Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Distosia kelainan tenaga/his adalah his tidak normal dalam kekuatan/ sifatnya
menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga
menyebabkan persalinan macet (prof. Dr. Sarwono prawihardjo, 1993)
Distosia karena kelainan his dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
A. Inersia hipotonik
1.

Pengertian
Adalah

kelainan

his

dengan

kekuatan

yang

lemah

tidak

adekuat

untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Disini kekuatan
his lemah dan frekuensinya jarang. Sering di jumpai pada penderita dengan
keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu terenggang
misalnya karena hidramion atau kehamilan kembar atau grandemultipara atau
primipara serta pada penderita yang keadaan emosinya kurang baik.
Inersia uteri terbagi dua yaitu:
a.

Inersia primer

Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat
(kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan), sehingga sering sulit
untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum
b.

Inersia sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada
keadaan selanjutnya terdapat gangguan dan kemudian melemah maka pada
persalinan akibat inersia uteri sekunder ini tidak dibiarkan berlangsung sedemikian
lama karena dapat menimbulkan kelelahan otot uterus maka inersia uteri sekunder
ini jarang di temukan. Kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan baik
waktu persalinan..
2.

Etiologi

a.

Primigravida terutama pada usia tua

b.

Anemia

c.

Perasaan tegang dan emosional

d.

Ketidak tepatan pengunaan analgetik seperti saat pemberian oksitosin atau obat
penenang

e.
f.

Salah pimpinan persalinan


Kelinan uterus seperti bikornis unikolis

g.

Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramion

h.

Kehamilan postmatur

3.

Tanda dan gejala

a.

Waktu persalinan memanjang

b.

Kontraksi uterus kurang dari normal, lemah atau dalam jangka waktu pendek

c.

Dilatasi serviks lambat

d.

Membran biasanya masih utuh

e.

Lebih rentan terdapatanya plasenta yang tertinggal

4.

Diagnosis
Menurut prof. Dr. Sarwono prawihardjo (1992) diagnosis inersia uteri paling
sulit dalam fase laten sehingga diperlukan pengalaman. Kontraksi uterus yang di
sertai rasa nyeri, tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa persalinan sudah
mulai. Untuk pada kesimpulan ini di perlukan kenyataan bahwa sebagai akibat
kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks, yaitu pendataran dan pembukaan.
Kesalahan yang sering terjadi pada inersia uteri adalah mengobati pasien padahal
persalinan belum di mulai

5.

Penatalaksanaan

a.

Keadaan umum penderita harus di perbaiki. Gizi selama kehamilan harus


diperhatikan

b.

Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan jelaskan tentang kemungkinan


yang akan terjadi

c.

Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin turunya bagian terbawah janin
dan keadaan janin

d.

Jika sudah masuk PAP anjurkan pasien untuk jalan jalan

e.

Melakukan perubahan posisi ketika ada kontraksi dengan miring kiri dan miring
kanan

f.

Melakukan

stimulasi

puting

susu dengan

cara menggosok,

memijat

atau

melakukan gerakan melingkar di daerah puting dengan lembut yang diyakini akan
melepaskan hormon oksitosin yang dapat menyebabkan kontraksi. ada beberapa
rekomendasi dalam hal penggunaannya, yaitu:
1)

Hanya memijat satu payudara pada suatu waktu

2)

Hanya memijat puting selama 5 menit, lalu tunggu selama 15 menit untuk

melihat apa yang terjadi sebelum melakukan pemijatan kembali


3)

Sebaiknya tidak menstimulasi payudara selama kontraksi

4)

Jangan menggunakan stimulasi payudara jika kontraksi sudah terjadi setiap

3 menit atau 1 menit


g.

Buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang akan dikerjakan
misalnya pada letak kepala

1)

Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dextrose 5% dimulai dengan 12
tetes/menit, dinaikkan 10-15 menit sampai 40-50 tetes/menit. tujuannya pemberian
oksitosin agar serviks dapat membuka

2)

Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus. Bila tidak memperkuat his setelah
pemberian oksitosin beberapa lama hentikan dulu dan anjurkan ibu untuk istirahat.
Pada malam hari berikan obat penenang misalnya valium 10 mg dan esoknya di
ulang lagi pemberian oksitosin drips

3)

Bila inersia uteri di sertai disproposi sefalopelvis maka sebaiknya dilakukan seksio
sesaria

4)

Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia sekunder, ibu lemah dan
partus telah berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi tidak
ada gunanya memberikan oksitosin drips. Sebaiknya partus di sesuaikan sesuai
hasil pemeriksaan dan indikasi obstetrik lainnya (ektrasi vakum, forcep dan seksio
sesaria).

B.

Inersia hipertonik

1.

Pengertian
Adalah inersia hipertonik bisa disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu

kuat. Sifat hisnya normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainannnya terletak
pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan
berlangsung cepat (<3 jam di sebut partus presipitatus).
Pasien merasa kesakitan karena his yang terlalu kuat dan berlangsung
hampir terus menerus pada janin akan terjadi hipoksia janin karena gangguan
sirkulasi uteroplasenter.
2.

Etiologi

a.

Ketuban pecah dini disertai adanya infeksi

b.

Infeksi intrauteri

c.

Pemberian oksitosin yang berlebihan


3.

Tanda dan gejala

a.

Persalinan menjadi lebih singkat (partus presipitatus)

b.

Gelisah akibat nyeri terus menerus sebelum dan selama kontraksi

c.

Ketuban pecah dini

d.

Distres fetal dan maternal

e.

Regangan segmen bawah uterus melampaui kekuatan jaringan sehingga dapat


terjadi ruptura
4.

a.

Diagnosis

Anamesa
Dilihat dari keadaan ibu yang mengatakan his yang terlalu kuat dan
berlangsung hampir terus menerus

b.

Pemeriksaan fisik
Di lihat dari kontraksinya yang terlalu kuat dan cepat sehingga proses
persalinan yang semakin cepat
5.

a.

Penatalaksanaan

Dilakukan

pengobatan

simtomatis

untuk

mengurangi

tonus

otot nyeri danmengurangi ketakutan.


b.

Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio
cesarean

c.

Denyut jantung janin harus terus dievaluasi.

Anda mungkin juga menyukai