Istilah (risk) Resiko memiliki berbagai definisi. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian
atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Manajemen
resiko juga dapat diartikan sebagai suatu pendekatan yang terstruktur atau metodologi dalam
upaya mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas
manusia termasuk Penilaian resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan menatasi
risiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumberdaya. Dalam manajemen
resiko, strategi yang dapat diambil untuk mengatasi masalah ini antara lain dengan memindahkan
resiko kepada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung
sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu.[2]
Pengertian resiko menurut para ahli :
Pengertian manajemen resiko menurut Djohanputro (2008) Manajemen resiko merupakan proses
terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan
alternatif penanganan resiko, dan memonitor dan mengendalikan penanganan resiko.
berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara
komprehensif dan sistematis.[3]
Manajemen resiko tradisional terfokus pada resiko - resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau
legal (seperti bencana alam, tuntutan hukum, kebakaran maupun kematian). Manajemen resiko
keuangan pada sisi lainnya, sangatlah fokus pada resiko yang bisa dikelola dengan menggunakan
instrumen-instrumen keuangan. Sasaran dari pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk
mengurangi resiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada
tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat
B.
Menetapkan konteks adalah menetapkan parameter dasar dimana suatu risiko harus dikelola dan
menyiapkan pedoman untuk membuat keputusan yang lebih rinci dalam proses manajemen
resiko. Konteks tersebut termasuk lingkungan internal dan eksternal organisasi dan tujuan
aktivitas manajemen resiko.
Menetapkan konteks eksternal
Langkah ini menentukan lingkungan eksternal dimana organisasi beroperasi dan hubungan
antara organisasi dan lingkungannya antara lain: lingkungan sosial budaya, regulasi
(perkembangan), kompetisi, pasar keuangan dan lingkungan politik serta stakeholder eksternal.
Menetapkan konteks internal
Sebelum aktivitas manajemen resiko disetiap level dimulai, maka perlu memahami suatu
organisasi antara lain meliputi:
1.
Struktur
2.
3.
C.
Menetapkan strategi, kebijakan organisasi dan ruang lingkup manajemen risiko yang akan
dilakukan
b) Identifikasi resiko
2)
Survey
3)
Wawancara
4)
Informasi historis
5)
Kelompok kerja
c) Analisis resiko
Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas dan konsekuensi yang akan terjadi.
Kemudian ditentukan tingkatan risiko yang ada dengan mengalikan kedua variabel tersebut
(probabilitas X konsekuensi).
d) Evaluasi resiko
Evaluasi Risiko adalah membandingkan tingkat risiko yang telah dihitung pada tahapan analisis
risiko dengan kriteria standar yang digunakan.
Hasil Evaluasi risiko diantaranya adalah:
1)
2)
3)
Gambaran tentang kerugian yang mungkin terjadi baik dalam parameter biaya ataupun
parameter lainnya.
4)
e)
Pengendalian resiko
Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada dengan menggunakan
berbagai alternatif metode, bisa dengan transfer risiko, dan lain-lain.
f)
Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemen risiko yang dilakukan serta
mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan.
g) Koordinasi dan komunikasi
Komunikasi dan konsultasi dengan pengambil keputusan internal dan eksternal untuk tindak
lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan.[5]
D.
Dalam setiap usaha tentunya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) dengan
mengeluarkan biaya seminimal mungkin. Namun terdapat beberapa faktor yang sulit untuk
dikendalikan untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan biaya. Dalam penerapannya
terdapat beberapa kendala :
1.
Kontrak antara nasabah dan Bank itu mengikat dalam jangkawaktu yang relatif lama,
sehingga dapat terjadi bahwa return (keuntungan) secara jangka pendek baik namun secara
jangka waktu yang relatif panjang perlu diprediksi dari awal seberapa jauh kemungkinan return
tersebut sulit diperoleh kembali di masa mendatang.
2.
Bank tidak mempunyai kemampuan untuk selalu memantau secara ketat kondisi
counterparties.
3. Terdapat constraint dari internal management Bank untuk melakukan pengendalian secara
comprehensive (luas) terhadap seluruh komponen yang dapat merugikan Bank.
Kondisi tersebut di atas terasa sekali terutama terdapat pada Bank-bank yang belum secara
formal menerapkan risk management, akibatnya sering sekali terjadi bahwa Bank menyadari
adanya kerugian setelah keuntungan Bank menurun atau tersedianya modal Bank berkurang.
Manajemen resiko diharapkan dapat mendeteksi maksimum kerugian yang mungkin timbul di
masa mendatang serta kebutuhan tambahan modal apabila dampak proyeksi kerugian dimaksud
dapat mengakibatkan jumlah modal di bawah ketentuan minimum yang dipersyaratkan otoritas
pengawasan.