Anda di halaman 1dari 10

1.

PENDAHULUAN
WHO mencatat, bahwa terdapat 600 juta jiwa lansia pada tahun 2012 diseluruh dunia.
Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan, bahwa jumlah penduduk

lansia

di

Indonesia berjumlah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yang sebanyak
14,44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah
sekitar 450 ribu jiwa per tahun. Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia
di Indonesia akan sekitar 34,22 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010). Saat memasuki usia
tua, para lansia memiliki perubahan struktur otak yang menyebabkan kemunduran kualitas
hidup yang berimplikasi pada kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Nugroho,
2008).
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas
(Notoatmojo,2007). Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan,
yaitu masa anak, masa dewasa, dan masa tua yang tidak bisa dihindari oleh setiap individu
(Mubarak,2009).
Kemandirian didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan
hidup dengan tidak tergantung pada orang lain. Kemandirian pada lansia menurut Heryanti
(2011), dapat dipengaruhi oleh pendidikan lansia, dipengaruhi pula oleh penurunan dalam
kemampuan fungsional, serta dipengaruhi pula oleh kemampuan fungsi kognitif lansia yang
juga menurun.
Lanjut usia yang mandiri adalah lanjut usia yang cara berpikirnya lebih baik, didukung
oleh ekonomi yang cukup, kemudian dia hidup bahagia secara lahir batin karena keluarganya
harmonis. Kemandirian lansia dalam ADL didefinisikan sebagai

kemandirian seseorang

dalam melakukan aktivitas dan fungsi kehidupan harian yang dilakukan oleh manusia
secara rutin dan universal (Kane, 1981 dalam Sari, 2013). Untuk pemenuhan kemandirian
lansia, dukungan keluarga sangat diperlukan untuk memberi support kepada lansia agar bisa
beraktivitas.
Dukungan keluarga merupakan hal yang paling utama. Manfaat keterlibatan keluarga
akan meningkatkan

kesehatan/ kesejahteraan anggota

keluarga

termasuk

lansia

(Friedman,2003). Dukungan tersebut bertujuan agar lansia tetap dapat menjalankan kegiatan
sehari hari secara teratur dan tidak berlebihan (Rahayu, 2010). Lansia tidak boleh selalu
bergantung kepada anggota keluarga lainnya, karena akan menimbulkan beberapa efek
seperti pergerakan yang minim bisa menyebabkan struk dan penyakit lainnya. Maka dari itu
keluarga harus mendukung para lansia sehingga mereka menganggap dirinya diperhatikan,
dan dianggap penting oleh keluarga.
Wirakartakusuma dan Anwar (1994) memperkirakan angka ketergantungan usia
lanjut pada tahun 1995 adalah 6,93% dan tahun 2015 menjadi 8,74% yang berarti bahwa pada

tahun 1995 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 7 orang usia lanjut yang
berumur 65 tahun ke atas sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 100 penduduk produktif
harus menyokong 9 orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas (Ratna, 2004).
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sartono pada tahun 2012 dengan
judul Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian pada Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas jalan Kembang Kota Cirebon Tahun 2012. Menunjukkan lansia yang
mendapatkan dukungan keluarga tinggi tingkat kemandiriannya dengan persentase 89%.
Hasil analisis bivariat diperoleh nilai p 0,000 dengan demikian Ho ditolak. Artinya
terdapat Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Pada Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Jalan Kembang Kota Cirebon Tahun 2012.
Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas.
2. Metode Penelitian
Metode Penelitian menggunkan kolerasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi adanya hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam
pemenuhan aktivitas. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan cross
sectional. Populasi dalam penelitian adalah lansia yang berumur 60 sampai 70 tahun dan
berada pada Desa Tualango Kec. Tilango Kab. Gorontalo. Serta teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tipe Non

Probability Sampling dengan tekhnik

Purposive Sampling dan di dapatkan sampel sebanyak 31 orang lansia. Untuk mendapatkan
data peneliti menggunakan kuesioner (Kuesioner dukungan keluarga menggunakan skala
Guttman serta kemandirian lansia menggunakan Indeks Katz) dan observasi yang akan
ditanyakan oleh peneliti kepada responden dalam hal ini adalah lansia yang berada di Desa
Tualango Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo.
Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan meminta izin

dari

responden, peneliti mengadakan pendekatan atau membuat kontrak pertemuan pada lansia
untuk

mendapatkan persetujuan sebagai responden peneliti. Metode pengumpulan data

dengan observasi seperti wawancara dan bercakap-cakap dan mengisi kuesioner.


Berikut adalah Definisi Operasional Variabel pada penelitian
Variab
el
Dukun
gan
Keluar
ga

Definisi
operasional
Penilaian lansia
mengenai
dukungan yang
diberikan oleh

Cara
Ukur
Survey&
wawanca
na

Alat
Ukur
Di ukur
dengan
Kuesio
ner

Hasil
Ukur
Dukungan
Baik (jika
skor
jawaban

keluarga kepada
lansia yang
tinggal serumah
yang meliputi
dukungan
informasional,
dukungan
instrumental,
dukungan
emosional dan
dukungan
penilaian

Ke
ma
nd
iri
an
lan
sia

Kemampuan
lansia dalam
melakukan
aktivitas
seharihari atau
sikap
lansia yang
mampu berdiri
sendiri dan
tidak
bergantung
pada orang lain.

Observa
si
Aktivitas
seharihari
lansia
seperti:
berpakai
an,
makan
dan
minum,to
ileting,
mandi,
buang air
besar
dan
kecil
serta
kemam
puan
mobilitas
.

tentang
dukung
an
keluarg
a
dengan
skala
Guttma
n.
Jawaba
n Ya
nilai
(1)
Jawaba
n Tidak
nilai
(0)
Kuesio
ner
Indeks
Katz,
menya
ngkut
tentang
pemen
uhan
ADL.

50%)
Dukungan
Kurang
(jika
jawaban
50%)

1. Mandiri
bila hasil
point
13-17
2.Ketergan
tungan,
bila hasil
point
0-12

Dan analisis yang digunakan adalah analisis Univariat dan analisis bivariat. Dimana

Analisis Univariat menggunakan distribusi frekuensi, dengan rumus P =

F
n

x 100% dan

Analisis menggunakan Bivariat menggunakan uji statistic chi square, dengan rumus X2=
k

i=1

( f 0f h ) 2
fh

3. Hasil dan Pembahasan


Hasil penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang diberikan keluarga
kepada responden mayoritas ada dalam kategori baik yaitu (93.5%) dan dukungan keluarga
yang diberikan keluarga kepada rensponden dalam kategori rendah terdapat (6.5%).
Table 4.1 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Terhadap
Lansia di Desa
Tualango Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo
(n=31)
Dukungan Keluarga
Baik
Kurang
Total

Jumlah
29
2
31

Persentase
93.5%
6.5%
100%

Secara teori dukungan keluarga adalah sebagai bantuan yang diberikan oleh
anggota keluarga yang lain sehingga akan memberikan kenyamanan fisik dan psikologis pada
orang yang dihadapkan pada situasi stress (Taylor,2006). Hasil penelitian dari 31 responden
menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang diberikan kepada responden mayoritas dalam
kategori baik yaitu 29 lansia (93.5%) dan dukungan keluarga yang diberikan keluarga kepada
rensponden dalam kategori rendah terdapat 2 lansia (6.5%). Hal ini sependapat dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sartono (2012) di Wilayah Kerja Puskesmas Jalan Kembang
Kota Cirebon dengan hasil dari 82 responden sebanyak 73 lansia memiliki dukungan keluarga
yang baik dan 9 lansia yang memiliki dukungan keluarga kurang.
Secara teoritis dukungan keluarga adalah suatu bentuk perilaku melayani yang
dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk dukungan informasi, emosional, instrumental, dan
dukungan penilaian menurut Caplan (1964) dalam Friedman (1998). Dukungan informasi
adalah bantuan keluarga yang diberikan dalam bentuk saran, usulan, nasehat, petunjuk dan
pemberi informasi. Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing
dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga
diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. Dukungan emosional dari keluarga

sebagai tempat yang aman dan damai untuk istrahat dan pemulihan serta membantu
penguasaan terhadap emosi. Dukungan instrumental merupakan bentuk yang diberikan
keluarga dalam bentuk bantuan pendampingan, pemberian dana dan meluangkan waktu untuk
melayani dan mendengarkan klien anggota keluarga dalam menyampaikan perasaan dan halhal yang dialami. Caplan (1964) dalam Friedman (1998)
Dukungan bisa atau tidak digunakan tapi anggota keluarga memandang bahwa orang
yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan
(Bomar, 2004). Dukungan keluarga dan keterlibatan keluarga serta perhatian keluarga akan
mempengaruhi kualitas hidup lansia menjadi lebih baik. Kebutuhan hidup lansia lainya dapat
terpenuhi dengan baik melalui dukungan informasional seperti pemberian informasi,
dukungan instrumental seperti bantuan materi, dukungan emosional seperti rasa kenyamanan
dan dukungan penilaian seperti pemberian support.
b. Distribusi Responden Berdasarkan Kemandirian Lansia
Hasil analisa data penelitian tingkat kemandirian lansia dalam aktivitas sehari
hari di Desa Tualango Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo mayoritas dalam
kategori mandiri yaitu (90.3%) dan kategori ketergantungan responden yaitu (9.7%).
Table

4.2

Distribusi

Frekuensi

dan

Persentase

Berdasarkan Tingkat
Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari hari di
Desa
Tualango Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo
(n=31)
Kemandirian
Mandiri
Ketergantungan
Total

Jumlah
28
3
31

Persentase
90.3%
9.7%
100%

Kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Tualango


Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo, dari 31 lansia yang menjadi responden
didapatkan bahwa kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas tergolong mandiri
berjumlah 28 orang, dan yang tergolong ketergantungan berjumlah 3 orang.
Secara teoritis menurut Heryanti (2011) kemandirian didefinisikan sebagai
kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan tidak tergantung pada
orang lain, sedangkan fungsi kemandirian pada lansia mengandung pengertian yaitu

kemampuan yang dimiliki oleh lansia untuk tidak bergantung pada orang lain dalam
melakukan aktivitasnya, semuanya dilakukan sendiri dengan keputusan sendiri dalam
rangka memenuhi kebutuhannya (Alimul,2004). Kemandirian berarti tanpa pengawasan,
penghargaan ataupun pribadi yang masih aktif. Menurut Maryam (2008), seseorang
lansia yang menolak untuk melakukan fungsi dianggap sebagai tidak melakukan fungsi,
meskipun dianggap mampu. Menyikapi hal ini lansia yang tinggal bersama keluarga pada
umumnya aktivitas yang dilakukan tidak berubah bahkan bertambah.

Sebagaimana

diketahui bahwa lansia dikeluarganya masih menjalankan peranannya sebagai orang tua
seperti mengasuh cucu, membersihkan rumah dan lainnya. Sehingga dapat meningkatkan
rasa kemandirian lansia dalam beraktivitas sehari-hari.
Kemandirian seorang lansia dapat dilihat dari kualitas hidup lansia itu
sendiri, di mana kualitas hidup tersebut dapat dinilai dari Activity of Daily Living (ADL)
(Maryam, 2008). Kemandirian yang dimaksud disini adalah kemandirian lansia dalam
merawat diri seperti makan, berpakaian, berpindah, buang air besar/kecil dan mandi
(Maryam, 2008). Kemandirian pada lansia menurut Heryanti (2011), dapat dipengaruhi
oleh pendidikan lansia, dipengaruhi pula oleh penurunan dalam kemampuan fungsional,
serta dipengaruhi pula oleh kemampuan fungsi kognitif lansia yang juga menurun.
Keating dan Wetle (2008 dalam Napitupulu, 2010) dalam penelitian
menyatakan bahwa penyakit kronis yang diderita lansia sangat mempengaruhi
kualitas hidup lansia. Hal ini dikarenakan lansia akan kehilangan kemampuan
secara mandiri karena penyakit kronis sangat bergantung dengan orang lain dan
membutuhkan perhatian.
c. Analisis Distribusi Silang Antara Variabel Independen dan Dependen
Analisis hubungan dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
Dukungan Keluarga dengan Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan Aktivitas Seharihari di Desa Tualango Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Hasil analisa adalah
sebagai berikut:
Table 4.3 Distribusi Persentase Hubungan Dukungan
Keluarga dengan
Kemandirian Lansia (n=31)

Dukungan
Keluarga

Baik
Kurang

Kemandirian
Mandiri
Ketergantungan
27
2
1
1

Total
29
2

P.Value

Total

28

31

0.449

Berdasarkan hasil analisa data bivariat dengan menggunakan uji chi-square


didapatkan lansia yang memiliki dukungan keluarga baik serta memiliki sikap mandiri
terdapat 27 responden, yang memiliki sikap mandiri ketergantungan sebanyak 2
responden, dan lansia yang memiliki dukungan keluarga kurang serta memiliki sikap
mandiri terdapat 1 responden sedangkan yang memiliki sikap mandiri ketergantungan
sebanyak 1 responden.
Dukungan keluarga terhadap lansia yaitu apa saja yang menjadi dukungan bagi
keluarga terhadap

kemandirian lansia tersebut. Adapun dukungan-dukungan yang

diberikan oleh keluarga pada lansia seperti dukungan informasional, instrumental,


emosional dan penilaian. Namun dukungan keluarga terhadap lansia dapat dipengaruhi
oleh factor internal dan factor eksternal, yang dapat mempengaruhi pola pikir lansia.
Hasil penelitian ini terlihat bahwa tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan
kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Tualango Kecamatan
Tilango Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini sejalan dengan teori Parker dalam Adilasari
(2008), bahwa kemandirian lansia tidak hanya dipengaruhi dukungan keluarga tetapi juga
dipengaruhi oleh factor lain yang tidak diteliti oleh peneliti seperti tanggung jawab,
mandiri, pengalaman praktis dan akal sehat yang relevan, otonom, kemampuan
pemecahan masalah, dan kebutuhan akan kesehatan yang baik menurut Parker dalam
Adilasari (2008).
Tanggung jawab berarti memiliki tugas untuk menyelesaikan sesuatu dan
diminta pertanggung jawaban atas hasil kerjanya. Misalnya lansia diberi tanggung jawab
yang dimulai dengan tanggung jawab untuk mengurus dirinya sendiri. Lansia yang diberi
tanggung jawab sesuai dengan kondisinya akan merasa dipercaya, berkompeten dan
dihargai. Parker dalam Adilasari (2008).
Percaya diri dan mandiri adalah dua hal yang saling menguatkan. Semakin lansia
dapat mandiri, dia akan semakin mampu mengelola kemandirian, kemudian
mengembangkan kemandirian. Keluarga harus memberikan kesempatan dan waktu agar
lansia bisa memiliki tugas-tugas yang praktis, mereka harus memahami metode atau cara
bagaimana cara menyelesaikannya dan bagaimana menghadapi frustasi yang tidak bisa
dihindarkan. Parker dalam Adilasari (2008).
Pengalaman praktis dan akal sehat yang relevan adalah akal yang sehat
berkembang melalui pengalaman yang praktis dan relevan. Seseorang yang memiliki

kemandirian akan memahami diantaranya mampu untuk memenuhi kebutuhan makan


untuk dirinya sendiri, membuat keputusan rasional bagaimana membelanjakan uang
sesuai kebutuhan, menggunakan sarana transportasi umum dan menyebrang jalan, kreasi
secara cepat dan tepat dalam berbagai situasi darurat menurut Parker dalam Adilasari
(2008). Otonom adalah merupakan kemampuan untuk menentukan arah sendiri (self
determination) yang berarti mampu mengendalikan atau mengetahui atau mempengaruhi
apa yang terjadi pada dirinya. Parker dalam Adilasari (2008).
Kemampuan lansia dalam memecahkan masalah yaitu dengan adanya dukungan
dan arahan yang memadai, lansia akan terdorong untuk mencari jalan keluar bagi
persoalan-persoalan yang mereka alami. Kebutuhan akan kesehatan yang baik yaitu
dengan olahraga dan berbagai aktifitas fisik penting untuk mengembangkan atau
meningkatkan proses koordinasi yang baik dan kebugaran. Kita semua tahu bahwa
latihan dapat memberi keuntungan dan berpengaruh terhadap kesehatan kita dan
kebahagiaan secara umum. Latihan dapat memberi energi yang baru dan dianggap dapat
meingkatkan sikap dan motivasi kita, maka jika tubuh kita bugar, kita akan memiliki
stamina yang labih baik. Parker dalam Adilasari (2008).
Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lanjut usia banyak
mengalami kemunduran fisik, kemampuan kognitif serta psikologis artinya lansia
mengalami perkembangan dalam bentuk perubahan-perubahan yang mengarah pada
perubahan negatif (Nugroho, 2000). Sebab menjadi lansia bukan berarti lemah tidak
berdaya dan bergantung pada orang lain.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti tentang hubungan antara Dukungan
Keluarga dengan Kemandirian Lansia di Desa Tualango Kecamatan Tilango Kabupaten
Gorontalo maka dapat disimpulkan:
a. Dukungan keluarga terhadap lansia di Desa Tualango Kecamatan Tilango Kabupaten
Gorontalo didapatkanyang memiliki dukungan baik terdapat 29 lansia(93.5%) dan yang
memiliki dukungan kurang terdapat 2 lansia (6.5%) .
b. Kemandirian lansia dalam pemenuhan ADL di Desa Tualango Kecamatan Tilango
Kabupaten Gorontalo yaitu, kemandirian yang memiliki sikap mandiri dalam aktifitas
terdapat 28 lansia (90.3%) dari 31 responden dan yang memiliki sikap tergantung dalam
aktifitas terdapat 3 lansia (9.7%) dari 31 responden.

c. Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam
pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Tualango Kecamatan Tilango Kabupaten
Gorontalo.

5. REFERENSI

Bomar, P.J. (2004). Promoting Health in Families: Applying Family Research and Theory
to
Nursing Practice. Philadelphia: W.B Saunders Company.
Friedman, M. (2003). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Edisi ketiga.
Jakarta:EGC
http://eprints.undip.ac.id/12373/1/2004P PDS3612.pdf,tanggal 12 Januari2016
http://www.academia.edu/533829 tanggal 14 Januari 2016
http://www.scribd.com diakses tanggal 15 Januari 2016
http://www.who.int/ageing tanggal 15 Januari 2016
http://www.damandiri.or.id/file/ratnasuhartiniunairbab1.pdf diakses tanggal 14 Januari
2016
http://www.damandiri.or.id/file/ratnasuhartiniunairbab1.pdf diakses tanggal 14 Januari
2016
http://www.depkes.go.id. Diakses tanggal 14 Januari 2016
http://www.scribd.com/doc/233510429/KUISIONER-PENELITIAN-Lampiran#scribd
akses
pada tanggal 21-Januari-2016 pada Jam 15.15 WIB

di

http://www.scribd.com/doc/233510429/KUISIONER-PENELITIAN-Lampiran#scribd
akses
pada tanggal 21-Januari-2016 pada Jam 15.15 WIB

di

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-ridlawatir-6596-3-babiin-w.pdf
di
akses pada tanggal 21-Januari-2016 pada Jam 14.30 WIB
Maryam, R.S, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Penelitian Shalindra Husain, 2013. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kemandirian
Lansia Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari di Desa Tualango Kecamatan
Tilango Kabupaten Gorontalo. Skripsi, S-1 Keperawatan, Jurusan Keperawatan,
Fakultas IlmuIlmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Dengan
Pembimbing I Rini Fahriani Zees S.Kep, Ns, M.Kep dan Pembimbing II Vik
Salamanja S.Kep, Ns, M.Kes.
Suhartini, Ratna. (2004) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Orang Lanjut
Usia
Depkes RI. 2008. Jumlah Penduduk Lanjut Usia Meningkat. Jakarta.
Taylor, S.E. (2006).Health Pshychology.(6th.ed). Singapore:MC. Grow Hill Book
Company
WHO (2010). Definition elderly people.

Anda mungkin juga menyukai