Latar Belakang-1
Latar Belakang-1
1.1.
Latar belakang
Kebutuhan energi Indonesia saat ini sebagian besar masih bertumpu pada
bahan bakar fosil. Kebutuhan energi nasional ditopang minyak bumi sekitar 51,66
persen, gas alam 28,57 persen dan batubara 15,34 persen. Persediaan bahan bakar
tersebut kian waktu semakin berkurang. etergantungan terhadap bahan bakar fosil
ini menjadi masalah besar dan perlu solusi yang mendesak. Salah satu langkah
solusinya adalah memanfatkan bioetanol sebagai alternatif pengganti.
Bioetanol dapat diproduksi dari berbagai bahan baku yang banyak terdapat
di Indonesia, sehingga sangat potensial untuk diolah dan dikembangkan karena
bahan bakunya sangat dikenal masyarakat. Tumbuhan yang potensial untuk
menghasilkan bioetanol salah satunya adalah ubi kayu atau singkong.
Menurut data Kementan, dilihat dari jumlah produksi singkong, tahun
2013 dengan total luas lahan sebesar 1,061 juta ha produksinya mencapai 23,8
juta ton. Sementara di tahun 2012 dengan luas lahan 1,13 juta ha produksinya
mencapai 24,1 juta ton, tahun 2011 luas lahan 1,1 juta ha produksinya 24 juta ton,
dan di tahun 2010 luas lahan 1,1 juta ha produksinya 23,9 juta ton.( Wiji
Nurhayat detikfinance)
Dengan melimpahnya ketersediaan singkong di indonesia maka singkong
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternative yang diolah menjadi
bioethanol. Peneliti Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(P2 Kimia-LIPI), Agus Haryono mengatakan, pada tahun 2025 pemenuhan
kebutuhan energi Indonesia diharapkan 17 % nya berasal dari energi baru
terbarukan. Salah satunya dengan memanfaatkan etanol sebagai alternative.
Penggunaan etanol sebagai bahan bakar mempunyai beberapa keunggulan
yaitu kandungan oksigen etanol tinggi (35 persen) sehingga menghasilkan bahan
bakar yang bersih; kedua, hasil bersih ini ramah bagi lingkungan karena emisi gas
karbon monoksida lebih rendah 19-25 persen disbanding BBM.
Energi terbarukan ini tidak memberikan kontribusi pada akumulasi karbon
dioksida di atmosfer; ketiga, daya hasil etanol lebih stabil. Angka oktan etanol
tergolong tinggi sekitar 129 sehingga menghasilkan proses pembakaran yang
stabil. Proses pembakaran dengan daya yang lebih baik ini akan mengurangi
emisi gas karbon monoksida; keempat, campuran bioetanol 3% saja mampu
menurunkan emisi karbonmonoksida menjadi hanya 1,3%.
Pencampuran bioetanol absolute sebanyak 10% dengan bensin 90% sering
disebut gasohol E-10 yang memiliki angka oktan 92 dibanding dengan premium
hanya 87-88. Bioetanol dikenal sebagai oktan enhancer (adiktif) yang paling
ramah lingkungan dibandingkan Terta Ethyl Lead (TEL) maupun Methyl Tertiary
Buthyl Ether (MTBE).(Siti Rizya, 2013)
1.2.
Penentuan kapasitas
1.2.1. Hidrolisis
Input
: pati 29515.451 kg , Air 18000 liter
(perbandingan singkong dengan air 1:2) + enzyme -amilase 2 liter
Waktu proses : 1 jam
Suhu proses : 90oC
1.2.2. Sakarifikasi
Input
: bubur pati + glukoamilase 2 liter
Waktu proses
: 3 jam
Suhu proses
: 50oC
1.2.3. Fermentasi
Input
Waktu
Output
: etanol 9.29%
Waktu
Suhu
Output
: 5 jam
: 90Oc
: etanol 70%
1.3.
Detail spesifikasi
Manihot glaziovii
Kadar air
13%
Kadar abu
0.2%
Kadar lemak
0.8%
Kadar protein
1%
Kadar serat
3.4%
Kadar pati
81.6%
B. Enzim
Spesifikasi
amilase
Glukoamilase
Warna
Coklat
Coklat
Kelarutan
Specific gravity
pH
Optimum pada pH 6
Suhu
C. Ragi
Spesies
Ukuran
5-25 mikron
Metabolism
Bentuk
Seperti telur
Suhu
30oC
C2H5OH
Berat molekul
78.4oC
Titik beku
-112oC
Angka Oktan
113
Densitas
Sangat larut
0.789 g/cm3
Kadar etanol
Min 99.5 %
Kadar methanol
Maks 0.5%
Kadar tembaga
Maks 30 mg/l
Maks 20 mg/l
Kadar belerang
Maks 50 mg/l
Maks 5 mg/100 ml
2.5%
BAB II
2. Rangkaian alat
2.1.
Diagram Pembuatan
SingkongBioetanol
Kering
Mesin Giling
Enzym -Amilase
Enzym Glukoamilase
Proses Hidrolisis
Proses Sakarifikasi
Proses
Etanol
Fermentas
murni
Bioetanol
Distilasi
+ air
BAB III
Detail Proses
Singkong
3.1.
Bahan dijemur
Basah
Ragi,
NPK
UREA,
6. HCL
7. NPK(Nitrogen, phosphorus and potassium)
8. Urea
3.2.
3. Enzyme -amylase
Proses pembuatan glukosa dari pati pada umumnya menggunakan
hidrolisis enzyme. Enzim yang banyak digunakan misalnya, amilase,
glukosa-isomerase, papain, bromelin, lipase, dan protease. Enzim dapat
diisolasi dari hewan, tumbuhan dan mikroorganisme (Crueger et al, 1982)
Di sini Enzyme -amylase digunakan sebagai katalis dalam proses
hidrolisis. Sehingga bisa mempercepat reaksi pemecahan pati menjadi
glukosa oleh air.
4. Enzyme glukoamylase
Digunakan dalam proses sakarifikasi. Sakarifikasi merupakan lanjutan
dari proses hidrolisis dimana pada sakarifikasi dilakukan pada suhu yang
lebih rendah.
5. HCL
Digunakan dalam mengatur kondisi pH pada saat fermentasi untuk
menjaga bakteri tetap pada kondisi optimum.
6. NPK,Urea
Merupakan nutrisi bagi mikroorganisme pada saat fermentasi. Nutrien
ini di gunakan untuk menjaga bakteri berada pada kondisi optimum dalam
mengubah glukosa menjadi bioethanol.
3.3.
Air
n C6H12O6
Glukosa
Reaksi antara air dan pati berlangsung sangat lambat sehingga diperlukan
bantuan katalisator untuk memperbesar kereaktifan air. Katalisator bisa
berupa asam maupun enzim. (Groggins,1992)
Singkong karet kering
= 36170.89633 kg
= 18000 kg
Singkong karet kering memiliki kadar pati sebanyak 81.6%. Sehingga pati
yang di dapat dari bahan baku adalah :
36170.89633 kg
81.6
=29515.451 kg
100
29515.451 kg
=0.3037 kmol
kg
97200
kmol
18000
kg
18
kmol
= 1000 kmol
62
=112.9604 kmol
100
180 kg
=20332.8665 kg
kmol
Proses Fermentasi
Memasukan glukosa hasil proses hidrolisis kedalam tangki fermentor.
Memasukan ragi , urea , NPK kedalam fermentor.
Mengatur pH menjadi 5 dalam tangki fermentor dengan menambahkan HCL
0.1N.
Fermentasi gula oleh ragi, misalnya Saccharomyces cerevisiae dapat
menghasilkan etil alkohol (etanol) dan CO2 melalui reaksi sebagai berikut:
C6H12O6
2 C2H5OH + 2 CO2
Glukosa
etanol
Reaksi ini merupakan dasar dari pembuatan tape, brem, tuak, anggur
minuman, bir, roti dan lain lain. (Winarno, 1984).
Berdasarkan penelitian judoamidjo, 1990 konversi fermentasi dengan
bakteri Saccharomyces cerevisiae dididapatkan sebesar 51% sehingga :
Mol glukosa mula mula : 112.9595 kmol
51
=115.2196 kmol
Mol etanol hasil
: 112.9603 kmol 2
100
51
=115.2196 kmol
Mol CO2 hasil
: 112.9603 kmol 2
100
Berdasarkan penelitian oleh I Wayan Arnata alkohol hasil fermentasi oleh
Saccharomyces dapat menghasilkan etanol dengan kadar 9.29%.
Berat etanol hasil : 115.2196 kmol 46.07
kg
=5308.166 kg
kmol
= input 9.29
= 5308.166 kg 9.29
= 493.1286 kg
hasil etanol 80
80
394.503 kg
80
= 493.1286 kg
C=5308.166 kg493.1286 kg
C=4815.037 kg
A : Input
B : Hasil atas
C : Hasil bawah
Hasil bawah etanol
Hasil bawah air
= 394.503 kg 99.5
Hasil atas etanol + air
392.530 kg
99.5
= 392.530 kg
= 394.503 kg
C=493.1286 kg394.503 kg
C=98.626 kg
A : Input
B : Hasil atas
C : Hasil bawah
Hasil bawah etanol
Hasil bawah air
Sehingga didapat hasil atas sebanyak 394.503 kg / 0.789 kg/liter = 500 liter. Dengan
kadar etanol 99.5 %.
3.4.
Pengemasan
Bioethanol yang dihasilkan akan di kemas dalam botol plastic HDPE dengan
volume 1 liter, berat 70 gram.
Produk yang dihasilkan dalam 5 hari adalah 500 liter
Sehingga banyak botol yang di hasilkan adalah
500 liter
=500 botol
1 liter /botol
BAB IV
Harga Bahan dan Ongkos Operasi
4.1.
Pertimbangan Ekonomi
1. Harga Bahan
Bahan
Jumlah (kg)
Harga
(Rp/kg)
Singkong Karet
89318
1400
125.045.200
Air
18000 m3
6000/m3
108.000.000
Ragi
0.5
150000
75.000
Enzym Alfa
2 liter
150000/liter
300.000
2 liter
170000/liter
340.000
0.5
8000
4.000
2000
500
amilase
Enzym
glukoamilase
HCL
NPK
(Phoska 0.25
Plus)
Urea
0.1
2000
200
Botol
plastic 500
2.850
1.425.000
HDPE
Total
235.189.900
2. Harga Alat
Alat
Jumlah
Harga Satuan
Jumlah Harga
Alat Penggiling
260.000
1.560.000
Tangki Likuifikasi
300000
300.000
Tangki
300000
300.000
Tangki Fermentor
1000000
100.000
Alat Distilasi
1 set
75000000
75.000.000
Pompa
410000
2.050.000
750000
750.000
Sakarifikasi
Pipa,
kran, 1 set
temperature gauge
pH meter
700000
700.000
Total
80.760.000
3. Biaya Produksi
Energi
Alat
kebutuhan
Harga
Waktu
Jumlah
satuan
(jam)
Harga (Rp)
4.588,65
764,775
764.775
57000
(Rp)
Listrik
Penggiling
125 Watt x6
singkong
Pompa
1529.55/
kWH
100 Watt x 5
1529.55/
kWH
Menara Distilasi
100 KW
1529.55/
kWH
LPG
3 Kompor Pemanas
3 LPG 12 kg
19000
Total
827.128,425
Sehingga dari rincian biaya tersebut dapat di hitung biaya total untuk produksi yaitu
Biaya total
Di dapat biaya untuk keseluruhan produksi yaitu Rp. 316.777.028,425 (Tiga ratus
enam belas juta tujuh ratus tujuh puluh tujuh ribu dua puluh delapan rupiah).