Anda di halaman 1dari 6

Mikroorganisme merupakan semua makhluk yang berukuran beberapa

mikron atau lebih kecil lagi. Yang termasuk golongan ini adalah bakteri,
cendawan atau jamur tingkat rendah, ragi yang menurut sistematik masuk
golongan jamur, ganggang, hewan bersel satu atau protozoa, dan virus yang hanya
nampak dengan mikroskop elektron (Dwidjoseputro, 2005).
Zat zat yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tanpa membunuhnya
disebut sebagai zat antiseptik atau zat bakteriostatik. Zat yang dapat membunuh
bakteri disebut sebagai zat desinfektan, germisida atau bakterisida. Beberapa
desinfektan dan antiseptic, zat-zat yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri dapat di bagi atas gram gram logam, fenol dan senyawasenyawa lain yang sejenis, formaldehid, alcohol, yodium klor, dan persenyawaan
klor, zat warna, detergen, sulfonamide, dan antibiotik (Dwidjoseputro, 2005)
Media merupakan nutrien yang dibutuhkan mikroorganisme untuk
pertumbuhan secara in vitro.

Kultur, merupakan mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang

dalam media
Inokulum, merupakan mikroorganisme awal yang ditumbuhkan

dalam media kultur dan biasanya biakan murni


Isolat, merupakan mikroorganisme hasil isolasi dari sampel atau
biakan campuran

Fungsi media secara kualitatif, digunakan untuk isolasi dan identifikasi


mikroorganisme.

Sedangkan

secara

kuantitatif

yaitu

digunakan

untuk

perbanyakan dan perhitungan jumlah mikroorganisme. Faktor-faktor yang


mempengaruhi hasil kultur mikroorganisme adalah jenis media kultur, sifat
mikroorganisme (morfologis dan fisiologis) dan metode atau teknik laobratorium
(Harti, 2015).
TSA (Trypticase soy agar) merupakan media pertumbuhan bakteri. TSA
adalah media tujuan umum, menyediakan cukup nutrisi untuk memungkinkan
berbagai mikroorganisme untuk tumbuh. Hal ini digunakan untuk berbagai
aplikasi termasuk, penyimpanan budaya, pencacahan (counting), isolasi kultur
murni atau budaya hanya umum. Kandungan dari TSA terdiri atas agar, tryptone,

soytone dan sodium chloride. Kisaran harga TSA per 500 g yang biasa digunakan
antara Rp. 850.0001.200.000 dengan dosis pemakaian 40 g/L (Dwinanti, 2014).
Metode cawan papar merupakan metode pasif karena membiarkan partikel
udara mengenai sendiri pada permukaan media pertumbuhan, yakni dapat
dilakukan dengan cara Exposure Plate, cara pengambilan sampel metode
exposure plate adalah dengan memaparkan cawan/settle plate (umumnya
digunakan cawan d = 9cm) berisi media pertumbuhan nonselektif ke udara
terbuka selama waktu tertentu. Partikel udara yang mengendap karena gravitasi
akan menempel pada permukaan agar. Pada umumnya cawan dibiarkan selama
beberapa menit selanjutnya diinkubasi pada temperatur yang sesuai (misalnya
35oC untuk Total Count atau 25oC untuk Yeast and Mold). Exposure plate cocok
digunakan pada ruangan tertutup yang aliran udaranya tenang. Metode ini bukan
merupakan

metode

kuantitatif

dan

lebih

berguna

untuk

mengetahui

kecenderungan jumlah mikroorganisme di udara secara mudah dan murah. Cara


ini bukan tergolong metode kuantitatif karena tidak dapat dihitung seberapa besar
volume udara yang mengendap dan sangat tergantung kecepatan aliran udara dan
diameter cawan yang dipakai. Selain kekurangan diatas, partikel udara yang
sangat kecil dan tidak cukup berat untuk terendap menjadi tidak dapat terdeteksi
dengan metode ini (Pelczar, 1988).
Metode swab merupakan metode pengujian sanitasi yang dapat digunakan
pada permukaan yang rata, bergelombang, atau permukaan yang sulit dijangkau
seperti retakan, sudut dan celah. Swab tersusun dari tangkai atau gagang (panjang
12-15 cm) dengan kepala swab terbuat dari kapas (diameter 0,5 cm dan 2 cm).
Pengambilan sampel pada permukaan dilakukan dengan cara mengusap
permukaan alat yang akan di uji. Penggunaan metode swab ini biasanya
digunakan untuk mengetahui jumlah mikroorganisme (per cm2) dan jumlah
koliform (per cm2) pada permukaan yang kontak dengan pangan (Lukman, 2009).

Laminar Air Flow ( LAF ) adalah suatu alat untuk penyaringan dan
petunjuk aliran udara pada daerah produksi untuk sediaan-sediaan steril yang
berguna dalam menurunkan kemungkinan pengotoran (Ansel, 2005).
Laminar Air flow (LAF) mempunyai sistem penyaringan ganda yang
memiliki efisiensi tingkat tinggi, sehingga dapat berfungsi sebagai :

Penyaring bakteri dan bahan-bahan eksogen di udara.


Menjaga aliran udara yang konstan diluar lingkungan.
Mencegah masuknya kontaminan ke dalam LAF.
Terdapat dua tipe LAF yang digunakan pada pencampuran sediaan steril :
A. Aliran Udara Horizontal (Horizontal Air Flow).
Aliran udara langsung menuju ke depan, sehingga petugas tidak
terlindungi dari partikel ataupun uap yang berasal dari ampul atau vial.
Alat ini digunakan untuk pencampuran obat steril non-sitostatika.
B. Aliran Udara Vertikal (Vertical Air Flow). Aliran udara langsung
mengalir kebawah dan jauh dari petugas sehingga memberikan
lingkungan kerja yang lebih aman.
Untuk penanganan sediaan sitostatika menggunakan LAF vertikal
Biological Safety Cabinet (BSC) kelas II dengan syarat tekanan udara
di dalam BSC harus lebih negatif dari pada tekanan udara di ruangan
(Depkes RI, 2009).
Laminar Air Flow (LAF) atau dapat juga disebut Biological Safety

Cabinet (BSC) adalah alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis. LAF
mempunyai pola pengaturan dan penyaring aliran udara serta aplikasi sinar UV-C
dengan panjang gelombang 253.7 nm (nanometer) beberapa jam sebelum
digunakan, sehingga lingkungan di dalam LAF menjadi steril (Lifepatch, 2012).
Pada Laminar Air Flow, terdapat dua macam filter:
a) Pre-filter, yang menggunakan saringan pertama terhadap debu-debu
dan benda-benda yang kasar. Pori-porinya kira-kira 5 mm sehingga efisiensinya
dapat mencapai 95 mm untuk objek-objek yang 5 mm.
b) HEPA filter dengan pori-pori 0.3 (m dan terdapat pada bidang keluar
udara kearah
Prinsip Kerja dari Laminar Air Flow (LAF) adalah sebagai berikut :
A. Laminar Air Flow digunakan sebagai meja kerja steril untuk kegiatan
inokulasi/ penanaman.

B. Laminar Air Flow mengutamakan adanya hembusan udara steril


yang digerakkan oleh blower yang disaring oleh HEPA Filter.
C. Sebelum dioperasikan Laminar Air Flow harus dinyalakan minimal
30 menit dan harus dilakukan penyemprotan dengan alcohol agar
alat dan ruang kerja tersebut terjamin kesterilannya.
D. Pada saat melaksanakan pekerjaan, harus dinyalakan blowernya yang
berfungsi sebagai penghembus udara steril dan lampu TL sebagai
penerang.
E. Agar Laminar Air Flow dapat difungsikan setiap saat, pemeliharaan
dan perawatan alat harus selalu dilakukan
(Lifepatch, 2012).
Saat berlangsung kegiatan aseptis, hendaklah sering dilakukan pemantauan
misalkan dengan cawan papar, pengambilan sampel udara secara volumetris, dan
pengambilan sampel permukaan (dengan menggunakan cara usap dan cawan
kontak). Pengambilan sampel selama kegiatan berlangsung hendaklah tidak
memengaruhi perlindungan zona. Hasil pemantauan hendaklah menjadi bahan
pertimbangan ketika melakukan pengkajian catatan bets dalam rangka pelulusan
produk jadi. Permukaan tempat kerja dan personil hendaklah dipantau setelah
suatu

kegiatan

kritis

selesai

dilakukan.

Pemantauan

tambahan

secara

mikrobiologis juga dibutuhkan di luar kegiatan produksi misal setelah validasi


sistem, pembersihan dan sanitasi (BPOM, 2012).
Batas mikroba yang disarankan untuk pemantauan area bersih selama
kegiatan berlangsung :
Catatan:
(*) Nilai rata-rata
(**)

Cawan

papar

dapat

dipaparkan kurang dari 4 jam


(BPOM, 2012)

Batas waspada dan batas bertindak hendaklah ditetapkan sebagai hasil


pemantauan jumlah partikulat dan mikroba. Bila batas tersebut dilampaui, maka
prosedur tetap hendaklah menguraikan tindakan perbaikan (BPOM, 2012)

DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: UI
Press.
BPOM RI. 2012. Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan
Obat yang Baik. Jakarta: BPOM RI.
Depkes RI. 2009. Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril. Jakarta : Direktor
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan.
Dwinanti, Sefti Heza dan Tanbiyaskur. 2104. Rekayasa media padat nonselektif
untuk bakteri akuatik Modification of non-selective-solid media for aquatic
bacteria. Jurnal Akuakultur Indonesia. 13 (2): 163166.
Harti, Agnes Sri. 2015. Mikrobiologi dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: CV.
ANDI OFFSET.
Lifepatch.

2012.

Laminar

Air

Flow

. http://lifepatch.org/DIY_Laminar_Air_Flow (Diakses 28 September 2016).


Lukman dan Soejoedono. 2009. Uji Sanitasi dengan Metode RODAC, Penuntun
Praktikum Hygiene Pangan Asal Ternak. Bogor: Bagian Kesehatan
Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, IPB.
Pelczar dan Chan. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta: UI-Press.

Anda mungkin juga menyukai