Anda di halaman 1dari 31

KESALAHAN KONSEP DALAM OPERASI HITUNG (PENJUMLAHAN

DAN PENGURANGAN) BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS IV SD


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengembangan Pembelajaran Matematika SD

Dosen:
Dr. Budi Usodo, M.Pd.

Oleh
Dede Permana

S031602007

Siti Wahyuni

S031602016

Tantri Praditha Yudhi A. S031602018

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, karena atas rahmat-Nya makalah dengan judul
Kesalahan Konsep dalam Operasi Hitung (Penjumlahan dan Pengurangan)
Bilangan Bulat pada Siswa Kelas IV SD ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Shalawat serta salam semoga selalu dicurahkan kepada nabi dan rasul panutan
kita, Muhammad SAW. Tercurah pula untuk keluarganya, para sahabat, dan
umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Dengan adanya makalah ini,
pembahasan mengenai pengembangan pembelajaran matematika SD yang erat
hubungannya dengan pembelajaran lebih banyak dikaji. Diharapkan setelah
mengetahui dan memahami bahasan dalam teorinya, dapat pula diaplikasikan
dalam proses pembelajaran di kelas nanti.
Terima kasih diucapkan untuk dosen pembimbing, yakni Bapak Dr. Budi
Usodo, M.Pd. yang telah membimbing sehingga kami mengerti tentang
bagaimana cara kami menyusun makalah ini.
Keberadaan makalah ini semoga dapat memberikan kontribusi yang bermakna
bagi pengembangan wawasan para pembaca, baik rekan-rekan mahasiswa, para
pendidik, maupun siapa saja yang mempunyai kepedulian terhadap pendidikan
dengan segala aspeknya.

Surakarta, April 2016

Tim penyusun

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

3
3

BAB II PEMBAHASAN

A. Kesalahan Prinsip Operasi Hitung (Penjumlahan & Pengurangan) Bilangan


Bulat di Lapangan
5
B. Pengembangan Rancangan Pembelajaran
8
C. Pengembangan Materi Ajar 14
D. Pengembangan Media Pembelajaran 17
E. Pengembangan Penilaian Pembelajaran
21
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran 27

26

26

DAFTAR PUSTAKA 28

ii

BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Tujuan operasional pendidikan di SD adalah memberi bekal
kemampuan dasar membaca, menulis dan berhitung, serta memberikan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Salah satu pelajaran yang mengutamakan
kemampuan dasar menghitung adalah pelajaran matematika.
Matematika di SD adalah sebagai media atau sarana peserta didik
dalam mencapai kompetensi. Dengan mempelajari matematika diharapkan
siswa akan dapat menguasai seperangkat kompetensi yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, penguasaan materi matematika bukanlah tujuan akhir dari
pembelajaran matematika, akan tetapi penguasaan materi matematika
hanyalah jalan mencapai penguasaan kompetensi. Fungsi lainnya adalah
sebagai alat, pola pikir dan ilmu. Matematika di SD juga menjadi sarana
untuk mengembangkan kemampuan berpikir dengan menggunakan bilangan
dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang membantu mereka dalam
memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada tingkat SD/MI matematika diutamakan mengenal, memahami serta
mahir menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan pengalaman
kehidupan disekitar. Dengan demikian, tujuan umum dari matematika pada
jenjang pendidikan dasar lebih menekankan pada penalaran dan pembentukan
sikap serta pada keterampilan dan penerapan matematika. Agar tujuan
tersebut dapat tercapai, maka proses pembelajaran matematika perlu
dilaksanakan dengan cara yang lebih efektif dan efisien serta dapat
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran itu sendiri.
Masalah utama dalam pembelajaran matematika khususnya pada
jenjang pendidikan dasar adalah masih rendahnya daya serap siswa. Hal ini
tampak dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang masih rendah. Hasil
belajar yang masih rendah ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah
satunya adalah pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat dalam

proses pembelajaran yang mengakibatkan peserta didik mengalami kesulitan


dalam menyerap materi yang disampaikan oleh guru sehingga pelajaran
matematika menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian besar peserta
didik. Di lapangan guru lebih sering menggunakan model pembelajaran yang
konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri,
yaitu anak usia sekolah dasar terutama kelas IV masih memandang dunia
mereka sebagai dunia bermain. Jika mereka tidak bisa memandang suatu hal
sebagai suatu hal yang penting maka mereka atau kesulitan dalam memahami
sesuatu, maka mereka akan mengabaikan hal tersebut. Ditambah lagi dengan
penggunaan model pembelajaran konvensional ini, maka pembelajaran
matematika yang terjadi di lapangan akan semakin membosankan bagi siswa
sehingga tidak bisa meningkatkan hasil belajar mereka.
Di dalam pembelajaran matematika, kemampuan dasar yang harus
dimiliki siswa sebagai bekal mempelajari matematika salah satunya adalah
kemampuan berhitung. Kemampuan berhitung siswa perlu dipupuk dan
dilatih dengan berbagai teknik agar tertanam dalam pola berpikir anak
sehingga nantinya dalam mempelajari matematika tak ada kendala dalam hal
kemampuan berhitung. Setelah siswa menyelesaikan studi di tingkat SD/MI
kemampuan

berhitung

yang

harus

telah

dikuasai

adalah

meliputi

penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, perpangkatan, dan


penarikan akar. Kemampuan berhitung itu harus dikuasai anak untuk
diterapkan pada himpunan bilangan asli, cacah, bulat, dan pecahan.
Salah satu kemampuan berhitung yang kurang dikuasai dengan baik
oleh siswa adalah penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat (negatif
dan positif). Hal ini biasanya dikarenakan pada saat pembelajaran siswa
masih dalam tahap berpikir konkret sementara kebanyakan pembelajaran di
kelas tidak didukung oleh media pembelajaran yang memadai. Bagi anakanak yang biasa dan tidak terlalu menyukai pelajaran matematika, tentunya
akan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahami materi ini.
Berdasarkan latar belakang tersebut, kami mencoba menyajikan
sebuah media pembelajaran matematika yang kami maksudkan untuk
membantu siswa yang merasa kurang atau belum menguasai kemampuan

berhitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat tersebut secara


interaktif melalui media kartu positif dan negatif. Sehingga siswa dapat
belajar secara mandiri untuk berusaha menguasai kemampuan berhitung
tersebut. Melihat dari masalah itu kami dari penulis mencoba untuk
membahas tentang Kesalahan Prinsip dalam Operasi Hitung (penjumlahan
dan pengurangan) Bilangan Bulat pada Siswa Kelas IV SD.
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang diatas dapat ditarik beberapa
rumusan masalah, seperti berikut ini:
1. Bagaimana kesalahan prinsip yang mungkin terjadi di lapangan
khususnya mengenai operasi hitung (penjumlahan dan pengurangan)
bilangan bulat?
2. Bagaimana pengembangan rancangan pembelajaran yang sesuai untuk
mengatasi permasalahan mengenai operasi hitung (penjumlahan dan
pengurangan) bilangan bluat?
3. Bagaimana pengembangan materi ajar yang sesuai untuk mengatasi
permasalahan mengenai operasi hitung (penjumlahan dan pengurangan)
bilangan bulat?
4. Bagaimana pengembangan media pembelajaran yang sesuai untuk
mengatasi permasalahan mengenai operasi hitung (penjumlahan dan
pengurangan) bilangan bulat?
5. Bagaimana pengembangan penilaian pembelajaran yang sesuai untuk
mengatasi permasalahan mengenai operasi hitung (penjumlahan dan
pengurangan) bilangan bulat?
c. Tujuan Penulisan
Dari beberapa rumusan masalah diatas, maka dapat kita ketahui tujuan
dari penulisan tugas ini antara lain:
1. Untuk mengetahui kesalahan prinsip yang mungkin terjadi di lapangan
khususnya mengenai operasi hitung (penjumlahan dan pengurangan)
bilangan bulat

2. Untuk mengetahui pengembangan rancangan pembelajaran yang sesuai


untuk mengatasi permasalahan mengenai operasi hitung (penjumlahan
dan pengurangan) bilangan bulat
3. Untuk mengetahui pengembangan materi ajar yang sesuai untuk
mengatasi permasalahan mengenai operasi hitung (penjumlahan dan
pengurangan) bilangan bulat
4. Untuk mengetahui pengembangan media pembelajaran yang sesuai untuk
mengatasi permasalahan mengenai operasi hitung (penjumlahan dan
pengurangan) bilangan bulat
5. Untuk mengetahui pengembangan penilaian pembelajaran yang sesuai
untuk mengatasi permasalahan mengenai operasi hitung (penjumlahan
dan pengurangan) bilangan bulat.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesalahan Prinsip Operasi Hitung (Penjumlahan & Pengurangan)
Bilangan Bulat di Lapangan
Sebelum memasuki dunia sekolah, setiap siswa sebenarnya telah
memiliki pengetahuan dasar yang diperoleh dari lingkungan keluarganya. Hal
inilah yang kemudian membedakan kemampuan setiap siswa dalam
menerima

pelajaran di sekolah, sehingga terkadang ada beberapa

konsep/materi belajar dimana sebagian siswa cepat memahami materi


sedangkan yang lain membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Saat siswa
yang cenderung lebih lambat ini masih mencerna pelajaran, guru sudah
melangkah ke materi selanjutnya karena menganggap semua siswa sudah
mengerti betul konsep yang dijelaskan. Kurangnya pemahaman siswa inilah
yang kadang membuat mereka membuat konsep sendiri menurut
pengetahuannya yang terbatas sehingga menimbulkan kesalahpahaman
konsep atau disebut miskonsepsi.
Miskonsepsi dalam matematika dapat menjadi masalah serius jika tidak
segera diperbaiki, sebab kesalahan satu konsep dasar saja dapat menuntun
seseorang pada kesalahan yang terus menerus. Karena sebuah konsep dasar
dalam matematika akan terus diaplikasikan ke materi selanjutnya. Sehingga
miskonsepsi

dapat

membuat

mereka

terus

menerus

salah

dalam

menyelesaikan masalah, bukan karena mereka tidak mengerti cara


menyelesaikan masalah tersebut, melainkan mereka mempercayai dan
menerapkan sebuah konsep dasar yang salah. Menemukan letak miskonsepsi
siswa di kelas merupakan cara yang bijak untuk memperbaiki miskonsepsi,
karena dengan demikian akan diketahui pula penyebab miskonsepsi serta cara
memperbaikinya.
Terdapat 4 macam dugaan miskonsepsi yang terjadi dalam konsep
pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilang bulat diantaranya:

1) Siswa salah menafsirkan bentuk a + (-b) sebagai bentu a b, dan bentuk a


- (-b) sebagai bentuk a + b.
2) Siswa tidak dapat membedakan tanda atau + sebagai operasi hitung
dengan tanda atau + sebagai jenis suatu bilangan.
3) Siswa tidak paham tentang pengertian bilangan bulat dan asal muasal
bilangan bulat.
4) Siswa mendapatkan konsep yang salah tentang penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat.
Penjelasan terhadap masing-masing miskonsepsi akan diuraikan sebagai
berikut; Pertama, siswa salah menafsirkan bentuk a + (-b) sebagai bentu a
b, dan bentuk a - (-b) sebagai bentuk a + b. Siswa menafsirkan bentuk a + (b) sebagai bentu a b, dan bentuk a - (-b) sebagai bentuk a + b. Padahal
penafsiran seperti itu tidaklah pada tempatnya dan hal ini menjadikan
munculnya miskonsepsi. Penyelesaian soal berbentuk a + (-b) dan a - (-b)
seyogyanya diselesaikan seperti langkah-langkah berikut ini: Contoh, jika
kita dihadapkan pada soal 5 (-6), maka dapat diselesaikan sebagai berikut:

Gambar operasi pengurangan 5 ( -6) = 11


Gambar

diatas

menjelaskan

langkah-langkah

sebuah

operasi

pengurangan antara a b, dengan b < 0. Pertama-tama, posisi model


(dilambangkan sebagai anak panah merah) menghadap ke bilangan positif,
karena bilangan pertama

adalah 5 (bilangan positif) pada skala 0 (nol).

Berikutnya model melangkah sebanyak 5 skala sesuai dengan besarnya


bilangan pertama. Langkah kedua, kita lihat bilangan yang kedua adalah
negatif, sehingga arah muka model berbalik ke arah bilangan negatif (ke arah
kiri). Langkah ketiga, operasi aljabarnya adalah pengurangan, sehingga

model melangkah mundur sebanyak 6 skala. Hasil akhir ditunjukkan oleh


pangkal panah pada skala 11. Sehingga bisa disimpulkan bahwa 5 (-6) = 11.
Kedua, siswa tidak dapat membedakan tanda atau + sebagai operasi
hitung dengan tanda atau + sebagai jenis suatu bilangan. Misalnya 5 + (-6),
siswa semuanya menyebut sebagai lima plus min enam, sedangkan bentuk
-5 (-6) disebut sebagai min lima min min enam. Penyebutan yang benar
menurut kaidah bahasa dan konsep matematika seharusnya lima ditambah
negatif enam atau lima plus negatif enam untuk bentuk 5 + (-6).
Sedangkan bentuk -5 (-6) seharusnya disebut sebagai negatif lima
dikurangi negatif enam atau negatif lima minus negatif enam. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa tidak paham menempatkan tanda (-) atau (+)
sebagai bentuk operasi hitung ( plus dan minus atau ditambah dan dikurangi)
dengan tanda ( - ) dan (+) sebagai jenis bilangan (bilangan positif atau
bilangan negatif). Konsep yang benar, jika tanda ( - ) berfungsi sebagai
operasi aljabar maka harus dibaca minus atau min atau kurang dan plus
atau tambah untuk tanda (+). Sedangkan jika tanda ( - ) berfungsi sebagai
jenis suatu bilangan maka harus dibaca negatif untuk tanda ( - ) dan dibaca
positif untuk tanda (+). Menghindari miskonsepsi seperti itu dapat diatasi
dengan menuliskan tanda ( - ) atau (+) sebagai operasi hitung dibedakan
dengan penulisan tanda ( - ) atau (+) sebagai jenis bilangan. Contohnya 8 + (
-5) ditulis sebagai +8 + -5, dsb. Penulisan seperti itu diharapkan dapat
membedakan tanda ( - ) atau (+) sebagai jenis bilangan atau sebagai operasi
aljabar.
Ketiga, siswa tidak paham tentang pengertian bilangan bulat dan asal
muasal bilangan bulat. Ketidakpahaman siswa terhadap definisi bilangan
bulat tidak murni karena kesalahan mereka, pada umumnya buku-buku di
pasaran rata-rata tidak memperhatikan bagaimana memberikan definisi
bilangan bulat secara tepat. Misalnya ada yang memberikan ilustrasi seorang
anak berjalan maju untuk menandakan bilangan bulat positif dan anak
berjalan mundur untuk bilangan bulat negatif, tetapi tidak ada uraian dan
analisis mengapa anak harus berjalan maju dan berjalan mundur.

Seyogyanya, menjelaskan definisi bilangan bulat (khususnya bilangan bulat


negatif) harus dikaitkan dengan jenis atau operasi pada bilangan asli seperti
yang dibahas pada gambar 1.2, sehingga ada langkah maju dan mundur dan
ada langkah kiri atau kanan.
Keempat, siswa mendapatkan konsep yang salah tentang penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat. Selama ini siswa belajar tentang operasi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada saat mereka masih ada di
sekolah dasar. Celakanya saat itu mereka tidak mendapatkan proses
menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat dengan benar. Hal ini
disebabkan sulitnya memberikan penjelasan bagaimana melakukan operasi
hitung bilangan bulat secara konkret maupun secara abstrak (tanpa
menggunakan alat bantu). Dan alat bantu/media yang digunakan oleh seorang
guru tidak dapat digeneralisasi untuk semua masalah baik penjumlahan
maupun pengurangan. Misalnya, seorang guru menggunakan menida manikmanik untuk mengajarkan operasi penjumlahan 3 + 5, dan 5 3. Tetapi guru
tersebut tidak lagi menggunakan media manik-manik ketika menemukan
bentuk 3 + ( -5) dan 5 ( -3). Hal biasa yang dilakukan adalah menggunakan
istilahhutang piutang.
Menjadi tugas utama guru untuk memperbaiki keempat miskonsepsi
tersebut, agar tidak menjadi masalah serius, sebab sebuah konsep dasar dalam
matematika akan terus diaplikasikan ke materi selanjutnya. Upaya guru untuk
memperbaiki konsep tersebut haruslah menggunakan langkah yang
sistematis,

mulai

mengembangkan

dari

mengembangkan

materi pembelajaran,

rancangan

pembelajaran,

mengembangkan media

yang

digunakan dalam pembelajaraan, dan menentukan konsep penilaian yang


dilakukan dalam pembelajaran tersebut.
b. Pengembangan Rancangan Pembelajaran
Setelah mengetahui permasalahan tentang kesalahan prinsip yang
terjadi di lapangan, kelompok kami menyimpulkan bahwa seharusnya
pembelajaran matematika di lapangan selain guru menerangkan kepada
peserta didiknya, siswa harus mampu membangun pengetahuannya sendiri

melalui pengalaman mereka secara langsung, atau melibatkan mereka secara


aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Di dalam sebuah rancangan kegiatan pembelajaran yang baik tentu
memerlukan pendekatan, metode dan model pembelajaran yang tepat dengan
materi, karakteristik siswa serta tingkat perkembangan siswa pada kelas yang
akan di ajar. Sesuai dengan permasalahan yang diangkat oleh kelompok kami,
pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan kami adalah
pendekatan cooperative Learning. Kami memilih pendekatan cooperative
learning karena cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif
mengarahkan siswa untuk belajar secara berkelompok. Kelough & Kelough
(Suyanto, 2009: 16) mendefinisikan cooperative Learning sebagai satu
macam strategi pembelajaran secara berkelompok, siswa belajar bersama dan
saling membantu dalam membuat tugas dengan penekanan pada saling
support diantara anggota.
Menurut Rusman (2011: 202) menjelaskan bahwa coperative learning
merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Solihatin & Raharjo (2007: 4) mengemukakan bahwa cooperative
learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama
dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama
yang teratur dlam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana
keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota
kelompok itu sendiri. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pengajaran
yang memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerjasama bersama teman
atau kelompoknya dalam tugas yang terstruktur secara bergotong royong.
Model pembelajaran ini menekankan pada pemberian kesempatan
pada siswa untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai
serta keterampilan sosial yang bermanfaat untuk mereka. Melalui cooperative
learning siswa tidak hanya belajar tetapi juga membelajarkan temannya yang
lain. Selain itu model pembelajaran ini mengajar pada siswa untuk
bertanggung jawab kepada kelompok seperti pada dirinya sendiri.

10

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif


adalah pembelajaran yang mampu memberikan motivasi kepada siswa dalam
melaksanakan berbagai macam kegiatan, sehingga mereka merasa tertantang
untuk menyelesaikan tugas tersebut bersama kelompoknya secara kreatif.
Adapun pendapat menurut Trianto (2011: 48-49), langkah-langkah
dalam menggunakan model cooperatif learning adalah sebagau berikut:
Tabel Langkah-langkah pembelajaran Cooperatif Learning menurut Trianto
Fase
Tingkah Laku Guru
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
Fase-1
Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
dan memotivasi siswa memotivasi siswa belajar.
Guru menyajikan informasi kepada siswa
Fase-2
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
Menyajikan informasi
bacaan
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
Fase-3
Mengorganisasikan
caranya membentuk kelompok belajar dan
siswa ke dalam
membantu setiap kelompok agar melakukan
kelompok kooperatif
Fase-4
Membimbing
kelompok bekerja dan
belajar

transisi secara efisien.


Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

Fase-5
Evaluasi
Fase-6
Memberikan

yang telah dipelajari atau masing-masing


kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan

penghargaan
kelompok.
Dari beberapa pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan langkahlangkah dari pembelajaran kooperatif dimulai dari apersepsi yang dilakukan
oleh guru dan penyampaian tujuan pembelajaran yang akan disampaikan hari
itu, selain itu guru juga memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran
secara aktif. Setelah itu guru melakukan demonstrasi mengenai materi
pembelajaran yang ingin disampaikan. Guru membentuk kelompok dan

11

meminta siswa untuk bekerja secara berkelompok. Guru membantu siswa


untuk bekerja bersama kelompoknya agar mereka dapat bekerjasama dengan
efisien. Guru membimbing kelompok selama mereka melakukan diskusi,
peran guru disini adalah sebagai konselor dan terkadang pemberi kritik yang
ramah. Guru bersama siswa saling mengevaluasi hasil kerja kelompok satu
sama lain. Masing-masing siswa harus menguasai materi yang ditugaskan
pada kelompok mereka. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja
mereka. Setelah itu guru bersama dengan siswa menyimpulkan hasil
pembelajaran dan meluruskan apabila ada perbedaan pendapat selama
pembelajaran. Guru memberikan penghargaan kepada siswa atau kelompok.
Penghargaan ini perlu dilakukan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran selanjutnya.
Setelah menentukan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,
kelompok kami memilih model pembelajaran yang sesuai dengan masalah
yang kami angkat. Model pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan
kami adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-GamesTournaments), kami memilih untuk menggunakan model TGT karena model
ini sesuai dengan prinsip pembelajaran kooperatif, yaitu selain siswa
menemukan pengetahuannya bersama kelompoknya (kerjasama), siswa juga
harus bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Jika dihubungkan dengan
permasalahan yang kami angkat model ini diharapkan dapat mengaktifkan
siswa di dalam kegiatan belajar, agar siswa benar-benar memahami prinsipprinsip operasi hitung (penjumlahan & pengurangan) pada bilangan bulat.
Di dalam rancangan pembelajaran yang kami buat, kelompok kami
memilih beberapa metode pembelajaran yang akan digunakan selama
pembelajaran, metode-metode tersebut antara lain adalah metode ceramah,
diskusi, penugasan dan demonstrasi.
Adapun langkah-langkah rancangan pembelajaran yang kami buat
sesuai dengan permasalahan yang kami angkat antara lain:
1) Guru mempersiapkan media pembelajaran yang akan di pergunakan
selama pembelajaran, media yang akan digunakan guru dalam

12

pembelajaran ini yaitu berupa kartu kartu yang bermilai (+) dan (-). Kartu
yang bernilai (+) diberi warna kuning sedangkan kartu yang bernilai (-)
diberi warna merah.
2) Guru menyampaikan materi mengenai operasi hitung (penjumlahan &
pengurangan) bilangan bulat dengan media garis bilangan
3) Guru menyampaikan materi tentang masalah yang berkaitan dengan
operasi hitung (penjumlahan & pengurangan) bilangan bulat dengan
media kartu negatif dan kartu pisitif
4) Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa, guru memberikan
LKS sebagai latihan awal siswa mengenai materi yang telah
disampaikan. Tugas yang diberikan oleh guru merupakan Lembar Kerja
Siswa, siswa diberikan suatu masalah yang harus diselesaikan secara
individu namun siswa boleh saling berdiskusi bersama teman sebangku
mengenai masalah tersebut.
5) Guru mengkondisikan siswa untuk mengerjakan tugas secara individu
dan jujur
6) Setelah semuanya selesai guru bersama dengan siswa mendiskusikan
hasil kerja individu mereka
7) Selepas diskusi guru meminta siswa untuk mengumpulkan Lembar Kerja
Individu mereka
8) Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok (masing-masing terdiri dari 56 siswa)
9) Guru membagikan 2 amplop kepada setiap kelompok yang sudah
dibentuk (Amplop 1 berisi menjodohkan soal operasi bilangan bulat
dengan jawaban yang benar, dan amplop 2 berisi soal kuis yang harus
dipelajari oleh siswa)
10) Guru mengkondisikan siswa untuk bekerja sama dengan kelompoknya.
11) Guru menjelaskan bagaimana tata cara pengerjaan tugas kelompok
mereka
12) Guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas kerja kelompok yang telah
dibagikan dan mempelajari tugas yang terdapat dalam amplop ke 2
13) Setelah selesai mengerjakan tugas, setiap kelompok saling menukarkan
hasil kerja/karya mereka kepada kelompok lain.

13

14) Setiap kelompok memberikan penilaian dan komentar (koreksi dan


pembenaran jawaban) tentang hasil tugas kelompok yang mereka
koreksi. (amplop 1)
15) Setelah tersebut selesai, guru memajang papan skor yang telah dibut ke
papan tulis, kemudian guru meminta siswa untuk berbaris kebelakang
setiap kelompok. Dihadapan masing-masing kelompok sudah terdapat
papan tulis, spidol dan penghapus.
16) Guru meminta siswa paling depan untuk mendengarkan soal yang akan
dibacakan, setelah itu siswa harus menuliskan jawabannya ke papan tulis
dan mengangkat hasil jawabannya. Siswa hanya dibatasi waktu sekitar 30
detik hingga 1 menit untuk menjawab soal yang diberikan oleh guru.
Siswa yang menjawab benar akan mendapat skor dan siswa yang
menjawab salah tidak mendapat skor untuk kelompok mereka, kegiatan
tersebut terus dilakukan bergantian hingga seluruh anggota kelompok
mendapat giliran bermain.
17) Setelah selesai dilakukan pensekoran dan penetuan tim terbaik.
18) Guru memberikan soal tes pada siswa untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa mengenai pembelajaran yang telah dilakukan
Berdasarkan langkah-langkah rancangan pembelajaran di atas,
terdapat 2 jenis permainan yang dilakukan di dalam kelas. Yaitu permainan I,
siswa bekerja bersama kelompoknya untuk menempelkan kartu negatif dan
kartu positif ke dalam lembar kerja yang dibagikan oleh guru (penjumlahan &
pengurangan). Sedangkan di dalam permainan kedua ada beberapa aturan
yang harus diikuti oleh siswa:
a) Siswa berbaris kebelakang sesuai dengan kelompoknya
b) Di hadapan setiap kelompok terdapat sebuah papan tulis, spidol dan
penghapus
c) Siswa yang paling depan mendapat giliran untuk main pertama
d) Ia harus menjawab pertanyaan yang dibacakan atau ditunjukkan oleh
guru dalam waktu 30 60 detik. Siswa yang melebihi waktu yang
ditentukan tidak boleh mengangkat jawabannya
e) Setelah selesai menjawab dengan yakin siswa harus mengangkat
jawabannya

14

f) Guru memeriksa setiap jawaban yang dimiliki oleh siswa, jika jawaban
siswa benar maka di papan skor akan dimasukkan skor 10 dan jika salah
akan mendapat skor 0
g) Setiap siswa bergiliran melakukan permainan hingga seluruh anggota
kelompok mendapat giliran bermain
c. Pengembangan Materi Ajar
Dalam mengembangkan materi perlu dipilih seoptimal mungkin
untuk membantu siswa dalam mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan materi pembelajaran yaitu jenis, cakupan, tahapan, dan
perlakuan

(treatment)

terhadap

materi

pembelajaran

tersebut.

Pengembangan materi ajar juga perlu memperhatikan beberapa prinsip


dasar pengembangan materi yaitu kesesuaian (relevansi), Keajegan
(konsistensi), dan kecukupan (adequacy).
Pengembangan materi ajar konsep penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat dikembangkan sebagai berikut.
1. Penjumlahan dan Penggurangan pada Bilangan Bulat
a. Penjumlahan pada bilangan bulat
Muchtar A Karim, dkk (1997: 184) menyatakan apabila a dan b
bilangan bulat, maka definisi penjumlahannya adalah sebagai berikut: a
+ b = (a + b), jika a dan b bilangan bulat tak negatif. a +(-b)= a b, jika
a dan b bilangan bulat tak negatif serta a > b. a + (-b) = 0, jika a dan b
adalah bilangan bulat tak negatif serta a = b. Serta a + (-b) = -(b - a), a
dan b adalah bilangan bulat tak negatif dan a < b.
1) Penjumlahan dengan alat bantu
Dalam menghitung hasil penjumlahan dua bilangan bulat, dapat
digunakan dengan menggunakan Kartu prinsip proton elektron.
2) Penjumlahan tanpa alat bantu
Penjumlahan pada bilangan yang bernilai kecil dapat dilakukan
dengan bantuan garis bilangan. Namun, untuk bilangan-bilangan
yang bernilai besar, hal itu tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu,
kita harus dapat menjumlahkan bilangan bulat tanpa alat bantu.
(1) Kedua bilangan bertanda sama
(2) Kedua bilangan berlawanan tanda
Contoh:
Contoh:
a) 125 + 234 = 359
a) 75 + (90) = (90 75) = 15
b) 58 + (72) = (58 + 72) = 130
b) (63) + 125 = 125 63 = 62

15

2) Sifat-Sifat Penjumlahan Bilangan Bulat


a. Sifat tertutup
Pada penjumlahan bilangan bulat, selalu menghasilkan bilangan
bulat juga. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut.

a. 16 + 25 = 9
16 dan 25 merupakan bilangan bulat dan 9 juga merupakan bilangan
bulat.
b. 24 + (8) = 16
24 dan 8 merupakan bilangan bulat dan 16 juga merupakan bilangan
bulat.
b. Sifat komutatif
Sifat komutatif disebut juga sifat pertukaran. Penjumlahan dua
bilangan bulat selalu diperoleh hasil yang sama walaupun kedua
bilangan tersebut dipertukarkan tempatnya. Hal ini dapat
dituliskan sebagai berikut.

a. 6 + 5 = 5 + 6 = 11

c. 8 + (12) = (12) + 8 = 4

b. (7) + 4 = 4 + (7) = 3

d. (9) + (11) = (11) + (9) = 20

16

c. Sifat asosiatif
Sifat asosiatif disebut juga sifat pengelompokan. Sifat ini dapat
dituliskan sebagai berikut.

a. (4 + (5)) + 6 = 1 + 6
=5
4 + ((5) + 6) = 4 + 1
=5
Jadi, (4 + (5)) + 6 = 4 + ((5) + 6).

b. (3 + (9)) + 10 = 12 + 10
= 2
3 + ((9) + 10) = 3 + 1
= 2
Jadi, (3 + (9)) + 10 = 3 + ((9) + 10).

b. Pengurangan pada Bilangan Bulat


Mochtar A Karim, dkk (1997: 186) mendefinisikan pengurangan
bilangan bulat sebagai berikut: Jika a dan b adalah bilangan bulat, maka a
b adalah sebuah bilangan bulat x yang bersifat b + x = a. dari definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa a b = x jika dan hanya jika a = b + x.
Sedangkan jika a dan b bilangan bulat, maka a b = a + (-b). Sifat ini
menyatakan bahwa a b sama nilainya dengan a + lawan b. Oleh sebab
itu, operasi pengurangan merupakan invers dari operasi penjumlahan.
1) Pengurangan dinyatakan sebagai penjumlahan dengan lawan bilangan
pengurang
Bandingkan hasil penjumlahan dan pengurangan berikut.
Pada pengurangan bilangan bulat, mengurangi dengan suatu bilangan sama
artinya dengan menambah dengan lawan pengurangnya. Secara umum,
dapat dituliskan

a. 7 9 = 7 + (9) = 2
b. 8 6 = 8 + (6) = 14
c. 15 (5) = 15 + 5 = 20

17

d. 12 (6) = 12 + 6 = 6
2) penggurangan dengan alat bantu
Dalam pengguranagn dengan menngunakan alat bantu ini
menggunakan media kartu prinsip kerja proton electron.
d. Pengembangan Media Pembelajaran
Dalam membelajarkan pada peserta didik agar menarik dan mudah
dipahami. Maka guru harus mengunakan media pembelajaran yang menarik
dan mampu menyederhanakan konsep yang rumit menjadi konsep yang
mudah dipahami dan pembelajran lebih bermakna. Dalam hal ini dapat
menggunakan salah satu media yaitu dengan prinsip proton dan electron.
Berikut ini dapat dijelaskan langkah pembuatan dan

langkah kerja

penggunaan media dengan prinsip proton dan elektron.


a. Langkah pembuatan media dengan prinsip proton dan elektron
Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Menggunakan
Media dengan Prinsip Proton-Elektron
Tujuan
Siswa memahami operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
dengan media pembelajaran yang menggunakan prinsip proton-elektron.
Alat dan Bahan

Gunting
Jangka
Pensil
Penghapus
Kertas Marmer Warna Merah
Kertas Marmer Warna Hitam
Kardus
Lem kertas

Cara Membuat
a.

Buat gambar lingkaran di kardus dengan jari-jari 2,5 cm dengan


menggunakan jangka dan pensil sebanyak 20 buah.

18

b.

Buat gambar lingkaran di kertas marmer dengan jari-jari 2,5 cm dengan


menggunakan jangka dan pensil. Masing-masing warna sebanyak 20

c.

buah.
Gunting kardus dan kertas marmer dengan mengikuti garis lingkaran

d.
e.

yang telah dibuat.


Oleskan lem kertas pada kertas marmer pada bagian berwarna putih.
Tempelkan kertas marmer yang telah diberi lem kertas ke kedua
permukaan kardus hingga permukaan kardus tertutup kertas marmer

f.

berwarna merah / hitam.


Ulangi langkah 4 dan 5 untuk setiap potongan kardus yang ada.

Gambar1.1 prinsip proton-elektron


Cara Menggunakan
Ketentuan:
a.
b.

Lingkaran berwarna merah mewakilkan bilangan bulat positif (proton)


Lingkaran berwarna hitam mewakilkan bilangan bulat negatif

c.

(elektron).
Bila 1 buah lingkaran merah digabungkan dengan 1 buah lingkaran

d.
e.

hitam maka nilainya 0.


Operasi (+) artinya menambahkan atau memasukkan.
Operasi (-) artinya mengurangi atau mengeluarkan.

Contoh soal dan pembahasannya penggunaan media


1.

Operasi penjumlahan

a.

Misalkan 3 + 3 = ...
1) Perhatikan angka-angka yang akan dioperasikan. Semua angka bertanda
positif, maka berdasarkan ketentuan sebelumnya bilangan positif
diwakilkan dengan lingkaran berwarna merah.

19

2) Ambil lingkaran berwarna merah sebanyak angka yang akan


dioperasikan. (3 buah lingkaran berwarna merah untuk suku pertama
dan 3 buah lingkaran berwarna merah untuk suku kedua).
3) Karena semua lingkaran berwana sama (merah) maka langsung saja
dijumlahkan.
4) Diperoleh jumlah 3+3=6.
Contoh media:
b.

Misalkan 4 + (-2) = ...

1) Perhatikan angka-angka yang akan dioperasikan. Angka 4 bertanda


=6

positif dan angka 2 bertanda negatif. Berdasarkan ketentuan


sebelumnya bilangan positif diwakilkan dengan lingkaran berwarna
merah dan bilangan negatif diwakilkan dengan lingkaran berwarna
hitam.
2) Ambil lingkaran berwarna merah sebanyak 4 dan ambil lingkaran
berwarna hitam sebanyak 2.
3) Pasangkan lingkaran merah (positif) dengan lingkaran hitam
(negatif). Karena lingkaran merah lebih banyak dari pada lingkaran
hitam maka ada lingkaran merah yang tidak memiliki pasangan.
4) Lingkaran yang memiliki pasangan bernilai 0.
5) Dari langkah sebelumnya diperoleh 2 lingkaran berwarna merah
yang tidak memiliki pasangan. Karena lingkaran berwarna merah
bernilai positif maka hasil dari operasi 4 + (-2) adalah positif 2.
6) 4 + (-2) = 2
Contoh media:
=

2.

Operasi pengurangan

a.

Misalkan 2 - 2 = ...

=2

20

1) Berarti terdapat 2 buah lingkaran merah.


2) Karena operasi yang dilakukan adalah pengurangan (dikurang 2),
maka kita keluarkan / kita ambil 2 buah lingkaran merah.
3) Dari pengambilan lingkaran (dilangkah sebelumnya) tidak tersisa
lingkaran, maka di peroleh hasilnya 0.
4) 2 2 = 0
Contoh media =

=0

b.

Misalkan (-2) - 4 = ...


1) Terdapat 2 buah lingkaran hitam.
2) Operasi adalah pengurangan (dikurang positif 4) maka kita ambil 4
buah lingkaran merah.
3) Karena tidak ada lingkaran merah maka bisa kita tambahkan 4 netral
(4 lingkaran merah dan 4 lingkaran hitam).
4) Maka lingkaran yang adalah 2 negatif (2 lingkaran hitam) dan 4 netral
(4 lingkaran hitam dan 4 lingkaran merah).
5) Lalu kita keluaran / ambil 4 lingkaran merah (karena dikurangkan 4
positif).
6) Maka hasil yang kita peroleh adalah 6 lingkaran hitam (artinya 6
negatif).
7) (-2) 4 = (-6)

Contoh media :

=-6

21

e. Pengembangan Penilaian Pembelajaran


Di dalam rancangan pembelajaran seperti yang dijabarkan di atas,
terdapat beberapa kali tes yang diberikan guru guna melihat seberapa jauh
pemahaman siswa mengenai materi yang telah dipelajari. Tes-tes tersebut
antara lain:
a) Lembar Kerja Siswa
Carilah hasil penjumlahan dan penggurangan dibawah ini dengan
menggunakan kartu prinsip proton elektron.
a.
5+(-3)=
b.
-7 6 =
c.
9-(-6) =
d.
-6 + 3 =
b) Kuis 1
Selesaikan soal di bawah ini dengan menempelkan kartu potitif dan
kartu negatif!
No.
1.

Soal
2 + (-5) =

2.

56=

3.

-4 (-5) =

4.

-4 7=

5.

4 + (-9) =

Gambar jawaban

22

-4 + (-12) =

10 + (-12) =

10 - (-8) =

5 + (-7) =

-6 - (-12) =

-9 13 =

7 + (-19) =

6 - (-9) =

-4 + (-8) =

-3 + (-12) =

a) Tes Akhir
A) Pilihlah jawaban yang tepat!
1) 3 + (-7) = n ;maka n = ....

23

a. -3
b. -4

c. 0
d. 4

2) 10 (-6) =
a. 16
b. 12

c. 4
d. -4

3) -7 8 =
a. -8
b. -10

c. -12
d. -15

4) Perhitungan yang sama hasilnya dengan -5 (-7) adalah ....


a. -5 + (-7)
b. -5 + 7
5) -9 + n = -21

c. 5 7
d. 5 + 7
;maka nilai n = .....

a. 3
b. -3

6) Hasil dari 7 + (-8) = ....


a. -1
b. -15
7) Hasil dari 45 (-9) = .....
a. 36
b. 54

c. -12
d. 12

c. 1
d. 15

c. -12
d. 12

8) Hasil dari -19 + (-4) (-2) =


a. 17
b. 25

c. -20
d. -21

9) Hasil dari n + (-15) = -7, maka n = ....


a. -8
b. 8

c. -7
d. 7

10) Hasil dari 7 + (-n) = -16, maka n = ....

24

a. -23
b. 23

c. 13
d. -13

B) Isilah titik-titik di bawah ini dengan tepat!


1) 4 + 5 = .....- 5
2) 3 + (-7) = .....+7
3) -5+(-4) = .... + (-7)
4) -6 + 5 = ..... 4
5) -3 (-7) = -6 + .....
6) 12 (-5) = ..... (-7)
7) -8 + (-5) = -17 + .....
8) -10 4 = 7 - .....
9) 7 + (-9) = -10 + .....
10) 9 + (-16) = -.....+ (-3)

Jodohkan operasi hitung di bawah ini dengan operasi hitung yang senilai!
1.
2.
3.
4.
5.

7 + (-19)
-12 (7)
18 + (-9)
14 (-3)
-5 + (-12)

-12 + 7 (-14)
-14 + 2
-3 + (-19) + 5
-4 (-15) + 6
5 17 7

Berdasarkan soal-soal tes akhir di atas, penilaian yang dapat diberikan


pada siswa adalah sebagai berikut:

No.
1.

2.

3.

Jenis Soal
Pilihan Ganda

Esay

Menjodohkan

No.
Soal
1-10

1-10

1-5

Kriteria

Total
Skor

Setiap jawaban benar skor 1


Setiap jawaban salah/tidak

10

menjawab skor 0
Setiap jawaban benar skor 2
Setiap jawaban salah/tidak

20

menjawab skor 0
Setiap jawaban benar skor 2
Setiap jawaban salah/tidak

10

25

No.

Jenis Soal

No.
Soal

Kriteria

Total
Skor

menjawab skor 0
Jumlah Skor

40

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa :
Kesalahan prinsip yang mungkin terjadi di lapangan khususnya
mengenai operasi hitung (penjumlahan dan pengurangan) bilangan bulat ada
4 macam diantaranya; (1) Siswa salah menafsirkan bentuk a + (-b) sebagai
bentu a b, dan bentuk a - (-b) sebagai bentuk a + b; (2) Siswa tidak dapat
membedakan tanda atau + sebagai operasi hitung dengan tanda atau +
sebagai jenis suatu bilangan; (3) Siswa tidak paham tentang pengertian
bilangan bulat dan asal muasal bilangan bulat; (4) Siswa mendapatkan
konsep yang salah tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Pengembangan rancangan pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi
permasalahan mengenai operasi hitung (penjumlahan dan pengurangan)
bilangan bulat dikembangkan melalui pembelajaran dengan pendekatan
cooperative learning type TGT (Teams-Games-Tournaments), dengan metode
ceramah, diskusi, penugasan dan demonstrasi.

26

Pengembangan materi ajar yang sesuai untuk mengatasi permasalahan


mengenai operasi hitung (penjumlahan dan pengurangan) bilangan bulat
diperlukan pemilihan yang optimal untuk membantu siswa dalam mencapai
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan materi pembelajaran yaitu jenis, cakupan,
tahapan, dan perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran tersebut.
Pengembangan materi ajar juga perlu memperhatikan beberapa prinsip dasar
pengembangan materi yaitu kesesuaian (relevansi), Keajegan (konsistensi),
dan kecukupan (adequacy).

Pengembangan media pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi


permasalahan mengenai operasi hitung (penjumlahan dan pengurangan)
bilangan pada dasarnya bertujuan supaya peserta didik agar tertarik dan dan
mampu menyederhanakan konsep yang rumit menjadi konsep yang mudah
dipahami. Salah satu media yang dapat digunakan yaitu mengunakan media
dengan prinsip proton dan electron.
Pengembangan penilaian pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi
permasalahan mengenai operasi hitung (penjumlahan dan pengurangan)
bilangan bulat diberikan guru guna melihat seberapa jauh pemahaman siswa
mengenai materi yang telah dipelajari. Penilaian tersebut tersebut antara lain;
Lembar kerja siswa, kuis, dan tes akhir.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang ditarik dari pembahasan makalah diatas
maka penulis mencoba memberikan saran sebagai berikut:
1.

Peran guru sangat dominan dalam memberikan pembelajaran, oleh


karena itu perlu sedini mungkin mendiagnosa kesalahan pemahaman
yang mungkin terjadi mengenai fakta, konsep,dan prinsip dalam

2.

pembelajaran matematika.
Guru hendaknya lebih

terampil

mengembangkan

strategi

pembelajaran yang akurat, agar pembelajaran bisa tersampaikan dengan


baik dan agar dapat membuat siswa lebih memahami dan memaknai
3.

pembelajaran.
Guru hendaknya lebih terampil dalam mengembangkan media
pembelajaran agar siswa lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran

4.

sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik.


Guru hendaknya memberikan penilaian pembelajaran katematika
dengan melihat seluruh proses pembelajaran, tidak hanya menuntut
hasil, melainkan harus juga ikut mengembangkan proses dan sikap
siswa di saat melaksanakan proses tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, H. (2011). Peningkatan Keterampilan Berhitung BilanganBulat
Matematika Melalui Media Muatan Siswa Kelas IV SDNSampangan No.
26 Surakarta TahunAjaran 2010/2011. Skripsi Tidak Dipublikasikan, FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Diperoleh 12 April 2016 , dari
http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?hal=cari
Muhsetyo, G, dkk. (2007). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Sumantri, M. & Permana, J. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV
Maulana.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

28

Anda mungkin juga menyukai