Anda di halaman 1dari 31

TUGAS ELEKTONIKA KOMUNIKASI

SISTEM MODULASI

Kelas / Kelompok : A / 4

Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.

Farid Subhi
Febrian Dwi Putra
Halida Rahmawati
Iga Hana Pratiwi

(D310020)
(D310021)
(D310023)
(D310027)

AKADEMI TEKNIK TELEKOMUNIKASI SANDHY PUTRA PURWOKERTO


JL. D.I. PANJAITAN 128 PURWOKERTO
2011

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................i
BAB I ISI..............................................................................................................1
MODULASI DAN DEMODULASI
A. MODULASI...................................................................................................1
1. MODULASI ANALOG..................................................................................2
1.1 Metoda Modulasi......................................................................................2
a. Modulasi Amplitudo............................................................................3
b. Modulasi Frekwensi............................................................................4
c. Modulasi Fase......................................................................................4
1.2 Struktur Sirkit-Sirkit Untuk Modulasi
Amplitudo Dan Modulasi Frekwensi....................................................4
1.2.1 Sirkit Modulasi Amplitudo.............................................................5
1.2.2 Sirkit Modulasi Frekwensi.............................................................5
1.2.3 Demodulasi dalam sistem modulasi amplitudo..............................6
1.2.4 Demodulasi dalam sistem frekwensi modulasi..............................7
1.3

Jenis-jenis modulasi.......................................................................8

1.3.1 Modulasi amplitudo dan demodulasi.............................................8


a. modulasi amplitudo....................................................................9
b. modulasi sudut...........................................................................10
2. MODULASI DIGITAL....................................................................................12
a. Amplitude Shift Keying Amplitude Shift Keying (ASK).............................14
b. Frequncy Shift Keying Frequency Shift Keying (FSK)...............................14
c. Phase Shift Keying Phase Shift Keying (PSK).............................................15
2.1 Modulasi Pulsa..........................................................................................16
2.1.1 Pengertian Modulasi pulsa.......................................................................16
2.2.1 PAM (Pulse Amplitude Modulation).......................................................17

2.2.2 PCM (Pulse Code Modulation)...............................................................18


a. kuantisasi sinyal...................................................................................18
b. distorsi kuantisasi................................................................................20
c. pengembangan PCM...........................................................................20
2.2.3 PWM (Pulse Width Modulation) ............................................................22
2.2.4 PPM (Pulse Position Modulation)...........................................................22
B. DEMODULASI ..............................................................................................23
1. pemodulator FM ..........................................................................................23
2. Modulator PSK ............................................................................................24
a. BPSK .......................................................................................................24
b. DPSK.......................................................................................................25
c. QPSK........................................................................................................25
BAB II KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN.................................................................................................26
SARAN.............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... iii

BAB I
ISI
MODULASI DAN DEMODULASI
Dalam gelombang pembawa apabila arus gelombang pembawa dibuat dan
dipotong oleh kode-kode telegrap, maka kodenya dimodulir oleh arus gelombang
pembawa. Proses semacam ini disebabkan karena arus gelombang pembawa berubahubah seperti fungsi dari pada nilai gelombang kode telegrap pada saat itu yang disebut
modulasi. Proses yang mengeluarkan kode telegrap asli yang dikirim dari modulasi arus
gelombang pembawa disebut demodulasi.
A. MODULASI
Modulasi adalah proses perubahan (varying) suatu gelombang periodik sehingga
menjadikan suatu sinyal mampu membawa suatu informasi. Dengan proses modulasi,
suatu informasi (biasanya berfrekeunsi rendah) bisa dimasukkan ke dalam suatu
gelombang pembawa, biasanya berupa gelombang sinus berfrekuensi tinggi. Terdapat
tiga parameter kunci pada suatu gelombang sinusiuodal yaitu : amplitudo,fase dan
frekuensi. Ketiga parameter tersebut dapat dimodifikasi sesuai dengan sinyal informasi
(berfrekuensi rendah) untuk membentuk sinyal yang termodulasi. Peralatan untuk
melaksanakan proses modulasi disebut modulator, sedangkan peralatan untuk
memperoleh informasi informasi awal (kebalikan dari dari proses modulasi) disebut
demodulator dan peralatan yang melaksanakan kedua proses tersebut disebut modem.
Informasi yang dikirim bisa berupa data analog maupun digital sehingga terdapat dua
jenis modulasi yaitu
modulasi analaog
modulasi digital

Sinyal analog adalah sinyal data dalam bentuk gelombang yang kontinyu, yang
membawa informasi dengan mengubah karakteristik gelombangnya. Sinyal analog
bekerja dengan mentransmisikan suara dan gambar dalam bentuk gelombang kontinu

(continous varying). Dua parameter/karakteristik terpenting yang dimiliki oleh isyarat


analog adalah amplitude dan frekuensi. Isyarat analog biasanya dinyatakan dengan
gelombang sinus, mengingat gelombang sinus merupakan dasar untuk semua bentuk
isyarat analog. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa berdasarkan analisis fourier, suatu
sinyal analog dapat diperoleh dari perpaduan sejumlah gelombang sinus. Dengan
menggunakan sinyal analog, maka jangkauan transmisi data dapat mencapai jarak yang
jauh, tetapi sinyal ini mudah terpengaruh oleh noise.
Gelombang pada sinyal analog yang umumnya berbentuk gelombang sinus memiliki
tiga variable dasar, yaitu amplitudo, frekuensi dan phase.
Amplitudo merupakan ukuran tinggi rendahnya tegangan dari sinyal analog.
Frekuensi adalah jumlah gelombang sinyal analog dalam satuan detik.
Phase adalah besar sudut dari sinyal analog pada saat tertentu.
Sinyal digital merupakan hasil teknologi yang dapat mengubah signal menjadi
kombinasi urutan bilangan 0 dan 1 (juga dengan biner), sehingga tidak mudah
terpengaruh oleh derau, proses informasinya pun mudah, cepat dan akurat, tetapi
transmisi dengan sinyal digital hanya mencapai jarak jangkau pengiriman data yang
relatif dekat. Biasanya sinyal ini juga dikenal dengan sinyal diskret. Sinyal yang
mempunyai dua keadaan ini biasa disebut dengan bit. Bit merupakan istilah khas pada
sinyal digital. Sebuah bit dapat berupa nol (0) atau satu (1). Kemungkinan nilai untuk
sebuah bit adalah 2 buah (2^1). Kemungkinan nilai untuk 2 bit adalah sebanyak 4 (2^2),
berupa 00, 01, 10, dan 11. Secara umum, jumlah kemungkinan nilai yang terbentuk oleh
kombinasi n bit adalah sebesar 2^n buah. System digital merupakan bentuk sampling
dari sytem analog. digital pada dasarnya di code-kan dalam bentuk biner (atau Hexa).
besarnya nilai suatu system digital dibatasi oleh lebarnya / jumlah bit (bandwidth).
jumlah bit juga sangat mempengaruhi nilai akurasi system digital.

1.

MODULASI ANALOG

1.1 METODA MODULASI


Apabila gelombang pembawa diumpamakan dengan gelombang sinus i = A
, tiga kemungkinan type-type modulasi dapat diterangkan sebagai berikut:

a. Amplitudo A yang berubah-ubah - modulasi amplitudo.


b. Frekwensi f yang berubah-ubah - modulasi frekwensi.
c. Perbedaan fase yang berubah-ubah - modulasi fase.
Penjelasan dari type modulasi yang ada diatas:
a.

Modulasi amplitudo
Arus gelombang pembawa yang berubah-ubah seperti yang diperlihat kan

dalam gambar 1.1 (b), oleh kode telegrap dalam gambar 1.1 (a). Ketika arus kode
ada dalam status minus gelombang pembawa dikirimkan.

a. Kode telegrap

b. Modulasi amplitude

c. Modulasi frekuensi

d. Modulasi fase
Gambar 1.1 Bentuk gelombang dari metoda modulasi yang berbeda-beda

b.

Modulasi frekwensi
Seperti yang terlihat dalam gambar 1.1, adalah frekwensi rendah dari

gelombang pembawa sedangkan gelombang kode telegrap dalam status minus yang
berubah-ubah dan pindah tinggi pada waktu gelombang kode menjadi plus. Dalam
telegrap gelombang pembawa seperti suatu type yang spesial dari modulasi
frekwensi, dua frekwensi gelombang pembawa yang berbeda digunakan, satu untuk
kode plus dan yang lain untuk kode minus. System modulasi ini disebut system
ferkunesi shift (sistem penggeseran frekuensi) dan disingkat menjadi FS. Nilai
tengah dari kedua frekwensi disebut frekwensi tengah.
c.

Modulasi fase
Seperti yang terlihat dalam gambar 1.1 maka metoda ini merubah fase dari

gelombang pembawa kode plus dan minus. Dalam metoda ini dua macam
gelombag mempunyai amplitudo dan frekwensi yang sama, tetapi memerlukan fase
yang berbeda. Metoda ini merubah 180 atau radian seperti yang terlihat dalam
gambar yang disebut metoda fase timbale balik. A, f dan

dan

untuk ketiga modulasi di atas itu tercatat dalam daftar.

Tabel 1.2 Perbandingan Modulasi

1.2 STRUKTUR SIRKIT-SIRKIT UNTUK MODULASI AMPLITUDO DAN


MODULASI FREKWENSI
Prinsip modulasi setiap sirkit amplitudo dan frekwensi akan diterangkan dalam
bagian ini.

1.2.1

Sirkit modulasi amplitudo


Seperti yang terlihat dalam gambar 5.2, dua rectifier. Apabila voltasenya

plus, maka hampir tidak ada arus gelombang pembawa yang dihasilkan karena arah
arus berlawanan dengan apa yang dilakukan rectifier dan tahanan cukup besar.
Apabila voltasenya minus arah arus dibiarkan bekerja oleh rectifier dan
tahanannyapun menjadi kecil. Jadi arus gelombang pembawa yang ditimbulkan
oleh osilator melalui transformator. Dengan jalan ini modulasi dari gelombang
pembawa dibuat oleh adanya voltase plus dan minus dari sinyal telegrap terhadap
rectifier.
1.2.2

Sirkit modulasi frekwensi


Sirkit ini adalah suatu sirkit yang orisinil yang menggunakan transistor

pada gambar 5.3 Modulasi fekwensi ini dijalankan dengan menggabungkan atau
melepaskan kondensator C atau dari sirkit osilator LC.

Gambar 1.3 Prinsip sirkit modulasi amplitudo

Gambar 1.4 Prinsip sirkit modulasi frekuensi

Frekwensi osilator f adalah:

Oleh karena itu dengan merubah nilai C, maka frekwensinyapun berubah.


Umpamanya voltase sinyal telegrap dipasangkan pada sirkit dalam gambar. Apabila
voltasenya plus, arusnya akan berada pada arah yang berlawanan dengan yang
dilakukan oleh rectifier dan dengan demikian tahanannya menjadi lebih besar.
Untuk alasan ini C dikirim dari sirkit LC dan frekwensinya akan menjadi:

Frekwensi ini agak tinggi. Sebaliknya apabila voltasenya minus arah arus dibiarkan
oleh rectifier maka tahanannyapun kecil; oleh karena itu C adalah digandengkan
dengan C yang diparalelkan dan frekwensi akan menjadi:

dalam hal ini frekwensinya rendah. Dengan memilih nilai

C yang cocok,

perbedaan antara f (+) dan f (-) .


1.2.3

Demodulasi dalam sistem modulasi amplitudo


Modulasi gelombang pembawa mempunyai bentuk, misalnya, yanr

terlihat dalam gambar 5.4(b) tetapi apabila gelombang itu diterima setelah melewati
saringan kirim dan saringan terima akan mempunyai gelombang yang diperlihatkan
dalam gambar (c). oleh sebab arus elektris biasanya lemah, maka diperkuat oleh
amplifier, misalnya oleh transistor. Gelombang yang diperkuat direktifisir oleh fullwave type rectifier; bentuk gelombang terlihat dalam gambar (d). Bentuk dari
gelombang ini selanjutnya diratakan dengan menggunakan kondensator dan
tahanan seperti yang terlihat dalam gambar (e).Arus yang direktifikasikan ini
menggiatkan rele penerima dimana arus bias setiap waktu mengalir. Apabila arus
rektifikasi tidak mengalir, arus (+) mengalir dalam rele seperti arus penerima dan

apabila arus rektifikasi mengalir, arus (-) penerima dan sinyal telegrap
diproduksikan seperti yang terlihat dalam gambar (f).

a. Mengirim kode telegrap

b. Bentuk gelombang modulasi

c. Bentuk gelombang yang diterima

d. Bentuk gelombang full-wave

e. Bentuk gelombang dari arus rele

f. Penerimaan kode telegrap


Gambar 1.5

Bentuk-bentuk gelombang dalam demodulasi (modulasi amplitude)


1.2.4

Demodulasi dalam sistem frekwensi modulasi


Dalam system frekwensi modulasi, plus dan minus dari arus sinyal

membuat modulasi arus gelombang pembawa dengan frekwensi tinggi dan rendah.
Demodulasi juga dilakukan oleh metoda diskriminasi frekwensi yang membuat arus
searah dari intensitas yang berbeda-beda sesuai dengan frekwensi tinggi dan
rendah. Gelombang yang melewati saringan terima mempunyai amplitudo yang
tidak teratur seperti terlihat dalam gambar 1.5 (c), oleh karena itu dengan
menggunakan amplifier, amplitudonya diseragamkan pada nilai tertentu seperti
terlihat dalam gambar (d) dari gambar yang sama. Prosedur ini disebut pembatasan
amplitudo. Setelah amplitudo duseragamkan,maka diskriminasi frekwensi dimulai.
Jalan yang umum untuk mendiskriminasikan frekwensi-frekwensi adalah
penggunaan sirkit resonansi yang sederhana. Salah satu

meresonansikan dengan

frekwensi tinggi dan yang lain dengan frekwensi rendah. (e) dan (f) dalam gambar
memperlihatkan bentuk-bentuk gelombang yang terima seketika gelombang
modulasi frekwensi lewat. Gelombang (e) direktifikasikan dan rektifikasi arus
searah (g) diterima. Gelombang (f) direktifikasikan dan dibalikkan, dan arus searah
(h) diterima. Kemudian (g) dan (h) dijumlahkan bersama, dan dengan demikian
tercapailah bentuk gelombang resultante yang terlihat dalam (i). arus ini
menggiatkan rele dan kode-kode kirim dapat diproduksikan pada ujung penerimaan
seperti gamabar (j).
1.3 JENIS-JENIS MODULASI
Cara-cara modulasi yang diperlihat pada daftar berikut, secara garis
besarnya dapat dibagi menjadi modulasi analog dan digital. Modulasi continuous
parametric berarti modulasi amplitudo atau modulasi sudut. Ini berati bahwa pada
modulasi pulsa parametric, amplitudo dari pulsa-pulsa atau sejenisnya dirubah
secara analog. Modulasi kode Pulsa (PCM) adalah cara modulasi pengubahan A.D
(Analog-Digital), sesuai dengan ketentuan yang tetap.
1.3.1 Modulasi Amplitudo dan Demodulasi

a.

Modulasi amplitudo
Telah dinyatakan bahwa pada modulasi amplitudo, adalah membuat suatu

cara sehingga amplitudo gelombang pembawa berubah sesuai dengan bentuk


gelombang dari informasi yang akan dikirimkan, seperti pada gambar 1.6. Dalam
hal ini, sinyal yang akan dibawa dinamakan sinyal modulasi dan gelombang radio
yang membawa, dan umumnya frekwensi gelombang pembawa yang harus lebih
tinggi dari pada sinyalmodulasi, dinamakan gelombang pembawa. Pada saluran
telepon, fekwensi suara umunya terletak dibawah 3.400 Hz,sedangkan dimpihak lain
yaitu gelombang pembawa, misalnya dalam hal HF, adalah beberapa MHz, jadi jauh
lebih tinggi. Dalam hal ini pengiriman sinyal telegrap, juga demikian seperti
diperlihatkan pada gambar 1.6 Gelombang pembawa yang dimodulasi jenis ini juga
dinamakan gelombang A.1. Ini berarti bahwa amplitude a dari gelombang pembawa
dirubah sehingga diperoleh:
(5.2.1)
oleh karena bentuk gelombang sinyal am sin

, Kemudian bentuk

gelombang modulasi dapat dituliskan sebagai berikut:

(5.2.2)

Dalam hal ini k = am / ao yaitu factor modulasi.


Bentuk sinyal gelombang tidak berbentuk satu frekwensi seperti pada rumus. Tetapi
dendan memperhatikan teori expansi Fourier, maka bentuk gelombang sinyal dapat
dianggap sebagai superposisi. Apabila spectrum frekwensi informasi seperti gambar
1.6 (a), maka gelombang yang dimodulasi menjadi seperti gambar 1.6 (b).

a. Gelombang sinyal

b. Gelombang modulasi
Gambar 1.6
Spektrum dari modulasi amplitudo

b. Modulasi sudut
Modulasi sudut adalah suatu proses modulasi dimana sudut dari gelombang
pembawa yang berbentuk sinus adalah parameter subject yang dirubah-ubah. Sudut
yang dimaksud adalah keseluruhan argumen dari fungsi sinus.

a. Bentuk gelombang sinyal yang akan dikirimkan


(misal frekuensi suara)

b. Gelombang pembawa

c. Gelombang FM
Gambar 1.7
Modulasi Frekuensi
Baik modulasi fasa maupun modulasi frekwensi akan serupa setelah
sinyalnya masing-masing didefensir dan diintergrir. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa gelombang modulasi fasa dapat diperoleh dengan modulasi fasa,
atau melakukan dulu sinyal pada rangkaian deferensial baru kemudian diteruskan
ke modulasi frekwensi. Dengan cara yang sama. Keduanya dinamakan modulasi
sudut. Tetapi sebaliknya system FM mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai
berikut:
1) Perhubungan dapat dilaksanakan dengan gerisik yang lebih kecil.
2) Dapat dilakukan perhubungan dengan kualitas yang sama dengan system
AM, tetapi dengan tenaga yang lebih kecil.
3) Dapat dilakukan perhubungan tanpa timbulnya perubahan level dari bentuk
gelombang sinyal yang disebabkan oleh perubahan amplitudo akibat fading
mengingat sinyal yang ditumpangkannya terletak pada perubahan frekwensi.

Keadaan inilah yang menentukan sifat FM yang sangat penting, sehingga


system FM dipergunakan secara luas diperbagai bidang, seperti siaran musik
Hi-Fi, VHF radio mobil dan radio-relay gelombang mikro. Karena
kelemahannya di bidang frekwensi yang didudukinya, maka system tidak
dipergunakan pada frekwensi-frekwensi VHF, UHF dan SHF. Gambar 5.6
memperlihat hal terjadinya frekwensi modulasi dengan menggunakan kodekode telegrap. Dalam hal ini frekwensi kan dinamakan sinyal FSK (Frequency
ShiftnKeying).

Gambar 1.8
Sinyal FS

2. MODULASI DIGITAL
Modulasi digital merupakan proses penumpangan sinyal digital (bit stream)
ke dalam sinyal carrier. Modulasi digital sebetulnya adalah proses mengubah-ubah
karakteristik dan sifat gelombang pembawa (carrier) sedemikian rupa sehingga
bentuk hasilnya (modulated carrier) memeiliki ciri-ciri dari bit-bit (0 atau 1) yang

dikandungnya. Berarti dengan mengamati modulated carriernya, kita bisa


mengetahui urutan bitnya disertai clock (timing, sinkronisasi).
Signal digital ini memiliki berbagai keistimewaan yang unik yang tidak dapat
ditemukan pada teknologi analog yaitu :

Mampu mengirimkan informasi dengan kecepatan cahaya yang dapat membuat


informasi dapat dikirim dengan kecepatan tinggi.

Penggunaan yang berulang ulang terhadap informasi tidak mempengaruhi


kualitas dan kuantitas informsi itu sendiri.

Informasi dapat dengan mudah diproses dan dimodifikasi ke dalam berbagai


bentuk.

Dapat memproses informasi dalam jumlah yang sangat besar dan mengirimnya
secara interaktif.

Pengolahan sinyal digital memerlukan komponen-komponen digital, register,


counter, decoder, mikroprosessor, mikrokontroler dan sebagainya.
Saat ini pengolahan sinyal banyak dilakukan secara digital, karena kelebihannya
antara lain :
1. Untuk menyimpan hasil pengolahan, sinyal digital lebih mudah dibandingkan
sinyal analog. Untuk menyimpan sinyal digital dapat menggunakan media
digital seperti CD, DVD, Flash Disk, Hardisk. Sedangkan media penyimpanan
sinyal analog adalah pita tape magnetik.
2.

Lebih kebal terhadap noise karena bekerja pada level 0 dan 1.

3.

Lebih kebal terhadap perubahan temperatur.

4.

Lebih mudah pemrosesannya.

Melalui proses modulasi digital sinyal-sinyal digital setiap tingkatan dapat dikirim ke
penerima dengan baik. Untuk pengiriman ini dapat digunakan media transmisi fisik
(logam atau optik) atau non fisik (gelombang-gelombang radio). Untuk pengiriman
ini dapat digunakan media transmisi fisik (logam atau optik) atau non fisik

(gelombang-gelombang radio). Pada dasarnya dikenal 3 prinsip atau sistem modulasi


digital yaitu: ASK, FSK, dan PSK
a. Amplitude Shift Keying Amplitude Shift Keying (ASK)
Pengiriman sinyal berdasarkan pergeseran amplitude, merupakan suatu metoda
modulasi dengan mengubah-ubah amplitude. Dalam proses modulasi ini
kemunculan frekuensi gelombang pembawa tergantung pada ada atau tidak
adanya sinyal informasi digital. Keuntungan yang diperoleh dari metode ini
adalah bit per baud (kecepatan digital) lebih besar. Sedangkan kesulitannya
adalah dalam menentukan level acuan yang dimilikinya, yakni setiap sinyal yang
diteruskan melalui saluran transmisi jarak jauh selalu dipengaruhi oleh redaman
dan distorsi lainnya. Oleh sebab itu meoda ASK hanya menguntungkan bila
dipakai untuk hubungan jarak dekat saja. Dalam hal ini faktor derau harus
diperhitungkan dengan teliti, seperti juga pada sistem modulasi AM. Derau
menindih puncak bentuk-bentuk gelombang yang berlevel banyak dan membuat
mereka sukar mendeteksi dengan tepat menjadi level ambangnya.
b. Frequncy Shift Keying Frequency Shift Keying (FSK)
Pengiriman sinyal melalui penggeseran frekuensi. Metoda ini merupakan suatu
bentuk modulasi yang memungkinkan gelombang modulasi menggeser
frekuensi output gelombang pembawa. Pergeseran ini terjadi antara harga-harga
yang telah ditentukan semula dengan gelombang output ang tidak mempunyai
fasa terputus-putus. Dalam proses modulasi ini besarnya frekuensi gelombang
pembawa berubah-ubah sesuai dengan perubahan ada atau tidak adanya sinyal
informasi digital. FSK merupakan metode modulasi yang paling populer. Dalam
proses ini gelombang pembawa digeser ke atas dan ke bawah untuk memperoleh
bit 1 dan bit 0. Kondisi ini masing-masing disebut space dan mark. Keduanya
merupakan standar transmisi data yang sesuai dengan rekomendasi CCITT. FSK
juga tidak tergantung pada teknik on-off pemancar, seperti yang telah ditentukan
sejak semula. Kehadiran gelombang pembawa dideteksi untuk menunjukkan
bahwa pemancar telah siap. Dalam hal penggunaan banyak pemancar (multi
transmitter), masing-masingnya dapat dikenal dengan frekuensinya. Prinsip
pendeteksian gelombang pembawa umumnya dipakai untuk mendeteksi

kegagalan sistem bekerja. Bentuk dari modulated Carrier FSK mirip dengan
hasil modulasi FM. Secara konsep, modulasi FSK adalah modulasi FM, hanya
disini tidak ada bermacam-macam variasi /deviasi ataupun frekuensi, yang ada
hanya 2 kemungkinan saja, yaitu More atau Less (High atau Low, Mark atau
Space). Tentunya untuk deteksi (pengambilan kembali dari kandungan Carrier
atau proses demodulasinya) akan lebih mudah, kemungkinan kesalahan (error
rate) sangat minim/kecil. Umumnya tipe modulasi FSK dipergunakan untuk
komunikasi data dengan Bit Rate (kecepatan transmisi) yang relative rendah,
seperti untuk Telex dan Modem-Data dengan bit rate yang tidak lebih dari 2400
bps (2.4 kbps).
c. Phase Shift Keying Phase Shift Keying (PSK)
Pengiriman sinyal melalui pergeseran fasa. Metoda ini merupakan suatu bentuk
modulasi fasa yang memungkinkan fungsi pemodulasi fasa gelombang
termodulasi di antara nilai-nilai diskrit yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam
proses modulasi ini fasa dari frekuensi gelombang pembawa berubah-ubah
sesuai denganperubahan status sinyal informasi digital. Sudut fasa harus
mempunyai acuan kepada pemancar dan penerima. Akibatnya, sangat diperlukan
stabilitas frekuensi pada pesawat penerima. Guna memudahkan untuk
memperoleh stabilitas pada penerima, kadang-kadang dipakai suatu teknik yang
koheren dengan PSK yang berbeda-beda. Hubungan antara dua sudut fasa yang
dikirim digunakan untuk memelihara stabilitas. Dalam keadaan seperti ini , fasa
yang ada dapat dideteksi bila fasa sebelumnya telah diketahui. Hasil dari
perbandingan ini dipakai sebagai patokan (referensi). Untuk transmisi Data atau
sinyal Digital dengan kecepatan tinggi, lebih efisien dipilih system modulasi
PSK. Dua jenis modulasi PSK yang sering kita jumpai yaitu : BPSK adalah
format yang paling sederhana dari PSK. Menggunakan dua yang tahap yang
dipisahkan sebesar 180 dan sering juga disebut 2-PSK. Modulasi ini paling
sempurna dari semua bentuk modulasi PSK. Akan tetapi bentuk modulasi ini
hanya mampu memodulasi 1 bit/simbol dan dengan demikian maka modulasi ini
tidak cocok untuk aplikasi data-rate yang tinggi dimana bandwidthnya dibatasi.
QPSK Kadang-Kadang dikenal sebagai quarternary atau quadriphase PSK atau
4-PSK, QPSK menggunakan empat titik pada diagram konstilasi, terletak di

sekitar suatu lingkaran. Dengan empat tahap, QPSK dapat mendekode dua bit
per simbol. Hal ini berarti dua kali dari BPSK. Analisa menunjukkan bahwa ini
mungkin digunakan untuk menggandakan data rate jika dibandingkan dengan
sistem BPSK. Walaupun QPSK dapat dipandang sebagai sebagai suatu modulasi
quaternary, lebih mudah untuk melihatnya sebagai dua quadrature carriers yang
termodulasi tersendiri. Dengan penafsiran ini, maka bit yang digunakan untuk
mengatur komponen phase pada sinyal carrier ketika digunakan untuk mengatur
komponen quadrature-phase dari sinyal carrier tersebut. BPSK digunakan pada
kedua carrier dan dapat dimodulasi dengan bebas.

2.1 M O D U L A S I
2.1.1

PULSA

Pengertian Modulasi Pulsa


Pada modulasi pulsa, pembawa informasi berupa deretan pulsa-pulsa.

Pembawa yang berupa pulsa-pulsa ini kemudian dimodulasi oleh sinyal informasi,
sehingga parameternya berubah sesuai dengan besarnya amplitudo sinyal
pemodulasi (sinyal informasi). Jenis-jenis modulasi pulsa antara lain:
a.

PAM (Pulse Amplitude Modulation)

b.

PCM (Pulse Code Modulation)

c.

PWM (Pulse Width Modulation)

d.

PPM (Pulse Position Modulation)

Teknik modulasi pulsa mulai menggantikan sistem analog, karena beberapa


keuntungan antara lain:
1) Kebal terhadap derau.
2) Sirkuit digital cenderung lebih murah.
3) Dapat dilakukan penjamakan dengan basis waktu (TDM) dengan sinyal lain.

4) Jarak transmisi yang dapat ditempuh lebih jauh (dengan penggunaan


pengulang regeneratif).
5) Rentetan pulsa digital dapat disimpan.
6) Deteksi dan koreksi kesalahan dapat dengan mudah diimplementasikan.
2.2.1

PAM (Pulse Amplitude Modulation)


Pada PAM, amplitudo pulsa-pulsa pembawa dimodulasi oleh sinyal

pemodulasi. Amplitudo pulsa-pulsa pembawa menjadi sebanding dengan amplitudo


sinyal pemodulasi. Semakin besar amplitudo sinyal pemodulasi

maka semakin

besar pula amplitudo pulsa pembawa. Pembentukan sinyal termodulasi PAM dapat
dilakukan dengan melakukan pencuplikan (sampling), yaitu mengalikan sinyal
pencuplik dengan sinyal informasi. Proses ini akan menghasilkan pulsa pada saat
pencuplikan yang besarnya sesuai dengan sinyal informasi (pemodulasi). Hal ini
dapat dilihat pada gambar 1.1.

Gambar 2.1 (a) Sinyal asli (b) PAM polaritas ganda

(c) PAM polaritas tunggal


Pada proses pemodulasian ini perlu diperhatikan bahwa kandungan informasi pada
sinyal pemodulasi tidak boleh berkurang. Hal ini dapat

dilakukan dengan

persyaratan bahwa pencuplikan harus dilakukan dengan frekuensi minimal dua kali
frekuensi maksimum sinyal pemodulasi (2.fm), atau sering disebut dengan syarat
Nyquist. Jika frekuensi sinyal pencuplik dinotasikan dengan fs dan frekuensi
maksimum sinyal pemodulasi dinotasikan dengan fm, maka syarat Nyquist dapat
ditulis sebagai:

fs 2.fm

Gambar 1.1 memperlihatkan sinyal yang dicuplik dengan beberapa macam


frekuensi pencuplik. Sebagai contoh, dalam komunikasi melalui telefon, sinyal
informasi yang berupa suara manusia (atau yang lain) dicuplik dengan frekuensi 8
kHz. Hal ini didasarkan pada persyaratan Nyquist, karena lebar bidang jalur telefon
dibatasi antara 300 Hz sampai dengan 3400 Hz. Ada selisih kira-kira 1200 Hz yang
dapat digunakan sebagai guard band.
2.2.2

PCM (Pulse Code Modulation)


Pada modulasi PCM, sinyal informasi

dicuplik dan juga dikuantisasi.

Proses ini akan membuat sinyal menjadi lebih kebal terhadap derau. Setelah proses
ini maka dilakukan proses penyandian (coding) menggunakan kode biner, sehingga
terbentuk sinyal PCM. Sinyal ini dapat direpresentasikan dengan pulsa-pulsa yang
menyatakan kode-kode biner untuk setiap hasil cuplikan.
a.

Kuantisasi Sinyal
Kuantisasi merupakan proses pengelompokan pada selang-selang (interval)

tertentu. Besarnya selang kuantisasi ini disebut juga dengan istilah

step size.

Berdasarkankan besarnya step size dapat dibedakan dua jenis kuantisasi, yaitu:
1. Kuantisasi seragam
2. Kuantisasi tak seragam

Gambar 2.2 Sinyal yang dicuplik dengan beberapa macam


frekuensi pencuplik Banyaknya selang (interval) bergantung pada banyaknya bit
yang akan digunakan untuk proses penyandian. Jika konverter A/D n bit maka
jangkauan sinyal analog akan dikuantisasikan (dikelompokkan) menjadi sejumlah
2n selang (interval). Pada gambar 5.3 diperlihatkan ilustrasi kuantisasi sinyal analog
menjadi 16 selang (n = 4). Banyaknya jumlah bit yang akan digunakan untuk proses
penyandian akan menentukan banyaknya jumlah selang (interval) kuantisasi.
Semakin besar n maka semakin besar pula jumlah selang (interval) yang digunakan.
Hal ini juga berarti besar selang (interval) semakin kecil. Semakin kecil selang
interval, maka proses pemodulasian akan semakin teliti, sehingga sinyal yang

diperoleh semakin mendekati sinyal aslinya. Pada gambar 5.4 memperlihatkan


proses pembentukan sinyal PCM dengan penyandian 4 bit.

Gambar 2.3 Kuantisasi sinyal analog menjadi 16 selang (interval)


b.

Distorsi Kuantisasi
Derau kuantisasi didefinisikan sebagai selisih antara hasil kuantisasi sinyal

dengan sinyal aslinya. Dilihat dari proses kuantisasi itu sendiri, maka dapat
dipastikan bahwa derau kuantisasi maksimum adalah sebesar S/2, dengan S adalah
besarnya selang (interval) kuantisasi, atau dinyatakan sebagai:
Derau kuantisasi S/2
Derau kuantisasi dapat

diperkecil dengan cara

memperkecil besarnya selang

kuantiasasi, yang berarti memperbanyak jumlah selang kuantisasi, yang juga berarti
memperbanyak jumlah bit untuk proses penyandian (n). Semakin kecil derau
kuantisasi berarti sinyal hasil kuantisasi semakin mirip (mendekati) sinyal aslinya.
c.

Pengembangan PCM

Modulasi PCM dikembangkan menjadi beberapa jenis lagi, yaitu:


1. DPCM (Differensial PCM)

2. DM (Delta Modulation)
3. Adaptive Delta modulation
Pada PCM, sandi-sandi yang dikirimkan merupakan hasil penyandian (coding) dari
hasil pencuplikan. Salah satu pengembangan PCM adalah DPCM yaitu Differential
Pulse Code Modulation. Pada DPCM, sandi-sandi yang dikirimkan (ditransmisikan)
adalah nilai selisih (beda) hasil pencuplikan sekarang dengan hasil pencuplikan
sebelumnya. Keuntungan yang diperoleh adalah bahwa jumlah bit yang diperlukan
untuk proses penyandian menjadi lebih sedikit. Pengembangan lebih lanjut adalah
DM atau Delta Modulation. Jenis modulasi ini mirip dengan DPCM, namun selisih
hasil pencuplikan sekarang dengan yang sebelumnya hanya disandikan dengan 1 bit
saja. Jenis pengembangan lain adalah yang disebut Adaptive Delta Modulation.
Pengembangan ini menggunakan kuantisasi tidak seragam, sehingga sistem akan
menyesuaikan besarnya

step size menjadi sebanding

dengan besarnya sinyal

informasi.

Gambar 2.4 Proses pembentukan sinyal PCM dengan penyandian 4 bit

2.2.3

PWM (Pulse Width Modulation)


Pada modulasi PWM, lebar pulsa pembawa diubah-ubah sesuai dengan

besarnya tegangan sinyal pemodulasi. Semakin besar tegangan sinyal pemodulasi


(informasi) maka semakin lebar pula pulsa yang dihasilkan. Modulasi PWM juga
dikenal sebagai Pulse Duration Modulation (PDM). Ilustrasi sinyal PWM dapat
dilihat pada gambar 5.5 berikut.

Gambar 2.5 Sinyal PWM

2.2.4

PPM (Pulse Position Modulation)


Pulse Position Modulation

merupakan bentuk modulasi pulsa yang

mengubah-ubah posisi pulsa (dari posisi tak termodulasinya) sesuai dengan


besarnya tegangan sinyal pemodulasi. Semakin besar tegangan sinyal pemodulasi
(informasi) maka posisi pulsa PPM menjadi semakin jauh dari posisi pulsa taktermodulasinya. Ilustrasi sinyal PPM dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut.

Gambar 2.6 Sinyal PPM


B.

DEMODULASI
Pada dasarnya demodulasi adalah kebalikan modulasi dan juga memerlukan alatalat taklinear atau berubah-ubah peng-switch-an (penggantian) liner. Karena
rangkaian-rangkaian taklinear yang digunakan pada dasarnya sama, detil-detil
operasi penemu (detector) .

1. Demodulator FM
Definisi demodulasi adalah proses suatu sinyal modulasi yang dibentuk
kembali seperti aslinya dari suatu gelombang pembawa (carrier wave) yang
termodulasi oleh rangkaian. Definisi demodulator adalah rangkaian yang penerima
komunikasi (radio, televisi, dan radar) yang berfungsi memisahkan informasi asli
dari gelombang campuran (yaitu gelombang isyarat pembawa yang termodulasi.
Demodulator sering juga disebut dengan detector. Misalnya dalam system modulasi
amplitude (AM) dikenal jenis-jenis detector linier, detector kuadrat, dan detector
Kristal.Dalam system modulasi frekuensi (FM) diterapkan rangkaian demodulator
yang disebut diskriminator. Sesudah isyarat informasi dipisahkan dari gelombang

campuran, maka isyarat informasi itu dikuatkan dan ditampilkan sebagai bunyi atau
tanda-tanda lain (misalnya bayangan seperti dalam televisi).
Demodulasi sinyal FM memerlukan sebuah sistem yang akan menghasilkan
output yang proporsional terhadap deviasi frekuensi sesaat dari inputnya.
Salah satu sistem yang dapat mengakomodasi syarat diatas adalah
Frequency Discriminator

Jenis demodulator FM yang lain adalah :


a.

Slope Detector

b.

Round Travis Detector

c.

Quadrature Detector

d.

Ratio detector, dan lain-lain

Prinsip kerjanya adalah :


Disini suatu demodulator frekuensi mendeteksi sinyal informasi dari sinyal FM
dengan operasi yang berlawanan dengan cara kerja modulator FM. Disini kita
menggunakan suatu slope Demodulator Balance discriminator untuk proses
modulasi. Secara umum setiap demodulator FM berfungsi mengkonversi setiap
perubahan frekuensi menjadi tegangan dengan distorsi seminimal mungkin. Untuk
itu, setiap demodulator/diskriminator/detektor FM, secara teori, harus memiliki
karakteristik kerja yang linier antara tegangan dengan frekuensi.
2. Modulator PSK
Teknik modulasi Phase Shift Keying (PSK) merupakan modulasi yang
menyatakan sinyal digital 1 sebagai suatu nilai tegangan tertentu dengan beda fasa
tertentu pula (misalkan tegangan 1 volt dengan beda fasa 0 derajat), dan sinyal
digital 0 sebagai suatu nilai tegangan tertentu (yang sama dengan nilai tegangan
sinyal PSK bernilai 1, misalnya 1 volt) dengan beda fasa yang berbeda (misalnya
beda fasa 180 derajat). Yang merupakan dari teknik modulasi digital linear adalah
a. BPSK
BPSK yaitu Binary Phase Shift Keying merupakan Teknik modulasi dimana fase
dari sinyal carrier di ubah-ubah diantara 2 nilai yang sesuai dengan 2 sinyal yang
mewakili biner 1 dan 0 dengan beda fase keduanya sebesar 180. Pada Gambar 5
terlihat prinsip kerja modulator BPSK.

b. DPSK
DPSK yaitu Differential Phase Shift Keying, hampir serupa dengan teknik
modulasi BPSK. Hanya saja dalam DPSK, runtun biner mk pertama-tama
dikodekan secara diferensial (dihasilkan dk) kemudian dimodulasi menggunakan
modulator BPSK.
c. QPSK
QPSK yaitu Quadrature Phase Shift Keying, dimana teknik modulasi yang
memiliki empat titik pada diagram konstelasi. Dalam teknik modulasi QPSK
dapat mengkodekan 2 bit per simbol/ setiap simbol dapat mewakili dua bit
sekaligus. Berikut langkah-langkah penentuan sinyal modulasi QPSK :

Bit pertama digunakan untuk memodulasi BPSK carier in-phase A cos


(2pfct)

Bit kedua digunakan untuk memodulasi BPSK carrier quadrature A sin


(2pfct)

Kedua tegangan sinyal BPSK in-phase dan quadrature dijumlahkan untuk


membentuk sinyal QPSK

Perubahan simbol terjadi setiap pemrosesan dua-bit. Symbol Interval = 2 x


Bit Interval.

BAB II
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
1. Dalam gelombang pembawa apabila arus gelombang pembawa dibuat dan
dipotong oleh kode-kode telegrap, maka kodenya dimodulir oleh arus
gelombang pembawa.
2. Modulasi adalah proses perubahan (varying) suatu gelombang periodik
sehingga menjadikan suatu sinyal mampu membawa suatu informasi.
3. Demodulasi adalah proses suatu sinyal modulasi yang dibentuk kembali
seperti aslinya dari suatu gelombang pembawa (carrier wave) yang
termodulasi oleh rangkaian.
4. Peralatan untuk melaksanakan proses modulasi disebut modulator,
sedangkan peralatan untuk memperoleh informasi informasi awal (kebalikan
dari dari proses modulasi) disebut demodulator dan peralatan yang
melaksanakan kedua proses tersebut disebut modem.
5. Modulasi digital merupakan proses penumpangan sinyal digital (bit stream)
ke dalam sinyal carrier.
6. Sinyal analog adalah sinyal data dalam bentuk gelombang yang kontinyu,
yang membawa informasi dengan mengubah karakteristik gelombangnya.
Sinyal analog bekerja dengan mentransmisikan suara dan gambar dalam
bentuk gelombang kontinu (continous varying).
7. Modulasi digital sebetulnya adalah proses mengubah-ubah karakteristik dan
sifat gelombang pembawa (carrier) sedemikian rupa sehingga bentuk
hasilnya (modulated carrier) memeiliki ciri-ciri dari bit-bit (0 atau 1) yang
dikandungnya.

SARAN
1. Untuk proses pentransmisian data sebaiknya mengunakan sistem modulasi,
sebab dengan menggunakan sistem modulasi kita dapat menghemat daya dan
memperkecil dimensi dari antena.
2. Sebaiknya menggunakan sistem modulasi digital dalam mengirim sinyal atau
informasi, sebab modulasi digital mempunyai banyak kelebihan dibandingkan
modulasi analog.
3. Untuk

mempercepat

pentransmisian

data

sebaiknya

gunakan

sinyal

carrier/sinyal pembawa yang mempunyai frekwensi yang jauh lebih besar dari
sinyal informasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=demodulasi&source=web&cd=4&sqi=2&ved=0CC8QFjAD&ur
l=http%3A%2F%2Fjournal.mercubuana.ac.id%2Fdata%2FBAB
%2520III.ppt&ei=vX0BT_W_F8HTrQfX_9TqDw&usg=AFQjCNHepfWDAw
DqNReHcWG4ezC3p8yMgw
2. http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=demodulasi&source=web&cd=10&sqi=2&ved=0CFcQFjAJ&ur
l=http%3A%2F%2Flabdasar.ee.itb.ac.id%2Flab%2Finstaller%2FtrainingLSN
%2FmodulTraining%2FHandout%2520Digital%2520Modulation%2520and
%2520Demodulation.docx&ei=vX0BT_W_F8HTrQfX_9TqDw&usg=AFQjC
NHOTBrhOG6xG3KpZxkO2ivaXI3zg
3. Umu Habibah, Budi Prasetya dan Bambang Sumajudin, Alat Bantu Pengajaran
Mata

Kuliah

Sistem

Komnikasi

Bagian

Modulasi

Digital,

STT

Telkom,Bandung ,2006.
4. Indah Susilawati, Simulasi pembangkitan sinyal BPSK dan QPSK, Teknik
ElektroUniversitas Mercu Buana Yogyakarta,2009.

Anda mungkin juga menyukai