Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

PRAKTIKUM PLANT ANATOMY AND PHYSIOLOGY

TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL DAN


POTENSIAL AIR

OLEH :
NUR YUSNIARNI
F05112038
KELOMPOK 6
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI PGMIPAU
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014

ABSTRACT
Plant physiology is a branch of biology that studies the metabolic processes
that occur in the body that cause plant these plants can live. Water is one
substance that is essential for the biosphere reactions that occur in the
atmosphere, including internal reactions in the plant tissue. There is a lot of
discussion in the physiology of plants, such as osmosis and water potential in the
plant tissue. Osmosis is the diffusion of water through a permeable membrane
which is the differential of a place to the place of high concentration of low
concentration . Osmosis is largely determined by the chemical potential of water
or water potential. Water potential is a diagnostic tool that allows the precise
determination of the status of water in a plant cell or tissue. To measure the
osmotic pressure and water potential, the material used is Rhoe discolor leaves,
glucose solution with a concentration of 0.26 M, 0.24 M, 0.22 M, 0.20 M, 0.18 M
and 0.16 M. While on trial the determination of the water potential of plant tissue,
the materials used such as potatoes, distilled water, a solution with a
concentration sucrose 0.10 M, 0.30 M, 0.50 M, and 0.70 M. Based on practical
osmosis is known that the higher the value molarity sucrose solution, the faster
the cells terplasmolisis. Circumstances in which epidermal cells called insipien
terplasmolisis 50% plasmolysis.
Keywords : Physiology of plants, concentration, plasmolysis, water potential,
Rhoe discolor, osmotic pressure

ABSTRAK
Fisiologi tumbuhan merupakan salah satu cabang biologi yang
mempelajari tentang proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh tumbuhan
yang menyebabkan tumbuhan tersebut dapat hidup. Air merupakan salah satu zat
yang sangat penting bagi reaksi biosfer yang terjadi di atmosfer, termasuk reaksi
internal dalam jaringan tumbuhan. Ada banyak pembahasan dalam fisiologi
tumbuhan, diantaranya adalah osmosis dan potensial air pada jaringan
tumbuhan. Osmosis adalah difusi air melalui selaput yang permeabel secara
differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ketempat berkonsentrasi
rendah. Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air.
Potensial air merupakan alat diagnosis yang memungkinkan penentuan secara
tepat keadaan status air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Untuk mengukur
tekanan osmosis dan potensial air, bahan yang digunakan yaitu daun Rhoe
discolor, larutan glukosa dengan konsentrasi 0.26 M, 0.24 M, 0.22 M, 0.20 M,
0.18 M dan 0.16 M. Sedangkan pada percobaan penetapan potensial air jaringan
tumbuhan, bahan yang digunakan yaitu kentang, akuades, larutan sukosa dengan
konsentrasi 0.10 M, 0.30 M, 0.50 M, dan 0.70 M. Berdasarkan praktikum osmosis
yang dilakukan diketahui bahwa semakin tinggi nilai molaritas larutan sukrosa,
maka sel akan semakin cepat terplasmolisis. Keadaan di mana sel epidermis
terplasmolisis 50% disebut insipien plasmolisis.
Kata Kunci: Fisiologi tumbuhan, konsentrasi, plasmolisis, potensial air, Rhoe
discolor, tekanan osmosis

PENDAHULUAN
Water is essential for plant growth and sustenance. According to Bowman
(1989), a decrease in plant water content causes a decrease in stomatal
conductivity that limits the uptake of carbon dioxide for photosynthesis. The leaf
water potential, a measure of the negative pressure that exists within the leaf
cells, can be used to measure plant water status. The negative pressure results
from stomatal resistance which causes water to flow from the roots toward the
leaf (Zakaluk, 2008).
Air sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Bowman (1989),
penurunan kadar air tanaman menyebabkan penurunan konduktivitas stomata
yang membatasi penyerapan karbon dioksida untuk fotosintesis. Potensi air daun,
ukuran tekanan negatif yang ada dalam sel-sel daun, dapat digunakan untuk
mengukur statusnya air tanaman. Hasil tekanan negatif dari resistensi stomata
yang menyebabkan air mengalir dari akar ke daun (Zakaluk, 2008).
Struktur tumbuhan yang penting dalam perlalulalangan zat adalah dinding
sel

dan

membran

sel.

Pada

membran

sel

terjadi

peristiwa

osmosis

(Sasmitamihardja, 1996). Kelangsungan hidup sel tumbuhan bergantung pada


kemampuannya untuk menyeimbangkan pengambilan dan pengeluaran air.
Pengambilan atau pengeluaran netto air oleh suatu sel terjadi melalui osmosis,
yaitu transpor pasif air melewati suatu membran. Dalam hal ini membran sel
tumbuhan (Campbell, 2004).
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melalui
selaput yang permeabel secara differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi
ketempat berkonsentrasi rendah. Pertukaran air antara sel dan lingkungan adalah
suatu faktor yang sangat penting sehingga memerlukan suatu penamaan khusus
yaitu osmosis ( Salisbury,1995).
Tekanan osmosis cairan dapat ditentukan dengan cara mencari suatu larutan
yang mempunyai tekanan osmosis sama dengan cairan tersebut. Dalam cara ini
kita dapat mengambil patokan pada terjadinya peristiwa plasmolisis sel.dalam
keadan insipien plasmolisis tekanan osmosis cairan sel adalah sama dengan
tekanan osmosis larutan dalam massa jaringan sel tersebut direndam. Plasmolisis
dapat dilihat dibawah mikroskop sebagai suatu percobaan (Lakitan, 2004).

Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air, yang
menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi. Sejumlah
besar volume air akan memiliki kelebihan energi bebas daripada volume yang
sedikit, dibawah kondisi yang sama. Energi bebas suatu zat per unit jumlah,
terutama per berat gram molekul (energi bebas mol-1) disebut potensial
kimia.potensial kimia zat terlarut kurang lebih sebanding dengan konsentrasi zat
terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi cenderung untuk bergerak dari daerah yang
berpotensi kimia lebih tinggi menuju daerah yang potensial kimianya lebih kecil
(Sasmitamihardja, 1996).
Two factors play an important role in increasing the osmotic potential of
soil. Temperature can decrease water content of the soil in hot seasons resulting
in an increase in soil osmotic pressure. The second factor is the high levels of
salts in the soil, particularly where soils are saline and alkaline causing increased
osmotic pressure in the soil (Gharoobi, 2012).
Dua faktor memainkan peran penting dalam meningkatkan potensi
osmotik tanah. Suhu dapat menurunkan kadar air dari tanah di musim panas
yang mengakibatkan peningkatan tekanan osmotik tanah. Faktor kedua adalah
tingkat tinggi garam dalam tanah, terutama di mana tanah adalah garam alkali
dan menyebabkan peningkatan tekanan osmotik dalam tanah (Gharoobi, 2012).
The correlation of stomatal conductance with stem water potential was
better than with leaf water potential. This evidence might be explained by soilplant-atmosphere continuum, because perturbations in boundary conditions occur
mainly in the atmosphere (light intensity, wind speed and VPD). Therefore, this
causes a major weakening effect on the correlation of stomatal conductance with
leaf water potential (Sdoodee, 2008).
Korelasi konduktansi stomata dengan potensi air batang lebih baik
daripada dengan potensial air daun. Bukti ini dapat dijelaskan oleh tanahtanaman-atmosfer kontinum, karena gangguan dalam kondisi batas terutama
terjadi di atmosfer (intensitas cahaya, kecepatan angin dan VPD). Oleh karena
itu, hal ini menyebabkan efek melemahnya besar pada korelasi konduktansi
stomata dengan potensial air daun (Sdoodee, 2008).

Potensial kimia air atau biasanya dinyatakan sebagai potensial air, PA (,


psi) penting untuk diketahui agar dapat dimengerti pergerakan air di dalam sistem
tumbuhan, tanah dan udara. Potensial air biasanya dinyatakan dalam satuan bar,
atm, seperti satuan tekanan. Air akan bergerak dari PA tinggi ke PA yang lebih
rendah. Jadi difusi termasuk osmosis, terjadi sebagai akibat adanya gradient dalam
energi bebas dari partikel-partikel yang berdifusi (Ismail, 2011).
Potensial air adalah suatu pernyataan dari status energi bebas air, suatu
ukuran data yang menyebabkan air bergerak ke dalam suatu sistem, seperti
jaringan tumbuhan, tanah atau atmosfir, atau dari suatu bagian ke bagian lain
dalam suatu sistem. Potensial air mungkin merupakan parameter yang paling
bermanfaat untuk diukur dalam hubungannya dengan sistem tanah, tanaman dan
atmosfir (Ismail, 2011).
Komponen-komponen potensial air atau jaringan adalah sebagai berikut :
w = s + p + m
(PA = PO + PT + PM)
Dimana

w = potensial air suatu tumbuhan


s = potensial osmotik
p = potensial tekanan atau turgor

m = potensial matriks (Ismail, 2011)


Menurut Ismail (2011), potensial osmotik adalah potensial yang disebabkan
oleh zat-zat terlarut. Tandanya selalui negatif. Potensial tekanan adalah potensial
yang disebabkan oleh tekanan hidrostatik isi sel pada dinding sel. Nilainya
ditandai dengan bilangan positif, nol, atau dapat juga negatif. Penambahan
tekanan (terbentuknya tekanan turgor) mengakibatkan potensial tekanan lebih
positif. Potensial matriks disebabkan oleh ikatan air pada koloid protoplasma dan
permukaan (dinding sel). Potensial matriks bertanda negatif, tetapi pada umumnya
pada sel-sel bervakuola, nilainya dapat diabaikan. Oleh karena itu, persamaan
diatas dapat disederhanakan menjadi :
w = s + p (PA = PO + PT)
Potensial air jaringan ditentukan dengan cara merendam potongan jaringan
dalam suatu seri larutan sukrosa atau manmitol (non-elektrolit) yang diketahui
konsentrasinya (Ismail, 2011).

Analisis kuantitatif potensial air. Pengaruh gabungan dari tekanan dan


konsentrasi zat terlarut ini terhadap potensial air ditulis dalam persamaan berikut
ini :
= p + s
dimana p adalah potensial tekanan (tekanan fisik suatu larutan) dan s
adalah potensial zat-zat terlarut, yang sebanding dengan konsentrasi zat-zat
terlarut dari suatu larutan. (s juga disebut potensial osmotik.) Tekanan pada
suatu larutan (p) bisa berupa suatu bilangan yang positif atau negatif (tegangan,
suatu tekanan negatif). Sebaliknya, potensial zat-terlarut dari suatu larutan (s)
selalu negatif, dan semakin besar konsentrasi zat-zat terlarut, semakin tinggi nilai
s (Campbell, 2004).
Dalam praktikum ini dilakukan pengamatan pada tanaman Rhoe discolor
untuk mengetahui bagaimana pengaruh satu seri larutan sukrosa dengan
konsentrasi yang berbeda-beda terhadap tekanan osmosis, dengan tujuan untuk
menghitung tekanan osmosis cairan sel pada daun tanaman Rhoe discolor. Juga
dilakukan pengamatan terhadap umbi kentang yang direndam dalam satu seri
larutan sukrosa
kentang.

dengan tujuan dan mengukur nilai potensial jaringan umbi

METODOLOGI
Praktikum yang berjudul Tekanan Osmosis Cairan Sel dan Potensial air ini
dilakukan di Laboratorium Biologi FKIP Untan Pontianak pada hari Sabtu, 26
April 2014. Pada praktikum kali ini, terdapat terdapat 2 pengamatan yang diamati,
yakni tekanan osmosis cairan sel dan potensial air.
Pada pengamatan tekanan osmosis cairan sel, bahan yang menggunakan
daun Rhoe discolor yang masih segar sebagai objek pengamatan. Selain itu
digunakan larutan glukosa dengan konsentrasi 0.26 M, 0.24 M, 0.22 M, 0.20 M,
0.18 M dan 0.16 M sebagai larutan perbandingan. Juga diperlukan mikroskop,
pisau silet, pinset, tabung reaksi, kaca objektif dan penutup sebagai alat untuk
pengamatan. Larutan sukrosa dibuat dengan melarutkan sejumlah tertentu gula
pasir ke dalam 100 ml air. Massa gula dihitung dengan membaginya dengan Mr
molekul gula dan menyamakannya dengan besarnya molaritas yang diinginkan
dibagi jumlah ml pelarutnya.
Setelah keenam larutan sukrosa siap, maka disiapkan sayatan epidermis
bawah daun Rhoe discolor. Epidermis bawah daun Rhoe discolor yang berwarna
ungu disayat setipis mungkin seperti ketika hendak membuar sayatan untuk
preparat. Kemudian sayatan tersebut diamati di bawah mikroskop untuk dihitung
jumlah selnya yang berwarna ungu. Setelah itu sayatan dimasukkan ke dalam
salah satu beaker glass yang berisi larutan sukrosa. Perlakuan ini dilakukan pada 6
sayatan daun Rhoe discolor untuk 6 larutan sukrosa dengan konsentrasi berbeda.
Perendaman dilakukan selama 30 menit untuk setiap sayatan. Setelah 30 menit,
sayatan kembali diamati di bawah mikroskop dan dihitung jumlah selnya yang
masih berwarna ungu, yang masih belum mengalami plasmolisis. Setelah
semuanya dihitung, dicari larutan sukrosa di mana 50% dari jumlah epidermis tedi
telah terplasmolisis, keadaan ini disebut insipien plasmolisis. Sel pada keadaan
insipien plasmolisis memiliki potensial osmotik sama dengan potensial osmotik
larutan yang digunakan. Persentase (%) jumlah epidermis yang telah
terplasmolisis dihitung dengan rumus:
jumlah sel mula2 jumlah sel setelah perendaman
jumlah sel mula 2

x 100%

Untuk pengamatan potensial air jaringan tumbuhan, bahan utama yang


digunakan adalah umbi kentang. Selain itu digunakan juga gula dan air untuk
dibuat larutan sukrosa. Alat yang digunakan adalah cork borer dengan garis
tengah 1 cm, silet, beaker glass (gelas air mineral kosong), spatula, stopwatch, dan
neraca analitik. Digunakan 4 larutan sukrosa dengan konsentrasi berbeda, yaitu
0.1 M, 0.3 M, 0.5 M, dan 0.7 M.
Setelah larutan sukrosa disiapkan, selanjutnya persiapan potongan umbi
kentang. Pemotongan harus dilakukan dengan cepat untuk menghindari air yang
keluar dari jaringan kentang. Pengambilan kentang dilakukan dengan bantuan
cork borer agar dapat diambil potongan kentang dengan ukuran yang sama secara
cepat. Diambil 5 potong umbi kentang dengan panjang masing-masing 4 cm.
Dengan pisau silet, potonglah silinder kentang menjadi 12 bagian yang kurang
lebih sama besar, Bilas kentang dengan aquades dan dengan cepat keringkan
dengan kertas tissue. Selanjutnya masukkan ke dalam salah satu larutan sukrosa
yang telah disiapkan. Lakukan hal ini pada setiap silinder kentang untuk masingmasing larutan berikutnya. Perendaman dilakukan selama tepat 2 jam.
Setelah 2 jam, keliarkan irisan-irisan tersebut dari masing-masing gelas, lalu
keringkan dengan tissue. Terakhir timbang kembali pada neraca analitik.
Perlakuan ini diulang untuk setiap sampel kentang pada setiap larutan. Kemudian
hitung % perubahan berat dengan rumus :
perubahan berat=

berat akhirberat mula 2


x 100
berat mula 2

HASIL DAN PEMBAHASAN


a) Tekanan Osmosis Cairan Sel
Pada pengamatan terhadap tekanan osmosis, digunakan sayatan
epidermis bawah daun Rhoe discolor yang direndam dalam larutan sukrosa
dengan berbagai konsentrasi untuk dilihat jumlah sel yang terplasmolisis.
Berikut adalah tabel dan grafik hasil pengamatannya:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Tekanan Osmotik Sel
Jumlah Sel

Jumlah Sel

Sebelum

Sesudah

0,26

82

10

87,8 %

0,24

66

15

77,2 %

0,22

110

59

46,3 %

0,20

81

49

39,5 %

0,18

97

58

40,2 %

0,16

93

59

36,5 %

Konsentrasi
Sukrosa [M]

Selisih (%)

Jaringan atau sel-sel pada tumbuhan dapat dikatakan berplasmolisis


apabila konsentrasi larutan diluar sel lebih besar dibandingkan dengan
konsentrasi didalam sel, karena air berdifusi melalui membran sel menuju ke
lingkungan yang hipertonik (konsentrasi garam-garamannya tinggi). Apabila
konsentrasi larutan tinggi, berarti potensial osmotik juga tinggi, begitupun
sebaliknya. Sehingga semakin banyak jumlah sel yang terplasmolisis (Muliana,
2012). Hasil yang didapatkan pada praktikum kali ini sesuai dengan literatur
diatas dengan dilihat bahwa pada konsentrasi larutan sukrosa yang tinggi (0,26
M) memperoleh nilai persentase (selisih) tinggi dan konsentrasi larutan sukrosa
yang rendah (0,16 M) memperoleh nilai persentase (selisih) yang rendah pula.
Akan tetapi, pada konsentrasi larutan sukrosa 0,20 M memiliki nilai persentase
(selisih) lebih rendah, yaitu sebesar 39,5 % dibandingkan larutan sukrosa 0,18

M sebesar 40,2 %. Hal ini terjadi dikarenakan kesalahan pada saat mengiris
daun Rhoe discolor yaitu tidak terlalu tipis atau masih agak tebal. Faktor lain
adalah ketika melakukan pengamatan di bawah mikroskop yaitu kesalahan
dalam menghitung sel-sel yang terplasmolisis atau tidak terplasmolisis dalam
letak sel yang diamati, serta terjadi kerancuan dalam menentukan letak sel yang
akan diamati.
Berdasarkan hasil praktikum, sel tumbuhan Rhoe discolor yang
dimasukan kedalam larutan sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda
mengalami penurunan jumlah sel yang terlihat pada tabel 1. Hal tersebut terjadi
karena sel mengalami

plasmolisis atau sel mengkerut dan menjauh dari

dindingnya. Peristiwa plasmolisis terjadi karena larutan eksternal sel memiliki


potensial air yang lebih kecil (lebih negatif), sehingga air didalam sel
meninggalkan sel dengan cara osmosis. (Campbell, 2004). Menurut Ismail
(2011), osmosis terjadi karena pengeluaran air dari konsentrasi larutan yang
potensialnya tinggi (PA tinggi) ke tempat yang memiliki konsentrasi yang lebih
rendah (PA) rendah. Nilai potensial air dari dalam sel dan nilainya disekitar sel
akan mempengaruhi difusi air dari dan kedalam sel tumbuhan. Dalam sel
tumbuhan ada tiga faktor yang menentukan nilai potensial airnya yaitu matriks
sel larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini
menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi tiga
komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan.
100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
Selisih (%)

Konsentrasi Sukrosa [M]

Grafik 1. Hasil Pengamatan Tekanan Osmotik Sel

Dari hasil pengamatan terlihat bahwa konsentrasi larutan sukrosa dengan


jumlah sel terplasmolisis yang paling mendekati 50% adalah larutan sukrosa
dengan konsentrasi 0.22%, di mana jumlah sel awal adalah 110 dan jumlah sel
setelah perendaman adalah 59, dengan ini jumlah sel yang terplasmolisis
sebesar 46.3%. Oleh karena itu, telah didapatkan bahwa tekanan osmotik sel
daun Rhoe discolor yang mengalami kondisi insipien plasmolisis, yaitu pada
larutan sukrosa dengan konsentrasi 0.22 M.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan juga diketahui bahwa semakin
tinggi nilai molaritas larutan sukrosa, maka sel akan semakin cepat
terplasmolisis. Hal ini terbukti dengan keberadaan senyawa antosianin
berwarna keunguan yang terkandung dalam daun Rhoe discolor dengan
semakin turun kadarnya jika dimasukkan secara bertahap kedalam larutan
sukrosa dengan perbedaan tingkat konsentrasi atau nilai molaritasnya.
b) Potensial Air
Pada pengamatan potensial air digunakan umbi kentang (Solanum
tuberosum) serta larutan sukrosan dengan konsentrasi 0.10 M, 0.30 M, 0.50 M
dan 0.70 M. Kemudian kentang tersebut dibentuk silinder dengan panjang 4 cm
sebanyak 12 batang oleh bantuan cork borer. Selanjutnya silinder kentang
tersebut di iris kembali kecil-kecil dengan tebal sekitar 2 mm. Kemudian irisan
tersebut dibilas dengan akuades, dikeringkan dengan tisu dan ditimbang.
Kemudian barulah dimasukkan kedalam tabung berisi akuades dan larutan
sukrosa dengan konsentrasi berbeda yang telah ditentukan. Irisan kentang
tersebut direndam selama 2 jam dalam masing-masing tabung. Setelah 2 jam
maka irisan kentang tersebut ditimbang kembali. Kemudian setelah mengetahui
berat awal maupun berat akhir dari irisan kentang tersebut maka ditentukan
%perubahan berat dari irisan kentang tersebut dengan menggunakan rumus:
perubahan berat=

berat akhirberat mula 2


x 100
berat mula 2

Berikut ini adalah tabel hasil pengamatan:


Tabel 2. Hasil Pengamatan Potensial Air Pada Kentang
Konsentrasi

Berat Awal

Berat Akhir

% Perubahan

Larutan [M]

Kentang

Kentang

Berat

0,10 M

1,82

2,24

23 %

0,30 M

1,83

2,06

12,5 %

0,50 M

1,99

2,05

3%

0,70 M

1,82

1,70

- 6,5 %

Berdasarkan dari tabel hasil pengamatan didapatkan bahwa persentase


perubahan berat pada kentang yang telah direndam pada larutan sukrosa dengan
konsentrasi 0,10 M, 0,30 M, 0,50 M dan 0,70 M mengalami penurunan grafik.
Apabila nilai persentase perubahan berat (%) dimasukkan dalam grafik dengan
dibandingkan dengan konsentrasi, maka dapat dilihat bentuk grafik linier sebagai
berikut :

grafik perubahan potensial air


25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
Axis Title
5.00%
0.00%
-5.00%
-10.00%

grafik perubahan
potensial air

Axis Title

Grafik 2. Hasil Pengamatan Potensial Air


Dari grafik tersebut terbukti bahwa dalam larutan sukrosa yang semakin
tinggi maka irisan kentang akan mengalami pengurangan berat yang semakin
besar karena air dari kentang akan keluar menuju larutan yang berkonsentrasi zat
terlarut tinggi. semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan, maka

berat irisan kentang semakin banyak berkurang. Ini dikarenakan larutan sukrosa
memiliki potensial air yang rendah dikarenakan banyaknya zat terlarut
didalamnya. Sehingga air dari irisan kentang yang memiliki potensial jauh lebih
tinggi akan keluar menuju larutan sukrosa yang potensial airnya rendah. Inilah
yang menyebabkan berat irisan kentang mengalami pengurangan saat ditimbang
kembali setelah direndam di larutan sukrosa.
Menurut (Tjitrosomo, 1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan gula,
maka arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan
dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak
dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi
sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar,
maka ada kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya
sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Hal
ini berarti telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa air bergerak dari
potensial air tinggi ke potensial air yang rendah. Perpindahan atau pergerakan
molekul air dari potensial air yang tinggi kepotensial air yang rendah disebut
dengan osmosis.

KESIMPULAN
Plasmolisis terjadi karena peristiwa lepasnya protoplasma dari dinding sel
disebabkan keluarnya sebagian air dari vakuola. Semakin tinggi konsentrasi
larutan maka akan memengaruhi semakin berkurangnya jumlah sel epidermis
suatu objek pengamatan yang direndam di dalam larutan tersebut. Sedangkan
insipien plasmolisis ditentukan pada kejadian di mana sel epidermis hanya
terplasmolisis sebanyak atau mendekati 50%. Insipien plasmolisis daun Rhoe
discolor terjadi pada larutan sukrosa dengan konsentrasi 0.22 M.
Osmosis merupakan perpindahan air dari potensial air tinggi menuju
potensial air rendah melalui membran permeabel. Semakin tinggi konsentrasi
glukosa dalam larutan, maka semakin rendah berat akhir objek pengamatan yang
direndam dalam larutan tersebut. Pada pengamatan potensial air jaringan kentang,
semakin tinggi konsentrasi larutan, maka berat akhir kentang semakin menurun.
Berat yang berkurang ini berasal dari jumlah air yang masuk atau keluar dari
kentang. Sehingga dapat dibuktikan bahwa air bergerak dari potensial air tinggi
ke potensial air yang rendah.

SARAN
Sebaiknya praktikan dalam mengiris kentang sesuai dengan cara kerja di penuntun
dan menimbangnya dilakukan secara teliti agar mendapatkan hasil yang akurat
serta meningkatkan kerjasama antara sesama anggota kelompok sehingga dapat
menyelesaikan praktikum tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA
Basahona, Sumanto. 2011. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Pengukuran
Potensial Air Jaringan Tumbuhan. (Online). http://basahona.blogspot.
com/2010/12/laporan-praktikum-fisiologi-tumbuhan.html. Diakses tanggal
28 april 2012).
Bowman, W.D. 1989. The Relationship Between Leaf Water Status, Gas
Exchange, And Spectral Reflectance In Cotton Leaves. Remote Sensing of
Environment 30: 249-255.
Campbell, Neil A, Jane B Reece, dan Lawrence G Mitchel. 2004. Biologi Edisi ke
5 jilid II. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Fahn. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gajah Mada
Universitas Press.
Gharoobi, B., M. Ghorbani, and M. Ghasemi Nezhad. 2012. Effects Of Different
Levels Of Osmotic Potential On Germination Percentage And Germination
Rate Of Barley, Corn And Canola. Iranian Journal of Plant Physiology 2
(2), 413417.
Haryadi. 1996. Pengantar Agronomi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ismail dan Abd Muis. 2011. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Jurusan
Biologi Universitas Negeri Makassar, Makassar.
Lakitan, Benjamin. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
Salisbury. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung: ITB.
Sasmitamihardja, Dardjat, dan Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan.
Jurusan Biologi ITB, Bandung.
Sastrodinoto, Soenarjo. 1980. Biologi Umum II. PT. Gramedia: Jakarta.

Sdoodee, Sayan. 2008. Measurement Of Stem Water Potential As A Sensitive


Indicator Of Water Stress In Neck Orange (Citrus reticulata Blanco). J. Sci.
Technol. 30 (5), 561-564.
Tjitrosomo. 1987. Botani Umum 2. Bandung: Angkasa.
Zakaluk, R. and R. Sri Ranjan. 2008. Predicting The Leaf Water Potential Of
Potato Plants Using RGB Reflectance. Canadian Biosystems Engineering
50. 7.1-7.12.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai