu usaha yang di sadari untuk mempengaruhi
tingkah laku seseorang agar ia bergerak hatinya untuk bertindak
melakukan suatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.Di

83

kalangan para ahli muncul berbagai pendapat tentang motivasi.


Meskipun demikian, ada juga semacam kesamaan pendapat yang dapat
ditarik mengenai pengertian motivasi, yaitu: dorongan dari dalam diri
seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut melakukan kegiatankegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Yang dapat diamati
adalah kegiatan atau mungkin alasan-alasan tindakan tersebut (Noto
Atmodjo, 2010).
Di dalam dunia pendidikan motivasi diwujudkan dalam usaha atau
semangat belajar yang tinggi, dan selalu ingin mencapai skors yang
tinggi.Sedangkan dalam dunia kerja atau organisasi, motivasi ini
ditampakkan atau diwujudkan dalam perilaku kerja atau kinerja yang
tinggi, selalu ingin bekerja lebih baik dari sebelumnya atau lebih baik dari
orang lain, serta mampu mengatasi kendala dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu jika dilihat dari bahasan diatas bahwa jika memiliki
motivasi yang tinggi untuk menggunakan APD (Handscoon dan Masker)
bisa ditampakkan juga tingginya motivasi responden dalam proses
pencegahan penularan infeksi karena penggunaan APD (Handscoon dan
Masker) merupakan salah satu point dalam pencegahan penularan infeksi.
4.2.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan

terhadap Motivasi tentang

Pengggunaan APD (Handscoond dan Masker) dalam Pencegahan


Penularan

Infeksi

pada

Perawat

di

Puskesmas

Gondanglegi

Kecamatan Kabupaten Malang


Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar (80%)
responden memilki pengetahuan yang baik dengan tingkat motivasi tinggi

84

sebanyak 12 responden, sedangkan sebagian kecil (7%) pengetahuan baik


dengan motivasi sedang sebanyak 1 responden. Kemudian sebagian kecil
(13%) berikutnya pengetahuan cukup dengan motivasi sedang sebanyak 2
responden. Dari analisa hasil uji statistik menggunakan Spearman
Rhodiketahui hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa nilai coefficient
correlation sebesar 0,840 dengan hasil yang menunjukkan bahwa arah
korelasi positif dengan kekuatan korelai yang sangat kuat sedangkan nilai
(p) yang besarnya 0,01 maka P < sehingga H0 diterima, artinya ada
hubungan tingkat pengetahuan terhadap motivasi tentang penggunaan
APD (Handsccon dan Masker) dalam pencegahan penularan infeksi pada
perawat di Puskemas Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi Kabupaten
Malang. Hal ini sesuai dengan tori yang menyatakan bahwa, pengetahuan
dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu tingkat pendidikan, usia, lingkungan,
social budaya.( Budiman, 2013).
Kemudian menurut Notoatmodjo (2012), semakin tinggi tingkat
pendidikan maka seseorang memiliki pengetahuan yang luas, dan kekuatan
seseorang lebih matang dalam berfikir dan bekerja, selain itu dengan
adanya pengalaman akan meningkatkan pengetahuan.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan merupakan kelemahan atau hambatan yang dijumpai dalam
penelitian. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Gondanglegi Kecamatan
Gondanglegi Kabupaten Malang ini hanya dilakukan pada tenaga

85

perawat saja yang berjumlah 15 responden. Karena responden terlalu


sedikit, kemungkinan besar hasil yang didapatkan bisa dibandingkan
dengan jumlah responden yang lebih banyak.
2. Penelitian ini hanya dilakukan hanya pada tenaga perawat saja tidak
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang lain seperti : dokter, bidan,
CSSD dan lain-lain.
3. Adanya keterbatasan dari peneliti yang tidak bisa mendampingi
secara

langsung

keseluruhan

dari

responden

dikhawatirkan

responden kurang teliti dalam menjawab, dan kadang-kadang


responden memberikan jawaban yang tidak jujur atau tidak benar.

86

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitin yang berjudul Hubungan tingkat pengetahuan terhadap
motivasi tentang penggunaan APD (Handascoon dan Masker) dalam
pencegahan penularan infeksi pada perawat di Puskesmas Gondanglegi dapat
disimpulkan sebaai berikut :
1. Pengetahuan perawat terhadap penggunaan APD (Handscoon dan Masker)
dalam pencegahan penularan infeksi pada perawat di Puskesmas
Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang sebagian kecil
(13%) memiliki pengetahuan cukup sebanyak 2 responden dan sebagian
besar (87%) memiliki pengetahuan baik dari 15 responden.
Motivasi terhadap penggunan APD (Handscoon dan Masker) di
Puskesmas

Gondanglegi

Kecamatan

Gondanglegi

Kabupaten

Malang,sebagian kecil (20%) memiliki motivasi cukup sebanyak 3


responden dan sebagian besar (80%) memiliki motivasi baik sebanyak 12
responden.
2. Ada hubungan yang kuat hubungan tingkat penegtahuan terhadap motivasi
tentang penggunaan APD (Handscoon dan Masker) dalam pencegahan
penularan infeksi pada perawat di Puskesmas Gondanglegi Kecamatan
Gondanglegi Kabupaten Malang dengan nilai korelasi Spearman sebesar
dan nilai significansy sebesar 0,001.

87

5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti lain
Diharapkan untuk memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai sumber untuk
melakukan penelitian lain seperti pengetahuan terhadap motivasi perawat
tentang penggunaan APD (Handscoon dan Masker)dalam pencegahan
penularan infeksi dan bisa menggunkan metode lain, seperti observasi.
Karena metode pemberian kuesioner tertutup terkadang kurang maksimal
dalam pengambilan datanya.
2. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan untuk memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai sumber data
dalam mengembangkan pembelajaran asuhan keperawatan kebutuhan
manusia dan dapat dijadikan sebagai bahan literature dalam perkuliahan
tentang pentingnya penggunan Universal Precaution.
3. Bagi lahan penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masuka bagi lembaga
kesehatan dan tenaga kesehatan untuk mempermudah akses informasi
tentang pelaksanaan standart Universal Precaution.
4. Bagi Responden
Diharapkan untuk memperhatikan pentingnya

penggunaan

APD

(Handscoon dan Masker)dengan baik dan benar untuk keselamatan diri


perawat terhadap berbagai macam penyakit menular dari pasien yang
sedang dihadapi.

88

DAFTAR PUSTAKA
Dahlan,(2012). Statistik untuk kedokteran dan Kesehatan.Jakarta: Salemba
Medika
Hidayat,A.,

(2004).

Pengantar

Konsep

Dasar

Keperawatan.Jakarta:SalembaMedika
Tietjen Linda dkk, (2004),Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber Daya Terbatas.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Notoatmodjo S, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika
Notoatmodjo S,(2010).Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika
Aziz,Alimul,(2012).Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika
Aziz,Alimul,(2012).Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Depkes, (2001). Prinsip dari Kewaspadaan Universal Precaution. Dinas
Kesehatan

tanggal

20

Oktober

2013

dari

hhtp://www.depkes.go.id
Potter dan Perry. 2010. Fundamental of Nursing. Indonesia : Elsevier.

89

90

Lampiran 1
INFORMED CONSENT
Kepada
Yth. Bapak/Ibu
Di PUSKESMAS Gondanglegi
Kecamatan Gondanglegi
Dengan hormat,
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen, maka saya :
Nama

: Putri Mayasari Fauzie

NIM

: 12.20.068

Bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul Hubungan Tingkat


Pengetahuan dan Motivasi Perawat terhadap Penggunaan APD (Handscoon dan
Masker) dalam Upaya Pencegahan Penularan Infeksi. Demi kelancaran penelitian
ini saya mengharapkan partisipasi ibu/bapak untuk bersedia menjadi responden
dalam penelitian ini. Atas kesediaan anda menjadi responden , peneliti ucapkan
terima kasih.

Hormat Saya,
PUTRI MAYASARI FAUZIE

91

Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama (insial) :

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang maksud dan tujuan


untuk berpartisipasi dalam penelitian yang berjudul Hubungan Tingkat
Pengetahuan terhadap Motivasitentang Penggunaan APD ( Handscoon dan
Masker) dalam Upaya Pencegahan Penularan Infeksi pada Perawat (Sebuah
Studi di PUSKESMAS Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi), maka saya
dengan penuh kesadaran serta tanpa paksaan (bersedia / tidak bersedia)* menjadi
responden penelitian dengan menandatangani surat persetujuan ini.
Malang, Mei 2016

Responden

( )**
Keterangan :
*

: coret yang tidak perlu

**

: isi dengan inisial nama

92

KUESIONER
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP MOTIVASI
PENGGUNAAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI (HANSCOON DAN
MASKER) DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA
PERAWAT
A. Petunjuk Pengisian
Pilihlah salah satu jawaban sesuai dengan pilihan saudara , dengan
memberikan tanda centang ( ) pada kontak yang telah disediakan !
B. Data Umum
Karakteristik Responden
1. Umur : .
Kurang dari 20 tahun

31 40 tahun

20 30 tahun

Lebih dari 40 tahun

2. Jenis kelamin :
Laki-laki
3. Tingkat pendidikan keperawatan :
SPK
Diploma III

Perempuan
Diploma IV
S1

KISI-KISI KUESIONER PENELITIAN

93

Variabel Penelitian
Hubungan Tingkat
Terhadap
Alat

Perlindungan Diri
(Handscoon

Nomer
Soal

1.PengukuranPengetahuan :
APD 7 butir 1,2,7,9,
soal
10,11,12
(Handscoon dan Masker)
b. Pencegahan
penularan
infeksi

dan

Masker)

Jumlah
Soal

a. Penggunaan

Pengetahuan
penggunan

Materi / Sub Materi

8 butir 3,4,5,6,8,
soal
13,14,15

dalam

Pencegahan
Penularan

Infeksi

pada perawat
Motivasi Terhadap 2. Pengukuran Motivasi :
Penggunaan Alat
Perlindungan Diri
(Handscoon dan

a. Penggunaan

APD 5 butir 16,17,19


soal
,22,30
(Handscoon dan Masker)
b. Pencegahan
penularan

Masker) Dalam
Pencegahan

infeksi

Penularan Infeksi
pada perawat

10
butir
soal

18,20,21,2
3
24,25,26,2
7
29

C. KUESIONER PENGETAHUAN PERAWAT

94

Petunjuk Pengisian
1. Mohon bantuan saudara / saudari untuk menjawab seluruh pertanyaan
yang ada dengan jujur.
2. Berilah tanda () pada kolom yang tersedia dan dipilih sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
3. Tidak ada jawaban yang benar atau salah .Saudara / saudari cukup
menjawab sesuai yang bapak /ibu alami dan rasakan dalam menjalankan
tugasnya. Jawaban saudara/saudari dijamin kerahasiaannya. Selamat
mengisi kuesioner

No
1

3
4
5
6
7
8

10

11

Pernyataan
Alat Perindungan Diri (APD), digunakan
untuk melindungi petugas kesehatan dari
mikroorganisme
Petugas kesehatan yang menerapkan prinsip
penggunaan APD akan mendapatkan
perlindungan maksimal dari penularan
infeksi
APD tersebut dalam prinsip pencegahan
penularan infeksi
Handscoon dan masker termasuk dalam
pencegahan penularan infeksi
Sebelum menggunakan handscoon, harus
melepaskan cincin terlebih dahulu
Alat yang sudah digunakan untuk tindakan
keperawatan cukup dicuci saja
Standart penggunaan handscoon dan masker
harus digunakan saat kontak dengan pasien
Standart penggunaan handscoon melindungi
telapak tangan samapi pergelangan tangan
dari kontak langsung dengan cairan atau saat
melakukan prosedur yang bersifat infeksius.
Fungsi menggunakan masker untuk
menahan cipratan yang keluar saat pasien
batuk dan berbicara
Standart penggunaan masker tidak harus
menggunakan jenis masker yang terbuat dari
bahan yang tahan cairan
Handscoon
yang
digunakan
untuk
perawatan luka biasanya digunakan untuk
sekali tindakan keperawatan saja

Benar

Salah

95

12

13

14
15

Standrat penggunaan masker yang baik


adalah tidak menggunakannya secara
bersama-sama antar sesama petugas
Pembuangan
sampah
harus
selalu
dibedakan sesuai penggolongannya dan juga
tempat pembuangannya
Mencuci tangan hendaknya menggunakan
sabun dan dibawah air yang mengalir
Setelah melepaskan handscoon , kita harus
cuci tangan

D.KUESIONER MOTIVASI PERAWAT

96

Petunjuk Pengisian
1. Mohon bantuan saudara / saudari untuk menjawab seluruh pertanyaan
yang ada dengan jujur.
2. Berilah tanda () pada kolom yang tersedia dan dipilih sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
3. Tidak ada jawaban yang benar atau salah .Saudara / saudari cukup
menjawab sesuai yang bapak /ibu alami dan rasakan dalam menjalankan
tugasnya. Jawaban saudara/saudari dijamin kerahasiaannya .Selamat
mengisi kuesioner.
N
o

Pernyataan

Iya

16

Saya menggunakan handscoon dan masker karena


memang saya harus mematuhi Standart
Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku di
tempat saya bekerja

17

Saya menggunakan handscoon dan masker karena


rekan kerja saya juga menggunakannya

18

Saya merasa bahwa penggunaan handscoon dan


masker
merupakan salah satu cara untuk
melindungi saya agar terhindar dari penularan
infeksi

19

Saya tidak menggunakan handscoon dan masker


saat akan melakukan pengoplosan obat yang
diresepkan untuk pasien

20

Saya mencuci tangan dengan air saja setiap


sesudah kontak dengan darah atau cairan tubuh
lainnya

21

Saya
mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan pada pasien

22

Saya menggunakan handscoon dan masker saat


menggunakan alat yang sudah terkontaminasi
dengan cairan pasien

23

Saya
membuang
penggolongannya

24

Saya hanya mencuci dengan sabun alat bekas


pakai/ alat kesehatan setelah digunakan tindakan
keperawatan

sampah

sesuai

Tidak

dengan

97

25

Saya menggolongkan alat yang steril dan alat yang


bersih sesuai dengan tempat penyimpanannya

26

Saya tidak memakai masker karena teman kerja


saya juga banyak yang tidak menggunakan

27

Saya juga tidak memakai sarung tangan ketika


melakukan prosedur injeksi karena saya merasa
tidak perlu menggunkannya

28

Saya tidak menggunakan masker ketika saya akan


berkomunikasi dengan pasien yang masih dicurigai
terjangkit penyakit menular

29

Saya hanya
menggunakan masker ketika
melakukan tindakan keperawatan pada pasien
isolasi

30

Saya malas menggunakan handscoon dan masker


setiap hari karena fasilitas ditempat saya bekerja
kurang memadahi

Lampiran 3
KUNCI JAWABAN KUESIONER

98

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP MOTIVASI


TENTANG PENGGUNAAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI
(HANDSCOON DAN MASKER) DALAM PENCEGAHAN PENULARAN
INFEKSI
No
1

Pertanyaan

Kunci Jawaban

Jenis
pertanyaan

Alat Perindungan Diri (APD), digunakan


untuk melindungi petugas kesehatan dari
mikroorganisme

Positif (+)

Petugas kesehatan yang menerapkan


prinsip
penggunaan
APD
akan
mendapatkan perlindungan maksimal
dari penularan infeksi
APD tersebut dalam prinsip pencegahan
penularan infeksi
Handscoon dan masker termasuk dalam
pencegahan penularan infeksi
Sebelum menggunakan handscoon, tidak
perlu melepaskan cincin terlebih dahulu

Alat yang sudah digunakan untuk


tindakan keperawatan cukup dicuci saja

Standart penggunaan handscoon dan


masker harus digunakan saat kontak
dengan pasien
Standart
penggunaan
handscoon
melindungi telapak tangan samapi
pergelangan tangan dari kontak langsung
dengan cairan atau saat melakukan
prosedur yang bersifat infeksius.
Fungsi menggunakan masker untuk
menahan cipratan yang keluar saat
pasien batuk dan berbicara
Standart penggunaan masker tidak harus
menggunakan jenis masker yang terbuat
dari bahan yang tahan cairan
Handscoon yang digunakan untuk
perawatan luka biasanya digunakan
untuk sekali tindakan keperawatan saja

10

11

Positif (+)

Positif (+)

Positif (+)

Negatif (-)

Negatif (-)

Positif (+)

Positif (+)

Positif (+)

Negatif (-)

Positif (+)

99

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21
22

23
24

Standrat penggunaan masker yang bsik


adalah tidak menggunakannya secara
bersama-sama antar sesama petugas
Pembuangan sampah tidak selalu
dibedakan sesuai penggolongannya dan
juga tempat pembuangannya
Mencuci
tangan
hendaknya
menggunakan sabun dan dibawah air
yang mengalir
Setelah melepaskan handscoon , kita
harus cuci tangan
Saya menggunakan handscoon dan
masker karena memang saya harus
mematuhi
Standart
Operasional
Prosedur (SOP) yang berlaku di tempat
saya bekerja
Saya menggunakan handscoon dan
masker karena rekan kerja saya juga
menggunakannya
Saya merasa bahwa penggunaan
handscoon dan masker merupakan salah
satu cara untuk melindungi saya agar
terhindar dari penularan infeksi
Saya tidak menggunakan handscoon
dan masker
saat akan melakukan
pengoplosan
obat yang diresepkan
untuk pasien
Saya mencuci tangan dengan air saja
setiap sesudah kontak dengan darah atau
cairan tubuh lainnya
Saya mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan pada pasien
Saya
menggunakan handscoon dan
masker saat menggunakan alat yang
sudah terkontaminasi dengan cairan
pasien
Saya membuang sampah sesuai dengan
penggolongannya
Saya hanya mencuci dengan sabun alat
bekas pakai/ alat kesehatan setelah
digunakan tindakan keperawatan

Negatif (-)

Negatif (-)

Positif (+)

Positif (+)

Positif (+)

Negatif (-)

Positif (+)

Positif (+)

Positif (+)

Negatif (-)

Positif (+)

Positif (+)

Negatif (-)

100

25

26

27

28

29

30

Saya menggolongkan alat yang steril


dan alat yang bersih sesuai dengan
tempat penyimpanannya
Saya tidak memakai masker karena
teman kerja saya juga banyak yang tidak
menggunakan
Saya juga tidak memakai sarung tangan
ketika melakukan
prosedur injeksi
karena saya merasa tidak perlu
menggunkannya
Saya tidak menggunakan masker ketika
saya akan berkomunikasi dengan pasien
yang masih dicurigai terjangkit penyakit
menular
Saya hanya menggunakan masker ketika
melakukan tindakan keperawatan pada
pasien isolasi
Saya malas menggunakan handscoon
dan masker setiap hari karena fasilitas
ditempat saya bekerja kurang memadahi

Positif (+)

Negatif (-)

Negatif (-)

Negatif (-)

Negatif (-)

Positif (+)

Lampiran 4
MASTER TABEL

Nama
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Usia/t
ahun

KL
A
A
A
I
R
DH
IH
S
D
R
V
M
M
F

40
20
31
20
31
20
27
25
50
31
20
20
26
23
45

Jenis
Kelami
n
J
L

Tingk
at
Pendi
dikan
P
S1
D3
SPK
D3
D3
D3
D3
D3
SPK
D3
D3
D3
D3
D3
S1

Pengetahuan terhadap penggunaan APD pada Perawat

Total

Nomor soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

11

12

13

14

15

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1

1
1
1
1
o
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1

1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0

1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0

101

15
15
14
12
10
15
14
13
11
13
15
12
14
15
13

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP MOTIVASI DALAM


PENGGUNAAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI (HANDSCOON DAN MASKER
DALAM PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI PADA PERAWAT

Nama
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Usia/t
ahun

KL
A
A
A
I
R
DH
IH
S
D
R
V
M
M
F

40
20
31
20
31
20
27
25
50
31
20
20
26
23
45

Jenis
Kelami
n

Tingk
at
Pendi
dikan

J
L

S1
D3
SPK
D3
D3
D3
D3
D3
SPK
D3
D3
D3
D3
D3
S1

Motivasi terhadap penggunaan APD pada Perawat

Total

Nomor soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

11

12

13

14

15

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1

0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1

1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1

1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1

1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0

1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1

1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0

14
10
14
12
13
15
11
13
11
13
15
12
14
15
13

Keterangan :
N : Nama initial
KM : Kategori Motivasi

J: Jenis Kelamin P : Tingkat Pendidikan:

L
: Laki-laki
1 : Motivasi tinggi
: Usia
P
: Perempuan
2 : Motivasi sedang

tinggi
U
sedang
rendah

KP :Kategori Pengetahuan

P1 : SPK

1 : Pengetahuan

P2: D3

2 : Pengetahuan

P3 : D4

3 : Pengetahaun

3 : Motivasi rendah

Lampiran 14
TUGAS AKHIR PROGRAM SEMESTER VII- VIII
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG
TAHUN 2015-2016
No

Kegiatan

1
2
3
4
5
6

Review Riset
Input Judul
Bimbingan
Uji Proposal
Revisi Proposal
Pengumpulan draft Proposal
dan Perijinan Penelitian

Oktober1 November Desember


Januari
Februari
Maret16
April16
Mei
5
15
15
16
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

102

10

Penulisan Skripsi, penelitian


sampai selesai

11
12

Uji sidang akhir Skripsi


Revisi penulisan dan
pengumpulan hasil
penelitian Skripsi
Pengumpulan draft Skripsi

13

Pembimbing I
Peneliti

Pembimbing II

Tri Nur Hudi S M.kep


Putri Mayasari F
NIK. 200811005
NIK. 201103013
NIM. 12.20.068

Inu Martina SST

103

104

Anda mungkin juga menyukai