ILUSTRASI KASUS
I.
IDENTITAS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: By. Ny. O
Umur
: BBL
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Masuk RS
Tanggal Periksa
: 12 Mei 2016
: Tn. U
Umur
: 35 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Buruh
IBU PASIEN
Nama Ibu
: Ny. O
Umur
: 34 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
II.
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Bayi terlihat kuning.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Bayi baru lahir di RSUD Soreang pada tanggal 7 Mei 2016, pukul 19:30
WIB secara spontan. Bayi dilahirkan dengan usia kandungan 9 bulan.
Berat lahir: 2.900 gr, PB: 50 cm, jenis kelamin perempuan. Sejak 5 hari
sebelum masuk rumah sakit bayi terlihat kuning seluruh tubuh dan
lemah. Kesadaran composmentis, kejang (-), mencret (+).
3. Riwayat Penyakit Dahulu Pada Ibu
Hipertensi : (-)
DM
: (-)
Riwayat Kehamilan
Ibu hamil tunggal. Usia ibu saat hamil adalah 34 tahun. Ibu selalu
memeriksakan kehamilan
pemakaian
obat-obatan
di
bidan secara
ketika
hamil
rutin. Riwayat
disangkal.
Riwayat
Riwayat Persalinan
Pasien lahir secara spontan dengan presentasi kepala, dalam usia
kehamilan 9 bulan. Berat lahir 2.900 gram.
6. Riwayat Makanan
Diberikan ASI/PASI adlib.
7. Riwayat Imunisasi
Pasien belum imunisasi
8. Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Pasien Anak kedua dari dua bersaudara pasangan Ny. O dan Tn. U yang
bekerja sebagai IRT dan Buruh. Penghasilan Rp. 250.000,- per minggu.
9. PEMERIKSAAN FISIK
(Dilakukan Pada Tanggal 12 Mei 2016)
A. Pemeriksaan Umum
1) Kesadaran
: STATE 5
2) Down Score
:0
3) Tanda Utama
Heart Rate
: 148 x/menit,
Frekuensi Nafas
Suhu
: 36,8o C
4) Status gizi
Antropometris :
Berat Badan (BB)
: 2.900 gram
: 33 cm
Lingkar Dada
: 31 cm
Kepala symphisis
: 26 cm
Simpisis Kaki
: 24 cm
BB/U
: < 1 SD
PB/U
: < 1 SD
BB/PB
: < -1 SD
B. Pemeriksaan khusus
a. Sutura
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Tenggorokan
Tonsil
Lidah
Gigi
Leher
1. Thoraks
:
a. Pernapasan : Bentuk dan gerak simetris, retraksi
intercostae (-)
b. Pulmo
: Bronkovesikuler sound kanan = kiri,
ronkhi -/-, wheezing -/-, slem -/c. Cor
: Bunyi Jantung I II murni regular,
gallop (-), murmur (-)
2. Abdomen
: datar, lembut, bising
usus (+)
a. Hepar
: Tidak teraba
b. Lien
: Tidak teraba
3. Ekstremitas
: Akral hangat, sianosis (-), capillary
refill time < 3
4. Genital
: perempuan
5.
Neurologi
Pemeriksaan
New
Ballad
Score
dan
Maturitas
Fisik
Hasil :
Maturitas Fisik
: 4, 2, 3, 2, 3, 3
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium 12 Mei 2016
Nilai
Satuan
Normal
Bilirubin Total
20,74
mg/dL
0,1~1,2
Bilirubin Direk
Bilirubin Indirek
0,66
20,08
mg/dL
mg/dL
<= 0,2
<=0,75
DIAGNOSIS KERJA:
Neonatal Hiperbilirubinemia
TATALAKSANA :
ASI Adlib.
Fototerapi.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: ad bonam
Follow up
Tanggal
Keluhan
Terapi
Fototerapi
14:00
lembek.
ASI Adlib.
O: State: 5 Downscore: 0
HR : 144 x/ menit
RR : 54 x/menit
S
: 36,6 oC
: CA (-), SI (+)
: BVS Ki = Ka,
Rhonki -/-, whezing -/-, slem -/-
Satuan
Normal
Bilirubin Total
10,35
mg/dL
0,1~1,2
Bilirubin Direk
Bilirubin Indirek
0,41
9,94
mg/dL
mg/dL
<= 0,2
<=0,75
Tanggal
Keluhan
Terapi
Fototerapi
18:00
ASI Adlib.
O: State: 5 Downscore: 0
HR : 152 x/ menit
RR : 54 x/menit
S
: 36,7 oC
: CA (-), SI (+)
: BVS Ki = Ka,
Rhonki -/-, whezing -/-, slem -/-
Tanggal
Keluhan
Terapi
10
Fototerapi
09:00
kehijauan lembek.
ASI Adlib.
O: State: 5 Downscore: 0
HR : 110 x/ menit
RR : 46 x/menit
S
: 36,5 oC
: CA (-), SI (-)
: BVS Ki = Ka,
Rhonki -/-, whezing -/-, slem -/-
Tanggal
Keluhan
Terapi
11
Fototerapi
12:00
kehijauan lembek.
ASI Adlib.
O: State: 5 Downscore: 0
HR : 120 x/ menit
RR : 44 x/menit
S
: 36,4 oC
: CA (-), SI (-)
: BVS Ki = Ka,
Rhonki -/-, whezing -/-, slem -/-
Satuan
Normal
Bilirubin Total
5,67
mg/dL
0,1~1,2
Bilirubin Direk
Bilirubin Indirek
0,49
5,18
mg/dL
mg/dL
<= 0,2
<=0,75
BAB II
ANALISA KASUS
12
1.
2.
3.
4.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
13
1. NEONATAL HIPERBILIRUBINEMIA
1.1 DEFINISI
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar
nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001). Nilai normal bilirubin indirek 0,3
1,1mg/dl, bilirubin direk 0,1 0,4 mg/dl.
Hiperbillirubin ialah suatu keadaan di mana kadar billirubinemia mencapai suatu
nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kernikterus kalau tidak ditanggulangi
dengan baik (Prawirohardjo, 1999). Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir)
adalah meningginya kadar bilirubin didalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit,
konjungtiva, mukosa dan alat tubuhlainnya berwarna kuning (Ngastiyah, 2000).
1.2 ETIOLOGI
Etiologi hiperbilirubin antara lain (Suriadi & Rita, 2001):
1. Peningkatan produksi
a. Hemolisis, misalnya pada inkompalibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan rhesus dan ABO.
b. Perdarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
c. Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang
terdapat pada bayi hipoksia atau asidosis.
d. Defisiensi G6PD (Glukosa 6 Phostat Dehidrogenase).
e. Kurangnya enzim glukoronil transferase, sehingga kadar bilirubin indirek
meningkat misalnya pada BBLR.
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya
hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya sulfadiazine.
3. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi,
toksoplasmosis, syphilis.
4.
5.
15
Rh karena antibodi A dan anti-B ibu menghancurkan setiap sel janin yang bocor ke
dalam sirkulasi maternal. Akibat hemoloisis inkompatibilitas golongan darah ABO.
*Penyebab Hiperbilirubinemia pada pasien kemungkinan adalah gangguan
konjugasi hepar, karena didapatkan hasil bilirubin indirek yang sangat meningkat.
*Penyebab karena inkompatibilitas Rhesus atau ABO tidak dapat ditentukan karena
golongan darah ayah dan ibu pasien tidak diketahui. Tetapi hal ini dapat menjadi
salah satu kemungkinan penyebab karena pasien memiliki golongan darah AB.
1.3 KlASIFIKASI
1. Ikterus Fisiologis.
Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang
tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi kernicterus dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus fisiologis adalah ikterus yang memiliki
karakteristik sebagai berikut (Schwats, 2005):
a. Timbul pada hari kedua - ketiga.
b. Kadar bilirubin indirek setelah 2x24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus
c.
d.
e.
f.
16
Adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi bilirubin dalam darah mencapai
suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kernikterus kalau tidak
ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang
patologis. Brown menetapkan hiperbilirubinemia bila
kadar bilirubin
mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi kurang bulan.
Manifestasi klinik:
Tanda dan gejala yang jelas pada anak yang menderita hiperbilirubin adalah;
1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.
2. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit
hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau infeksi.
Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke tiga, dan mencapai puncak
pada hari ke tiga sampai hari ke empat dan menurun pada hari ke lima sampai
hari ke tujuh yang biasanya merupakan jaundice fisiologis.
3. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang cenderung
tampak kuning terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirubin direk)
kulit tampak berwarna kuning kehijauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat
4.
5.
6.
7.
8.
Bilirubin
Luas Ikterus
(mg%)
11
17
12
16
Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratorium (Pemeriksan Darah)
a. Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin lebih dari
14 mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 10 mg/dl merupakan
keadaan yang tidak fisiologis.
b. Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.
c. Protein serum total.
2) USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
3) Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan hapatitis dan
atresia billiari.
4) Penentuan golongan darah dan Rh dari ibu dan bayi
5) Pemeriksaan kadar enzim G6PD.
6) Pada ikterus yang lama lakukan uji fungsi hati,uji urin terhadap galaktosemia
(Suriadi & Rita, 2001).
*Diagnosis pada pasien sudah tepat karena secara klinis pasien mengalami seluruh
tubuh kuning, sklera ikterik pada 24 jam pertama. Hal ini didukung dengan hasil
Bilirubin total 20,74 mg/dL.
3. Kern Ikterus.
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak
terutama pada korpus striatum, talamus, nucleus subtalamus, hipokampus,
nukleus merah, dan nukleus pada dasar ventrikulus IV. Kern ikterus ialah
ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus cukup bulan
dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg%) dan disertai penyakit
hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada otak. Kern
ikterus secara klinis berbentuk kelainan syaraf simpatis yang terjadi secara
kronik (Suriadi & Rita, 2001).
18
glucoronosyl
transferase
(UDPG-T).
Bilirubin
ini
kemudian
kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada
keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila
bayi terdapat keadaan BBLR , hipoksia, dan hipoglikemia (AH Markum, 1991).
1.6. KOMPLIKASI
1. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental,
hiperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang
melengking.
1.7.
PENATALAKSANAAN
23
Terapi sinar
terapi sinar
intensif
Kadar bilirubin
Indirek serum
Mg/dl
25 -48
>9
>12
>20
>25
49 72
>12
>15
>25
>30
>72
>15
>17
>25
>30
<24
Usia (jam)
>2000
bilirubin
kadar bilirubin
<>
>4
>5
25 48
>7
>8
49 72
>8
> 10
> 72
>9
> 12
24
Transfusi Pengganti
Transfuse pengganti atau imediat didindikasikan adanya faktor-faktor :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
digunakan dan dilakukan pemantauan suhu tubuh neontus dengan jangka waktu
(unterval) yang lebih singkat.
6. Kadang ditemukan kelainan, seperti gangguan minum, lateragi, dan iritabilitas.
Keadaan ini bersifat sementara dan akan hilang dengan sendirinya.
7. Gangguan pada mata dan pertumbuhan: Kelainan retina dan gangguan
pertumbuhan ditemukan pada binatang percoban. Pada neonatus yang mendapat
terapi sinar, gangguan pada retina dan fungsi penglihatan lainnya serta gangguan
tumbuh kembang tidak dapat dibuktikan dan belum ditemukan, walupun
demikian diperlukan kewaspadaan tentang kemungkinan timbulnya keadaan
tersebut (Dewi & Vivian, 2012)
sehingga bilirubin tidak banyak dikeluarkan dan menumpuk dalam darah. Bilirubin
seharusnya dikeluarkan bersama feses (kotoran). Ketika Bilirubin yang telah larut
dalam air (water soluble) masuk ke dalam usus untuk dibuang melalui BAB,
ternyata ada sebagian yang akan terserap kembali oleh tubuh setelah oleh dinding
usus diubah lagi komposisinya menjadi larut dalam lemak (fat soluble). Semakin
banyak BAB yang berhasil mengeluarkan Bilirubin, maka akan semakin sedikit
yang terserap kembali oleh tubuh bayi (Mitayani, 2010).
Breastmilk Jaundice. Kondisi ini biasanya timbul setelah bayi berusia
sekitar 1 minggu dan memuncak pada hari ke-10 sampai ke-21, namun dapat
berlangsung selama 2-3 bulan. Selama kurun waktu tersebut, walaupun bayi banyak
minum ASI, pertambahan BB-nya bagus, BAB sering, BAK berwarna bening, bayi
sehat, aktif, lincah dan responsif, namun Bilirubin-nya tetap tinggi dan bayi tetap
kelihatan kuning. Belum diketahui secara pasti apa yang menyebaban kondisi ini,
namun kalangan medis mencurigai bahwa Beta Glucuronidase, suatu zat yang
terdapat dalam ASI mengurangi kemampuan lever bayi untuk mengatasi kadar
Bilirubin dalam tubuhnya. Breastmilk Jaundice adalah normal. Tidak perlu untuk
berhenti menyusui dalam rangka melakukan diagnosa atas kondisi ini. Apabila
bayi dalam kondisi sehat seperti disebutkan di atas, maka tidak ada alasan untuk
berhenti menyusui dan memberikan ASI (Mitayani, 2010).
27
DAFTAR PUSTAKA
28