PENDAHULUAN
Lumpur pemboran adalah fluida yang digunakan untuk membantu proses
pemboran.Analisa yang terhadap lumpur pemboran sangat penting dilakukan
untuk mengenali sifat-sifat fisik suatu lumpur pemboran tersebut. Komposisi dan
sifat-sifat fisik lumpur pemboran menjadi salah satu faktor yang sangat
berpengaruh untuk menentukan keberhasilansuatuoperasi pemboran.Karena
berbagai faktor-faktor sepertikecepatan, efisiensi, keselamatan, dan biaya operasi
pemboran sangat tergantung dari lumpur pemboran yang dipakai.oleh karena itu
lumpur pemboran mutlak digunakanselama operasi pemboranberjalan.
Fungsi utama dari sirkulasi lumpur pemboran adalah mengangkat cutting
dari dasar lubang ke permukaan disaat operasi pemboran berlangsung.
Penggunaan lumpur pemboran dalam operasi pengangkat cutting dari dalam
ditemukan oleh Fauvalle seorang sarjana teknik perancis di tahun 1845.Lumpur
merupakan Fluida yang dapat dipompakan, yang terdiri dari Fluida sebagai fasa
yang utama, padatan yang reaktif untuk membuat kekentalan dan padatan untuk
memberikan berat jenis dan additive untuk mengatur sifat-sifat lumpur. Sifat-sifat
lumpur disesuaikan dengan sifat-sifat lapisan formasi yang akan ditembus agar
tidak menimbulkan problem-problem dalam operasi pemboran.
Awal mulanya mud engineer hanya menggunakan air untuk mengangkat
serpihan pemboran (cutting) pada lubang sumur. Seiring dengan berkembangnya
peradaban serta teknologi perminyakan, maka lumpur telah menggantikan tugas
air untuk mengangkat cutting. Tetapi faktor-faktor pada formasi dapat mengubah
sifat-sifat fisik pada lumpur pemboran. Oleh karena itu, untuk memperbaiki dan
mempertahankan sifat-sifat fisik lumpur, zat-zat kimia (additive) ditambahkan ke
dalam lumpur dan akhirnya digunakan pula udara dan gas untuk pemboran
walaupun lumpur tetap digunakan.
Air.
Lebih dari 75% lumpur pemboran menggunakan air, disini air
dapat dibagi menjadi dua, yaitu : air tawar dan air asin, sedangkan
air asin dapat dibagi menjadi dua, yaitu : air asin jenuh dan air air
asin tak jenuh. Untuk pemilihan air hal ini perlu disesuaikan
dengan lokasi setempat, manakah yang mudah didapat dan juga
disesuaikan dengan formasi yang akan ditembus.
b.
Minyak.
Lumpur
dengan
komponen
minyak
dikembangkan
untuk
50 70 %, sedangkan air 30 50 %.
2. Fraksi Padatan.
a. ReactiveSolid (Clay, Bentonite, Attapulgite).
Reactive solid adalah padatan yang apabila bereaksi dengan fasa
cair akan membentuk sifat koloidal pada lumpur. Salah satu dari
material ini adalah bentonite, dimana bila bentonite dicampur
dengan air akan menyebar (terdispersi) karena muatan negatif pada
permukaan plat-plat materialnya akan saling tolak - menolak dan
yang
dipengaruhi
emulsifikasi
hanyalah
berat
lumpur,
ini
mengandung
minyak
sebagai
fasa
kontinunya.
5. Elasticity
Elasticity diperhitungkan pada lapisan shale. Karena shale yang
memiliki elasticity di banding dengan lapisan lainnya. Semakin besar
elasticity nya maka akan sulit untuk melakukan fracturing pada lapisan
tersebut.
6. Bailing tendency
Yaitu kecendrungan cutting untuk menempel pada bit di perhitungkan
untuk memilih jenis bit.
Pada lapisan-lapisan atau formasi-formasi yang akan ditembus atau dilalui
oleh lumpur pemboran tersebut bermacam-macam atau berubah-ubah, maka kita
selalu mengubah-ubah sifat lumpur dengan menambahkan zat kimia yang sesuai.
Untuk itu sifat-sifat lumpur harus selalu diukur agar fungsi lumpur pemboran
tetap optimal, baik lumpur yang akan masuk ke dalam lubang maupun lumpur
yang keluar dari dalam sumur.Adapun fungsi utama dari lumpur pemboran
adalah :
1.
Viscositas lumpur
Ukuran cutting
Bila viscositas lumpur kurang dari seharusnya, maka kemampuan lumpur
untuk mengangkat cutting dari bawah bit menjadi rendah, sehingga sebagian
dari cutting masih tertinggal dibawah. Berat jenis dan kecepatan aliran
lumpur yang kecil akan menyebabkan daya angkutnya dan daya semprotnya
berkurang. Ukuran cutting yang besar akan menyebabkan sulitnya cutting
diangkat keluar.
10
Bila cutting dibawah bit tidak segera diangkat maka cutting tersebut akan
di gilas lagi oleh bit sehingga akan memperlambat pemboran. Dengan kata
lain akan menurunkan rate of penetration.
2.
Annular velocity
Slip velocity
Plastic velocity
Jenis aliran
Annular velocity maksudnya kecepatan aliran di annulus, slip velocity
3.
11
Menahan
cutting
dan
material
12
7.
8.
9.
13
2.
3.
4.
5.
6.
Tujuan Percobaan
1. Menganalisa cara menanggulangi sand content yang terlalu besar.
2. Menentukan besarnya kadar minyak dan padatan yang terdapat dalam
lumpur bor
3. Mengetahui presentase sand content yang terkandung dalam lumpur
pemboran.
4. Mengetahui sifat-sifat lumpur pemboran
14
Teori Dasar
lumpur pemboran
dapat
menggambarkan gradien
15
mb
( mb- ml ) Vml
Vs = s-mb
( mb- ml ) Vml
x s
s-mb
(%)volumesolid :
( mb- ml )
Vs
x 100%=
x 100%
Vmb
s- ml
684 x
(mb- ml)
(35.8- mb)
16
Keterangan :
Ws
398
(mb- ml)
(20.825- mb)
Keterangan :
Ws = Kg bentonite/bbl lumpur lama.
17
b. Degassser
Berfungsi membersihkan lumpur dari gas yang mungkin masuk ke
dalam lumpur pemboran. Peralatan ini sangat berfungsi pada saat
pemboran menembus zona permeable, yang ditandai dengan
pemboran menjadi lebih cepat, densitas lumpur berkurang dan
volume lumpur pada mud pit bertambah.
c. Desander
Berfungsi membersihkan lumpur dari partikel-partikel padatan
yang berukuran kecil yang biasanya lolos dari shale shaker.
18
d. Desilter
Berfungsi
sepertidesander,namundesiltermembersihkan
lumpur
praktis.Penggunaan
desilter
dan
19
n=
Vs
x 100%
Vm
Keterangan :
n
= Kandungan pasir.
Vs = Volume pasir dalam lumpur.
Vm = Volume lumpur.
2.2.3. Pengukuran Kadar Minyak
Kandungan minyak adalah banyaknya minyak yang terkandung
dalam lumpur emulsi dimana air sebagai bahan dasarnya. Lumpur emulsi
yang baik adalah lumpur pemboran dengan kadar minyak maksimal
sebesar 15 20%. Kadar minyak dalam lumpur emulsi mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap laju pemboran. Hal ini terutama
karena minyak akan memberikan pelumasan sehingga pahat lebih awet,
mengurangi pembesaran lubang bor dan mengurangi penggesekan pipa bor
dengan formasi serta mengurangi kemungkinan terjadinya jepitan terhadap
pahat. Akan tetapi setelah melewati kandungan minyak optimum tersebut,
kenaikan kadar minyak akan menyebabkan penurunan laju pemboran, hal
ini tejadi pada permukaanbityang lebih licin saat kontak dengan batuan
formasi karena adanya pelumasan yang berlebihan.
2.3. Peralatan dan Bahan
2.3.1. Peralatan
1. Mud Balance
2. Retort Kit
3. Multi Mixer
4. Wetting Agent
5. Sand Content Set
6. Gelas Ukur 500 cc
21
20
21
22
2.3.2. Bahan
1.
Barite
2.
Bentonite
3.
Air Tawar (Aquades)
23
24
25
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
26
3.
4.
5.
6.
7.
8.
No
.
1
2
3
4
5
Komposisi Lumpur
Lumpur Dasar (LD)
LD + 2 gr Barite
LD + 5 gr Barite
LD + 10 gr CaCO3
LD + 15 gr CaCO3
Densitas
Sand Content
(ppg)
8.65
8.70
8.75
8.75
8.80
(% Volume)
0.50
0.50
0.50
0.75
0.75
2.6.
Pembahasan
2.6.1. Pembahasan Praktikum
Pada praktikum ini membahas tentang densitas, sand content, dan
pengukuran kadar minyak lumpur pemboran. Suatu lumpur memiliki
peranan yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan suatu operasi
pemboran sehingga perlu diperhatikan sifat-sifat dari lumpur tersebut
seperti densitas, viskositas, gel strength ataupun filtration loss. Dalam
awal pembentukan lumpur akan terdapat kandungan minyak, yaitu
banyaknya minyak yang terkandung dalam lumpur emulsi dimana air
sebagai bahan dasarnya. Lumpur emulsi yang baik adalah lumpur dengan
kadar minyak optimum lebih kurang sebesar 15% 20% kadar minyak
dalam lumpur emulsi mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
laju pemboran. Selama proses pemboran, lumpur juga akan tercampur oleh
27
28
= Kedalaman, ft.
29
ml
8.33 ppg
SGBentonite
= 2.6
% Volume = 0.5%
Ditanya
Jawab
SG Barite ?
mb
ml
x SG Bentonite
SG barite =
SG barite =
s
ml
34.986 ppg
=4 . 2
8.33 ppg
30
Jawab : a. Kelebihan :
1. Lebih mudah mengontrol tekanan statik ion.
31
8. Suatu saat saudara berada dilokasi pemboran. Pada saat itu bit
mencapai kedalaman 1600 ft. Saudara diharuskan menaikkan densitas
200 bbl lumpur 11 ppg menjadi 11.5 ppg dengan menggunakan barite
(SG=4.2) dengan catatan bahwa volume akhir tidak dibatasi. Hitung
jumlah barite yang dibutuhkan (dalam lb)!
Jawab : Diketahui:
32
Jawab:
W barite =
W Barite=
( mbml )
s mb
x V ml x s
0.5
x 8400 x 34.986
23.486
2.7.
Kesimpulan
33
BAB III
34
3.1.
TujuanPercobaan
1. Menentukan viskositas plastic, yield point, dan gel strength lumpur
pemboran.
2. Mengetahui penyebab perbedaan harga GS 10 detik dengan GS 10
menit
3. Mengetahui pengaruh penambahan thinner dan thickner pada lumpur
pemboran
4. Mengetahui efek penambahan zat additive (thinner dan thicker) pada
lumpur pemboran.
3.2.Teori Dasar
Viskositas lumpuradalah kemampuan lumpur untuk mengalir dalam
suatu media. Viskositas merupakan gaya gesekan antara partikel-partikel
lumpur yang mengalir. Bila viskositas tinggi maka lumpur akan mengalir
dengan lambat dan sebaliknya bila viskositas rendah maka lumpur
pemboran akan mengalir dengan cepat. Sehingga viskositas dikatakan juga
sebagai tahanan terhadap aliran.
Viskositas lumpur pemboran sangat memegang peranan dalam
mengangkat cutting dari dasar lubang ke permukaan. Kalau viskositas
lumpur pemboran kurang dari seharusnya maka cutting dan material
pemberat lainnya akan sulit untuk dianggat.Selama operasi pemboran
berlangsung viskositas lumpur dapat naik. Hal ini disebabkan oleh :
1. Lumpur terkontaminasi oleh lapisan formasi yang ditembus, seperti :
anhydrite, clay, gypsum dan lainnya.
2. Terlalu banyak padatan dalam lumpur.
35
lumpur. Mengingat pasir adalah inert solid, maka berar jenis lumpur akan
naik dan menimbulkan masalah dalam operasi pemboran.
2. Pasir yang bersifat abrasive bila terlalu banyak dalam lumpur dan dapat
mengikis dan merusak peralatan sirkulasi yanag dilaluinya.
3. Kerja pompa bertambah berat.
4. Mengundang terjadinya swabb effect dan squeeze effect.
Swabb effect meksudnya terisapnya Fluida formasi kedalam lubang saat
mencabut rangkaian pemboran. Sedangkan squeeze effect tertekannya
lumpur dibawah bit saat menurunkan rangkaian pemborann ke
permukaan.
Satuan viskositas centipoice (cp). Alat yang digunakan untuk
menentukan viskositas adalah Marsh FunneldanFann VG.
Kemampuan lumpur untuk membentuk gel (agar-agar) yang sangat
berguna pada saat round trip (pergantian pipa). Gel strength merupakan
salah satu indikator baik atau tidaknya lumpur pemboran. Gel strength
merupakan
ukuran
gaya
tarik
menarik
partikel
lumpur
yang
permukaan.
Apabila
viskositastidak
sesuai
dengan
yang
36
37
Pada setiap shear rate tertentu fluida mempunyai viskositas yang disebut
apparent viscosity dari fluida pada shear rate tersebut. Contoh dari fluida
non newtonian adalah minyak.
Berbeda dengan fluida newtonian yang mempunyai viskositas yang
konstan, fluida non newtonian memperlihatkan suatu yield stress suatu
jumlah tertentu dari tahapan dalam yang harus diberikan agar fluida
mengalir seluruhnya. Contoh dari fluida newtonian adalah air.
38
waktu
lumpur
bersirkulasi
yang
berperan
adalah
39
(300 xC)
x100
RPM
40
x100
(300 xC)
x100
RPM
600 300
600 300
digerakkannya
rotor
pada
kecepatan
RPM,
langsung
menunjukkan harga gel strength 10 detik atau 10 menit dalam 100 lb/ft.
41
Marsh Funnel
Timbangan
Gelas Ukur 500 cc
Fann VG
Mud Mixer
Cup Mud Funnel
42
43
3.3.2. Bahan
1. Bentonite
2. Air tawar (aquades)
3. Bahan-bahan pengencer (Thinner)
44
45
3.4.
Prosedur Percobaan
bejana
pada
tempatnya,
serta
atur
kedudukannya
46
2.
3.
4.
N
o.
Komposisi
lumpur
relati
ve
plast
ic
Yp
GS 10
detik
52
3.5
21.5
GS
10
meni
t
10
LD + 2 gr dextrid
61
24
14
LD + 2.6 gr dexrtid
11
27
18
72
LD + 3 gr bentonite
50
3.4
20
LD + 9 gr bentonite
12
50
24
104
47
3.6. Pembahasan
3.6.1. Pembahasan Praktikum
Pada praktikum ini membahas tentang pengukuran viskositas dan
gel strength. Viskositas dan gel strength merupakan bagian yang pokok
dalam sifat-sifat rheologi fluida pemboran. Viskositas didefinisikan
sebagai kemampuan lumpur untuk mengalir dalam suatu media. Serta gel
strength adalah lumpur akan mengagar atau menjadi gel apabila tidak
terjadi sirkulasi, hal ini disebabkan oleh gaya tarik-menarik antara partikelpartikel padatan lumpur.
Pengukuran sifat-sifat rheologi fluida pemboran penting mengingat
efektivitas pengangkatan cutting merupakan fungsi langsung dari
viskositas. Sifat gel pada lumpur juga penting pada saat round trip
sehingga dapat mencegah cutting mengendap didasar sumur yang dapat
menyebabkan masalah pemboran selanjutnya. Viskositas dan gel strength
merupakan sebagian dari indikator baik tidaknya suatu lumpur.
Pada praktikum perhitungan viskositas dan gel strength, yang
ditentukan dalam perhitungan adalah viskositas, yield point, dan gel
strength selama 10 detik dan 10 menit. Pada hasil percobaan di peroleh
lumpur dasar dengan viskositas relatif sebesar 52 cp, plastic viscocity
sebesar 3.5 cp, yield point sebesar 21.5, dan gel strength pada 10 detik
sebesar 3 dan pada 10 menit sebesar 10.
Pada pengukuran ini juga dilakukan penambahan additive dextrid
dan bentonite. Pada saat ditambahkan dextrid terjadi perubahan pada nilai
plastic viscocity, yield point serta gel strength yang dimana nilai dari
ketiganya menjadi lebih besar dibandingkan dengan keadaan pada lumpur
awal. Apabila ditambahkan 2 gr dextrid maka viskositas relatif menjadi 61
cp, plastic viscocity menjadi 6 cp, yield point sebesar 24, dan gel strength
pada 10 detik sebesar 5 dan pada 10 menit sebesar 14. Dan apabila
ditambahkan 2.6 gr dextrid maka plastic viscocity menjadi 11 cp, yield
point sebesar 27, dan gel strength pada 10 detik sebesar 18 dan pada 10
48
menit sebesar 72. Hal ini terjadi pula pada bentonite, apabila ditambahkan
3 gr bentonite maka viskositas relatif menjadi 50 cp, plastic viscocity
menjadi 2 cp, yield point sebesar 3.4, dan gel strength pada 10 detik
sebesar 7 dan pada 10 menit sebesar 20. Danapabila ditambahkan 9 gr
bentonite maka plastic viscocity menjadi 12 cp, yield point sebesar 50, dan
gel strength pada 10 detik sebesar 24 dan pada 10 menit sebesar 104. Dari
kedua additive, perubahan nilai gel strength sangat signifikan saat
ditambahkan bentonite dibandingkan dextrid karena bentonite yang
ditambahkan dalam jumlah yang cukup banyak dibandingkan dextrid.
Pada hasilgel strength 10 detik selalu lebih kecil dibandingkan gel
strength pada 10 menit. Karena untuk membentuk gel, lumpur
memerlukan waktu untuk menjadi gel yang sebanding dengan lama waktu.
sehingga tentu saja gel strength 10 menit mempunyai waktu yang lebih
lama ketika partikel didalam lumpur melakukan gaya tarik menarik.
Dalam aplikasinya dilapangan apabila nilai gel strength sangat
besar dapat mempersulit sirkulasi dalam lumpur pemboran, dan menambah
beban dari pompa serta mempersulit pemisahan cutting dari lumpur
pemboran.
3.6.2
Pembahasan soal
1. Berikan penjelasan analog antara dextrid dan bentonite jika
berdasarkan table hasil percobaan diatas!
Jawab :Berdasarkan tabel diatas, dextrid dan bentonite memiliki
fungsi yang sama yakni sebagai additive untuk menaikkan
sifat rheology fluida pemboran terutama dari lumpur
pemboran dengan meningkatkan viskositas dan gel strength
dan yield point dari lumpur dasar. Namun terjadi perbedaan
pada peningkatan besar gel strength dan yield point yang
terjadi karena perbedaan massa masing-masing zat ketika
ditambahkan
ke
dextridakanmenaikkan
lumpur.
Sedangkan
viskositas
penambahan
49
pengendapan
pada
dasar
sumur.
Sedangkan
4. Dari data diatas terlihat bahwa harga GS 10 menit selalu lebih besar
dari GS 10 detik, jelaskan!
Jawab : Karena gel strength adalah pembentuk padatan akibat gaya
tarik-menarik antara ploly-plot clay. Jikaa dalam keadaan
50
: -
= C600 C300
= 155 130
= 25 cp
- b
= C300
= 130 25
= 105
Lb
2
100 Ft
3.7. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan pembahasan soal yang diperoleh, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Viskositas mempunyai hubungan
yang
setara
dengan
gel
51
BAB IV
Teori Dasar
Ketika terjadi kontak antara lumpur pemboran dengan batuan
poros,
batuan
tersebut
akan
bertindak
sebagai
saringan
yang
52
adalah
APIRP
13
untuk
low
pressurelow
53
0.5
Cc
2k Cm 1
PT
Vf = A
Keterangan :
A
=Filtration area.
= Permeabilitas cake.
Cc
= Tekanan filtrasi.
t2
Q 2 Q1x t1
0.5
Keterangan :
Q1
Q2
54
55
Saat penyemenan, mud cake yang tebal jika tidak dikikis akan
menyebabkan ikatan antara semen dengan dinding lubang tidak
baik.
Alat untuk mengukur filtration loss dan mud cake yang umum
adalah standar filtration press, terdiri dari :
1. Mud cup.
2. Gelas akur.
3. Tabung sumber tekanan.
4. Kertas saringan.
Dengan mengetahui bagaimana terjadinya filtration loss dan
akibatnya bagi suatu pekerjaan pemboran, maka dapatlah ditemukan cara
untuk mengurangi filtration loss tersebut. Untuk mengurangi dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Pengaturan tekanan.
2. Pengaturan komposisi lumpur.
Terjadinya filtration loss yang besar berdampak buruk terhadap
formasi maupun lumpur pemboran, karena akan terjadi filtration damage
(pengurangan permaebilitas efektif minyak atau gas) dan lumpur akan
kehilangan cairan.Dalam perubahan ini, prosesfiltrat yang masuk ke dalam
formasi produktif dapat menyebabkan produktivitas sumur tersebut
menurun. Untuk itu perlu adanya pengaturan terhadap laju filtration, maka
diperlukan membatasi jumlah cairan yang masuk ke dalam formasi. Selain
melakukan pengontrolan tekanan sirkulasi lumpur selama operasi
pemboran, juga dapat melakukan pengaturan komposisi lumpur yang
merupakan hal terpenting untuk mencegah filtration loss.
Untuk mengurangi filtration, juga digunakan zat additive
yangdisebut filtrate reducer.Filtrate reducer ini kemudian membentuk
ampas (filter cake) pada lapisan yang poros sertapermeable dan ketika
droplet air yang teremulsikan didalam minyak menjadi bulatan yang keras
56
(rigid sphere), mereka bertindak sebagai padatan dan akan tersaring oleh
serat-serat filter cake sehingga filtrat yang dihasilkan hanya berupa minyak
saja. Jenis-jenisfiltrate loss reducer,
antara lain :
1. Koloid(bentonite).
2. Starch, CMC Driscose.
3. Minyak (berdampak buruk terhadap dynamic loss).
4. Q Broxin (berdampak baik terhadapdynamic loss maupun
static loss).
Terjadinya filter cake pada dinding lubang bor analog dengan
peristiwa osmose dan secara matematis dapat dinyatakan dengan :
Tekanan Osmose =
RxT
V
Keterangan :
4.3.
= Temperatur.
4.3.1. Peralatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Filter Press
Mud Mixer
Stop Watch
Gelas Ukur 500 cc
Jangka Sorong
Filter Paper
57
58
59
4.3.2. Bahan
1.
2.
Bentonite
Aquades
60
Gambar 4.9.Aquades
4.4.
Prosedur Percobaan
1.
2.
3.
Mencatat volume filtrat sebagai fungsi dari waktu dengan stop watch.
Interval pengamatan setiap 2 menit pada 20 menit pertama, kemudian
setiap 5 menit untuk 20 menit selanjutnya. Catat volumefiltrat pada
menit ke 7.
4.
5.
4.5.
Datadan HasilPercobaan
Dari percobaan diperoleh hasil sebagai berkut:
61
No
.
1
Komposisi Lumpur
Lumpur Dasar (LD)
V2
(ml)
3.25
V7.5
(ml)
6.5
V30
(ml)
12.8
pH
9.83
Mud Cake
(1/32)
1.93
LD + 2 gr dextrid
2.3
4.25
9.84
1.47
LD + 2.6 gr dexrtid
1.8
3.8
8.2
10.2
2.98
LD + 9 gr bentonite
7.5
11.5
9.81
2.4
LD + 1.5 gr
Quebracho
3.5
12.5
8.26
2.1
4.6. Pembahasan
4.6.1. Pembahasan Praktikum
Pada praktikum ini adalah untuk menentukan filtrasi dan mud cake.
Awal dari proses filtrasi ketika terjadi kontak antara lumpur pemboran
dengan batuan poros, batuan tersebut akan bertindak sebagai saringan yang
memungkinkan fluida dan partikel-partikel kecil melewatinya. Fluida yang
hilang kedalam batuan disebut filtrat. Karena terjadi proses filtrasi maka
dapat terbentuk mud cake. Mud cake adalah padatan lumpur yang
menempel pada dinding lubang bor. Mud cake yang tipis akan merupakan
bantalan yang baik antara pipa pemboran dan permukaan lubang bor. Mud
cake yang tebal akan menjepit pipa pemboran sehingga sulit diputar dan
diangkat.
Pada proses awal praktikum, lumpur terlebih dahulu dibuat
kemudian diperoleh lumpur dasar denganV 2 (ml)3.25, V 7.5 (ml) 6.5, V
30 (ml) 12.8,pH 9.83 dan mud cake1.93. Additive yang digunakan dalam
percobaan adalah dextrid, bentonite, dan quebracho. Pada saat lumpur
dasar ditambahkan 2 gram dextrid didapat data V 2 (ml)2.3, V 7.5 (ml)
4.25, V 30 (ml) 8, pH lumpur mengalami peningkatan nilai menjadi 9.84.
Akan tetapi, pada ketebalan mudcake terjadi penurunan menjadi 1.47.
Selanjutnya lumpur dasar diberi 2.6 gram dextrid didapat data V 2 (ml)1.8,
62
63
64
Tujuan Percobaan
1. Memahami pentingnya menganalisa kimia lumpur pemboran
2. Menentukan PH, alkalinitas, kesadahan total, dan kandungan ion-ion
yang terdapat dalam lumpur.
3. Mengetahui metode titrasi sebagai metoide utama dalam analisa kimia
lumpur pemboran.
4. Mengetahui besarnya pemakaian H2SO4 dan EDTA untuk mentitrasi
sampel lumpur yang dianalisa kimia.
5.2.
Teori Dasar
Seperti yang diketahui lumpur bor sangat menentukan keberhasilan
suatu operasi pemboran. Oleh sebab itu, penanganan sifat-sifat fisik
maupun kimia lumpur bor harus dilakukan sebaik-baiknya, dengan cara
menganalisis perubahan pada sifat-sifatnya.
Dalam operasi pemboran, pengontrol kualitas lumpur pemboran
harus terus menerus dilakukan sehingga lumpur pemboran tetap berfungsi
dengan kondisi yang ada.
Perubahan kandungan ionion tertentu dalam lumpur pemboran
akan berpengaruh terhadap sifatsifat fisik lumpur pemboran, oleh karena
65
66
2.
Buret Mikro
3.
Pengaduk
4.
67
68
5.3.2. Bahan
1.
2.
3.
69
70
71
72
73
74
H2O
75
H2O + CO2
CO3
dan
2P = M menunjukkan adanya CO
CO3
saja
HCO3
dan
HCO3
P = 0 menunjukkan adanya
saja
P = M menunjukkan adanya OH
saja
Perhitungan :
1.
Total Alkalinity
CO3
2.
Alkalinity
Jika ada OH
2
3
Ppm CO
76
2
3
Ppm CO
3. OH
Alkalinity :
Ppm OH =
HCO3
4.
Alkalinity :
HCO3
Ppm
Ca 2
+ 6 ml larutan
Mg 2
1. Ambil 3 ml filtrat lumpur tersebut masukkan kedalam labu filtrasi 250
ml.
2. Tambahkan dengan 25 ml aquades, 5 ml larutan buffer pH 10.
3. Titrasi dengan EDTA standart sampai terjadi warna biru tua.
4. Catat volume pemakaian EDTA reaksi yang terjadi :
77
Ca 2 H 2Y 2 CaY 2 2 H
Mg 2 H 2Y 2 MgY 2 2 H
Perhitungan kesadahan total :
mlEDTAxMED TAx 1000
epm(Ca 2 Mg 2 )
mlFiltrat
2.
3.
4.
Ca 2 H 2Y 2 CaY 2 2 H
Kesadahan Ca
epm Ca
ppm Ca
= epm Ca
x BA Ca
Kesadahan Mg
Ca 2 Mg 2
ppm Mg
=( epm (
) epm
ca 2
)x BA Mg
78
250 ml.
2.
AgNO3
3.
Titrasi dengan
jingga.
AgNO3
4.
Cl Ag AgCl
(putih)
(s)
CrO4 Ag Ag 2 CrO4
(s)
(merah)
epm
Cl
mlAgNO3 xMAgNOx1000
xBACl 1
mlFiltrat
79
2.
Tambahkan larutan
Fe 2
SnCl 2
berlebih setelah
4.
80
5.
H 3 PO4
K 2 Cr2 O7
pekat. Lalu titrasikan dengan larutan
Percobaan
Alkalinitas
Kesadahan Total
Kesadahan Ca2+ dan Mg2+
Kandungan Klorida
Kandungan Ion Besi (I)
Hasil Percobaan
Vol.Filtrat
N H2SO4
Vol H2SO4 P
M
Vol. Filtrat
M EDTA
Vol EDTA
Vol. Filtrat
M EDTA
Vol EDTA
Vol.Filtrat
N AgNO3
Vol AgNO3
Vol. Filtrat
N KmnO4
Vol KmnO4
= 3 ml
= 0.02 N
= 0.05 ml
= 3.4 ml
= 3ml
= 0.02 M
= 0.05 ml
= 3 ml
= 0.01 M
= 8 ml
= 3 ml
= 0.02 N
= 1 ml
= 5 ml
= 0.01 N
= 7 ml
0.1 N sampai
81
Vol.Filtrat
N K2Cr2O7
Vol K2Cr2O7
= 10ml
= 0.01 N
= 10 ml
Percobaan
Hasil Perhitungan
Alkalinitas
22.67 ppm
Kesadahan Total
0.33 ppm
781.9 ppm
558.5 ppm
5.6. Pembahasan
5.6.1. Pembahasan Praktikum
Pada praktikum ini dilakukannya analisa pada lumpur pemboran.
Karena dalam operasi pemboran, pengontrol kualitas lumpur pemboran
harus terus menerus dilakukan sehingga lumpur pemboran tetap berfungsi
dengan kondisi yang ada. Perubahan kandungan ionion tertentu dalam
lumpur pemboran akan berpengaruh terhadap sifatsifat fisik lumpur
pemboran, oleh karena itu kita perlu melakukan analisa kimia untuk
mengontrol kandungan ionion tersebut untuk kemudian dilakukan
tindakantindakan
yang
perlu
dalam
penanggulangannya.
Dalam
percobaan ini akan dilakukan analisa kimia pada lumpur pemboran dan
filtratnya, yaitu : analisis kimia alkalinitas, analisis kesadahan total,
analisis kandungan ion chlor, ion kalsium, ion besi serta pH lumpur bor
(dalam hal ini filtratnya).
Analisa kimia pada lumpur pemboran di lakukan untuk mengetahui
alkalinitas, kesadahan total, kandungan ion chlor, kandungan ion besi, dan
kandungan ion kalsium dan magnesium. Setelah dilakukan percobaan,
diperoleh data alkalinitas H2SO4 sebesar 22.67 epm, kesadahan total
82
sebesar 0.33 epm, lalu perhitungan kesadahan Ca2+ dan Mg2+ masing
masing sebesar 1066.8 ppm dan 640.08 ppm.
Setelah itu pada perhitungan kandungan ion klorida didapatkan
hasil 236.785 ppm, dan pada perhitungan kandungan ion besi dengan
metode I diperoleh hasil 784 ppm, sedangkan pada metode II diperoleh
hasil 560 ppm.
Datadata yang perlu diketahui meliputi tingkat alkalinitas,
kesadahan total, kandungan ion Cl, ion Ca, ion Fe, serta pH lumpur bor.
Dalam hal ini yang dianalisa hanyalah filtrat lumpurnya, dengan demikian
kita dapat menginterpretasikan kondisi reservoir yang sebenarnya dengan
konsentrasi zat additive tertentu.
Reaksi kimia dipengaruhi oleh lingkungannya, yang pada
prinsipnya
reaksi
kimia
ini
dipengaruhi
oleh
karakteristik
pH
83
10.021000
( 35.5 ) = 236.67 ppm
3 ml
70.011000
( 56 ) = 781.9 ppm
5 ml
100.011000
( 55.85 ) = 558.5 ppm
10 ml
84
kimia
lumpur
pemboran
Mengontrol
85
5.7. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan pembahasan soal yang diperoleh, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Analisa sifat kimia lumpur pemboran dilakukan untuk menganalisa
dampak yang terjadi pada lumpur pemboran dilihat dari sisi kimiawi
dan relasinya
2. Dari data diatas dan stelah dilakukan perhitungan diperoleh alkanitas
sebesar 22,667 epm,kesadahan total 0,333 epm,konsentrasi ion cl
236,667 ppm
3. Metode titrasi yaitu dengan membandingkan larutan sampel dengan
larutan yang rendah
4. H2SO4 yang dipakai pada titrasi alkanitas sebanyak 3,4 ml sedangkan
larutan EDTA pada kesadahan total sebanyak 0,55 m
BAB VI
Tujuan Percobaan
86
Teori Dasar
Sejak digunakannya teknik rotary drillingpada operasi pemboran
perminyakan, maka lumpur pemboran menjadi salah satu faktor penting
dalam operasi pemboran tersebut. Salah satu faktor pentingnya sebagai
pertimbangan dalam mengoptimasikan operasi pemboran. Oleh sebab itu
memelihara atau mengontrol sifat-sifat fisik lumpur pemboran mutlak
dilakukan agar sesuai dengan yang dibutuhkan.
Salah satu penyebab berubahnya sifat fisik lumpur pemboran
adalah adanya material-material yang tidak diinginkan (kontaminan) yang
masuk kedalam lumpur pada saat operasi pemboran sedang berjalan.
Kontaminasi yang sering terjadi adalah sebagai berikut :
1. Kontaminasi Sodium Chloride
Kontaminasi ini sering terjadi saat pemboran menembus kubah
garam (salt dome), lapisan garam, lapisan batuan yang
mengandung konsentrasi garam yang cukup tinggi atau akibat
air formasi yang berkadar garam tinggi dan masuk kedalam
sistem
lumpur.
Akibat
adanya
kontaminasi
ini,
akan
87
yang
banyak
mengandung
carbon
dioxide.
3.
ini
pemboranmenembus
disebabkan
lapisan
karena
yang
pada
proses
mengandungbanyak
Kontaminasi Oxygen
88
Kontaminasi
ini
disebabkan
karena
saat
proses
89
Penekanan
(Pressure
Surge)
atau
Penyedotan
(Swabbing)
Peristiwa ini terjadi pada saat keluar masuknya rangkaian pipa
bor dapat menyebabkan terjadinya sloughing karena adanya
perbedaan tekanan secara tiba-tiba saat dilakukan penekanan
dan penarikan rangkaian pipa pemboran.
4. Tekanan Batuan Formasi
Hal ini berhubungan dengan tekanan abnormal dimana tekanan
hidrostatis lumpur pemboran lebih kecil dari tekanan formasi.
5. Air Filtrat atau Lumpur Memasuki Pori-Pori Formasi Batuan
Peristiwa tersebut menyebabkan batuan mengembang dan
terjadi swelling yang akan melemahkan ikatan antar batuan
dimana akhirnya dapat menyebabkan terjadinyasloughing.
90
Fann VG
Baroid Wall Building Tester
TesterNeraca
pH Indicator
Komprsesor
Gelas Ukur
Mud Mixer
91
8. Stop Watch
9. Titration Disk
10. Jangka Sorong
11. Filter Trap
a)
b)
d)
e)
92
k)
l)
p)
o)
93
v)
w)
x)
y)
z)
aa)
94
af)
ag)
ai)
aj)
95
ap)
aq)
at)
au)
av)
aw)
ax)
96
ay)
az)
6.3.2. Bahan
1. Aquades
2. Bentonite
3. NaCl
4. Gypsum
5. Semen
6. Soda Ash
7. Monosodium Phosphate
8. Caustic Soda
9. EDTAStandart
10. Murexid
11. Asam Sulfat
12. Indikator Phenolphtalin
13. Indikator Methyl Jingga
97
a)
b)
e)
f)
98
k)
l)
n)
o)
p)
q)
r)
99
s)
t)
u)
v)
w)
x)
y)
z)
aa)
ab)
ac) 6.4.
ad)
Prosedur Percobaan
2.
3.
100
4.
5.
1.
Buat lumpur standar : Ukur pH, Viskositas, gel strength, fluid loss
dan ketebalan mud cake.
2.
3.
4.
5.
1.
Buat lumpur standar : Ukur pH, Viskositas, gel strength, fluid loss
dan ketebalan mud cake.
2.
3.
101
4.
5.
an)
ao) Tabel 6.1 Hasil Percobaan Kontaminasi Lumpur Pemboran
ap) Komposisi
lumpur
bd)Lumpur
Dasar (LD)
bn)LD + 7.5 gr
NaCl
bx) LD + 17.5
gr NaCl
ch) LD + 7.5 gr
NaCl + 0.5
NaOH
cr) LD + 0.9 gr
Gypsum
db)LD + 1.5 gr
Gypsum
dl) LD + 15 gr
Gypsum +
soda ash
dv) LD + 1 gr
semen
ef) LD + 1.5 gr
semen
ep) LD + 1.5 gr
semen +
NH(H2PO4)
aq)
D
ar)
G
aw)
as) Filtration
Loss
au)
av)
ax)
az)
be)
bf)
bg)
bh)
bo)
bp)
bq)
br)
bt)
by)
bz)
ca)
cb) cc)
cd)
ce) cf)
ci)
cj)
ck)
cl)
cs)
ct)
cu)
cv)
dc)
dd)
de)
df)
dm)
dn)
do)
dp)
dw)
156
eg)
dx)
dy)
dz)
eh)
ei)
ej)
eq)
er)
es)
et)
bk)
cm) cn)
bm)
dg)
dh) di)
eb)
ez)
fa) Tabel 6.2. Hasil Percobaan Kontaminasi Lumpur Pemboran
cg)
da)
dj)
dk)
ds) dt)
du)
102
fb)
Ko
mposisi
Lumpur
fc)Teb
al
mu
d
(m
m)
fd)
Vo
l
u
m
e
fe)
H2
S
O
fi)
fq)
fj)
fr)
fk)
fs)
fl)
ft)
ff) V
o
l
u
m
e
E
D
T
A
(
m
l)
fm)
fn)
fu)
fv)
fw) LD + 7.5 gr
NaCl
fy)
fz)
ga)
gb)
gc)
gd)
ge) LD + 17.5
gr NaCl
gg)
gh)
gi)
gj)
gk)
gl)
fo) Lumpur
Dasar (LD)
fp)
LD + 7.5 gr
NaCl + 0.5
NaOH
gu) LD + 0.9 gr
Gypsum
gn)
go)
gp)
gq)
gr)
gs)
gt)
gv)
gw)
1.5
gx)
gy)
gz)
ha)
hb)
hc) LD + 1.5 gr
Gypsum
hd)
he)
hf)
hg)
hh)
hi)
hj)
LD + 15 gr
Gypsum +
soda ash
hs) LD + 1 gr
semen
hl)
hm)
2.9
hn)
ho)
hp)
hq)
hr)
hu)
hv)
hw)
hx)
hy)
hz)
ia) LD + 1.5 gr
semen
ib)
ic)
id)
ie)
if)
ig)
ih)
ii) LD + 1.5 gr
semen +
NH(H2PO4)
iq)
ij)
ik)
il)
im)
in)
io)
ip)
gm)
hk)
103
ir)
6.6. Pembahasan
6.6.1.
PembahasanPraktikum
is)
Kemudian
dilanjutkan
dengan
melakukan
percobaan
pada
lumpur
pemboran.
Hal
itu
dapat
104
iv)
41
45
40
35
32
30
25
20
26
25
30
Gel strength 10''
13
15
10
5
1.7
4.6
4.2
0
Lumpur dasar
LD + 7,5 gr NaCl
ix)
iy)
strength 10 sebesar 32, filtration loss V30 sebesar 13, dan mud cake di
percobaan 3 sebesar 1.7.Setelah diberikan 7.5 gr NaCl sebagai
kontaminan, terjadi kontaminasi pada lumpur. Pada lumpur pemboran
terjadi penurunan gel strength dari 32 ke 25, akan tetapi terjadi
peningkatan filtration loss dari 13 menjadi 30 dan peningkatan tebal
mudcake dari 1.7 menjadi 4.2. Setelah itu, setelah ditambahkan 0.5 gr
NaOH, terjadi peningkatan gel strength menjadi26, filtration lossmenjadi
41, dan mud cakemenjadi 4.6. Hal ini mengindikasikan apabila terjadi
kontaminasi NaCl, maka mud cakeakan semakin tebal dan menjadi
masalah bagi pipa pemboran, karena semakin tebal mud cake maka pipa
pemboran akan terjepit dan sulit untuk berputar serta diangkat ke
permukaan. Kontaminasi NaCl juga mempengaruhi nilai gel strength,
105
apabila gel strength terlalu besar maka akan mempersulit sirkulasi lumpur
pemboran serta menambah beban mud pump.
iz)
Dalam
operasi
pemboran
kontaminasi
NaCl,
dapat
120
120
100
80
60
40
20
0
92
32
13
1.7
18
32
1.5
2.5
Gel strength 10''
Filtration loss V30
mud cake percobaan ke-3
jd)
je)
dengan gel strength 10 sebesar32, filtration loss V30 sebesar 13, dan mud
cake percobaan ke 3 sebesar 1.7. Kemudian diberikan kontaminan gypsum
sebesar 0.9 gram, akibatnya terjadi peningkatan gel strength menjadi 120
dan filtration loss menjadi 18, sementara mud cake mengalami penurunan
menjadi 1.5. Kemudian saat ditambahkan soda ash, terjadi penurunan gel
strengthdari sebesar120menjadi 92, akan tetapi terjadi peningkatan
106
178
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
32 13
1.7
73
19 3.5
18 3
jk)
loss V30 sebesar 13, dan mud cake pada percobaan ketiga sebesar 1.7.
Kemudian diberikan kontaminan semen sebesar 1.5 gram, hasilnya terjadi
kontaminasi lumpur yang ditandai dengan peningkatan gel strength secara
signifikan menjadi178, filtration loss menjadi 19, dan mud cake menjadi
3.5. Pada saat ditambahkan monosodium phosphate sebagai additive,
terjadi penurunan gel strength dari 178menjadi 73, filtration lossV30 dari
19 menjadi18, dan tebal mud cakedari 3.5menjadi 3.
107
lumpur
(plastic
viscosity,
gel
strength,
filtration
Pembahasan Soal
1. Apa yang saudara dapatkan simpulkan tentang perubahan sifat fisik
lumpur setelah terkontaminasi ?
jo)
Jawab : Yang saya dapat simpulkan tentang perubahan sifat
fisik lumpur setelah terkontaminasibahwa perubahan sifat
lumpur dipengaruhi adanya materialmaterial yang tidak
diinginkan masuk ke dalam lumpur pada saat operasi
pemboran sedang berjalan, biasanya terjadi pada saat
pemboran menembus lapisan gypsum dan juga karena operasi
penyemenan yang kurang sempurna.
jp)
2. Jika tidak ditanggulangin apa yang akan terjadi dengan pemboran
sumur X selanjutnya ?
jq)
Jawab : Jika tidak ditanggulangi, maka akan menimbulkan
berbagai masalah disumur X terdapatnyagypsum dalam
jumlah besar didalam lumpur pemboran. Maka akan merubah
sifatsifat fisik lumpur seperti plastic viscosity, yield point,
gel strength serta filtration lossdan keadaannya tidak cocok
dengan keadaan formasi sehingga menghambat proses
pemboran.
jr)
3. Jika ingin menangulangi setiap jenis kontaminan, langkah apa yang
saudara lakukan! (analisa untuk masing-masing kontaminan).
js)
Jawab :
Kontaminasi
NaCl
penanggulangannyadengan
lumpur pemboran.
108
jt) -
mengurangidensitas
lumpur
semen.
- Rerasder
Memperpanjang
- Accelerator
pengerasan
Contoh
Mempercepat
suspense
:Calcium
chlorida
semen.
dan
sodium
chlorida.
jz)
bila
pengendapan
ada
perbedaan
109
kc)
pemboran.
ki)
8. Jelaskan pengaruh fisik lumpur terhadap perubahan :
a. pH.
b. Kesadahan.
c. Alkalinitas.
kj)
Jawab : a.
pH.
110
ko)
kp)
kq)
kr)
ks)
6.7. Kesimpulan
kt)
Dari hasil perhitungan dan pembahasan soal yang
diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Kontaminasi lumpur seperti garam,gypsum,dan semen akan merubah
sifat-sifat fisik lumpur pemboran seperti gel
strength,densitas&viskositas meningkat
2. Untuk menanggulangi terjadinya kombinasi lumpur pemboran yaitu
dengan menambah zat additive ke dalam lumpur pemboran
3. Zat kontaminan adalah
NaCl,gypsum,semen,hardwater,karbondioksida,oksigen,dan
hydrogen,sulfida
4. Jika tidak ditangguangi maka akan menyebabkan terjadi peningkatan
gel strength, kenaikan terjadi mud cake dan filtration loss.
ku)BAB VII
kv)
kw)
6.1. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui hubungan swelling dan KTK.
2. Mengetahui cara untuk mengantisipasi jika terjadinya swelling.
3. Mengetahui pengaruh pengukuran MBT.
4. Membandingkan2 bentonite yang berbeda yaitu Indobent&boroid
kx)
ky)
7.2.......................................................................................................Teori
Dasar
kz)
111
Li+<Na+<H+<K+<NH4+Mg2+<Ca2+<Al3+
lg)
lh)
jenis kation yang dipertukarkan dan jenis serta kadar mineral clay
112
Adanya ikatan yang putus disekeliling sisi unit silika alumina, akan
menimbulkan muatan yang tidak seimbang sehingga agar seimbang
kembali (harus bervalensi rendah) diperlukan penyerapan kation.
2.
3.
lr)
a) Jenis
Mineral
Clay
d) Kaolinite
f) Halloysit
e.2H2O
h) Halloysit
e.4H2O
j) Montmor
illonite
l) Lllite
b) Kapasitas
Tukar
Kation
c) Meq/100
gram
e) 3-15
g) 5-10
i) 10-40
k) 80-150
m) 10-40
n) Vermicul
ite
p) Chlorite
o) 100-150
r) SpioliteAttapulgi
te
s) 20-30
q) 10-40
113
ls)
lt)
lu)
lv)
lw)
lx)
ly)
lz)
ma)
mb)
mc)
md)
me)
mf)
ditarik balik oleh kation yang terlepas maupun plate clay dan molekul air
yang bermuatan positif akan ditarik oleh plateclay-nya sendiri, sehingga
seluruh clay akan mengembang.
mh)
disebabkan oleh dua hal yaitu imbibisi dengan konsekuensi swelling dan
penutupan lubang bor. Sedangkan penyebab kedua adalah faktor
114
mekanisme yang disebabkan oleh rotasi drill string dan aliran fluida
pemboran di annulus yang akan menggerus dinding lubang bor sehingga
akan mengganggu kestabilan lubang bor.
mj)
Imbibisi air suatu hal yang paling umum dan hal ini terjadi
karena dua hal yaitu : Crystalin hydrational force dan osmotic hydrational
force. Crystalin hydrational force adalah gaya-gaya yang berasal dari
substitusi elemen di lapisan tengah clay. Gaya ini sangat sulit diatasi,
karena air di ekstrasikan ke permukaanplate yang sama besarnya dengan
arah ke sisi plate. Osmotic hydrational force terjadi bila adanya perbedaan
konsentrasi ion antara formasi dengan fluida pemboran, dimana air akan
tertarik dari lumpur ke dalam formasi.
mk)
115
mineral clay. Clay bersifat expanding dan non expanding bila bertemu air.
Untuk mengetahui tingkat reaktif clay dapat dilakukan pengujian dengan
methylene blue test (MBT),x-ray diffraction dan scanning electron
microscope.
mp)
harus dilakukan pada angka 15 25 lb/bbl (42,8 71,3 kg/m 3). Apabila
MBT lebih kecil daripada 20 lb/bbl maka disebut ideal. Namun jika lebih
tinggi dari 20 lb/bbl akan mengakibatkan angka-angka rheologi yang
tinggi dan akan memerlukan pengenceran atau deflokulasi yang tinggi.
mq)
116
7.3.
............................................................................................................
Peralatan dan Bahan
mu)
7.3.1.
............................................................................................................
Peralatan
1. Timbangan
2. Gelas Ukur 500 cc
3. Gelas Erlenmeyer 200 cc
4. MagnetBatang
5. Hot plate
6. Multi magnetizer
7. Pipet
8. Buret Titration
9. Kertas Saring
10. Stop Watch
mv)
mw)
mx) Gambar 7.1.Timbangan
117
my)
mz)
nc)
nd)
118
nj)
nk)
nn)
no) Gambar 7.5.Kertas Saring
np)
nq)
nr)
119
ns)
nt)
nu)
nv)
7.3.2. Bahan
1.
Bentonite
2.
Aquades
3. H2SO4 5 N
4.
Methylene Blue
nw)
nx)
ny) Gambar 7.7. Bentonite
nz)
120
oa)
ob) Gambar 7.8. Aquades
oc)
od)
oe)
of)
og)
oh)
121
oi)
oj)
ok)
ol)
7.4.
Prosedur Percobaan
1.
2.
3.
4.
5.
122
6.
7.
om)
7.5.
operasi
pemborandibutuhkan
makamenggunakanbentonite barid.
ot)
ou)
ov)
yang
tidak
terlalu
reaktif,
123
ow)
ox)
oy)
oz)
pa)
7.6.2.
Pembahasan Soal
1. Bandingkan dari 2 jenis bentonite tersebut mana yang lebih bagus ?
berikan alasan dan pembahasannya.
pb)
Jawab: Dari 2 (dua) jenis bentonie (indobent danbaroid),
maka diketahui bahwa yang paling baik adalah bentonite
baroid, dikarenakan memiliki harga kapasitas kation yang
rendah. Karena apabila suatu jenis bentonite memiliki
kapasitas tukar kation yang tinggi, maka saatpelepasan kation
kemudian terjadi pertukaran kation saatterkontak dengan air,
maka kation tersebut akan mengikat molekul-molekul air
sehingga akan terjadi swelling yang mengakibatkan rusaknya
formasi.
pc)
7.7. Kesimpulan
pd)
Dari hasil perhitungan dan pembahasan soal yang
diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Melalui MBT dapat ditentukan kapasitas tukar kation (KTK) yang
merupakan kemampuan clay dalam mengikat kation dari suatu larutan
2. KTK berbanding lurus dengan peristiwa clay swelling,jika nilai KTK
besar maka kemungkinan swelling makin besar juga
3. Pada hal percobaan,harga KTK bentonite indobent yaitu 75mg/100gr
sedangkan baroid 48 meq/100gr
4. Bentonite baroid yang diperlakukanuntuk mencegah terjadinya swelling
pada formasi karena nilai KTKnya lebih kecil dari bentonite indobent.
pe)
pf)
pg)
ph)
pi)
124
pj)
pk)
pl) BAB VII
pm)
PEMBAHASAN UMUM
pn)
po)
gaya yang bekerja pada batuandalam proses pemboran. Ada beberapa macam
mekanika batuan, yaitu Compressive Strengthmerupakan kekuatan batuan untuk
menerima
beban
kompresif
sebelum
batuan
itu
pecah,
Rock
Drill
125
lumpur pemboran akan membawa pengaruh pada operasi pemboran. Serpihanserpihan pemboran yang biasanya berupa pasir akan dapat mempengaruhi
karakteristik lumpur yang disirkulasikan, dalam hal ini akan menambah beban
pada mud pump. Kandungan minyak adalah banyaknya minyak yang terkandung
dalam lumpur emulsi dimana air sebagai bahan dasarnya. Lumpur emulsi yang
baik adalah lumpur pemboran dengan kadar minyak maksimal sebesar 15 20
%. Kadar minyak dalam lumpur emulsi mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap laju pemboran karena minyak akan memberikan pelumasan sehingga
pahat lebih awet, mengurangi pembesaran lubang bor dan mengurangi
penggesekan pipa bor dengan formasi serta mengurangi kemungkinan terjadinya
jepitan terhadap pahat. Akan tetapi setelah melewati kandungan minyak optimum
tersebut, kenaikan kadar minyak akan menyebabkan penurunan laju pemboran,
hal ini tejadi pada permukaan bit yang lebih licin saat kontak dengan batuan
formasi karena adanya pelumasan yang berlebihan.
ps)
pt)
Viskositas dan gel strength merupakan bagian yang pokok dalam sifat-sifat
rheologi fluida pemboran. Viskositas lumpuradalah kemampuan lumpur untuk
mengalir dalam suatu media.Sifat gel pada lumpur juga penting pada saat round
trip sehingga dapat mencegah cutting mengendap didasar sumur yang dapat
menyebabkan masalah pemboran selanjutnya.. Gel strength merupakan salah satu
indikator baik atau tidaknya lumpur pemboran. Gel strength merupakan ukuran
gaya tarik menarik partikel lumpur yang statik.Viskositas dan gel strength
merupakan sebagian dari indikator baik tidaknya suatu lumpur.
pu)
126
pv)
px)
harus terus menerus dilakukan sehingga lumpur pemboran tetap berfungsi dengan
kondisi yang ada.Perubahan kandungan ionion tertentu dalam lumpur pemboran
akan berpengaruh terhadap sifatsifat fisik lumpur pemboran, oleh karena itu kita
perlu melakukan analisa kimia untuk mengontrol kandungan (analisis kimia
alkalinitas, analisis kesadahan total, analisis kandungan ion chlor, ion kalsium, ion
besi serta pH lumpur bor (dalam hal ini filtratnya).ionion tersebut untuk
kemudian dilakukan tindakantindakan yang perlu dalam penanggulangannya.
py)
pz)
127
bersamaan
dengan
terjadinya
sweeling,
suatu clay untuk melakukan pertukaran kation. Suatu sistem clay yang mengalami
kontak dengan water akan mengalami pengembangan atau bias disebut Swelling.
Proses swelling sendiri terjadi bersamaan dengan proses pertukaran kation pada
suatu sistem clay Jika diinginkan jenis clay yang reaktif,maka harga CEC tinggi
namun bila sebaliknya harga CEC rendah.
qf) BAB IX
qg)
KESIMPULAN UMUM
qh)
1. Mekanika batuan adalah seluruh gaya yang bekerja pada batuan dalam proses
pemboran.
2. Hubungan antara CS (Compressive Strength), ROP (Rate Of Penetration),
RPM (Rotation Per Minute), WOB (Weigth On Bit) pada formasi soft adalah
CS rendah, ROP tinggi, RPM tinggi, dan WOB rendah.
3. Formasi hard memiliki CS tinggi, ROP rendah, RPM rendah, WOB tinggi.
4. Kadar minyak ideal pada lumpur pemboran berkisar antara 15 20%.
5. Pada data praktikum, zat additive barite lebih efektif dan ekonomis dalam
meningkatkan densitas dibandingkan CaCO3.
128
129
20. Semakin cepat proses terjadinya korosif pada drill string diakibatkan oleh
kandungan ion besi yang tinggi.
21. Metode utama yang dilakukan dalam analisa kimia lumpur pemboran adalah
titrasi, dimana larutan sampel dibandingkan dengan larutan yang telah
diketahui konsentrasinya.
22. Kesadahan total yang mengandung Ca2+ dan Mg2+ dapat menaikkan viskositas
dan gel strength yang mengakibatkan kerja mud pump menjadi lebih berat.
23. Menentukan kontaminan-kontaminan yang terjadi dengan mengetahui
formasi-formasi tertentu yang telah dilewati selama proses pemboran.
24. Kontaminan adalah material-material tidak diinginkan yang masuk dalam
lumpur pemboran saat pemboran berlangsung.
25. Jenis-jenis kontaminasi antara lain kontaminasi sodium chloride, gypsum,
semen, hardwater, CO2, O2, dan H2S.
26. Cara
untuk
penanggulangan
kontaminasi
lumpur
pemboran
130
33. Methylene blue test(MBT) dipakai untuk mengukur total kapasitas pertukaran
kation dari suatu sistem clay dan dari nilai tukar kation tersebut dapat
diprediksikan terjadinya swelling.